Anda di halaman 1dari 21

BAB V

PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA

Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, siswa diharapkan mampu memahami proses
pencatatan dokumen dan formulir dalam pelaksanaan keuangan desa yang meliputi
pendapatan desa, belanja desa, dan pembiayaan desa.

Penatausahaan keuangan desa yang merupakan bagian dari proses pengelolaan keuangan desa
adalah proses administrasi pencatatan kegiatan keuangan desa dengan menggunakan
formulir/dokumen/buku yang dilakukan oleh Bendahara Desa, pelaksana kegiatan yang melibatkan
fihak terkait lainnya. Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi yang
ada yaitu berupa penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran belanja desa serta pembiayaan
desa. Pelaksana kegiatan melakukan penatausahaan terkait kegiatan yang dilakukannya.
Bendahara Desa melakukan pencatatan secara sistematis dan kronologis atas transaksi‐transaksi
keuangan yang terjadi. Penatausahaan keuangan desa yang dilakukan oleh Bendahara Desa
dilakukan dengan cara sederhana, yaitu berupa PEMBUKUAN dan belum menggunakan jurnal
akuntansi.

A. PENATAUSAHAAN PENDAPATAN DESA

Penatausahaan pendapatan desa adalah proses pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara Desa
terhadap seluruh transaksi penerimaan pendapatan desa yang meliputi Pendapatan Asli Desa,
Transfer, dan Pendapatan Lain‐Lain. Pihak yang terkait dalam proses penerimaan pendapatan desa
adalah pemberi dana (pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/kota, masyarakat, dan pihak ketiga),
penerima dana (bendahara desa/pelaksana kegiatan/kepala dusun), dan bank.

Buku yang terkait dengan penatausahaan pendapatan desa terdiri dari Buku Kas Umum, Buku Bank
dan Buku Rincian Pendapatan. Selain Bendahara Desa, Pelaksana Kegiatan juga melakukan
penatausahaan terkait penerimaan khususnya terkait swadaya, partisipasi dan gotong royong
melalui Buku Kas Pembantu Kegiatan.

Setiap pencatatan penerimaan harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah. Dokumen
sumber yang dijadikan dasar pencatatan penerimaan pendapatan oleh Bendahara Desa antara lain
yaitu:
1
▪ bukti transfer deviden,

▪ kuitansi penerimaan,

▪ tanda terima retribusi (yang dibuat oleh petugas pemungut),

▪ tanda terima pungutan,

▪ tanda terima swadaya tunai (swadaya berupa uang),

▪ tanda terima barang (swadaya berupa barang),

▪ daftar hadir (swadaya berupa tenaga), dan

▪ nota transfer/nota kredit.

Atas penerimaan tunai yang diterimanya, Bendahara Desa harus membuat bukti kuitansi tanda
terima dan dicatat pada Buku Kas Umum Desa. Sedangkan untuk penerimaan transfer yang masuk
ke dalam RKD, Bendahara Desa akan mendapat informasi dari bank berupa nota kredit.
Berdasarkan nota kredit, Bendahara Desa melakukan pencatatan ke dalam Buku Bank Desa.
Penerimaan berupa kas maupun nonkas/transfer harus disertai dengan bukti‐bukti yang lengkap
dan sah, serta dicatat secara benar dan tertib.

Atas bukti penerimaan swadaya masyarakat berupa uang/barang/tenaga, akan dicatat dan
dilaporkan oleh Bendahara Desa sebagai realisasi Pendapatan Swadaya Partisipasi dan Gotong
Royong dalam kelompok Pendapatan Asli Desa.

Selain pencatatan pada Buku Kas Umum dan Buku Bank, juga dilakukan pencatatan pada Buku
Pembantu Rincian Pendapatan. Tujuannya adalah agar diperoleh informasi mengenai pendapatan
berdasarkan klasifikasinya yang nanti akan memudahkan penyusunan Laporan Realisasi APBDesa.

Selain Bendahara Desa, Pelaksana Kegiatan juga melakukan pencatatan penerimaan pendapatan
dari swadaya masyarakat. Atas penerimaan berupa material dan tenaga yang diterima dari
masyarakat, Pelaksana Kegiatan harus mengkonversinya ke dalam nilai rupiah. Pencatatan yang
dilakukan oleh Pelaksana Kegiatan dilakukan dalam Buku Kas Pembantu Kegiatan. Selain itu
Pelaksana Kegiatan juga harus menyusun Laporan Kegiatan setelah kegiatan selesai dilaksanakan.

Dokumen‐dokumen yang terkait dengan penatusahaan pendapatan yang dilakukan Bendahara


Desa dan Pelaksana Kegiatan disajikan dalam pembahasan bab berikutnya.

2
B. PENATAUSAHAAN BELANJA DESA

Penatausahaan belanja desa adalah proses administrasi pencatatan terhadap seluruh transaksi
pengeluaran belanja desa yang dilakukan oleh Bendahara Desa ataupun Pelaksana Kegiatan.
Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari RKD yang merupakan kewajiban desa dalam satu
tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa
digunakan untuk melaksanakan program dan kegiatan sebagaimana yang telah direncanakan
dalam APBDesa.

Dokumen atau formulir yang terkait dengan Penatausahaan Belanja Desa terdiri dari Rencana
Anggaran Biaya (RAB), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Pernyataan Tanggung Jawab
Belanja (SPTB), dan bukti kuitansi. Buku yang digunakan dalam penatausahaan belanja berupa
Buku Kas Umum (Tunai), Buku Bank dan Buku Kas Pembantu Pajak yang dikelolan Bendahara Desa
serta Buku Kas Pembantu Kegiatan yang dikelola Pelaksana Kegiatan. Selain itu terdapat tambahan
dokumen sebagai alat pengendalian berupa register SPP, register Kuitansi dan regiter pengedali
panjar.

1. Rencana Anggaran Biaya

Langkah awal yang harus dilakukan oleh Pelaksana Kegiatan setelah APBDesa ditetapkan
adalah mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan. Pengajuan tersebut harus
disertai dengan dokumen antara lain yaitu RAB. Format RAB sebagai berikut:

3
PEMERINTAH DESA...........
RENCANA ANGGARAN BIAYA
TAHUN ANGGARAN 20xx

Bidang :
Kegiatan :
Waktu Pelaksanaan :
Sumber Dana :
Output/Keluaran :

Anggaran
Kode Uraian
Volume Harga Satuan Jumlah
1 2 3 4 5

JUMLAH

..................20xx ..................20xx Desa....., ..................... xx


Mengesahkan, Telah Diverifikasi
Kepala Desa Sekretaris Desa Pelaksana Kegiatan

........................ ........................ ........................

Setelah RAB disetujui, maka langkah selanjutnya berupa permintaan pembayaran/uang dari
Pelaksana Kegiatan kepada Bendahara Desa melalui Surat Permintaan Pembayaran (SPP) baik
yang bersifat definitif maupun yang bersifat panjar.

2. Surat Permintaan Pembayaran (Definitif)

Surat Permintaan Pembayaran (Definitif) berfungsi sebagai dasar permintaan dana/uang oleh
Pelaksana Kegiatan kepada Kepala Desa melalui Bendahara Desa. SPP merupakan dasar bagi
Bendahara Desa dalam meberikan pembayaran kepada pelaksana kegiatan setelah
mendapat persetujuan dari Kepala Desa. Bagi Sekretaris Desa, SPP berfungsi sebagai alat
kontrol untuk menguji kebenaran perhitungan dan ketersediaan dana (verifikasi). Format SPP
disajikan sebagai berikut:

4
PEMERINTAH DESA...........
SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN
TAHUN ANGGARAN 20xx

Bidang : Nomor :
Kegiatan :
Waktu Pelaksanaan :
Rincian Pendanaan
Pagu Anggaran Pencairan s.d Permintaan Jumlah Sampai Sisa Dana
No Kode Uraian
(Rp) yang Lalu (Rp) Sekarang (Rp) Saat Ini (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8

JUMLAH

................ 20xx ................ 20xx .....................................................xx Desa....., .................... xx


Setuju Untuk Dibayarkan, Telah Dibayar Lunas Telah Diverifikasi
Kepala Desa Bendahara Desa Sekretaris Desa Pelaksana Kegiatan

........................ ........................ ........................ ........................

Dalam rangka pengendalian, maka SPP dibuat sebanyak 3 rangkap yaitu:

• Rangkap 1 (asli) untuk Bendahara Desa.

• Rangkap 2 untuk Sekretaris Desa.

• Rangkap 3 untuk Pelaksana Kegiatan.

Dalam pengajuannya, SPP dilampiri Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) dan SPJ
berupa bukti‐bukti transaksi (kuitansi).

a. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB)

Pengajuan SPP oleh Pelaksana Kegiatan harus dilampiri dengan Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Belanja (SPTB). SPTB merupakan rekapitulasi SPJ yang telah dilakukan
oleh pelaksana kegiatan. Dalam SPTB ini ditambahkan kolom “Nama” dan “Nomor
Rekening Pihak Ketiga” untuk memfasilitasi pembayaran yang dilakukan melalui
transfer bank. Format SPTB disajikan sebagai berikut.

5
PEMERINTAH DESA...........
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA
TAHUN ANGGARAN 20xx
Bidang :
Kegiatan :

Nomor & Nama


No Penerima Uraian Jumlah (Rp)
Rek Bank
1 2 3 4 5

JUMLAH

Bukti‐bukti pengeluaran atau belanja tersebut di atas sebagaimana terlampir, untuk kelengkapan
administrasi dan pemeriksaan telah sesuai peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Desa....., ..................... xx
Pelaksana Kegiatan

........................

b. Bukti Kuitansi

Selain SPTB, pengajuan SPP juga harus dilampiri dengan bukti transaksi. Bukti transaksi
adalah dokumen pendukung yang berisi data transaksi yang dibuat setelah adanya
transaksi yang digunakan sebagai dasar pencatatan. Bukti transaksi minimal memuat
data pihak yang mengeluarkan atau yang membuat. Bukti transaksi yang baik adalah di
dalamnya tertulis nama beserta jabatan dari pihak yang membuat, nama beserta
jabatan yang memverifikasi, nama dan jabatan yang menyetujui, dan nama dari pihak
yang menerima. Contoh bukti transaksi antara lain yaitu berupa kuitansi, faktur, surat
perjanjian, surat penerimaan barang, nota kontan (nota), nota debet, nota kredit, dan
memo internal.

Selain itu bukti transaksi juga harus diberi nomor dan diarsipkan sehingga dapat
dengan mudah ditelusuri jika diperlukan. Bukti transaksi (termasuk dokumen
pencatatan/BKU/buku pembantu) adalah dokumen resmi milik Pemerintah Desa, dan
berfungsi sebagai sumber data dalam kegiatan audit, serta bisa menjadi barang bukti
dalam proses hukum (misalnya dalam kasus dugaan penyelewengan keuangan dan
atau tindak pidana lain terkait keuangan desa). Oleh karena itu, tindakan secara
sengaja menghilangkan, merusak, mengubah, baik seluruh atau sebagian dari bukti
6
transaksi adalah termasuk tindakan melawan hukum. Contoh format Bukti Kuitansi
disajikan sebagai berikut

KUITANSI PENGELUARAN
Nomor Kuitansi: .........................
Sudah terima dari : …….........……………………………………………………………………
Banyaknya uang : ==..................................................................................................... ==
Untuk Pembayaran : .........................................................................................
Nama Kegiatan : .........................................................................................
Kode Rekening Belanja : .........................................................................................
Potongan Pajak ...................., ................
Nilai : .............................. Yang Menerima,
Pot. Pajak PPN : ..............................
Pot. PajakPenghasilan ..........................................
Total yg dibayarkan : .............................. ....................

Rp.

Menyetujui Dibayar Oleh


Kepala Desa Bendahara Desa

.................... ....................

Semua transaksi pengeluaran belanja harus dicatat untuk kemudian pencatatan


tersebut menjadi dasar penyusunan laporan keuangan. Pencatatan dilakukan oleh
Bendahara Desa pada Buku Kas Umum Desa, Buku Bank Desa, dan Buku Kas Pembantu
Pajak.

3. Surat Permintaan Pembayaran (Panjar Kegiatan)

SPP Panjar Kegiatan adalah permintaan dana/uang muka kepada Pelaksana Kegiatan untuk
melaksanakan kegiatan tertentu. Berbeda dengan SPP Definitif yang melampirkan bukti
transaksi yang telah dilaksanakan, lampiran SPP Panjar Kegiatan berupa rencana
pembelian/pengeluran yang akan dilakukan.

Format SPP Panjar Kegiatan adalah sebagai berikut.

7
PEMERINTAH DESA...........
SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN PANJAR KEGIATAN
TAHUN ANGGARAN 20xx

NOMOR : .............................................

Bidang :
Kegiatan :
Keperluan :
Jumlah yang Dimint :

Perincian rencana penggunaan dana


No Kode Uraian Jumlah (Rp) Keterangan
1 2 3 4 5

JUMLAH

…………… 20xx …………… 20xx Desa.....,.....................xx


Disetujui Telah Diverifikasi
Kepala Desa Sekretaris Desa Pelaksana Kegiatan

........................ ........................ ........................

Seluruh SPP (definitif) akan dikompilasi pada akhir periode sebagai dasar penyusunan
Laporan Realisasi APB Desa oleh Bendahara Desa. Oleh karena itu Bendahara Desa harus
membuat Register SPP. Walaupun Register SPP tidak diatur dalam Permendagri Nomor 113
Tahun 2014, pencatatan ini sangat diperlukan untuk memudahkan penyusunan laporan
keuangan.

Selain membuat Register Surat Perintah Pembayaran (Register SPP), Bendahara Desa
memerlukan Register Kuitansi Pembayaran (Register Kuitansi) sebagai alat pengendalian
pengeluaran belanja.

Dokumen‐dokumen yang terkait dengan penatusahaan belanja disajikan dalam pembahasan


bab berikutnya.

118
C. PENATAUSAHAAN PEMBIAYAAN DESA

Pembiayaan desa meliputi meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun‐tahun anggaran berikutnya. Penatausahaan pembiayaan desa adalah proses
pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara Desa terhadap seluruh transaksi pembiayaan desa yang
meliputi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan.

Bendahara Desa harus melakukan penatausahaan atas pembiayaan desa berupa pencatatan ke
dalam dokumen pencatatan untuk semua penerimaan maupun pengeluaran pembiayaan.
Sebagaimana halnya penerimaan pendapatan, maka atas penerimaan pembiayaan yang diterima
secara tunai maupun transfer (misalnya atas transaksi penjualan hasil kekayaan desa yang
dipisahkan), Bendahara Desa harus membuat bukti kuitansi tanda terima dan dicatat pada Buku
Kas Umum Desa dan Buku Bank Desa (untuk penerimaan melalui transfer).

Begitupun halnya dengan pengeluaran pembiayaan, harus dilakukan pencatatan pada Buku Kas
Umum Desa dan Buku Bank Desa (untuk pengeluaran melalui transfer). Pencatatan penerimaan
maupun pengeluaran pembiayaan baik berupa kas maupun nonkas/transfer harus disertai dengan
bukti‐bukti yang lengkap dan sah, serta dicatat secara benar dan tertib.

Selain pencatatan pada Buku Kas Umum dan Buku Bank, juga dilakukan pencatatan pada Buku
Rincian Pembiayaan walaupun frekuensi transaksi pembiayaan relatif sedikit. Tujuannya adalah
agar diperoleh informasi mengenai pembiayaan berdasarkan klasifikasinya yang nanti akan
memudahkan penyusunan laporan keuangan. Dokumen‐dokumen yang terkait dengan
penatusahaan pendapatan disajikan dalam pembahasan bab berikutnya

D. DOKUMEN PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA

1. Buku Kas Umum

Tidak seperti akuntansi pada umumnya, pembukuan keuangan desa dilakukan secara lebih
sederhana. Hal ini bisa dilihat dari penggunaan Buku Kas Umum Desa, yang hanya digunakan
untuk mencatat transaksi yang dilakukan secara TUNAI (baik penerimaan pendapatan
maupun pengeluaran belanja), dan dilakukan secara kronologis. Jadi penerimaam
pendapatan dan pengeluaran belanja kegiatan yang dilakukan secara tunai oleh Bendahara
Desa akan dicatat dalam Buku Kas Umum Desa.

119
Pencatatan semua transaksi baik penerimaan pendapatan maupun pengeluaran belanja desa
pada Buku Kas Umum Desa dan buku pembantu lainnya dilakukan berdasarkan bukti
transaksi yang lengkap dan sah, misalnya dokumen sumber yang dijadikan dasar pencatatan
pengeluaran belanja oleh Bendahara Desa antara lain yaitu kuitansi pengeluaran, Faktur
pembelian atau Nota Pembelian.

Khusus transaksi pemotongan dan penyetoran pajak oleh Bendahara Desa selain dicatat pada
Buku Kas Umum Desa juga dicatat dalam Buku Kas Pembantu Pajak. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan memperoleh informasi mengenai kewajiban perpajakan Bendahara Desa.

Format Buku Kas Umum sebagai berikut:

BUKU KAS UMUM ‐ TUNAI


PEMERINTAH DESA...........
TAHUN ANGGARAN 20xx

Kode Penerimaan Pengeluaran Nomor Pengeluaran


No Tanggal Uraian Saldo
Rekening (Rp) (Rp) Bukti Kumulatif
1 2 3 4 5 6 7 8 9

JUMLAH

Desa....., ..................... xx

Mengetahui,
Kepala Desa Bendahara Desa

........................ ........................

Dalam Buku Kas Umum Desa, terdapat kolom “Kode Rekening” yang diisi dengan kode
rekening, namun digunakan hanya untuk pencatatan transaksi keuangan yang
mempengaruhi akun pendapatan, belanja, dan pembiayaan sebagaimana tertuang dalam
APBDesa. Sedangkan transaksi yang tidak mempengaruhi akun tersebut tadi, misalnya
pengambilan uang tunai dari bank, pemberian panjar, dan transfer kepada pihak ketiga, tidak
perlu diisi dengan kode rekening.

Kolom “Nomor Bukti” agar diisi dengan nomor intern yang diberikan secara teratur dan
sistematis sehingga mudah untuk ditelusuri.

Kolom “Pengeluaran Kumulatif” diisi dengan jumlah sebesar akumulasi pengeluaran saja
(tidak termasuk penerimaan). Jadi jika pada baris berikutnya adalah transaksi penerimaan

120
tunai, maka besaran jumlah kolom pada baris tersebut adalah sama dengan besaran jumlah
pada baris sebelumnya.

Kolom “Saldo” menunjukkan jumlah akumulasi uang dari transaksi penerimaan maupun
pengeluaran kas.

Pada setiap akhir bulan Buku Kas Umum Desa harus ditutup secara tertib, serta
ditandatangani oleh Bendahara Desa dan Kepala Desa.

2. Buku Bank

Berbeda dengan Buku Kas Umum Desa, Buku Bank Desa hanya digunakan untuk pencatatan
transaksi keuangan yang dilakukan melalui transfer bank baik penerimaan maupun
pengeluaran termasuk mutasi kas. Pencatatan dalam Buku Bank Desa juga dilakukan secara
kronologis. Format Buku Bank sebagai berikut:

BUKU BANK DESA


PEMERINTAH DESA...........
TAHUN ANGGARAN 20xx
Bulan :
Nama Bank :
Nomor Rek :
Pemasukan Pengeluaran
Uraian Nomor
No Tanggal Penarikan Biaya Admin Saldo
Transaksi Bukti Setoran (Rp) Bunga (Rp) Pajak (Rp)
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Total Transaksi Bulan Ini


Total Transaksi Kumulatif

Desa....., .....................xx

Kepala Desa Bendahara Desa

........................ ........................

Kolom “Nomor Bukti” agar diisi dengan nomor intern yang diberikan secara teratur dan
sistematis sehingga mudah untuk ditelusuri.

Kolom “Bunga”, “Pajak”, dan “Biaya Administrasi”, diisi dengan jumlah yang nilainya
diperoleh dari rekening koran bank yang bersangkutan.

121
Kolom “Saldo” menunjukkan jumlah akumulasi uang dari transaksi pemasukan maupun
pengeluaran melalui bank. Atas saldo ini harus dilakukan rekonsiliasi dengan rekening koran
bank yang bersangkutan.

Pada setiap akhir bulan Buku Bank Desa harus ditutup secara tertib, serta ditandatangani
oleh Bendahara Desa dan Kepala Desa.

3. Buku Kas Pembantu Pajak

Buku Kas Pembantu Pajak digunakan untuk mencatat pemotongan dan penyetoran pajak
yang dilakukan oleh Bendahara Desa. Transaksi pemotongan dan penyetoran pajak ini dicatat
pada Buku Kas Umum Desa dan Buku Pajak.

BUKU KAS PEMBANTU PAJAK


PEMERINTAH DESA...........
TAHUN ANGGARAN 20xx

Pemotongan Penyetoran
No Tanggal Uraian Saldo
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6

JUMLAH

Desa....., ..................... xx

Mengetahui,
Kepala Desa Bendahara Desa

........................ ........................

Buku Kas Pembantu Pajak merupakan alat pengendali terhadap kewajiban perpajakan yang
dilakukan bendahara desa. Dengan buku ini dapat diketahui pemotongan dan penyetoran
perpajakan yang telah dilakukan oleh Bendahara Desa.

122
4. Buku Pembantu Rincian Pendapatan

Buku Pembantu Rincian Pendapatan merupakan buku sebagai alat pengendali pencatatan
penerimaan pendapatan untuk tiap jenisnya agar pada saat penyusunan laporan realisasi
APBDesa khususnya pendapatan desa tidak mengalami kesulitan. Buku ini merupakan
tambahan diluar yang dipersyaratkan oleh Permendagri 113/2014. Format Buku Pembantu
Rincian Pendapatan sebagai berikut:

BUKU PEMBANTU RINCIAN PENDAPATAN


PEMERINTAH DESA...........
TAHUN ANGGARAN 20xx
Jenis Pendapatan Jumlah
No Uraian
PADesa Transfer Lain‐lain Pendapatan (Rp)
1 2 3 4 5 6

JUMLAH

Mengetahui, Desa....., .....................xx


Kepala Desa Bendahara Desa

........................ ........................

Dengan Buku Pembantu Rincian Pendapatan ini maka setiap jenis pendapatan seperti
pendapatan hasil usaha, Dana Desa ataupun Alokasi Dana Desa dapat diketahui dengan
mudah. Hal ini diperlukan dalam penyusunan Laporan Realisasi APBDesa.

5. Register Surat Perintah Pembayaran (Register SPP)

Register SPP adalah sarana untuk mengendalikan dan mengontrol SPP yang telah diterbitkan
baik SPP Definitif maupun SPP Panjar Kegiatan. Pada akhir periode, register ini dapat
dijadikan kontrol dalam penyusunan Laporan Realisasi APB Desa oleh Bendahara Desa.
Format Register SPP disajikan sebagai berikut.

123
PEMERINTAH DESA...........
REGISTER SURAT PERINTAH PEMBAYARAN
TAHUN ANGGARAN 20xx
No Tanggal No SPP Uraian Pembayaran Jumlah (Rp)
1 2 3 4 5

JUMLAH

Desa....., ..................... xx

Sekretaris Desa Bendahara Desa

........................ ........................

Sebagai alat pengendalian, Register SPP ini digunakan sebagai acuan dalam memberi nomor
SPP yang diajukan pelaksana kegiatan.

6. Register Kuitansi Pembayaran (Register Kuitansi)

Register Kuitansi Pembayaran (Register Kuitansi) adalah sarana untuk mengendalikan dan
mengontrol kuitansi. Pada akhir periode, register ini dapat dijadikan kontrol dalam
penyusunan Laporan Realisasi APB Desa oleh Bendahara Desa. Format Register Kuitansi
Pembayaran disajikan sebagai berikut.

PEMERINTAH DESA...........
REGISTER KUITANSI PEMBAYARAN
TAHUN ANGGARAN 20xx
No Tanggal No Bukti Uraian Pembayaran Jumlah (Rp)
1 2 3 4 5

JUMLAH

Desa....., .................... xx
Sekretaris Desa Bendahara Desa

........................ ........................

124
Dengan adanya Register Kuitansi Pembayaran ini maka penomoran atas kuitansi yang ada
dapat terstandarisasi sehingga memudahkan untuk penelusuran dan pencarian kuitansi yang
dimaksud.

7. Daftar Rekapitulasi Panjar Kegiatan

Daftar Rekapitulasi Panjar Kegiatan merupakan suatu daftar yang dibuat oleh Bendahara
Desa untuk mengetahui rincian panjar yang telah dikeluarkan kepada Pelaksana Kegiatan.

Format Daftar Rekapitulasi Panjar Kegiatan adalah sebagai berikut:


PEMERINTAH DESA...........
DAFTAR REKAPITULASI PANJAR KEGIATAN
TAHUN ANGGARAN 20xx

Periode :

Jumlah Jumlah Sisa Pengembalian Sisa


Kode Nama Kegiatan
Panjar SPJ Panjar Sisa Panjar Dana
1 2 3 4 5 5 5

Desa....., .................... xx
Mengetahui,
Kepala Desa Bendahara Desa

........................ ........................

Dengan daftar ini maka akan diketahui panjar mana saja yang sudah dipertanggungjawabkan
oleh pelaksana kegiatan dan panjar yang masih terbuka belum di‐SPJ‐kan.

8. Buku Pembantu Rincian Pembiayaan

Buku Pembantu Rincian Pembiayaan merupakan buku sebagai alat pengendali pencatatan
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan. Buku ini mencatat transaksi untuk tiap jenis
pembiayaan agar pada saat penyusunan laporan realisasi APBDesa khususnya yang terkait
pembiayaan desa tidak mengalami kesulitan. Buku ini merupakan tambahan diluar yang
dipersyaratkan oleh Permendagri 113/2014. Format Buku Pembantu Rincian Pembiayaan
sebagai berikut:

125
BUKU PEMBANTU RINCIAN PEMBIAYAAN
PEMERINTAH DESA...........
TAHUN ANGGARAN 20xx
Jenis Pembiayaan Jumlah
No Uraian Penerimaan Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Pembiayaan (Rp)
1 2 3 4 6

JUMLAH

Desa....., .................... xx
Mengetahui,
Kepala Desa Bendahara Desa

........................ ........................

Dengan Buku Pembantu Rincian Pembiayaan ini maka setiap jenis pembiayaan dapat
diketahui dengan mudah. Hal ini diperlukan dalam penyusunan Laporan Realisasi APBDesa.

9. Buku Kas Pembantu Kegiatan

Selain Bendahara Desa, Pelaksana Kegiatan juga melakukan pencatatan pengeluaran belanja.
Namun pengeluaran yang dicatat oleh Pelaksana Kegiatan adalah berupa pengeluaran
belanja kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya, baik berupa belanja barang dan jasa
maupun belanja modal; serta transaksi penerimaan panjar dari Bendahara Desa.

Pelaksana Kegiatan melakukan pencatatan pada Buku Kas Pembantu Kegiatan berdasarkan
SPP yang telah disetujui dan didukung dengan bukti transaksi yang lengkap dan sah. Selain itu
Pelaksana Kegiatan juga harus menyusun Laporan Kegiatan setelah kegiatan selesai
dilaksanakan.

126
BUKU KAS PEMBANTU KEGIATAN
PEMERINTAH DESA...........
TAHUN ANGGARAN 20xx
1. Bidang : ................................
2. Kegiatan : ................................
Penerimaan Pengeluaran Jumlah
Dari Swadaya Nomor Belanja Pengembalian Saldo Kas
No Tanggal Uraian Belanja
Bendahara Masyarakat Bukti Barang dan ke Bendahara (Rp)
Modal (Rp)
(Rp) (Rp) Jasa (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Jumlah
Total Penerimaan Total Pengeluaran

Desa....., .....................xx

Pelaksana Kegiatan

........................

Dokumen sumber yang dijadikan dasar pencatatan transaksi oleh Pelaksana Kegiatan ke
dalam Buku Kas Pembantu Kegiatan antara lain:

▪ kuitansi pengeluaran,

▪ tanda terima panjar,

▪ tanda terima barang (swadaya berupa barang), dan

▪ daftar hadir (swadaya berupa tenaga).

Jika pada akhir pelaksanaan kegiatan masih terdapat saldo di Pelaksana Kegiatan, maka
dilakukan penyetoran sisa panjar kepada Bendahara Desa.

Kolom “Nomor Bukti” agar diisi dengan nomor intern yang diberikan secara teratur dan
sistematis sehingga mudah untuk ditelusuri.

Pada setiap akhir bulan Buku Kas Pembantu Kegiatan harus ditutup secara tertib dan
ditandatangani oleh Pelaksana Kegiatan.

127
E. LAPORAN BENDAHARA DESA

Sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya bahwa Bendahara Desa harus melakukan tutup
buku setiap akhir bulan secara tertib, meliputi Buku Kas Umum Desa, Buku Bank Desa, Buku
Pembantu Pajak, Buku Rincian Pendapatan, dan Buku Rincian Pembiayaan. Penutupan buku ini
dilakukan bersama dengan Kepala Desa. Selain itu, Bendahara Desa wajib menyusun Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara Desa sebagai wujud tanggung jawabnya mengelola keuangan
desa, sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 pasal 35. Laporan ini
harus diverifikasi terlebih dahulu oleh Sekretaris Desa untuk membandingkan antara saldo
pembukuan dengan saldo riil (berupa kas tunai dan saldo Rekening Kas Desa), untuk kemudian
disampaikan kepada Kepala Desa setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Desa menggambarkan arus uang masuk yang diterima
dari penerimaan pendapatan desa; dan arus uang keluar untuk pengeluaran belanja desa. Arus kas
tersebut tergambar pada Buku Kas Umum Desa dan Buku Bank Desa. Berikut adalah contoh format
Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Desa.

132
Saldo awal diperoleh dari saldo bulan sebelumnya; sedangkan jumlah penerimaan dan jumlah
pengeluaran diperoleh dari penjumlahan kolom penerimaan pada Buku Kas Umum Desa dan Buku
Bank Desa; dan jumlah pengeluaran diperoleh dari penjumlahan kolom pengeluaran Buku Kas
Umum Desa dan Buku Bank Desa.

133
F. LAPORAN PELAKSANA KEGIATAN

Laporan Kegiatan oleh Pelaksana Kegiatan disusun setelah kegiatan telah selesai dilaksanakan dan
telah ada persetujuan/pengesahan belanja oleh kepala desa melalui dokumen SPP. Laporan
kegiatan mencakup kegiatan‐kegiatan yang telah selesai dilaksanakan beserta uraian
hasil/keluaran kegiatan dan biaya yang telah dikeluarkan. Laporan ini sekaligus juga sebagai media
pemberitahuan tambahan aset (jika ada). Jika keluaran berupa aset yang merupakan bagian
kekayaan milik desa maka harus dicatat dalam buku inventaris desa dan dilaporkan dalam Laporan
Kekayaan Milik Desa. Laporan kegiatan ini didukung oleh lampiran berupa Berita Acara Serah
Terima Barang dari penyedia/pihak ketiga kepada pelaksana kegiatan/kepala desa.

G. SOAL DAN DISKUSI


1. Sebutkan dokumen‐dokumen yang dikelola oleh bendahara desa?

2. Buku Kas Umum mencatat seluruh transaksi baik kas maupaun bank yang dilakukan
bendahara desa, setujukah dengan pernyataan di atas? Jelaskan!

3. Bagaimana pencatatan pendapatan yang berasal dari swadaya masyarakat berupa barang
dan/atau tenaga kerja sukarela?

4. Bendahara Desa dalam penatausahaannya tidak memiliki Rincian Objek Belanja sebagaimana
diatur dalam regulasi sebelumnya yaitu Permendgari 37/2007. Apa konsukensinya bagi
Bendahara Desa?

5. Sebutkan contoh dokumen‐dokumen sumber sebagai dasar pencatatan di BKU?

6. Jelaskan bedanya antara SPP panjar dan SPP definitif?

7. Bagaimana pencatatan penerimaan dividen/bagi hasil dari BUMDesa dan Penyertaan Modal
pada BUM Desa?

8. Apa bentuk Laporan pertanggungjawaban Bendahara Desa? Jelaskan!

9. Jelaskan mekanisme pencatatan penerimaan pajak dan penyetoran pajak?

10. Apa yang dimaksud dengan SPTB? Jelaskan?

11. Bagaimana pencatatan panjar dilakukan oleh Bendahara Desa? Dengan cara bagaimana
Bendahara mengontrol panjar yang telah diserahkan ke Pelaksana Kegiatan?
~

134
135

Anda mungkin juga menyukai