Anda di halaman 1dari 32

BUPATI KENDAL

Kendal, 28 Agustus 2023


Kepada Yth :
Kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Kendal

SURAT EDARAN
NOMOR 900/2391/2023
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2024

Sesuai dengan Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan Anggaran


Pendapatan dan Belanja Daerah yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Daerah, bahwa Surat Edaran Kepala Daerah perihal Pedoman
Penyusunan RKA-SKPD diterbitkan paling lambat 1 (satu) minggu setelah
rancangan KUA dan rancangan PPAS disepakati antara Kepala Daerah dan
Pimpinan DPRD.
Surat Edaran dimaksud dibuat dalam rangka memadukan, sinkronisasi
dan menjamin keselarasan pelaksanaan program, kegiatan dan sub kegiatan
secara adil merata dan memperhatikan sinergitas antara pemerintah pusat,
propinsi, dan pemerintah kabupaten maupun antar SKPD lingkup
Pemerintah Kabupaten Kendal.
Oleh sebab itu, perlu disusun Pedoman Penyusunan Rencana Kerja
Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2024 sangat diperlukan,
sebagai acuan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) beserta
jajarannya dalam menyusun Rencana Kerja Anggaran (RKA) Tahun
Anggaran 2024.
I. DASAR
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam rangka menghadapi
Ancaman yang membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau
Stabilitas Sistem Keuangan menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 134, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6516);
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Cipta Kerja menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
lndonesia Tahun 2023 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Republik lndonesia Nomor 6856);
c. Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6757);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4575);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan
Keuangan Kepada Partai Politik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4972) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2018
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun
2009 tentang Bantuan Keuangan kepada Partai Politik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6177);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6322);
g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 108 Tahun 2016 tentang
Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2083);
h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2020 tentang
Pengukuran Indeks Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 284);
i. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2020 tentang
Pengutamaan Penggunaan Alokasi Anggaran untuk Kegiatan
Tertentu, Perubahan Alokasi, dan Penggunaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 581) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2020 tentang
Pengutamaan Penggunaan Alokasi Anggaran untuk Kegiatan
Tertentu, Perubahan Alokasi, dan Penggunaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 910);
j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1781);
k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2022 tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2023 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 972).

II. PENDAHULUAN
Pemerintah Daerah menetapkan target pendapatan dan capaian
kinerja setiap belanja, baik dalam konteks daerah, satuan kerja
perangkat daerah, maupun program dan kegiatan serta sub kegiatan,
yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan
anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan
anggaran. Program dan kegiatan atau sub kegiatan harus memberikan
informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi langsung
dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan dimaksud
ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan target kinerjanya.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyusun RKA-SKPD dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka
pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan
penganggaran berdasarkan prestasi kerja;
b. Penyusunan RKA-SKPD dimaksud mencakup prioritas
pembangunan daerah, program dan kegiatan maupun sub kegiatan
berdasarkan pada indikator kinerja, tolok ukur capaian atau target
kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan
standar pelayanan minimal;
c. Indikator kinerja yaitu ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari
program dan kegiatan serta sub kegiatan yang direncanakan;
d. Capaian kinerja yaitu merupakan ukuran prestasi kerja yang akan
dicapai berwujud kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektifitas
pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan maupun sub
kegiatan;
e. Analisis standar belanja yaitu merupakan penilaian kewajaran atas
beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu
kegiatan;
f. Standar biaya yaitu merupakan harga satuan setiap unit
barang/jasa yang berlaku disuatu daerah yang ditetapkan dengan
Peraturan Kepala Daerah;
g. Pengadaaan barang, jasa dan gabungan barang dan jasa harus
memperhatikan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan
harus memenuhi kewajiban penggunaan produk dalam negeri
minimal 40%.
h. Sumber dana earmark adalah sumber dana yang berasal dari
pendapatan transfer pemerintah pusat atau provinsi, yang telah
ditentukan penggunaannya (earmarked), dan tidak boleh dialihkan
ke kegiatan lain yang telah diamanatkan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan. Sumber dana tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Dana Bagi hasil (DBH);
2. Dana Alokasi Umum (DAU), yang dibedakan menjadi 3 jenis,
yang disebut juga dengan DAU Spesific Grand yang terdiri
dari :
a) DAU Spesific Grand Bidang Pendidikan;
b) DAU Spesific Grand Bidang Kesehatan;
c) DAU Spesific Grand Bidang Pekerjaan Umum.
3. Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik;
4. Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik;
5. Dana Insentif Daerah (DID), yang telah diganti dalam
penyebutannya menjadi Dana Insentif Fiskal (DIF);
6. Dana Otonomi Khusus dan Dana Tambahan Infrastruktur;
7. Dana Desa;
8. Pendapatan Bagi Hasil Pajak;
9. Bantuan Keuangan Umum;
10. Bantuan Keuangan Khusus;
11. Pendapatan Hibah;
12. Dana Darurat;
13. Pendapatan Hibah Dana Biaya Operasional Sekolah (BOS).

III. TATA CARA PENYUSUNAN ANGGARAN


1. Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (RKA-SKPD) Tahun Anggaran 2024 memerlukan
pemahaman sebagai berikut:
a. Target kinerja yang ditetapkan merupakan rencana kinerja
sebuah SKPD dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi
SKPD dan atau penugasan prioritas pembangunan nasional;
b. Informasi kinerja yang ada dalam RKA-SKPD meliputi:
- Visi dan misi SKPD dan sasaran strategis SKPD;
- Program, outcome program, indikator kinerja utama
program; dan
- Kegiatan/sub kegiatan, output kegiatan/sub kegiatan,
indikator kinerja kegiatan/sub kegiatan.
c. Informasi tersebut merupakan kebijakan kinerja yang
ditetapkan dan bersifat baku serta menjadi referensi dalam
penentuan alokasi pendanaannya, Informasi tersebut juga
telah tercantum dalam dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategis Satuan
Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kerja
Perangkat Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renja SKPD).
d. Program dan kegiatan maupun sub kegiatan yang
dilaksanakan oleh SKPD seluruhnya dalam kerangka
pelaksanaan tugas fungsi SKPD dan/atau penugasan prioritas
pembangunan daerah. Oleh karena itu peruntukan alokasi
anggaran harus memperhatikan urutan prioritas sebagai
berikut:
- Kebutuhan anggaran untuk biaya operasional
SKPD/Satuan Kerja yang sifatnya mendasar, seperti
alokasi untuk Gaji dan tunjangan, serta operasional dan
pemeliharaan perkantoran;
- Program dan kegiatan maupun sub kegiatan yang
mendukung pencapaian prioritas pembangunan nasional,
prioritas pembangunan bidang dan/atau prioritas
pembangunan daerah (dimensi kewilayahan) yang
tercantum dalam RKPD Tahun 2024;
- Kebutuhan anggaran untuk kegiatan lanjutan yang bersifat
tahun jamak (multi years).
e. Penyusunan RKA-SKPD menggunakan Kerangka Acuan
Kerja RKA-SKPD sebagai salah satu data pendukung. SKPD
menyusun informasi kinerja beserta alokasi anggarannya
dalam Kerangka Acuan Kerja RKA-SKPD. Informasi yang
tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja RKA-SKPD per SKPD
direkapitulasi dalam dokumen SKPD. Dalam hal ini Satuan
Kerja (Satker) menyusun Kerangka Acuan Kerja RKA-SKPD
dengan memasukan komponen input beserta kebutuhan dana
untuk menghasilkan output kegiatan sesuai tugas dan fungsi.
Kerangka Acuan Kerja merupakan gambaran umum dan
penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai
dengan tugas dan fungsi SKPD yang mencakup latar belakang,
maksud dan tujuan, indikator keluaran, cara pelaksanaan
kegiatan, pelaksana dan penanggung jawab kegiatan, jadwal
kegiatan dan biaya yang diperlukan dan sumber dana;
f. Penyusunan kebutuhan pendanaan untuk masing-masing
output kegiatan, disusun dalam komponen-komponen input
sesuai klasifikasi jenis belanja dan sumber dana;
g. Penghitungan kebutuhan dana komponen input berdasarkan
pada standar biaya dan/atau kepatutan dan kewajaran harga
apabila tidak diatur dalam standar biaya;
h. Apabila dalam pembahasan RKA-SKPD terjadi pengurangan
anggaran kegiatan, maka hasil pengurangan anggaran
kegiatan dimaksud telah disetujui oleh Tim Anggaran
Pemerintah Daerah (TAPD) pada kegiatan-kegiatan prioritas
daerah lainnya pada SKPD yang bersangkutan.
2. Penyusunan RKA-SKPD
Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran menyusun RKA-SKPD
yang dipimpinnya dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan
APBD Tahun Anggaran 2024.
RKA-SKPD disusun harus mempedomani:
a. Surat Edaran Bupati Kendal tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2024;
b. Dokumen RPJMD, Renstra SKPD, RKPD dan Renja SKPD;
c. Standar Biaya; dan
d. Kode Rekening pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Selanjutnya RKA-SKPD yang telah disusun tersebut, ditandatangani
oleh pimpinan SKPD selaku Pengguna Anggaran. RKA-SKPD yang
telah disusun tersebut disampaikan kepada TAPD melalui Kepala
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang batas tanggal
penyampaiannya akan ditetapkan dalam Surat Edaran ini. Kepala
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah menetapkan jadwal
pembahasan bersama atau asistensi RKA-SKPD antara SKPD
dengan Tim Peneliti RKA-SKPD. Apabila terjadi perubahan RKA-
SKPD berdasarkan hasil kesepakatan dalam pembahasan bersama
akan dilakukan penyesuaian RKA-SKPD. Selanjutnya RKA-SKPD
yang telah ditelaah menjadi dasar penyusunan Peraturan Bupati
Kendal tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah. Seluruh dokumen pendukung RKA-SKPD tersebut diatas,
dibuat dalam bentuk data elektronik dengan menggunakan program
aplikasi Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) melalui
website https://sipd-ri.kemendagri.go.id di masing-masing SKPD.

IV. POKOK-POKOK PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN


SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PADA ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KENDAL
KABUPATEN KENDAL TAHUN ANGGARAN 2024
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan kerangka
kebijakan publik yang memuat hak dan kewajiban pemerintah daerah
dan masyarakat yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan, Anggaran
Belanja dan Anggaran Pembiayaan.
1. UMUM
Berdasarkan Nota Kesepakatan tentang Kebijakan Umum Anggaran
(KUA) serta Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD yang
telah disepakati dan masing–masing telah dituangkan ke dalam Nota
Kesepakatan yang ditandatangani bersama antara Kepala Daerah
dengan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), proses
selanjutnya adalah menyusun RKA–SKPD APBD Tahun Anggaran
2024.
Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2024 didasarkan prinsip sebagai
berikut :
1. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan
kemampuan pendapatan daerah;
2. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi;
3. Mempedomani KUA dan PPAS yang didasarkan pada RKPD;
4. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
5. Dilakukan secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan,
partisipatif dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
rasa keadilan, kepatutan, manfaat untuk masyarakat dan taat
pada ketentuan peraturan perundang-undangan;
6. APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Daerah untuk
melakukan penerimaan dan pengeluaran daerah; dan
7. Penerimaan daerah dan pengeluaran daerah berupa uang
harus dicantumkan dan dianggarkan secara bruto dalam
APBD.

2. PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN PENDAPATAN


Kepala SKPD pengelola pendapatan menyusun Rencana Kerja dan
Anggaran Pendapatan yang memuat kelompok, jenis, objek dan
rincian objek pendapatan daerah, yang dipungut/dikelola/diterima
oleh SKPD yang bersangkutan kedalam RKA Pendapatan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya, ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Penyusunan RKA–SKPD Pendapatan agar berpedoman pada hal – hal
sebagai berikut:
a. Nominal target anggaran pendapatan agar disesuaikan dengan
target pendapatan yang tercantum dalam KUA dan PPAS yang
telah disepakati oleh Kepala Daerah dan Pimpinan DPRD
Kabupaten Kendal;
b. Memuat secara lengkap kelompok, jenis, objek, rincian objek dan
sub rincian objek pendapatan daerah yang dipungut/dikelola/
diterima oleh SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsi;
c. Memuat dasar hukum dan peraturan perundang-undangan yang
mengaturnya. Dasar hukum tersebut dapat berupa Peraturan
Daerah, Peraturan Pemerintah atau Peraturan Perundang -
undangan lainnya;
d. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan secara bruto,
mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan
tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam
rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi
dengan bagian Pemerintah Pusat/Daerah lain dalam rangka bagi
hasil;
e. Dalam rangka pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah
dapat diberikan biaya pemungutan pajak/retribusi paling tinggi
5% (lima persen) dari realisasi penerimaan pajak daerah dan
retribusi daerah dan dianggarkan dalam anggaran belanja;
f. Memuat volume, satuan dan tarif/harga untuk masing–masing
objek pendapatan dengan disertai dasar penurunan/kenaikan
objek pendapatan pada kolom keterangan;
g. Dalam rangka transparansi penganggaran pendapatan setiap
rincian objek Pendapatan Asli Daerah agar dicantumkan
target/volume dan satuan tarif pemungutan sesuai dengan
Peraturan Daerah yang telah ditetapkan;
h. Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pungutan Daerah Lainnya
yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan
kemampuan untuk membayar. Masyarakat yang mempunyai
kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban
yang sama, sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan
untuk membayar tinggi diberi beban yang tinggi pula;
i. Anggaran Pendapatan yang bisa dinaikkan targetnya dalam
Penetapan APBD Tahun Anggaran 2024 supaya dihitung secara
cermat dan teliti sesuai dengan potensi yang ada, sedangkan
anggaran pendapatan yang diperkirakan turun sedapat mungkin
dipertahankan sama dengan pada saat penetapan APBD;
j. Berkaitan dengan poin peningkatan pendapatan daerah dari pajak
dan retribusi, maka diperlukan adanya intensifikasi dan
ektensifikasi pendapatan secara terus-menerus dan
mengoptimalkan upaya peningkatan PAD dengan selalu
menghindari dan memperkecil akibat negatif terhadap
perekonomian daerah;
k. Mencantumkan alasan/sebab bertambahnya atau berkurangnya
anggaran pendapatan serta hal-hal yang menjadi hambatan
dalam pelaksanaan pemungutan;
l. Memperkecil biaya operasional pemungutan pendapatan daerah
dengan cara merasionalisasi kembali biaya operasional
pemungutan yang telah ditetapkan agar seimbang dengan
penerimaan yang diperoleh.

3. PENYUSUNAN RENCANA KERJA ANGGARAN SATUAN KERJA


PERANGKAT DAERAH BELANJA
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Daerah (RKUD) yang tidak perlu diterima kembali oleh daerah
dan pengeluaran lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan diakui sebagai pengurang ekuitas yang
merupakan kewajiban daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran.
Belanja daerah dirinci menurut urusan Pemerintahan Daerah,
bidang urusan Pemerintahan Daerah, organisasi, program, kegiatan,
sub kegiatan, kelompok, jenis, objek, rincian objek, dan sub
rincian objek belanja daerah.
a. Belanja Operasi
Belanja operasi merupakan pengeluaran anggaran untuk
kegiatan sehari-hari Pemerintah Daerah yang memberi manfaat
jangka pendek.
Belanja operasi dirinci atas jenis:
1) Belanja Pegawai
Belanja pegawai digunakan untuk menganggarkan
kompensasi yang diberikan kepada Kepala Daerah, Wakil
Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD, serta Aparatur
Sipil Negara (ASN) dan ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Penganggaran belanja pegawai antara lain berupa gaji/uang
representasi dan tunjangan, tambahan penghasilan pegawai
ASN, belanja penerimaan lainnya pimpinan dan anggota
DPRD serta Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, insentif
pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah/jasa layanan
lainnya yang diamanatkan dalam peraturan perundang-
undangan.
Penganggaran belanja pegawai tersebut bagi:
a) Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah dianggarkan
pada belanja SKPD Sekretariat Daerah;
b) Pimpinan dan Anggota DPRD dianggarkan pada belanja
SKPD Sekretariat DPRD; dan
c) ASN dianggarkan pada belanja SKPD yang bersangkutan.
Kebijakan penganggaran belanja pegawai dimaksud
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan ASN
disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan serta memperhitungkan rencana kenaikan gaji
pokok dan tunjangan ASN serta pemberian gaji ketiga
belas dan tunjangan hari raya.
b) Mengalokasikan Penganggaran belanja pegawai untuk
kebutuhan pengangkatan calon ASN (PNS dan PPPK)
berdasarkan formasi pegawai Tahun 2023 yang
ditetapkan oleh Menteri yang melaksanakan urusan di
bidang Pendayagunaan Aparatur Negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan
kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan
keluarga dan mutasi pegawai dengan memperhitungkan
accres yang besarnya maksimum 2,5% (dua koma lima
persen) dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan
tunjangan.
d) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan
Anggota DPRD serta ASN daerah dibebankan pada APBD
Tahun Anggaran 2024 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
e) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja
dan kematian bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
serta Pimpinan dan Anggota DPRD serta ASN,
dibebankan pada APBD disesuaikan dengan yang berlaku
bagi pegawai ASN sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
f) Penganggaran tambahan penghasilan kepada pegawai
ASN memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan
memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
g) Tunjangan Profesi Guru ASN Daerah, Dana Tambahan
Penghasilan Guru ASN Daerah, dan Tunjangan Khusus
Guru ASN Daerah di Daerah Khusus yang bersumber dari
APBN Tahun Anggaran 2024 melalui Dana Alokasi
Khusus (DAK) Non Fisik, insentif pemungutan pajak
daerah dan retribusi daerah, insentif dan/atau tunjangan
kepada pejabat atau pegawai berupa belanja jasa
pengelolaan BMD serta honorarium yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan merupakan salah satu
penghitungan dalam kriteria tambahan penghasilan
berdasarkan pertimbangan objektif lainnya.
h) Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
i) Sebagai implementasi Pasal 58 Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah dan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 69
Tahun 2010, tentang Tata Cara Pemberian Dan
Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah Dan
Retribusi Daerah, pemberian Insentif Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah bagi Pejabat/PNSD yang melaksanakan
tugas pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
atau pelayanan lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan diperhitungkan sebagai salah satu
unsur perhitungan tambahan penghasilan berdasarkan
pertimbangan objektif lainnya.
j) Penganggaran Belanja Jasa Pengelolaan BMD yang
menghasilkan pendapatan merupakan tambahan
penghasilan yang dapat diberikan sebagai penghargaan
atas kinerja tertentu yang melaksanakan pemanfaatan
Barang Milik Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
k) Penganggaran honorarium memperhatikan asas
kepatutan, kewajaran, rasionalitas dan efektifitas dalam
pencapaian sasaran program dan kegiatan sesuai dengan
kebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan dalam
rangka mencapai target kinerja kegiatan dimaksud.
Berkaitan dengan itu, pemberian honorarium tersebut
meliputi honorarium penanggung jawab pengelola
keuangan, honorarium pengadaan barang/jasa, dan
honorarium perangkat Unit Kerja Pengadaan Barang dan
Jasa (UKPBJ) sebagaimana diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 33 Tahun 2020 tentang Standar Harga
Satuan Regional.
l) Larangan Pemerintah Daerah menganggarkan sub
kegiatan yang hanya diuraikan ke dalam jenis belanja
pegawai, objek belanja honorarium, rincian objek belanja
dan sub rincian objek belanja honorarium ASN.
m) Larangan Pemerintah Daerah menganggarkan dalam
jenis belanja pegawai untuk tenaga non ASN dikarenakan
belanja pegawai hanya diperuntukkan bagi ASN Daerah
(PNS dan PPPK), Kepala Daerah dan DPRD.
n) Penganggaran Belanja pegawai agar ditempatkan pada 1
(satu) sub kegiatan yaitu sub kegiatan Penyediaan Gaji
dan Tunjangan ASN, kegiatan Administrasi Keuangan
Perangkat Daerah, program Penunjang Urusan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Belanja pegawai
tersebut terdiri dari :
1. Belanja Gaji dan Tunjangan ASN;
2. Belanja Tambahan Penghasilan ASN;
3. Tambahan Penghasilan berdasarkan Pertimbangan
Objektif Lainnya ASN;
4. Belanja Pegawai Bantuan Operasional Sekolah
(BOS);
5. Belanja pegawai Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD).
2) Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang dan jasa digunakan untuk menganggarkan
pengadaan barang/jasa yang nilai manfaatnya kurang dari
12 (dua belas) bulan, termasuk barang/jasa yang akan
diserahkan atau dijual kepada masyarakat/pihak
ketiga/pihak lain dalam rangka melaksanakan program dan
kegiatan Pemerintahan Daerah guna pencapaian sasaran
prioritas daerah yang tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) pada
SKPD terkait serta diuraikan dalam objek belanja barang,
belanja jasa, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas,
dan Belanja Uang dan/atau Jasa untuk diberikan kepada
Pihak Ketiga/Pihak Lain/Masyarakat.
Selanjutnya, kebijakan penganggaran belanja barang dan
jasa memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan
dengan kebutuhan nyata yang didasarkan atas
pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, standar kebutuhan
yang ditetapkan oleh Kepala Daerah, jumlah pegawai dan
volume pekerjaan serta memperhitungkan estimasi sisa
persediaan barang Tahun Anggaran 2023 sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Berikut
penjelasan pemakaian kode rekening berdasarkan Sub
rincian obyek adalah sebagai berikut :
1) Belanja makanan dan minuman rapat hanya
diperbolehkan untuk rapat yang melibatkan pihak
luar instansi Pemerintah Kabupaten Kendal atau
masyarakat umum, kecuali yang diselenggarakan dari
sub kegiatan yang bersumber dana earmark (sumber
dana yang dibiayai oleh pemerintah pusat dan
peruntukannya diatur oleh ketentuan perundang-
undangan), serta kegiatan yang penganggarannya
bersifat earmark dari pemerintah pusat. Belanja
makanan dan minuman rapat dianggarkan pada sub
kegiatan Penyelenggaraan Rapat Koordinasi dan
Konsultasi SKPD, kegiatan Administrasi Umum
Perangkat Daerah, program Penunjang Urusan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Sedangkan
dalam pelaksanaan sub kegiatan yang dibiayai oleh
sumber dana earmark tersebut harus dilaksanakan
dengan adanya surat pemberitahuan dan
mendapatkan izin dari Bupati Kendal.
2) Belanja Pakaian Dinas dan Atribut ASN tidak
diperbolehkan untuk dianggarkan kecuali untuk
pakaian dinas Kepala Daerah (KDH), Wakil Kepala
Daerah (WKDH), Pimpinan dan Anggota DPRD,
pakaian petugas penyelamatan, dan pakaian Pasukan
Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).
3) Belanja barang pakai habis untuk seminar kit, tas,
suvenir untuk kegiatan rapat atau bimbingan teknis
tidak diperbolehkan untuk dianggarkan, kecuali bagi
sub kegiatan yang dibiayai oleh sumber dana earmark
(sumber dana yang dibiayai oleh pemerintah pusat
dan peruntukannya diatur oleh ketentuan perundang-
undangan), dan kegiatan yang penganggarannya
bersifat earmark dari pemerintah pusat dan
dianggarkan pada kode rekening belanja bahan-
bahan-lainnya atau Belanja Alat/Bahan untuk
Kegiatan Kantor-Alat/Bahan untuk Kegiatan Kantor
Lainnya.
b) Penganggaran jasa/honorarium/kompensasi bagi ASN
dan Non ASN memperhatikan asas kepatutan, kewajaran,
rasionalitas dan efektifitas dalam pencapaian sasaran
program, kegiatan dan sub kegiatan sesuai dengan
kebutuhan dan waktu pelaksanaan sub kegiatan dalam
rangka mencapai target kinerja sub kegiatan dimaksud.
Berkaitan dengan itu, jasa/honorarium/kompensasi
tersebut dibatasi serta didasarkan pada pertimbangan
bahwa keberadaannya dalam sub kegiatan memiliki
peranan dan kontribusi nyata terhadap pelaksanaan sub
kegiatan.
c) Tenaga Penunjang Kegiatan (TPK) yang masuk dalam
database Badan Kepegawaian Negara (BKN), dalam
penganggarannya tetap sesuai Surat Perjanjian Kerja
antara Kepala SKPD dengan TPK yang bersangkutan dan
pemberian gaji dianggarkan selama 11 bulan. Sedangkan
untuk TPK non database BKN dialihkan dengan
mekanisme outsourcing (perjanjian dengan pihak
penyelenggaran jasa tenaga pekerja) dan dalam
penggajian dilakukan dengan perjanjian dengan pihak
ketiga. Sedangkan kode rekening belanja masih
menggunakan kode rekening belanja yang sama.
d) Penganggaran jasa narasumber/tenaga ahli besarannya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
e) Kode Rekening Belanja Penyelenggaraan Acara digunakan
hanya untuk kegiatan yang diadakan oleh pihak ketiga
dalam hal ini Event Organizer, dalam satu kesatuan yang
utuh dan tidak terpisah-pisah.
f) Penganggaran untuk Jaminan Kesehatan bagi kepala desa
dan perangkat desa serta pekerja/pegawai yang menerima
gaji/upah, dianggarkan dalam APBD sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
g) Dalam rangka mewujudkan Universal Health Coverage
(UHC), Pemerintah Daerah wajib melakukan integrasi
Jaminan Kesehatan Daerah dengan Jaminan Kesehatan
Nasional guna terselenggaranya jaminan kesehatan bagi
seluruh penduduk, di luar peserta penerima bantuan
iuran yang bersumber dari APBN sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, yang
dianggarkan pada SKPD yang menangani urusan
kesehatan pemberi pelayanan kesehatan.
Besaran kontribusi iuran penerima bantuan iuran
Jaminan Kesehatan, iuran peserta pekerja bukan
penerima upah dan bukan pekerja dengan manfaat
pelayanan di ruang perawatan kelas III, dan bantuan
iuran peserta pekerja bukan penerima upah dan bukan
pekerja dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan
kelas III yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah
mempedomani ketentuan peraturan perundang-
undangan.
h) Pengembangan pelayanan kesehatan di luar cakupan
penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
dalam rangka pemeliharaan kesehatan berupa medical
check up, kepada:
(1) Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah sebanyak 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun, termasuk keluarga
(satu istri/suami dan dua anak), dianggarkan dalam
bentuk program dan kegiatan pada SKPD yang
secara fungsional terkait sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Pimpinan dan Anggota DPRD sebanyak 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) tahun, tidak termasuk istri/suami
dan anak, dianggarkan dalam bentuk program
dan kegiatan pada SKPD yang secara fungsional
terkait sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan, dilakukan di dalam negeri
dengan tetap memprioritaskan Rumah Sakit Umum
Daerah terdekat, Rumah Sakit Umum Pusat di
Provinsi atau Rumah Sakit Umum Pusat terdekat.
i) Belanja Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja bagi Non ASN
digunakan untuk menganggarkan belanja iuran jaminan
kecelakaan kerja bagi tenaga non ASN yang dipekerjakan
melalui perjanjian kerja/kontrak sebagai perlindungan
atas risiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja
berupa perawatan, santunan, dan tunjangan cacat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
j) Belanja Iuran Jaminan Kematian bagi Non ASN
digunakan untuk menganggarkan belanja iuran jaminan
kematian bagi tenaga non ASN yang dipekerjakan melalui
perjanjian kerja/kontrak sebagai perlindungan atas
risiko kematian bukan akibat kecelakaan kerja berupa
santunan kematian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
k) Penyediaan anggaran pendidikan dan pelatihan,
bimbingan teknis atau sejenisnya yang terkait dengan
peningkatan kapasitas bagi:
(1) pejabat daerah dan staf Pemerintah Daerah;
(2) pimpinan dan anggota DPRD; serta
(3) unsur lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
Penyelenggaraan kegiatan tersebut harus dilaksanakan di
dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Kendal.
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, bimbingan
teknis atau sejenisnya yang terkait dengan peningkatan
kapasitas dilakukan secara selektif, efisiensi dan
efektivitas penggunaan anggaran daerah serta tertib
anggaran dan administrasi dengan memperhatikan aspek
urgensi, kualitas penyelenggaraan, muatan substansi,
kompetensi narasumber, kualitas advokasi dan pelayanan
penyelenggara serta manfaat yang akan diperoleh.
Dalam hal terdapat kebutuhan untuk menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis, sosialisasi,
workshop, lokakarya, seminar, atau sejenisnya dapat
diselenggarakan di luar wilayah pemerintah Kabupaten
Kendal, apabila kegiatan tersebut dibiayai oleh sumber
dana earmark (sumber dana yang dibiayai oleh
pemerintah pusat dan peruntukannya diatur oleh
ketentuan perundang-undangan), dan dalam
pelaksanaannya harus disertai dengan surat
pemberitahuan dan mendapatkan izin dari Bupati Kendal.
Sehubungan dengan hal tersebut, dan telah dicabutnya
status pandemi Corona Virus Disease 19 di Indonesia
menjadi masa endemi oleh pemerintah maka di berbagai
aspek kehidupan dan pemanfaatan teknologi informasi
serta efisiensi pembiayaan dalam kegiatan kedinasan
seperti konsultasi, rapat, pendidikan dan pelatihan,
bimbingan teknis, sosialisasi, workshop, lokakarya,
seminar, uji kompetensi dalam rangka sertifikasi
kompetensi dan pengembangan kompetensi SDM
Aparatur atau sejenis lainnya dapat dilaksanakan secara
virtual maupun hybrid.
l) Penganggaran pemeliharaan BMD yang berada dalam
penguasaan pengelola barang, pengguna barang atau
kuasa pengguna barang berpedoman pada daftar
kebutuhan pemeliharaan barang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
m) Penganggaran biaya sertifikasi atas BMD berupa tanah
yang dikuasai Pemerintah Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
n) Pemerintah Daerah menganggarkan Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBN-KB), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Sumbangan
Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) dan
administrasi perpajakan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
o) Penganggaran belanja pemeliharan diatas biaya
kapitalisasi diwajibkan untuk dipindahkan ke belanja
modal.
Belanja pemeliharaan diatas biaya kapitalisasi diwajibkan
untuk dipindahkan ke belanja modal. Berdasarkan
Peraturan Bupati Kendal Nomor 66 tahun 2021 tentang
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten
Kendal bahwa batasan jumlah biaya kapitalisasi yang
sesuai dengan Kebijakan Akuntansi Daerah Kabupaten
Kendal (KAD), sebagai berikut :
Jumlah Harga
No Uraian
per unit
1 Peralatan dan mesin, berupa alat-alat besar 50.000.000
2 Gedung dan Bangunan 25.000.000
3 Jalan, Irigasi dan Jaringan 20.000.000
p) Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka
kunjungan kerja atau studi banding, baik perjalanan
dinas dalam negeri maupun perjalanan dinas luar negeri,
dilakukan secara selektif, frekuensi, jumlah hari dan
jumlah orang dibatasi serta memperhatikan target kinerja
dari perjalanan dinas dimaksud sehingga relevan dengan
substansi kebijakan Pemerintah Daerah. Hasil kunjungan
kerja atau studi banding dilaporkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Serta
pelaksanaan kegiatan tersebut harus melalui
pemberitahuan dan mendapatkan izin dari Bupati Kendal.
q) Penganggaran belanja perjalanan dinas harus
memperhatikan aspek pertanggungjawaban sesuai
dengan biaya riil atau lumpsum, khususnya untuk hal-
hal sebagai berikut:
(1) Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai
dengan biaya riil. Komponen sewa kendaraan tersebut
hanya diberikan untuk gubernur/wakil gubernur,
bupati/wakil bupati, wali kota/wakil wali kota,
pejabat pimpinan tinggi madya dan pejabat yang
diberikan kedudukan atau hak keuangan dan fasilitas
setingkat pejabat pimpinan tinggi madya.
(2) Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya
riil.
(3) Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil.
Dalam hal pelaksanaan perjalanan dinas tidak
menggunakan fasilitas hotel atau tempat penginapan
lainnya, kepada yang bersangkutan diberikan biaya
penginapan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari tarif
hotel di kota tempat tujuan sesuai dengan tingkatan
pelaksana perjalanan dinas dan dibayarkan secara
lumpsum.
(4) Uang harian dan uang representasi dibayarkan secara
lumpsum.
(5) Biaya pemeriksaan kesehatan COVID-19 (rapid
test/PCR test/swab test) sesuai dengan biaya riil
(sepanjang dalam masa pandemi COVID-19).
Standar satuan biaya untuk perjalanan dinas
dianggarkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Selanjutnya, penyediaan alokasi anggaran untuk
perjalanan dinas tersebut termasuk yang
mengikutsertakan Non ASN. Ketentuan perjalanan dinas
dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
Penempatan kode rekening pada belanja perjalanan dinas
dapat klasifikasikan sebagai berikut :
(1) Belanja Perjalanan Dinas Dalam Negeri
a) Belanja Perjalanan Dinas Biasa digunakan
untuk menganggarkan perjalanan dinas jabatan
melewati batas kota dan perjalanan dinas pindah
bagi pejabat daerah, pegawai negeri, pegawai tidak
tetap dan pihak lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b) Belanja Perjalanan Dinas Tetap digunakan
untuk menganggarkan perjalanan dinas tetap yang
dihitung dengan memerhatikan jumlah pejabat
yang melaksanakan perjalanan dinas. Pengeluaran
oleh Pemerintah Daerah untuk pelayanan
masyarakat. Contoh: perjalanan dinas oleh tenaga
penyuluh pertanian, juru penerang, penyuluh
agama, dan lainnya;
c) Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota digunakan
untuk menganggarkan perjalanan dinas di dalam
kota bagi pejabat daerah, pegawai negeri, pegawai
tidak tetap, dan pihak lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Terdiri
atas perjalanan dinas yang dilaksanakan lebih dari
8 (delapan) jam dan perjalanan dinas yang
dilaksanakan kurang dari 8 (delapan) jam.
Perjalanan dinas di dalam kota yang kurang dari 8
(delapan) jam hanya diberikan uang transport lokal
termasuk pemberian uang transportasi pada
masyarakat dalam rangka menghadiri rapat,
seminar, dan sejenisnya;
d) Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam
Kota digunakan untuk menganggarkan perjalanan
dinas dalam rangka rapat, seminar, dan sejenisnya
yang dilaksanakan di dalam kota pada Pemerintah
Daerah penyelenggara dan dibiayai seluruhnya
oleh Pemerintah Daerah penyelenggara maupun
yang dilaksanakan Pemerintah Daerah
penyelenggara di dalam kota Pemerintah Daerah
peserta dan biaya perjalanan dinasnya ditanggung
oleh Pemerintah Daerah peserta, yang meliputi :
biaya transportasi peserta, panitia/moderator,
dan/atau narasumber baik yang berasal dari
dalam kota maupun dari luar kota; biaya paket
meeting(halfday/fullday/fullboard/residence);
Uang saku peserta, panitia/moderator, dan/atau
narasumber baik yang berasal dari dalam kota
maupun dari luar kota; Uang harian dan/atau
biaya penginapan peserta, panitia/moderator,
dan/atau narasumber yang mengalami kesulitan
transportasi;
e) Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar
Kota digunakan untuk menganggarkan perjalanan
dinas dalam rangka rapat, seminar, dan
sejenisnya yang dilaksanakan di luar kota pada
Pemerintah Daerah penyelenggara dan dibiayai
seluruhnya oleh Pemerintah Daerah
penyelenggara, serta dilaksanakan di luar kota
Pemerintah Daerah peserta dengan biaya
perjalanan dinas yang ditanggung oleh Pemerintah
Daerah peserta, meliputi : biaya transportasi
peserta, panitia/moderator, dan/atau narasumber
baik yang berasal dari dalam kota maupun dari
luar kota; biaya paket meeting
(halfday/fullday/fullboard/residence); Uang saku
peserta, panitia/moderator, dan/atau narasumber
baik yang berasal dari dalam kota maupun dari
luar kota; Uang harian dan/atau biaya penginapan
peserta, panitia/moderator, dan/atau narasumber
yang mengalami kesulitan transportasi.
(2) Belanja Perjalanan Dinas Luar Negeri
a) Belanja Perjalanan Dinas Biasa Luar Negeri
digunakan untuk menganggarkan perjalanan
dinas biasa yang dilaksanakan di luar negeri;
b) Ketentuan mengenai standar biaya perjalanan
dinas luar negeri bagi Pemerintah Daerah mengacu
pada ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai standar biaya masukan yang berlaku
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2020
tentang Standar Harga Satuan Regional.
Hal tersebut berlaku bagi sub kegiatan yang dibiayai oleh
sumber dana earmark (sumber dana yang dibiayai oleh
pemerintah pusat dan peruntukannya diatur oleh
ketentuan perundang-undangan), dan kegiatan yang
penganggarannya bersifat earmark dari pemerintah pusat
sedangkan bagi sub kegiatan yang tidak dibiayai oleh
sumber dana earmark belanja perjalanan dinas meeting
dalam kota maupun luar kota tidak diperbolehkan dan
belanja perjalanan dinas biasa, tetap, dan dalam kota
dilaksanakan hanya untuk memenuhi undangan dan
kegiatan koordinasi terkait fasilitasi pembuatan
Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati ke instansi
pemerintahan propinsi dan pusat serta agar dianggarkan
pada sub kegiatan Penyelenggaraan Rapat Koordinasi
dan Konsultasi SKPD, kegiatan Administrasi Umum
Perangkat Daerah, program Penunjang Urusan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Sedangkan
dalam pelaksanaan sub kegiatan yang dibiayai oleh
sumber dana earmark tersebut harus dilaksanakan
dengan adanya surat pemberitahuan dan mendapatkan
izin dari Bupati Kendal.
Sedangkan belanja perjalanan dinas yang merupakan
bagian dari harga perolehan dalam belanja modal, dapat
dianggarkan di luar sub kegiatan tersebut diatas.
r) Pengadaan belanja barang/jasa yang akan diserahkan
atau dijual kepada masyarakat/pihak lain dalam rangka
melaksanakan program, kegiatan dan sub kegiatan
Pemerintahan Daerah berdasarkan visi dan misi Kepala
Daerah yang tertuang dalam RPJMD dan dijabarkan
dalam RKPD, dianggarkan dalam jenis belanja barang dan
jasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pengadaan belanja barang/jasa yang akan diserahkan
kepada pihak ketiga/pihak lain/masyarakat pada tahun
anggaran berkenaan dimaksud dianggarkan sebesar
harga beli/bangun barang/jasa yang akan diserahkan
kepada pihak ketiga/pihak lain/masyarakat ditambah
seluruh belanja yang terkait dengan
pengadaan/pembangunan barang/jasa sampai siap
diserahkan.
s) Uang yang diberikan kepada pihak ketiga/pihak
lain/masyarakat dianggarkan dalam rangka:
(1) hadiah yang bersifat perlombaan;
(2) penghargaan atas suatu prestasi;
(3) beasiswa kepada masyarakat;
(4) penanganan dampak sosial kemasyarakatan akibat
penggunaan tanah milik Pemerintah Daerah untuk
pelaksanaan pembangunan proyek strategis nasional
dan non proyek strategis nasional sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau
(5) Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang
penggunaannya sudah ditentukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Belanja Bunga
Belanja bunga digunakan Pemerintah Daerah untuk
menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas
kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Belanja bunga antara lain berupa belanja bunga utang
pinjaman dan belanja bunga utang obligasi.
Pemerintah Daerah yang memiliki kewajiban pembayaran
bunga utang dianggarkan pembayarannya dalam Perubahan
APBD Tahun Anggaran 2024 pada SKPD selaku Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dan dirinci menurut
objek, rincian objek, dan sub rincian objek.
Dalam hal unit SKPD melaksanakan Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD), belanja bunga tersebut dianggarkan pada
unit SKPD berkenaan dan dirinci menurut objek, rincian
objek, dan sub rincian objek.
4) Belanja Subsidi
Pemerintah Daerah dapat menganggarkan belanja subsidi
dalam APBD Tahun Anggaran 2024 agar harga jual produksi
atau jasa yang dihasilkan oleh Badan Usaha Milik Negara,
Badan Umum Milik Daerah (BUMD) dan/atau badan usaha
milik swasta, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang menghasilkan produk atau jasa pelayanan
dasar masyarakat.
Belanja subsidi kepada Badan Usaha Milik Negara, BUMD
dan/atau badan usaha milik swasta sebagai penerima
subsidi yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran
2024, harus terlebih dahulu dilakukan audit keuangan
dengan tujuan tertentu oleh kantor akuntan publik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Audit keuangan dengan tujuan tertentu yang dilakukan oleh
kantor akuntan publik tersebut sebagai bahan pertimbangan
untuk penganggaran pemberian subsidi.
Penerima subsidi sebagai objek pemeriksaan bertanggung
jawab secara formal dan material atas penggunaan subsidi
yang diterimanya, dan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban kepada Kepala Daerah.
Pemerintah Daerah menganggarkan belanja subsidi tersebut
dalam APBD Tahun Anggaran 2024 pada SKPD terkait dan
dirinci menurut objek, rincian objek, dan sub rincian objek.
Terhadap pemberian subsidi kepada BUMD penyelenggara
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), Pemerintah Daerah
dapat menganggarkan belanja subsidi kepada BUMD tersebut
apabila telah menetapkan Peraturan Kepala Daerah mengenai
Tata Cara Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Minum serta
Pemberian Subsidi dari Pemerintah Daerah kepada BUMD
penyelenggara SPAM dengan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal Kepala Daerah menetapkan tarif lebih kecil dari
usulan tarif yang diajukan Direksi BUMD penyelenggara
SPAM yang mengakibatkan tarif rata-rata tidak mencapai
pemulihan biaya secara penuh (full cost recovery), Pemerintah
Daerah harus menyediakan subsidi untuk menutup
kekurangannya melalui APBD setelah mendapat persetujuan
dari dewan pengawas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
5) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial
a) Belanja hibah
Belanja hibah berupa uang, barang, atau jasa dapat
dianggarkan dalam APBD sesuai dengan kemampuan
keuangan daerah setelah memprioritaskan pemenuhan
belanja urusan pemerintahan wajib dan Urusan
Pemerintahan Pilihan, kecuali ditentukan lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Belanja hibah diberikan kepada Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah lainnya, Badan Usaha Milik
Negara, BUMD, dan/atau badan dan lembaga, serta
organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum
Indonesia yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya.
Belanja hibah ditujukan untuk menunjang pencapaian
sasaran program, kegiatan dan sub kegiatan Pemerintah
Daerah sesuai dengan kepentingan daerah dalam
mendukung terselenggaranya fungsi pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan dengan
memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas,
dan manfaat untuk masyarakat.
Belanja hibah memenuhi kriteria paling sedikit:
(1) peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;
(2) bersifat tidak wajib dan tidak mengikat;
(3) tidak secara terus menerus setiap tahun anggaran,
kecuali:
a) kepada pemerintah pusat dalam rangka
mendukung penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
untuk keperluan mendesak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan/atau
b) ditentukan lain oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) memberikan nilai manfaat bagi Pemerintah Daerah
dalam mendukung terselenggaranya fungsi
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan;
dan
(5) memenuhi persyaratan penerima hibah.
Selanjutnya, belanja hibah juga berupa pemberian
bantuan keuangan kepada partai politik yang
mendapatkan kursi di DPRD kabupaten sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Besaran penganggaran belanja bantuan keuangan kepada
partai politik dimaksud sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b) Belanja Bantuan Sosial
Belanja bantuan sosial berupa uang dan/atau barang
dapat dianggarkan dalam APBD sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah setelah memprioritaskan
pemenuhan belanja urusan pemerintahan wajib dan
urusan pemerintahan pilihan, kecuali ditentukan lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Belanja bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan
pemberian bantuan kepada individu, keluarga, kelompok
dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus
menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi
dari kemungkinan terjadinya resiko sosial, kecuali dalam
keadaan tertentu dapat berkelanjutan, yaitu bahwa
bantuan sosial dapat diberikan setiap tahun anggaran
sampai penerima bantuan telah lepas dari resiko sosial.
Alokasi anggaran belanja hibah dan bantuan sosial dalam
rangka menunjang program, kegiatan dan sub kegiatan
Pemerintah Daerah dicantumkan dalam RKPD Tahun
2024 berdasarkan hasil evaluasi Kepala SKPD atas
usulan tertulis dari calon penerima hibah dan bantuan
sosial, kecuali ditentukan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Berkaitan dengan itu, alokasi anggaran belanja hibah dan
bantuan sosial dalam rangka menunjang program,
kegiatan dan sub kegiatan Pemerintah Daerah
dicantumkan dalam RKPD Tahun 2024 berdasarkan hasil
evaluasi Kepala SKPD atas usulan tertulis dari calon
penerima hibah dan bantuan sosial, kecuali ditentukan
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial dalam
APBD Tahun Anggaran 2024 mempedomani Peraturan
Kepala Daerah yang mengatur tata cara penganggaran,
pelaksanaan dan penatausahaan, pertanggungjawaban
dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi hibah dan
bantuan sosial, sebagaimana diamanatkan dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hibah dalam bentuk barang/jasa dan bantuan sosial
dalam bentuk barang yang akan diserahkan kepada pihak
ketiga/pihak lain/masyarakat pada tahun anggaran
berkenaan yang didasarkan atas usulan tertulis calon
penerima kepada Kepala Daerah, dianggarkan pada jenis
belanja barang dan jasa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang hibah dan
bantuan sosial. Penganggaran belanja hibah dan bantuan
sosial dianggarkan pada SKPD terkait dan dirinci
menurut objek, rincian objek, dan sub rincian objek.
b. Belanja Modal
Belanja modal digunakan untuk menganggarkan pengeluaran
yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap dan aset
lainnya. Pengadaan aset tetap tersebut memenuhi kriteria:
1) mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
2) digunakan dalam kegiatan Pemerintahan Daerah; dan
3) batas minimal kapitalisasi aset tetap yang telah ditetapkan
sesuai dengan Kebijakan Akuntansi Daerah Kabupaten
Kendal, sebagai berikut :
Jumlah Harga
No Uraian
per unit
1 Peralatan dan mesin, berupa alat-alat besar 50.000.000
2 Gedung dan Bangunan 25.000.000
3 Jalan, Irigasi dan Jaringan 20.000.000

Nilai aset tetap yang dianggarkan dalam belanja modal


tersebut adalah sebesar harga beli atau bangun aset ditambah
seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan
aset sampai aset siap digunakan, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Segala biaya perolehan/operasional dalam penganggaran belanja
modal seperti : ATK, perjalanan dinas, makan minum rapat, jasa
konsultansi perencanaan/pengawasan, upah tenaga
harian/tukang dan lain-lain masuk dalam rincian rekening
belanja modal sebagai harga perolehan.
Dalam rangka efisiensi dan penghematan belanja tahun
anggaran 2024, pengadaan belanja modal alat angkutan darat
bermotor, belanja mebel, dan belanja modal komputer tidak
boleh dianggarkan, kecuali bagi sub kegiatan yang dibiayai oleh
sumber dana earmark (sumber dana yang dibiayai oleh
pemerintah pusat dan peruntukannya diatur oleh ketentuan
perundang-undangan).
c. Belanja Tidak Terduga
Belanja tidak terduga merupakan pengeluaran untuk keadaan
darurat termasuk keperluan mendesak0 yang tidak dapat
diprediksi sebelumnya serta pengembalian atas kelebihan
pembayaran atas penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya.
Belanja tidak terduga Tahun Anggaran 2024 dianggarkan secara
memadai dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya
kebutuhan yang antara lain sifatnya tidak dapat diprediksi
sebelumnya, di luar kendali Pemerintah Daerah, pengeluaran
daerah lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan
kerugian yang lebih besar bagi Pemerintah Daerah dan/atau
masyarakat serta amanat peraturan perundang-undangan.
Pengembalian atas kelebihan pembayaran atas penerimaan
daerah tahun-tahun sebelumnya meliputi pengembalian atas
kelebihan pembayaran atas penerimaan daerah yang bersifat
tidak berulang yang terjadi pada tahun sebelumnya.
Pengeluaran untuk keadaan darurat, meliputi:
1) bencana alam, bencana non alam, bencana sosial
dan/atau kejadian luar biasa;
2) pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan; dan/atau
3) kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu
kegiatan pelayanan publik.
Pengeluaran untuk keperluan mendesak, meliputi:
1) kebutuhan daerah dalam rangka pelayanan dasar masyarakat
yang anggarannya belum tersedia dalam tahun anggaran
berjalan;
2) belanja daerah yang bersifat mengikat dan belanja yang
bersifat wajib;
3) pengeluaran daerah yang berada diluar kendali Pemerintah
Daerah dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya, serta
amanat peraturan perundang-undangan; dan/atau
4) pengeluaran daerah lainnya yang apabila ditunda akan
menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi Pemerintah
Daerah dan/atau masyarakat.
d. Belanja Transfer
Belanja transfer merupakan pengeluaran uang dari Pemerintah
Daerah kepada Pemerintah Daerah lainnya dan/atau dari
Pemerintah Daerah kepada pemerintah desa.
Belanja transfer dirinci atas jenis:
1) Belanja Bagi Hasil
Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan bagi hasil
yang bersumber dari:
a) Pendapatan pajak daerah provinsi kepada kabupaten
Kebijakan penganggaran belanja bagi hasil pajak daerah
pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten
dianggarkan dalam APBD sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, sebagai berikut:
(1) Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor diserahkan kepada
kabupaten sebesar 30% (tiga puluh persen);
(2) Hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor diserahkan kepada kabupaten sebesar 70%
(tujuh puluh persen);
(3) Hasil penerimaan Pajak Rokok diserahkan kepada
kabupaten sebesar 70% (tujuh puluh persen); dan
(4) Hasil penerimaan Pajak Air Permukaan diserahkan
kepada kabupaten sebesar 50% (lima puluh persen).
(5) Khusus untuk penerimaan Pajak Air Permukaan dari
sumber air yang berada hanya pada 1 (satu) wilayah
kabupaten/kota, hasil penerimaan Pajak Air
Permukaan dimaksud diserahkan kepada kabupaten
yang bersangkutan sebesar 80% (delapan puluh
persen).
b) Pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten
kepada pemerintahan desa.
Pemerintah kabupaten menganggarkan belanja bagi hasil
pajak daerah dan retribusi daerah kepada pemerintah desa
paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari rencana
pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah
kabupaten pada Tahun Anggaran 2024 sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Besaran
alokasi bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah
kabupaten kepada pemerintah desa dianggarkan secara
bruto, yaitu jumlah pendapatan daerah yang dianggarkan
tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan
dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut
dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah
pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Penyaluran bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah
dimaksud dilakukan setiap bulan berikutnya sesuai
dengan hasil pendapatan pajak daerah dan retribusi
daerah.
Dalam hal terdapat pelampauan realisasi penerimaan
target pajak daerah dan retribusi daerah pemerintah
kabupaten pada akhir Tahun Anggaran 2023, disalurkan
kepada pemerintah desa pada Tahun Anggaran 2024.
Belanja bagi hasil pajak daerah dianggarkan dalam APBD
Tahun Anggaran 2024 dan dirinci menurut objek, rincian
objek, dan sub rincian objek pada SKPD selaku SKPKD.
2) Belanja Bantuan Keuangan
Belanja bantuan keuangan dapat dianggarkan sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah setelah memprioritaskan
pemenuhan belanja urusan pemerintahan wajib dan urusan
pemerintahan pilihan serta alokasi belanja yang diwajibkan
oleh peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Belanja bantuan keuangan diberikan kepada daerah lain
dalam rangka kerja sama daerah, pemerataan peningkatan
kemampuan keuangan, dan/atau tujuan tertentu lainnya.
Tujuan tertentu lainnya tersebut, yaitu dalam rangka
memberikan manfaat bagi pemberi dan/atau penerima
bantuan keuangan.
Pemberian bantuan keuangan bersifat umum atau bersifat
khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum peruntukan
dan pengelolaannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah
dan/atau pemerintah desa penerima bantuan yang digunakan
untuk mengatasi kesenjangan fiskal dengan menggunakan
formula jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan
konstruksi, produk domestik regional bruto per kapita, dan
indeks pembangunan manusia. Selanjutnya, bantuan
keuangan yang bersifat khusus peruntukannya ditetapkan
oleh Pemerintah Daerah pemberi bantuan dan pengelolaannya
diserahkan sepenuhnya kepada penerima bantuan yang
digunakan untuk membantu capaian kinerja program prioritas
Pemerintah Daerah penerima bantuan keuangan sesuai
dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
penerima bantuan. Pemberi bantuan keuangan bersifat
khusus dapat mensyaratkan penyediaan dana pendamping
dalam APBD atau anggaran pendapatan dan belanja desa
penerima bantuan. Belanja bantuan keuangan dianggarkan
dalam APBD Tahun Anggaran 2024 dan dirinci menurut objek,
rincian objek, dan sub rincian objek pada SKPD selaku
SKPKD.
4. PENYUSUNAN RENCANA KERJA ANGGARAN SATUAN KERJA
PERANGKAT DAERAH
Pembiayaan merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran berkenaan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya, Pembiayaan neto digunakan untuk
menggunakan surplus anggaran atau menutup defisit anggaran.
a. Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan daerah bersumber dari
1) SiLPA
Penganggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Sebelumnya (SiLPA) harus didasarkan pada penghitungan
yang cermat dan rasional dengan mempertimbangkan
perkiraan realisasi anggaran Tahun Anggaran 2023 dalam
rangka menghindari kemungkinan adanya pengeluaran pada
Tahun Anggaran 2024 yang tidak dapat didanai akibat tidak
tercapainya SiLPA yang direncanakan.
SiLPA tersebut bersumber dari pelampauan penerimaan PAD,
pelampauan penerimaan pendapatan transfer, pelampauan
penerimaan lain- lain Pendapatan Daerah yang sah,
pelampauan penerimaan Pembiayaan, penghematan
belanja, kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir
tahun belum terselesaikan, dan/atau sisa dana akibat tidak
tercapainya capaian target kinerja dan sisa dana pengeluaran
pembiayaan;
2) Pencairan Dana Cadangan, penganggaran atas Pencairan
dana cadangan mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3) Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4) Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan pinjaman daerah didasarkan pada jumlah
pinjaman yang akan diterima dalam tahun anggaran
berkenaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam
perjanjian pinjaman bersangkutan, digunakan untuk
menganggarkan penerimaan pinjaman daerah termasuk
penerimaan atas penerbitan obligasi daerah yang akan
diterima pada tahun anggaran berkenaan.
Pemerintah Daerah dapat melakukan pinjaman daerah
berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang
pinjaman daerah.
b. Pengeluaran Pembiayaan
Dalam hal APBD diperkirakan surplus, APBD dapat digunakan
untuk pengeluaran pembiayaan daerah yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah tentang APBD. Pengeluaran Pembiayaan
daerah dapat digunakan untuk :
1) Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo
Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo
didasarkan pada jumlah yang harus dibayarkan sesuai dengan
perjanjian pinjaman dan pelaksanaannya merupakan
prioritas utama dari seluruh kewajiban Pemerintah Daerah
yang harus diselesaikan dalam tahun anggaran berkenaan
berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang, dan menjadi beban
Pemerintah Daserah yang harus dianggarkan pada APBD
setiap tahun sampai dengan selesainya kewajiban dimaksud.
2) Penyertaan Modal Daerah
Penyertaan modal Pemerintah Daerah dapat dilaksanakan
apabila jumlah yang akan disertakan dalam Tahun
Anggaran 2024 telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah
mengenai penyertaan modal daerah bersangkutan dan
pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, ditetapkan sebelum persetujuan Kepala
Daerah bersama DPRD atas rancangan Peraturan Daerah
tentang APBD.
3) Pembentukan Dana Cadangan
Pembentukan dana cadangan ditetapkan dalam Peraturan
Daerah tentang Pembentukan Dana Cadangan. Peraturan
Daerah tersebut paling sedikit memuat penetapan tujuan
pembentukan dana cadangan, program, kegiatan dan sub
kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan, besaran dan
rincian tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan dan
ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber dana
cadangan, dan tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan.
Peraturan Daerah tentang Pembentukan Dana Cadangan
dimaksud ditetapkan sebelum persetujuan Kepala Daerah
bersama DPRD atas rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD;
4) Pemberian Pinjaman Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
5) Pengeluaran pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

5. HAL-HAL LAIN YANG PERLU DIPERHATIKAN.


Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RKA-SKPD
Tahun Anggaran 2024 adalah :
1. Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD yang terdiri dari RKA
Pendapatan, RKA Belanja, RKA Rincian Belanja dan RKA
Pembiayaan sebagai bahan Penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kendal Tahun
Anggaran 2024 agar dibuat sebagaimana Format/Petunjuk
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah dan
merupakan hasil download melalui aplikasi Sistem Informasi
Pemerintahan Daerah (SIPD) Kementerian Dalam Negeri
dengan tetap memperhatikan standarisasi indeks harga yang
telah ditetapkan Kepala Daerah serta dikirimkan kepada
Bupati Kendal dengan tembusan :
a. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Kendal;
b. Inspektur Daerah Kabupaten Kendal
2. Agar Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Kendal Tahun Anggaran 2024 selesai sesuai jadwal
yang telah ditetapkan, maka Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
SKPD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Kendal Tahun Anggaran 2024 dikirim paling lambat tanggal
21 September 2023;
3. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang
efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam rangka melaksanakan
kewajiban daerah yang menjadi tanggung jawabnya;
4. Penyediaan anggaran belanja barang pakai habis agar
disesuaikan dengan kebutuhan nyata dalam rangka
melaksanakan tugas pokok dan fungsi perangkat daerah, dengan
mempertimbangkan jumlah pegawai dan volume pekerjaan. Oleh
karena itu perencanaan pengadaan barang dan jasa agar
didahului dengan evaluasi persediaan serta barang dalam
pemakaian;
5. Penyediaan anggaran belanja barang habis pakai direncanakan
dengan tepat sehingga tidak terjadi penganggaran ganda dengan
kebutuhan barang habis pakai setiap kegiatan;
6. Penyediaan anggaran untuk belanja barang inventaris agar
disesuaikan dengan kebutuhan nyata dalam rangka
melaksanakan tugas pokok dan fungsi perangkat daerah dengan
mempertimbangkan antara lain tingkat keusangan dan
perkembangan kemajuan teknologi;
7. Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2024 sesuai dengan form
yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84
Tahun 2022 tentang Pedoman Penyusunan APBD 2023;
8. Penamaan program, kegiatan dan Sub Kegiatan baru, kode
900/2391/2023
TANGGAL : 28 Agustus 2023
LAMPIRAN II : SURAT EDARAN PEDOMAN PENYUSUNAN RKA-SKPD ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2024
NOMOR : 900/2391/2023
TANGGAL : 28 Agustus 2023
PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL
POSTUR ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2024

KUA PPAS 2024


NO PERANGKAT DAERAH PEMBIAYAAN
PENDAPATAN BELANJA
PENERIMAAN PENGELUARAN
1 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 25.000.000 750.134.055.739 - -
2 DINAS KESEHATAN 60.997.990.060 318.540.551.112 - -
3 RUMAH SAKIT UMUM dr. H. SOEWONDO 141.000.000.000 205.431.511.521 - -
4 DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG 522.910.000 115.157.795.832 - -
5 DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN 2.150.000 13.055.873.119 - -
6 SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM KEBAKARAN - 21.712.573.455 - -
7 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH - 6.022.226.678 - -
8 DINAS SOSIAL - 17.606.291.107 - -
9 DINAS PERINDUSTRIAN DAN TENAGA KERJA - 10.830.762.465 - -
10 DINAS LINGKUNGAN HIDUP 500.192.000 26.621.877.604 - -
11 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL - 11.451.575.622 - -
12 DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA - 34.981.297.859 - -
DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK, KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN
13 - 22.601.083.158 - -
PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
14 DINAS PERHUBUNGAN 2.126.155.250 31.901.115.202 - -
15 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 902.944.000 17.272.765.602 - -
16 DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU 7.002.000.000 6.735.310.834 - -
17 DINAS KEPEMUDAAN, OLAHRAGA DAN PARIWISATA 2.883.100.000 60.043.180.957 - -
18 DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN - 9.098.938.171 - -
19 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN 692.536.000 9.015.864.563 - -
20 DINAS PERTANIAN DAN PANGAN 142.000.000 34.350.081.716 - -
21 DINAS PERDAGANGAN, KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH 9.500.000.000 23.680.540.732 - -
22 SEKRETARIAT DAERAH 22.500.000.000 59.988.577.778 - -
23 SEKRETARIAT DPRD - 78.290.051.503 - -
24 BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN - 10.784.044.703 - -
25 BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH 1.917.436.911.951 405.675.847.295 55.000.000.000 6.000.000.000
26 BADAN PENDAPATAN DAERAH 268.276.210.000 16.108.552.898 - -
27 BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN - 10.800.690.315 - -
28 INSPEKTORAT DAERAH - 14.873.001.322 - -
29 KECAMATAN KENDAL - 24.273.163.328 - -
30 KECAMATAN PATEBON - 2.576.823.845 - -
31 KECAMATAN PEGANDON - 2.548.818.444 - -
32 KECAMATAN WELERI - 2.850.206.544 - -

Anda mungkin juga menyukai