Anda di halaman 1dari 29

PUSAT KAJIAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS KABUPATEN MADIUN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PENDAHULUAN
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK
WAJIB PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

2020
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Regulasi tentang penerimaan daerah semakin diperkuat dengan terbitnya
Undang-Undang (UU) Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (PDRD) sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, karena
daerah diberikan kewenangan yang lebih besar dalam mengatur pajak daerah dan
retribusi daerah. Daerah juga diberikan wewenang untuk meningkatkan akuntabilitas
dalam penyediaan layanan dan pemerintahan, memperkuat otonomi daerah, serta
memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan dunia usaha. UU Nomor 28 Tahun
2009 tersebut juga mengalihkan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB -P 2) menjadi
pajak daerah.
Pasal 79 UU Nomor 28 Tahun 2009 mengamanatkan bahwa Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP) sebagai Dasar Pengenaan Pajak PBB-P2 ditetapkan besarannya oleh
Kepala Daerah setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu yang dapat
ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan wilayahnya. Kementerian Keuangan
mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.07/2018 tentang
Pedoman Penilaian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2)
dalam rangka membantu Pemerintah Daerah untuk menetapkan kebijakan daerah
tentang Pajak Bumi dan Bangunan, utamanya tentang NJOP agar relevan dan reliable.
Harapannya peraturan Kepala Daerah tersebut dapat menetapkan tata cara Penilaian
PBB-P2 dan ditindaklanjuti dengan Keputusan Kepala Daerah tentang NJOP dengan
Nilai yang telah dimutakhirkan.
Kabupaten Madiun berencana melakukan penyesuaian terhadap pelaksanaan
pemungutan pajak PBB-P2, sesuai amanat Pasal 79 UU Nomor 28 Tahun 2009
Tentang PDRD, sebagai wujud pemutakhiran data dan optimalisasi penerimaan pajak
daerah melalui PBB-P2. Penyesuaian tersebut berkaitan dengan pajak terutang PBB-
P2 yang dibayarkan oleh masyarakat di Kabupaten Madiun. Dalam kerangka
pembentukan kebijakan Pajak daerah, pemilihan kebijakan juga harus mendasarkan

1
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

pada prinsip-prinsip dalam pemungutan PBB-P2 yang diantaranya adalah


kesederhanaan dalam administrasi perpajakannya, kemudahan dalam memahami
peraturan dan dokumen pajak, keadilan baik secara horisontal dan vertikal dalam
pemungutan pajak bagi wajib pajak daerah, adanya semangat gotong royong, dan
terakhir adalah hadirnya kepastian hukum dalam kebijakan pemungutan PBB-P2.
Selain itu, beberapa yang perlu diperhatikan terkait kebijakan penyesuaian
pelaksanaan pemungutan PBB-P2 adalah: 1) kebijakan penyesuaian tersebut tidak
menimbulkan gejolak di masyarakat; 2) kebijakan NJOP memperhatikan konsistensi,
kesinambungan dan keseimbangan antar wilayah; dan 3) akurasi data subyek dan
obyek pajak dalam SPPT tetap terjaga. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu juga
terlebih dahulu melihat beberapa hal menyangkut pelaksanaan pemungutan PBB-P2
di Kabupaten Madiun, seperti permasalahan yang ada, tingkat kepatuhan masyarakat,
dan bagaimana mapping kemampuan masyarakat (ability to pay), serta kemauan
(willingness to pay) masyarakat dalam membayar PBB-P2. Karena jangan sampai
penyesuaian kebijakan menyangkut pemungutan PBB-P2 menimbulkan problematika
di masyarakat.
Secara prinsip, ability to pay merupakan gambaran bahwa setiap orang harus
membayar pajaknya sesuai dengan kemampuan mereka untuk membayar. Dalam hal
ini, pendapatan dan pengeluaran konsumsi masyarakat menjadi salah satu ukurannya.
Menurut Nurmanto (2003), apabila seseorang bekerja dan memiliki pendapatan, maka
secara naluriah pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Jika
pada saat bersamaan timbul kewajiban untuk membayar pajak - karena telah
memenuhi syarat sebagai wajib pajak – muncullah konflik kepentingan dari wajib
pajak, antara kepentingan individu dan kepentingan komunal (daerah) terkait
pengalokasian pendapatan untuk pajak. Biasanya, kepentingan individulah yang selalu
menang. Masyarakat cenderung berpikir bahwa penghasilan yang mereka peroleh
dianggap sudah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, apalagi harus
disisihkan untuk membayar pajak (misalkan Pajak Bumi dan Bangunan). Persepsi
seperti inilah yang kerap menjadi realitas di masyarakat, jika persepsi kemampuan
membayar (ablility to pay) pajak masih menjadi problema di masyarakat, tentunya
akan merimbas pada kemauan masyarakat untuk membayar pajak (willingness to pay)

2
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

dan pada akhirnya penerimaan daerah dari sektor pajak tidak tercapai sesuai target.
Oleh karena itu, penting untuk dilakukan kajian terkait hal tersebut.
Oleh karena itu, memperhatikan beberapa hal di atas, maka perlu diidentifikasi
berbagai hal dalam bentuk kajian yang komprehensif. Sehingga kebijakan baru yang
akan diterapkan telah melalui kajian secara akademis yang komprehensif dengan
memperhatikan, sisi teoritis, kondisi masyarakat, kebutuhan pemerintah daerah,
perekonomian daerah, peraturan dan perundangan yang berlaku serta kondisi
perkembangan zaman. Dengan demikian, kajian tentang Kemampuan Membayar
Pajak Wajib Pajak PBB-P2 di Kabupaten Madiun, dengan pendekatan metode survei
kepada masyarakat penting untuk dilakukan.

1.1. Maksud, Tujuan dan Sasaran Kajian


Maksud kegiatan kajian Kemampuan Membayar Pajak Wajib Pajak PBB-P2
di Kabupaten Madiun adalah tersusunnya dokumen kajian kemampuan membayar
pajak wajib pajak PBB-P2 di Kabupaten Madiun.
Sedangkan Tujuan yang hendak dicapai adalah:
1. Mengetahui kemampuan masyarakat dalam membayar (ability to pay) pajak PBB-
P2 di Kabupaten Madiun;
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong kemauan masyarakat dalam
membayar (willingness to pay) pajak PBB-P2 di Kabupaten Madiun;
3. Mengidentifikasi permasalahan pada wajib pajak terkait pemungutan pajak PBB-
P2 di Kabupaten Madiun;
4. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap rencana penyesuaian dasar pengenaan
dan tarif PBB-P2 di Kabupaten Madiun.
Adapun sasaran yang hendak dicapai melalui kegiatan ini:
1. Diketahuinya kemampuan masyarakat dalam membayar (ability to pay) pajak
PBB-P2 di Kabupaten Madiun;
2. Teridentifikasinya faktor-faktor yang mendorong kemauan masyarakat dalam
membayar (willingness to pay) pajak PBB-P2 di Kabupaten Madiun;
3. Teridentifikasinya permasalahan pada wajib pajak terkait pemungutan pajak PBB-
P2 di Kabupaten Madiun;

3
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

4. Diketahuinya persepsi masyarakat terhadap rencana penyesuaian dasar pengenaan


dan tarif PBB-P2 di Kabupaten Madiun.

1.2. Ruang Lingkup


Lingkup wilayah kegiatan ini adalah di wilayah administratif Pemerintah
Daerah Kabupaten Lumajang. Adapun lingkup materi yang dibahas dalam kegiatan ini
berupa:
a. Identifikasi predisposing factors (pendidikan, umur, pekerjaan, penghasilan,
pengeluaran, sikap, tindakan, nilai), enabling factors (besaran pajak yang
dibayarkan, pelayanan pajak, fasilitas tempat pembayaran PBB-P2, kemudahan
membayar, jarak dengan tempat pembayaran PBB-P2, sosialisasi dari fiskus,
insentif fiskal), dan reinforcing factors (kepemilikan rumah, kepemilikan
kendaraan, jumlah anggota keluarga, pendapatan lain (anggota keluarga),
kemampuan menabung, pengetahuan tentang pajak daerah, perilaku tokoh
agama/tokoh masyarakat, manfaat dari pajak yang dibayarkan) dari Ability to Pay
(ATP) dan Willingness to Pay (WTP) wajib pajak dalam kewajiban membayar
PBB-P2;
b. Identifikasi permasalahan yang terjadi terkait pemungutan pajak PBB-P2 di
Kabupaten Madiun;
c. Identifikasi persepsi wajib pajak terkait penyesuaian tarif PBB-P2 dan nilai NJOP
di Kabupaten Madiun;
d. Analisa data primer dan data sekunder;
e. Menyusun simpulan dan rekomendasi dari hasil temuan lapangan.

1.3. Dasar Hukum


1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 Tentang Pemerintah Daerah
Kabupaten di Djawa Timur sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1965;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah;

4
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah Yang
dipungut berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5950);
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.07/2018 tentang Pedoman
Penilaian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Madiun Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pajak
Daerah.

1.4. Sistematika Laporan


Sistematika Kajian Kemampuan Membayar Pajak Wajib Pajak PBB-P2 di
Kabupaten Madiun sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Menguraikan latar belakang perlunya disusun kajian Kemampuan Membayar Pajak
Wajib Pajak PBB-P2 di Kabupaten Madiun. Secara umum dan ringkas mengurai latar
belakang, maksud, tujuan, dan sasaran, ruang lingkup, dasar hukum serta sistematika
laporan.
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan kajian Kemampuan Membayar
Pajak Wajib Pajak PBB-P2 di Kabupaten Madiun.

5
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

Bab 3 Pendekatan dan Metodologi


Bab ini berisi pendekatan perencanaan, kerangka pikir dan tahap perencanaan, metode
pengumpulan data, serta metode analisis yang digunakan dalam penyusunan kajian
Kemampuan Membayar Pajak Wajib Pajak PBB-P2 di Kabupaten Madiun.
Bab 4 Rencana Kerja
Bab ini berisi jadwal kegiatan, tim pelaksana, dan rencana anggaran.

6
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pajak Daerah


Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
bedasarkan undang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaran pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.(Mardiasmo, 2009).
Dasar hukum pajak daerah dan retribusi daerah adalah undang-undang no.18
tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana telah di ubah
dengan Undang-Undang No. 34 tahun 2000 dan yang terakhir Undang-Undang No. 28
Tahun 2009. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yang dimaksud dengan
pajak daerah adalah pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak,adalah kontribusi
wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang,dan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Pajak daerah dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
a. Pajak provinsi, terdiri dari:
1. Pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan /atau
penguasaan kendaraan bermotor
2. Bea balik nama kendaraan bermotor adalah pajak atas penyerahan hak
milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau
perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar
menukar, hibah, warisan, atau pemasukan kedalam badan usaha
3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah pajak atas penggunaan
bahan bakar kendaraan bermotor
4. Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair
atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor
5. Pajak air permukaan adalah pajak atas pengambilan dan /atau
pemanfaatan air permukaan.

7
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

6. Air permukaan adalah semua air yang terdapat dipermukaan tanah ,tidak
termasuk air laut, baik yang berada dilaut maupun di darat.
7. Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang di pungut oleh
pemerintah.
b. Pajak kabupaten/kota
1. Pajak Hotel disebut pajak daerah pungutan daerah atas penyelenggaraan
hotel.
2. Pajak Restoran yang di sebut pajak adalah pungutan daerah atas
pelayanan restoran.
3. Pajak Hiburan atau di sebut pajak adalah pajak hiburan di Kabupaten
Lumajang.
4. Pajak reklame yang selanjutnya disebut pajak adalah pungutan daerah
atas penyelenggaraan reklame.
5. Pajak Pengambilan Bahan Galian Mineral bukan logam dan batuan
adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian mineral bukan
logam dan batuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
6. Pajak Penerangan Jalan
7. Pajak Parkir
8. Pajak Air Tanah
9. Pajak Sarang Burung Walet
10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

2.2. Pajak Bumi dan Bangunan-Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)


Objek PBB adalah bumi dan/atau bangunan, dimana pengertian bumi dan/atau
bangunan adalah Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.
Bangunan, adalah kontruksi teknik yang di tanam atau di lekatkan secara tetap pada
tanah dan/atau perairan. Tidak semua objek bumi dan bangunan akan dikenakan PBB,
ada juga objek yang di kecualikan dari pengenaan PBB adalah apabila sebagai berikut:

8
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

 Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,


sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksud-kan
untuk memperoleh keuntungan;
 Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;
 Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum di bebani
suatu hak;
 Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik;
 Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan
oleh Menteri Keuangan.
Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan
pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Sedangkan Subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai
suatu hak atas bumi, dan/ memperoleh manfaat atas bumi, dan/ memiliki, menguasai,
dan/ memperoleh manfaat atas bangunan. Melihat pengertian subjek pajak tersebut,
tidak jarang ada objek pajak yang diakui oleh lebih dari satu orang subjek pajak, yang
berarti ada satu objek pajak tetapi memiliki beberapa wajib pajak. Bagaimana kalau
hal ini terjadi, apakah semua menjadi terhutang PBB.
Apabila terjadi statu kejadian dimana satu objek pajak dimiliki/dikuasai oleh
beberapa subjek pajak atau satu objek pajak belum diketahui dengan jelas siapa Wajib
Pajaknya, maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah melihat perjanjian
(agreement) antara para pihak yang berkepentingan terhadap objek pajak tersebut.
Dalam perjanjian tersebut salah satu pasalnya biasanya membahas siapa yang akan
melakukan kewajiban pembayaran pajak termasuk pajak Bumi dan Bangunan. Apabila
dalam perjanjian tidak disebutkan atau memang terjadi lebih dari satu yang
memanfaatkan objek pajak sehingga belum diketahui siapa yang menjadi wajib pajak
Direktorat Jenderal Pajak dapat menetapkan subjek pajaknya (UU No 12 tahun 1994
Pasal 4 ayat 3).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 80, tarif PBB-P2
ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (nol koma tiga persen). Besaran pokok PBB-P2

9
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebesar 0,3% dengan dasar
pengenaan pajaknya setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kenan Pajak
(NJOPTKP). Sedangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Madiun Nomor 12
Tahun 2010 Pasal 96, menjelaskan bahwa tarif PBB P2 ditetapkan dengan sebagai
berikut:
1. Untuk Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00
(satu milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0,1% (nol koma satu persen) per
tahun.
2. Untuk Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) diatas Rp. 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0,2% (nol koma dua persen) per tahun.

2.3. Konsepsi Perilaku


Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti
pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi
perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga
faktor intern sebagian lagi terletak diluar dirinya atau disebut dengan faktor ekstern
yaitu faktor lingkungan.
Menurut Green yang dikutip Notoadmodjo (2003), perilaku dipengaruhi oleh
3 faktor utama, yakni:
1. Faktor-faktor Predisposing (predisposing factor)
Faktor-faktor predisposing adalah faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisikan terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini mencakup
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap sesuatu hal, tradisi dan kepercayaan
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu hal, sistem nilai yang
dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
2. Faktor-faktor Pemungkin (enabling factor)
Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor)
Faktor-faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk

10
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

petugas pajak. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik


dari pusat maupun dari pemerintah daerah terkait dengan pajak.
Menurut Green dkk (1999) yang dikutip Gielen, dkk (2002), ada 6 langkah
proses perubahan perilaku kesehatan yaitu:
1. Penilaian Sosial
Penilaian sosial menentukan persepsi orang akan kebutuhan dan kualitas hidup
mereka. Pada tahap ini ahli perencana memperluas pemahaman mereka pada
masyarakat dimana mereka bekerja dengan beragam data, tindakan terpadu.
2. Penilaian Epidemiologi
Penilaian epidemiologi membantu menetapkan permasalahan kesehatan yang
terpenting dalam suatu masyarakat. Penilaian ini dihubungkan dengan kualitas
hidup.
3. Penilaian Perilaku dan Lingkungan
Penilaian perilaku dan lingkungan merupakan faktor-faktor yang memberi
konstribusi kepada masalah yang dihadapi. Dimana faktor perilaku seringkali
beresiko memberikan dukungan kepada kejadian dan kesulitan masalah yang
dihadapi. Sedangkan faktor lingkungan merupakan semua faktor-faktor sosial dan
fisiologis luar kepada seseorang, sering tidak mencapai titik kontrol perorangan,
yang dapat dimodifikasi untuk mendukung perilaku atau mempengaruhi hasil dari
masalah yang dihadapi.
4. Mengidentifikasi faktor yang mendahului dan yang dikuatkan yang harus
ditempatkan untuk memulai dan menopang proses perubahan. Faktor ini
diklasifikasikan sebagai pengaruh, penguat dan pemungkin dan secara bersama-
sama mempengaruhi kemungkinan perubahan perilaku dan lingkungan.
5. Penilaian Administrasi dan Kebijakan
Merancang intervensi yang strategis dan rencana akhir untuk implementasi. Yaitu,
administrasi dan kebijakan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan
kebijakan, sumber-sumber dan keadaan umum yang berlaku dalam konteks
program di organisasi yang dapat menfasilitasi atau menghalangi program
implementasi.
6. Implementasi dan Evaluasi

11
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

Dalam langkah ini, dilaksanakan untuk mengevaluasi proses, dampak dan hasil
dari program, final dari tiga langkah dalam model perencanaan precede-proceed.
Secara halus, proses evaluasi menentukan tingkat tertentu dari program yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Penilaian yang berpengaruh kuat berubah
pada predisposing, reinforcing dan enabling faktor sebaik dalam perilaku dan
faktor lingkungan.

2.4. Konsepsi Ability to Pay (ATP) dan Willingness to Pay (WTP)


Ability to pay adalah kemampuan seseorang untuk membayar suatu jasa
berdasarkan penghasilan yang didapat (Rumiati, Fahmi, dan Edison, 2013: 1). Ability
to pay juga dapat didefinisikan sebagai batas maksimum kemampuan dari penghasilan
seseorang yang dialokasikan untuk membayar sesuatu. Sedangkan Willingness to pay
pada umumnya diartikan sebagai kesediaan seseorang untuk mengeluarkan imbalan
(dalam bentuk uang) atas sesuatu yang diperolehnya. Willingness to pay juga diartikan
sebagai jumlah maksimum yang akan dibayarkan konsumen untuk menikmati
peningkatan kualitas (Whitehead, 2005).
Dalam penentuan hubungan antara ATP dan WTP sering terjadi
ketidaksesuaian antara ATP dan WTP. Ada beberapa kondisi yang mungkin terjadi
(Tamin, Rahman, Kusumawati, Munandar dan Setiadji, 1999), yaitu:
1. ATP > WTP
Kondisi ini menunjukkan kemampuan membayar lebih besar dari keinginan
membayar pajak. Hal ini terjadi bila Wajib Pajak mempunyai penghasilan relatif
tinggi tetapi manfaat yang didapat dianggap relatif rendah, Wajib Pajak pada
kondisi ini disebut Wajib Pajak yang memiliki kemampuan untuk memilih patuh
atau tidak dalam membayar pajak (choice riders).
2. ATP = WTP
Menunjukkan kemampuan dan keinginan untuk membayar pajak dari Wajib Pajak
tersebut sama. Pada kondisi ini telah terjadi keseimbangan antara manfaat yang
dirasakan pengguna dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak oleh
Wajib Pajak tersebut.
3. ATP < WTP

12
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

Kondisi ini menggambarkan keinginan Wajib Pajak untuk membayar Pajak lebih
besar dari kemampuan yang dimiliki. Sangatlah wajar bagi seseorang yang
memiliki nilai ATP rendah dan memiliki nilai WTP yang tinggi karena nilai WTP
ditentukan oleh pertimbangan psikologis Wajib Pajak (Ajzen, Rosenthal dan
Brown, 2000). Hal ini dapat terjadi karena Wajib Pajak yang berpenghasilan
rendah merasa mendapatkan manfaat yang tinggi terhadap pajak yang dibayarkan
tersebut. Keinginan Wajib Pajak dalam membayar pajak yang tertahan oleh
kemampuan membayar pajak disebut pengguna tertahan (captive riders).
Terkait dengan rencana penyesuaian tarif PBB-P2, bila dilihat dari parameter
ATP dan WTP yang ditinjau, maka aspek Wajib Pajak dalam hal ini dijadikan subyek
yang menentukan nilai tarif yang diberlakukan dengan prinsip sebagai berikut:
1. ATP merupakan fungsi dari kemampuan membayar sehingga nilai tarif yang
diberlakukan sedapat mungkin tidak melebihi nilai ATP kelompok masyarakat
sasaran. Campur tangan pemerintah dalam bentuk subsidi langsung, subsidi silang
maupun dukungan pemerintah lainnya dibutuhkan pada kondisi nilai tarif berlaku
lebih besar dari ATP. Hal ini diperlukan agar nilai tarif sama dengan nilai ATP.
2. WTP merupakan fungsi dari tingkat kepuasan terhadap pelayanan Pemerintah
Daerah (manfaat dari pembayaran pajak), sehingga bila nilai WTP masih berada
dibawah ATP maka masih dimungkinkan melakukan peningkatan nilai tarif
dengan perbaikan kinerja pelayanan.
3. Apabila perhitungan tarif berada jauh dibawah ATP dan WTP, maka terdapat
keleluasaan dalam perhitungan/pengajuan nilai tarif baru.

2.5.Prinsip Pemungutan Pajak, Azas Keadilan dan Ability to Pay Tax


Pajak tidak dapat dipisahkan dengan pemerintahan, karena pajak merupakan
salah satu unsur terselenggaranya fungsi pemerintahan. Pajak merupakan salah satu
cara pengalihan kekayaan dari sektor swasta kepada sektor publik yang diperlukan
untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan. Menurut Musgrave, ada tiga fungsi
pemerintahan, yang berkaitan dengan pemungutan pajak oleh suatu pemerintah, yaitu:
1. Mengatasi inefisiensi dalam suatu sistem pasar untuk mendistribusikan alokasi
sumber daya ekonomi, apabila terjadi kendala dalam mekanisme pasar.

13
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

2. Distribusi penghasilan dan kekayaan dalam masyarakat sebagai pelaksanaan


dalam fungsi keadilan sosial.
3. Menciptakan suasana yang dapat mengatasi fluktuasi dalam ekonomi untuk
menjamin terselenggaranya daya serap tenaga kerja dalam tingkatan yang tinggi
menjaga stabilitas keseimbangan harga.
Kebijakan pemerintah untuk mengadakan suatu pemungutan pajak hendaknya
didasarkan pada kaidah/norma yang baik dan berlaku untuk umum yang disebut
prinsip pemungutan pajak. Istilah pemungutan pajak menurut Sindian Isa
Djajadiningrat dalam buku Hukum Pajak dan Keadilan berpendapat bahwa
Pemungutan pajak adalah kekuasaan yang demikian besarnya yang berada di tangan
negara, yang bahkan hukumnya diciptakan oleh negara sendiri justru karena itulah
harus disertai dengan pengabdian kepada rakyat, kepada kesejahteraan umum,
sehingga menjelma menjadi keadilan.
Menurut Adam Smith, dasar-dasar pemungutan pajak yang adil yang dinamai
“The Four Maxims” yaitu Equality and Equity, Certainly, Convenience of Payment
dan Efficiency. Salah satu azas yang erat kaitannya dengan kemampuan dan kemauan
wajib pajak dalam membayar pajak adalah azas Equality. Dengan prinsip equality
digambarkan bahwa pemungutan pajak harus dilakukan secara adil dan merata, yakni
dikenakan kepada orang-orang pribadi sebanding dengan kemampuannya untuk
membayar pajak tersebut (ability to pay) dan juga sesuai dengan manfaat yang
diterimanya (benefit principle). Azas keadilan lebih lanjut dikembangkan oleh Adolf
Wagner, yang dikutip oleh Mansury yaitu bahwa pemungutan pajak yang adil adalah
pemungutan pajak yang diberlakukan secara umum kepada semua Wajib Pajak dan
dibebankan kepada setiap wajib pajak yang mempunyai ability-to-pay secara merata,
bahwa satu struktur tarif pajak berlaku kepada setiap Wajib Pajak yang mempunyai
kemampuan membayar.
Berkenaan dengan keadilan dalam pemungutan pajak, maka masih sejalan
dengan Adam Smith, Richard A Musgrave dan Peggy B Musgrave mengemukakan
adanya dua macam asas keadilan yaitu Benefit Principle dan Ability To Pay Principle.
Benefit Principle menekankan bahwa setiap wajib pajak harus membayar sejalan
dengan manfaat yang dinikmatinya dari Pemerintah. Dalam hal ini perlu diketahui
besarnya manfaat yang dinikmati Wajib Pajak yang bersangkutan dari kegiatan

14
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

pemerintah yang memerlukan pengeluaran yang dibiayai dari penerimaan pajak


tersebut, sehingga dalam prakteknya prinsip ini sulit diterapkan secara umum,
melainkan lebih tepat untuk pemungutan retribusi non pajak yang manfaatnya
dirasakan langsung oleh pembayarnya. Sementara itu, pendekatan ability to pay
menekankan agar pembebanan pajak kepada para Wajib Pajak didasarkan kepada
kemampuan masing-masing.
Keadilan pemungutan pajak berdasarkan kemampuan membayar (ability to
pay) dapat dirumuskan menjadi dua konsep yaitu keadilan horizontal dan keadilan
vertikal. Keadilan horizontal diartikan sebagai pengenaan pajak dimana semua orang
yang mempunyai penghasilan yang sama, harus membayar pajak dalam jumlah yang
sama, sedangkan keadilan vertikal menyangkut kewajiban membayar pajak dimana
semakin besar kemampuannya untuk membayar pajak harus semakin besar pajak yang
harus dibayar.
Dalam keadilan vertikal ini, beban pajak bersifat progresif, maksudnya adalah
bahwa semakin besar ability to pay, maka semakin besar beban pajak (tax burden)
yang harus dipikul. Selain itu, dalam keadilan vertikal ini, pembedaan tax burden
semata-mata berdasarkan karena perbedaan tingkat ability to pay, bukan berdasarkan
jenis/sumber penghasilan.

15
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian


Metode penelitian merupakan bagian penting dalam penelitian sebab
menjelaskan tentang cara peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian. Dalam hal
ini akan dijelaskan bagaimana penelitian harus dilanjutkan dengan menunjukkan
masalah yang layak diselidiki, bagaimana membingkai masalah untuk dapat
dieksplorasi, bagaimana mengumpulkan data yang tepat, dan bagaimana membuat
hubungan logis antara masalah, data, analisis, dan penarikan kesimpulan (Jackson,
Drummond, & Camara, 2007).
Permasalahan penelitian yang akan diteliti adalah terkait dengan kemampuan
masyarakat Kabupaten Madiun dalam membayar pajak PBB-P2. Hal ini dianggap
perlu untuk dilakukan guna penyusunan kebijakan di masa mendatang terkait
peningkatan kemandirian ekonomi daerah melalui optimalisasi pajak daerah,
khususnya PBB-P2 serta langkah awal sebagai dasar rujukan kajian dari sisi akademis
terkait adanya rencana penyesuaian kebijakan pemungutan pajak PBB-P2 yang akan
dilakukan oleh Kabupaten Madiun. Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut dan
tujuan dari penelitian, maka pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah
pendekatan Mixed Methode yaitu pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Dalam
mengeksplorasi jenis penelitian kualitatif, maka perlu mengidentifikasi teks atau objek
sosial yang sesuai untuk analisis, baik dalam bentuk video atau foto. Sedangkan dalam
penelitian kuantatif dengan menggunakan sumber data berupa dokumen atau laporan.
Secara umum, pendekatan Mixed Methode diimplementasikan dengan tujuan
untuk (i) Identifikasi predisposing factors (pendidikan, umur, pekerjaan, penghasilan,
pengeluaran, sikap, tindakan, nilai), enabling factors (besaran pajak yang dibayarkan,
pelayanan pajak, fasilitas tempat pembayaran PBB-P2, kemudahan membayar, jarak
dengan tempat pembayaran PBB-P2, sosialisasi dari fiskus, insentif fiskal), dan
reinforcing factors (kepemilikan rumah, kepemilikan kendaraan, jumlah anggota
keluarga, pendapatan lain (anggota keluarga), kemampuan menabung, pengetahuan
tentang pajak daerah, perilaku tokoh agama/tokoh masyarakat, manfaat dari pajak
yang dibayarkan) dari Ability to Pay (ATP) dan Willingness to Pay (WTP) wajib pajak

16
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

dalam kewajiban membayar PBB-P2; (ii) Identifikasi permasalahan yang terjadi


terkait pemungutan pajak PBB-P2 di Kabupaten Madiun; (iii) Identifikasi persepsi
wajib pajak terkait penyesuaian tarif PBB-P2 dan nilai NJOP di Kabupaten Madiun;
(iv) menyusun rekomendasi hasil dari temuan lapang.
Berikut digambarkan aliran diagram tahapan penelitian;

17
TAHAPAN PERSIAPAN TAHAPAN PENGUMPULAN DATA TAHAP ANALISIS OUTPUT

Observasi Pendahuluan
Data Primer
 Survei Faktor-faktor yang
Identifikasi Masalah mempengaruhi
Analisis Hasil Survei kemampuan
 Identifikasi predisposing
factors, enabling factors, membayar PBB-P2
Penentuan Maksud & reinforcing factors
Tujuan  Identifikasi permasalahan
pemungutan PBB-P2
Analisis Kebijakan Rekomendasi
 Identifikasi persepsi wajib
Observasi kebijakan
pajak terkait penyesuaian
Pengumpulan Data Pendahuluan tarif PBB-P2 dan nilai NJOP
 Instansi
 Literatur
 Lapangan

Gambar 3. 1 Diagram Alir Kemampuan Membayar Pajak Wajib Pajak PBB-P2 di Kabupaten Madiun
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

3.2 Metode Mengumpulkan Data


Pada penelitian menggunakan dua jenis data yaitu data dalam
pengumpulannya, yatiu data primer dan data sekunder.
3.2.1 Data Primer
Data primer digunakan empat instrumen penelitian, yaitu didapatkan dari hasil
wawancara dan surevi kepada wajib pajak PBB-P2 di Kabupaten Madiun. Wawancara
dilakukan untuk menghasilkan data dari individu atau kelompok dengan menggunakan
format pertanyaan terstruktur, semi terstruktur, atau tidak terstruktur. Umumnya,
wawancara semi informal atau tidak terstruktur dan terbuka lebih disukai karena
memungkinkan lebih banyak fleksibilitas dan responsifitas terhadap tema yang
muncul antara pewawancara dan responden. Dalam kegiatan tersebut, pandangan dan
pendapat responden akan dieksplorasi (Jackson et al., 2007). Dalam kajian ini,
wawancara dilakukan secara tatap muka (face to face) oleh para pewawancara
(enumator) terlatih.
3.2.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh berdasarkan studi kepustakaan
melalui berbagai literatur atau data yang diperoleh dari instansi yang terkait dengan
tema. Kegiatan survey dilakukan melalui:
a. Studi literatur dokumen/ laporan
Dilakukan melalui studi kepustakaan yang berhubungan dengan tema
penelitian baik berupa buku, tugas akhir, tesis, jurnal, peraturan-peraturan,
peta maupun laporan
b. Survey instansi
Survey instansi bertujuan mencari data pendukung melalui instansi atau
lembaga tertentu yang berhubungan langsung dengan tema penelitian yaitu
BAPPEDA, Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Madiun.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi adalah jumlah keseluruhan dari analisis yang cirinya dapat diduga.
Pada penelitian ini hanya dilakukan penelitian untuk wajib pajak PBB-P2 di

19
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

Kabupaten Madiun. Sampel adalah sebagian dari populasi dimana diambil untuk
diteliti yang karakteristiknya hendak diduga. Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan multistage random sampling, multistage random sampling adalah penentuan
sampel berdasarkan pembagian suatu daerah secara bertingkat, kemudian diambil
secara acak untuk tiap daerah tersebut, tujuannya agar setiap sampel disuatu daerah
tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan responden. Dalam kajian
ini, responden tersebar secara proporsional di setiap Kecamatan di Kabupaten Madiun.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memili karakteristik yang relatif
sama dan dianggap mewakili populasi. Menurut Indriantoro dan Supomo (1999)
populasi adalah sebagian dari populasi dimaksud yang akan diteliti. Berdasarkan
multistage random sampling, dapat dijelaskan pada Tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Sampel Berdasarkan Multistage Random Sampling
No Wilayah Populasi Sampel
1 Kebonsari 35.536 40
2 Geger 32.049 30
3 Dolopo 31,847 30
4 Dagangan 31.575 30
5 Wungu 31.466 30
6 Kare 22.394 20
7 Gemarang 20.663 20
8 Saradan 33.139 30
9 Pilangkenceng 31.389 30
10 Mejayan 22.542 20
11 Wonoasri 18.275 20
12 Balerejo 32.375 30
13 Madiun 21.827 20
14 Sawahan 15.990 20
15 Jiwan 30.349 30
Total 411.416 400
Sumber: data Bapenda Kab. Madiun diolah, 2019
3.4 Prosedur Pengumpulan Data
Adapun Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut :
1. Identifikasi dan pengumpulan data Wajib Pajak.
2. Penyusunan panduan survei.

20
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

3. Pelatihan Petugas lapangan (enumator) yang akan diterjunkan untuk


melakukan survei. Pelatihan ini dilakukan untuk memberi pemahaman
pada petugas yang akan diterjunkan di lapangan.
4. Pengumpulan data primer melalui teknik survei dengan mensurvei semua
lokasi yang menjadi sampel.
5. Penerjunan tenaga survei di lapangan.
6. Klarifikasi obyek atau lokasi survei.
7. Memonitor pengumpulan data.
8. Kordinator lapangan memverifikasi data hasil survei yang masuk untuk
dilakukan validasi.
9. Proses input data hasil survei dan diskusi hasil survei.
10. Proses penyusunan laporan.
11. Diseminasi hasil laporan survei.

3.5 Metode Analisis Data


Metode analisis merupakan suatu alat untuk mewujudkan dan membahas sasaran
yang ingin diwujudkan, baik secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif
merupakan analisis deskriptif yang didasari oleh suatu penguraian sebab akibat
disamping dilakukan juga berdasarkan kondisi eksisting pada studi di mana dalam
analisis ini tidak digunakan metode matematis namun berdasarkan atas teori-teori yang
mendasar dari penelitian beberapa ahli. Metode kuantitatif merupakan analisis yang
didasarkan pada yang ditujukan untuk mencapai tujuan dan sasaran studi.
3.1.1 Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yang
didasarkan pada enam tahap proses analisis kebijakan, yaitu:
Analisis kebijakan yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yang
didasarkan pada enam tahap proses analisis kebijakan, yaitu:
1. Memperinci masalah yang baik berkaitan dengan:
a. Memilih waktu untuk memikirkan masalah secara bebas.
b. Mengungkapkan dengan angka-angka, terkait dengan kuantifikasi masalah.

21
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

2. Dalam penetapan kriteria evaluatif akan diperoleh seperangkat standar


pengukuran, yang beberapa kriteria didalamnya dapat dievaluasi.
3. Mencari alternatif kebijakan/pemecahannya ada dua macam, yaitu:
a. Yang telah ada dapat digunakan sebagaimana adanya/dapat dimodifikasi.
b. Mencari pemecahan-pemecahan baru.
4. Evaluasi setiap kebijakan sebelum digunakan terkait dengan peramalan dan
perbandingan.
5. Prinsip-prinsip yang ada dalam pemaparan kebijakan adalah kesimpulannya jelas,
teknik yang digunakan akurat, dan kriteria kuantitatif/kualitatif sama-sama cocok
untuk menyempurnakan evaluasi, pengarahan analisis dan klien pada suatu
keputusan.
6. Program dipantau dan dievaluasi setelah ditetapkan, sebagai hasil paling efektif
dan diinginkan sesuai perkiraan.
Untuk lebih jelasnya tahapan proses analisis kebijakan di atas dapat dilihat
pada skema di bawah ini:

Gambar 3. 1 Analisis Kebijakan


Menguji,
menetapkan dan
1 merinci masalah

Memantau tiap hasil Mencari alternatif


6 kebijakan kebijakan
2

Memaparkan dan Menetapkan kriteria


memilih antara evaluatif
3
berbagai alternatif
5
Evaluasi setiap
alternatif kebijakan
4

Sumber : Buku Perencanaan Kota (2009)

22
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

3.1.2 Analisis Hasil Survei


Analisis hasil survei menggunakan prosedur sebagai berikut:
1. Melakukan quality control hasil survei dengan pilihan metode spotcheck lapangan,
callback, double entry, proses input data.
2. Melakukan input data dan pengolahan menggunakan regresi.

23
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

BAB IV
RENCANA KERJA

4.1. Tahapan Pekerjaan


Kegiatan Kajian Kemampuan Membayar Pajak Wajib Pajak PBB-P2 di
Kabupaten Madiun terdiri dari beberapa tahapan pekerjaan sebagai berikut:
 Pemahaman dan Koordinasi Kerja
 Persiapan Pemodelan
 Presentasi Pendahuluan
 Persiapan Survei
 Survei
 Pemrosesan Data
 Presentasi Laporan Akhir

Secara garis besar rencana kerja dalan kegiatan Kajian Kemampuan Membayar
Pajak Wajib Pajak PBB-P2 di Kabupaten Madiun dimulai dari tahap persiapan survey
hingga penyusunan Laporan Akhir.

4.1.1. Tahap Persiapan


Tahap persiapan merupakan tahapan awal dari Kajian Kemampuan Membayar
Pajak Wajib Pajak PBB-P2 di Kabupaten Madiun. Pada tahap ini beberapa kegiatan
yang dilakukan meliputi:
1) Persiapan, yaitu berupa penyiapan data atau informasi yang akan
dimanfaatkan dalam Kajian Kemampuan Membayar Pajak Wajib Pajak
PBB-P2 di Kabupaten Madiun. Persiapan-persiapan yang dilakukan antara
lain persiapan materi, instrumen atau kelengkapan untuk survei yang
berupa:
Peta dasar dan peralatan material yang diperlukan untuk kegiatan
survei secara keseluruhan;

24
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

Menyusun desain survei yang berisi daftar data/informasi yang


diperlukan, instansi yang akan disurvei, alternatif metoda analisis yang
akan digunakan serta output dari data-data yang dikumpulkan;
Penyusunan daftar pertanyaan untuk wawancara.
2) Studi literatur yang berupa pengkajian data (review kebijakan) atau
informasi dari data literatur yang telah ada dan terkait dengan pajak daerah,
khsususnya PBB-P2. Setelah melalui kegiatan tersebut diatas, kemudian
dilakukan identifikasi untuk mengetahui kondisi dan potensi wilayah
perencanaan.
4.1.2. Tahap Presentasi Pendahuluan
Penyusunan Laporan Pendahuluan bertujuan memberikan gambaran awal
terkait Kajian Kemampuan Membayar Pajak Wajib Pajak PBB-P2 di Kabupaten
Madiun. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:
1) Inventarisasi literatur terkait PBB-P2;
2) Penentuan metodologi yang dipergunakan dalam pekerjaan;
3) Inventarisasi data-data dasar untuk memberikan gambaran awal kondisi
wilayah;
4) Penyusunan rencana pekerjaan.
4.1.3. Tahap Pengumpulan Data
Pekerjaan pengumpulan data dan informasi ini pada dasarnya terbagi menjadi
dua pekerjaan yaitu survey untuk memperoleh data sekunder maupun informasi yang
diperlukan dan identifikasi data atau informasi data primer yang diperoleh melalui
observasi langsung di lapangan.
1) Survey data instansional, berupa pengumpulan dan kompilasi data dari
instansi terkait. Hasilnya adalah uraian fakta dan informasi, baik dalam
bentuk data angka atau peta mengenai keadaan pada wilayah perencanaan
secara menyeluruh. Data sekunder ini terdiri dari:
 Peraturan-peraturan daerah yang terkait;
 Kebijakan dan program pembangunan daerah yang bersangkutan;
 Data wajib pajak PBB-P2.

25
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

2) Survey lapangan, dilakukan melalui wawancara secara langsung terhadap


kondisi wilayah. Survey lapangan dalam kegiatan ini dilakukan melalui
wawancara kepada wajib pajak yang menjadi sampel kajian.
4.1.4. Tahap Kompilasi dan Analisis Data
Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah kegiatan kompilasi dan pengolahan
data yang selanjutnya akan menjadi input untuk tahap analisis. Analisis dilakukan
terhadap hasil identifikasi yang diperoleh yang berdasarkan pada teori dan standar-
standar perencanaan maupun peraturan-peraturan yang mendukung analisis tersebut.
Hasil-hasil analisis setidaknya meliputi:
a. Analisis Kebijakan
b. Analisis Hasil Survei

4.1.5. Tahap Presentasi dan Penyusunan Laporan Akhir


Tahap selanjutnya setelah dilakukan identifikasi dan analisis adalah
penyusunan rencana yang merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses kegiatan
sekaligus pemaparan hasil Kajian Kemampuan Membayar Pajak Wajib Pajak PBB-P2
di Kabupaten Madiun. Hasil rencana ini secara lengkap dituangkan dalam Laporan
Akhir dengan jelas dan sistematis dilengkapi dengan uraian deskriptif, gambar, skema,
tabel-tabel.

4.2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan Kajian Kemampuan Membayar Pajak Wajib Pajak PBB-
P2 di Kabupaten Madiun dapat dipastikan tidak akan berhasil bila tidak ada rencana
kerja yang disusun dan diacu selama kurun waktu pelaksanaan kegiatan. Tanpa adanya
jadwal pelaksanaan kegiatan dimungkinkan terlewatinya item kegiatan karena tidak
ada alat untuk melaksanakan kontrol tingkat keberhasilan. Kriteria keberhasilan suatu
kegiatan adalah:
Dilaksanakannya seluruh item kegiatan sesuai lingkup kegiatan
Kerja sama seluruh anggota tim
Diselesaikannya pelaksanaan kegiatan tepat waktu
Terjadwalnya seluruh kegiatan

26
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

Dilaksanakannya kegiatan sesuai dengan kerangka acuan kerja


Guna memenuhi tingkat keberhasilan kegiatan sesuai dengan kriteria
keberhasilan tersebut diatas maka pada usulan teknis ini disusun jadwal pelaksanaan
kegiatan. Sebelum dilaksanakannya kegiatan sesuai dengan rencana jadwal
pelaksanaan kegiatan perlu dibahas dahulu dengan pengelola kegiatan. Pembahasan
rencana kerja ini untuk menyepakati tanggal-tanggal penting dan jenis kegiatan
penting yang disepakati sebagai titik kontrol (check point) untuk melakukan evaluasi
kemajuan kegiatan. Rencana jadwal pelaksanaan kegiatan dapat diubah apabila terjadi:
Adanya item kegiatan yang terlambat penyelesaiannya
Tidak masuknya item kegiatan pada rencana jadwal pelaksanaan
Ditemuinya kendala teknis dan non teknis dilapangan sehingga kegiatan
harus dihentikan dahulu
Adanya permintaan pengajuan jadwal penyelesaian item kegiatan oleh
pengelola kegiatan
Perubahan jadwal waktu tersebut sesuai dengan siklus manajemen yang
berlaku universal pada setiap kegiatan. Siklus manajemen tersebut:
 Planning (penyusunan rencana kerja)
 Organizing (pembagian tugas dan tanggung jawab, pengorganisasian)
 Actuating (pelaksanaan kegiatan)
 Controlling (penilaian, evaluasi)
 Peralatan pendukung
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan Kajian Kemampuan Membayar Pajak
Wajib Pajak PBB-P2 di Kabupaten Madiun adalah 120 hari kalender atau 4 bulan
terhitung sejak SPMK ditetapkan. Secara garis besar jadwal pelaksanaan pekerjaan
tercantum pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Bulan Ke-n
No Tahap Kegiatan
1 2 3 4
1 Persiapan
2 Pengumpulan data awal
3 Presentasi Pendahuluan
4 Pelatihan Petugas lapangan (enumator)

27
KAJIAN KEMAMPUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK PBB-P2 DI KABUPATEN MADIUN

Bulan Ke-n
No Tahap Kegiatan
1 2 3 4
5 Pengumpulan data (survei)
6 Input data dan klarifikasi data survei
7 Analisis data
8 Penyusunan laporan akhir
9 Presentasi Laporan Akhir

4.3. Sistem Pelaporan


Sistem pelaporan untuk Kajian Kemampuan Membayar Pajak Wajib Pajak
PBB-P2 di Kabupaten Madiun dibuat dalam dokumen laporan. Dokumen disusun
menjadi 1 laporan akhir sebanyak 4 buku.

4.4. Kualifikasi Tenaga Ahli


Kualifikasi tenaga ahli dalam Kajian Kemampuan Membayar Pajak Wajib
Pajak PBB-P2 di Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut:
1. Team Leader
S2 Akuntansi dengan pengalaman minimal 5 tahun. Tugasnya meliputi
bertanggung jawab atas hasil pekerjaan, sebagai koordinator tenaga ahli dalam
hal pelaksanaan pekerjaan, menyimpulkan serta merumuskan hasil pekerjaan.
2. Ahli Manajemen
S2 Manajemen dengan pengalaman minimal 4 tahun. Tugasnya meliputi
analisis sesuai dengan bidang ilmunya yang berhubungan dengan penyusunan
hasil kajian.
3. Ahli Akuntansi Perpajakan
S2 Akuntansi dengan pengalaman minimal 4 tahun. Tugasnya meliputi analisis
sesuai dengan bidang ilmunya yang berhubungan dengan penyusunan hasil
kajian.
4. Ahli Ekonomi
S2 Ilmu Ekonomi/Ekonomi Pembangunan dengan pengalaman minimal 4
tahun. Tugasnya meliputi analisis sesuai dengan bidang ilmunya yang
berhubungan dengan penyusunan hasil kajian.

28

Anda mungkin juga menyukai