Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB

PAJAK DALAM MELAKUKAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN


PERDESAAN DAN PERKOTAAN
(Studi kasus pada wajib pajak PBB P2 Kecamatan Pesantren Kota Kediri)
Author : Christian Danang Prihartanto (0910230054)
Supervisor : Devy Pusposari, SE., M.Si, Ak.

ABSTRACT

This research aims to understand the influence of SPPT, knowledge of taxation, tax
service and tax payers awareness on tax payers obedient in paying riil property tax. Data
obtained in the form of a questionnaire distributed primary data in the Pesantren Subdistrict,
Kediri. Statistical method used multiple regression analysis. The result showed that the
factors of SPPT, sanction, tax service and compass time has positive and significant influence
both partially and simultaneously.

Keywords : obedient of tax payers, SPPT, knowledge of taxation, tax service and tax payers
awareness.

PENDAHULUAN
daerah juga dapat mengambil peluang
Undang-undang Republik Indonesia dalam aturan baru ini dalam rangka
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak meningkatkan pendapatan daerah mereka
Daerah dan Retribusi Daerah yang masing-masing. Dengan terbitnya Undang-
membuat Pajak Bumi dan Bangunan undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Perdesaan dan Perkotaan menjadi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
tanggung jawab pemerintah daerah seolah Pemerintah Daerah kini mempunyai
menjadi pedang bermata dua untuk tambahan sumber pendapatan asli daerah
pemerintah daerah. Sebelum muncul (PAD) yang berasal dari Pajak Daerah,
Undang-undang ini, Pajak Bumi dan salah satunya adalah Pajak Bumi dan
Bangunan merupakan pajak pusat, namun Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. Pada
walaupun berstatus sebagai pajak pusat, saat PBB-P2 dikelola oleh pemerintah
penerimaan pajak tersebut secara pusat, pemerintah kabupaten/kota hanya
mayoritas diserahkan kembali kepada mendapatkan bagian sebesar 64,8 %
daerah kabupaten/kota sehingga Dengan pengalihan ini, penerimaan PBB-
pemerintah daerah tinggal menerima dana P2 akan sepenuhnya masuk ke pemerintah
bagi hasilnya dari pemerintah pusat. kabupaten/kota sehingga diharapkan
Setelah diberlakukannya Undang-undang mempu meningkatkan jumlah pendapatan
ini pemerintah daerah memiliki tanggung asli daerah khususnya di kota Kediri.
jawab penuh dalam mengelola Pajak Bumi
dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Tahun 2013 pemerintah Kota Kediri
sehingga otomatis pemerintah daerah mulai berperan sebagai instansi yang
harus memutar otak dan membiayai sendiri berwenang mengurus masalah pajak Bumi
dalam mengelola agar target pendapatan dan Bangunan memiliki peluang untuk
dari Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan menambah pendapatan asli daerah yang
dan Perkotaan dapat tercapai dengan cukup besar mengingat dengan luas
maksimal. Meskipun begitu pemerintah wilayah Kota Kediri yang mencapai 63,40

1
km2 dan dengan status salah satu pusat peraturan perpajakan berpengaruh positif
ekonomi di Jawa Timur. Namun terhadap kemauan membayar pajak Wajib
Pemerintah Kota Kediri berpotensi Pajak, variabel pengetahuan perpajakan
memiliki kendala yang sama seperti yang dapat dikaitkan dengan kepatuhan Wajib
dialami oleh Pemerintah Kota Surabaya Pajak dalam membayar pajak Bumi dan
yang sejak tahun 2011 telah mengelola Bangunan karena kebanyakan Wajib Pajak
pajak Bumi dan Bangunannya sendiri. Di yang sudah memahami dan memiliki
kota Surabaya terjadi kegagalan dalam pengetahuan tentang peraturan pajak
memenuhi target pajak setelah tahun 2011 sebagian besar berpikiran lebih baik
dan 2012 di triwulan pertama 2013 baru membayar pajaknya daripada terkena
mencapai Rp23,9 miliar atau 2,6 persen sanksi pajak. Hal tersebut sejalan dengan
saja. Kondisi itu jelas jauh dari target hasil wawancara informal yang dilakukan
perolehan yang harusnya bisa tembus 20 oleh peneliti sebelum melakukan
persen (www.ekbis.sindonews.com penelitian. Dari wawancara tersebut,
06/03/2013 diakses 18/04/2013). ditemukan hasil bahwa beberapa dari
wajib pajak yang tidak membayar
Dari penelitian yang dilakukan oleh pajaknya karena tidak tahu bahwa mereka
Seftiawan (2009) dijelaskan bahwa harus membayar pajak atas tanah dan
variabel SPPT berpengaruh terhadap bangunan yang menjadi hak milik mereka,
tingkat kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan hal ini kebanyakan ditemukan pada wajib
Bangunan Perkotaan. Variabel SPPT pajak yang berusia lanjut dan kurang
sangat mungkin terkait terhadap kepatuhan memiliki pengetahuan pajak. Beberapa
wajib pajak karena SPPT merupakan wajib pajak yang cukup memiliki
media untuk mengetahui kebenaran pajak pengetahuan pajak justru sebaliknya,
yang harus dibayar melalui penetapan luas mereka beranggapan bahwa membayar
tanah dan bangunan serta penetapan NJOP pajak adalah suatu kewajiban karena pajak
(Nilai Jual Objek Pajak) yang tertera merupakan salah satu pendapatan terbesar
dalam SPPT. Dalam wawancara informal daerah selain itu mereka memiliki
beberapa wajib pajak memang pandangan lebih baik membayar daripada
mengeluhkan tentang data yang tertera mereka terkena denda. Wajib pajak yang
dalam SPPT terkadang kurang akurat memiliki pengetahuan pajak yang cukup
sering terjadi kekeliruan data salah satunya sebagian besar berpikir bahwa pajak yang
penagihan dilakukan kepada pemilik lama mereka bayar akan digunakan untuk
padahal objek pajak tersebut telah berganti pembangunan fasilitas-fasilitas umum
pemilik dan telah dilaporkan sebelumnya. yang ada di Kota Kediri yang akan
Selain itu beberapa wajib pajak memiliki bermanfaat bagi mereka, sehingga rata-rata
anggapan bahwa penetapan NJOP yang wajib pajak yang cukup memiliki
dilakukan oleh petugas kurang akurat hal pengetahuan pajak lebih patuh dalam
tersebut sering menjadi masalah karena membayar pajak mereka. Penelitian yang
NJOP dinilai berdasarkan objek pajak dilakukan oleh Banyu (2011) dan
bukan pendapatan dari wajib pajak Setyonugroho (2012) juga menemukan
sehingga seringkali wajib pajak merasa bahwa pengetahuan Wajib Pajak
petugas kurang adil dalam menilai NJOP berpengaruh positif dan signifikan pada
mereka kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar
Faktor lain yang berpengaruh PBB-P2.
terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak Seftiawan (2009) juga menjelaskan
dalam membayar pajak Bumi dan variabel lain yang terkait dengan
Bangunan adalah pengetahuan perpajakan. kepatuhan wajib pajak dalam membayar
Menurut hasil dari penelitian Banyu pajak Bumi dan Bangunan adalah
(2011) variabel pengetahuan tentang pelayanan perpajakan. Menurut Seftiawan

2
(2009) pelayanan perpajakan berpengaruh Faktor yang juga mempengaruhi
karena dengan pemberian pelayanan yang kepatuhan dalam membayar pajak adalah
baik kepada Wajib Pajak maka Wajib kesadaran membayar pajak, Dari hasil
Pajak akan senantiasa memenuhi penelitian Banyu (2011) kesadaran
kewajibannya untuk membayar pajak berpengaruh positif terhadap kemauan
karena dengan memberikan pelayanan membayar pajak. Variabel kesadaran
yang baik kepada Wajib Pajak, maka membayar pajak sangat mungkin dikaitkan
Wajib Pajak akan merasa senang dan dengan kepatuhan membayar pajak.
merasa dimudahkan serta terbantu dalam Kesadaran membayar pajak dapat
penyelesaian kewajiban perpajakannya, diartikan sebagai suatu bentuk sikap moral
hal ini juga berlaku untuk Pajak Bumi dan yang memberikan sebuah kontribusi
Bangunan. Besarnya pajak Bumi dan kepada negara untuk menunjang
Bangunan di sampaikan melalui SPPT pembangunan negara dan berusaha untuk
yang didistribusikan dari kecamatan, mentaati semua peraturan yang telah
kelurahan, ketua RW/RT baru diterima ditetapkan oleh negara serta dapat
oleh wajib pajak, dalam prakteknya ada dipaksakan kepada Wajib Pajak. Dalam
beberapa kendala salah satunya adalah wawancara informal penulis menemukan
waktu penerimaan SPPT kepada wajib bahwa Wajib Pajak yang memiliki
pajak, yang seharusnya pada awal tahun kesadaran tinggi tidak menganggap
wajib pajak berkeinginan membayar membayar pajak adalah suatu beban
namun dia belum mendapatkan SPPT namun mereka menganggap hal ini adalah
sehingga harus menundanya bahkan suatu kewajiban dan tanggung jawab
terdapat Wajib Pajak yang tidak mereka sebagai warga Negara sehingga
mendapatkan SPPT seperti yang mereka tidak keberatan untuk membayar
semestinya. Pelayanan dalam hal pajaknya dengan sukarela. Hal ini terjadi
pembayaran pajak juga terdapat beberapa karena mereka memiliki pandangan bahwa
kendala seperti yang terjadi di Kota membayar pajak merupakan salah satu
Surabaya yaitu wajib pajak (WP) cara untuk berpartisipasi dalam
mengalami kesulitan membayar PBB. pembangunan melalui pajak sehingga
Pasalnya, karena ada persyaratan melunasi mendukung kebijakan pajak oleh
tunggakan PBB untuk bisa dilayani. pemerintah namun mereka juga memiliki
Kondisi ini memicu banyak WP yang harapan bahwa pajak yang mereka bayar
enggan membayar PBB lagi. Persyaratan harus dipertanggungjawabkan dengan
ini dinilai kurang logis oleh wajib pajak pengelolaan yang baik. Kesadaran itu
karena ada wajib pajak yang diminta sendiri muncul tidak lain berasal dari
menunjukan bukti pembayaran PBB tahun adanya motivasi Wajib Pajak. Jika
2000 silam hal ini tentu membuat wajib kesadaran Wajib Pajak tinggi yang datang
pajak kesulitan, terdapat pula kasus wajib dari motivasi untuk membayar pajak,
pajak yang telah membayar di bank maka kemauan untuk membayar pajakpun
persepsi namun dalam database petugas akan tinggi dan pendapatan dari pajak
wajib pajak dinilai belum membayar hal akan meningkat.
ini tentu menyulitkan wajib pajak sehingga
beberapa dari mereka lantas memutuskan KERANGKA TEORITIS DAN
tidak membayar PBB HIPOTESIS
(http://www.publiknasional.com Kepatuhan Membayar Pajak
05/05/2013 diakses 06/05/2013). Hal ini Dalam kamus Bahasa Indonesia, yang
sejalan dengan hasil dari penelitian dimaksud dengan patuh adalah taat pada
Seftiawan (2012) bahwa pelayanan pajak aturan. Sehingga kepatuhan adalah
berpengaruh positif terhadap kepatuhan ketaatan dalam menjalankan aturan-aturan
dalam membayar pajak. yang telah ditentukan. Kepatuhan dalam

3
hal perpajakan berarti keadaan Wajib SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak
Pajak melaksanakan kewajibannya, secara Terutang)
disiplin, sesuai dengan peraturan SPPT yang dimaksud adalah surat
perundang-undangan serta cara perpajakan pemberitahuan yang digunakan oleh Dinas
yang berlaku. Nurmantu dalam Banyu Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan
(2012) mendefinisikan kepatuhan dan Aset untuk memberitahukan besarnya
perpajakan sebagai suatu keadaan dimana pajak yang terutang kepada wajib pajak
wajib pajak memenuhi semua kewajiban sehingga wajib pajak dapat membayar
perpajakan. kewajiban pajaknya sesuai dengan yang
Terdapat dua macam kepatuhan yakni : tertera dalam SPPT. SPPT diterbitkan
a. Kepatuhan Formal berdasarkan data objek pajak yang ada
Kepatuhan formal adalah suatu pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi Keuangan dan Aset baik itu luas tanah,
kewajiban perpajakan secara formal sesuai luas bangunan, kelas bangunan dll.
dengan ketentuan dalam undang-undang Masalah yang sering muncul adalah
perpajakan. data yang tertera dalam SPPT cenderung
b. Kepatuhan Material kurang update seperti nama dan alamat
Kepatuhan material adalah suatu wajib pajak, seringkali pajak terutang
keadaan dimana Wajib Pajak secara masih dibebankan atas nama wajib pajak
substantif/hakekat memenuhi semua lama padahal sudah terjadi pengalihan
ketentuan material perpajakan, yakni kepemilikan atas suatu objek pajak. Selain
sesuai isi dan jiwa undang-undang itu dalam penilaian NJOP juga sering
perpajakan. menjadi masalah karena NJOP dinilai
Kepatuhan merupakan perilaku berdasarkan objek pajak bukan pendapatan
yang taat hukum. Secara konsep, dari wajib pajak sehingga seringkali wajib
kepatuhan diartikan dengan adanya usaha pajak merasa petugas kurang adil dalam
dalam memenuhi peraturan hukum oleh menilai NJOP mereka. Selain itu penilaian
seseorang atau organisasi. . Menurut Zain NJOP seringkali mengabaikan kondisi
(2005:31) terdapat iklim perpajakan yang tanah dan bangunan dalam beberapa kasus
digunakan untuk mengukur derajat penilaian dilakukan secara pukul rata
kepatuhan Wajib Pajak yang bercirikan: dalam suatu daerah sehingga hal tersebut
1. Wajib pajak memahami dan berusaha menjadikan wajib pajak merasa keberatan.
untuk memahami semua ketentuan
peraturan perundang-undangan Pengetahuan Pajak
perpajakan. Menurut Kamus Besar Bahasa
2. Mengisi formulir pajak dengan tepat. Indonesia (2003) Pengetahuan adalah
3. Menghitung pajak dengan jumlah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan
benar. proses pembelajaran. Menurut Feldmann
4. Membayar pajak tepat pada waktunya. dalam Resmi (2009) pajak merupakan
Dalam Pajak Bumi dan Bangunan prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan
sendiri yang memakai Official Assesment terutang kepada penguasa (menurut
System Wajib Pajak tidak perlu norma-norma yang ditetapkannya secara
menghitung sendiri pajak yang harus umum) tanpa adanya kontrapresasi dan
dilunasinya . Wajib pajak hanya perlu semata-mata digunakan untuk menutup
patuh membayar kewajiban Pajak Bumi pengeluaran umum. Dalam penelitian ini
dan Bangunannya sesuai dengan apa yang yang dimaksud pengetahuan pajak antara
tertera pada SPPT dengan tepat waktu dan lain adalah sejauh mana wajib pajak
tepat jumlah. mengetahui fungsi PBB-P2 yaitu sebagai
salah satu sumber pendapatan APBD kota
Kediri, apalagi dengan adanya UU PDRD

4
no 28 th 2009 tentang peralihan mungkin, wajib pajak hanya perlu
pengelolaan PBB-P2 dari pusat ke daerah membawa sejumlah nominal pajak
yang pembagiannya menjadi 100% masuk terutangnya beserta SPPT PBB-P2 jika
ke kas daerah sehingga berpotensi menjadi membayar di kelurahan, jika membayar di
sumber pendapatan yang cukup signifikan. bank wajib pajak akan dibantu oleh
Selain pengetahuan tentang fungsi pertugas bank. Selain itu tempat
pajak pengetahuan tentang mekanisme tata pembayaran yang cukup mudah dijangkau
cara pembayaran pajak terutang ke oleh wajib pajak yang ingin membayar
petugas/bank yang telah ditunjuk akan juga merupakan bagian dari pelayanan.
membantu kepatuhan wajib pajak dalam Pada Kecamatan Pesantren Kota Kediri
membayar pajak. Pengetahuan pajak pembayaran PBB-P2 dapat dilakukan di 2
sendiri pada umumnya terkait dengan tempat yaitu kantor kelurahan dan bank
tingkat pendidikan seseorang, orang yang Jatim. Karena di Kecamatan Pesantren
berpengetahuan pajak tinggi akan Kota Kediri hanya terdapat 1 bank Jatim
memiliki kesadaran dan kepatuhan karena sehingga kebanyakan wajib pajak
selain mereka memiliki pengetahuan akan membayar pajak bumi dan bangunannya di
tarif pajak yang dibebankan kepada kantor kelurahan terdekat. Dari wawancara
mereka, mereka juga mengetahui bahwa informal dari wajib pajak penulis
jika mereka tidak melaksanakan menyimpulkan standar pelayanan saat
kewajibannya sebagai wajib pajak akan membayar adalah pelayanan petugas yang
terkena sanksi maupun denda, selain itu cepat, tepat jumlah dan ramah. Selain itu
dengan pengetahuan mereka akan pajak wajib pajak juga berharap penambahan
mereka telah mengetahui bagaimana alur fasilitas seperti bangku tambahan agar
uang pembayaran pajak mereka berjalan, lebih nyaman saat mengantre.
hingga akhirnya manfaat membayar pajak
tersebut akan dapat mereka rasakan. Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran adalah keadaan mengetahui
Pelayanan Pajak atau mengerti, sedangkan perpajakan
Pelayanan adalah suatu kegiatan yang adalah perihal pajak, sehingga kesadaran
terjadi dalam interaksi langsung antara perpajakan adalah keadaan mengetahui
seseorang dengan orang lain atau mesin atau mengerti perihal pajak (Nugroho,
secara fisik, dan menyediakan kepuasan 2006). Menurut pernyataan Nugroho diatas
pelanggan. Di sini penulis mendefinisikan penulis berkesimpulan bahwa kesadaran
pelayanan pajak Bumi dan Bangunan perpajakan adalah mengerti dan
menjadi 2 bagian yaitu memngetahui berkenaan dengan
1. Penyampaian SPPT 1. Sebagai pemilik/sebagai orang yang
Yang dimaksud adalah mekanisme memperoleh manfaat atas bumi dan
penyerahan SPPT dari DPPKA yang bangunan wajib pajak memiliki
disalurkan kepada petugas di kantor kewajiban dalam membayar pajak atas
kecamatan, kemudian di salurkan objek yang mereka miliki/manfaatkan,
kepada kantor kelurahan sesuai dengan 2. Wajib pajak sadar bahwa berkewajiban
domisili Wajib Pajak, dari kantor mematuhi peraturan yang berlaku
kelurahan SPPT diserahkan kepada dalam hal ini peraturan Walikota
ketua RW yang kemudian oleh ketua Kediri no 6 tahun 2010 dan jika wajib
RW disampaikan kepada ketua RT pajak tidak melakukannya maka akan
untuk disampai kepada wajib pajak. terkena sanksi baik sanksi administrasi
2. Pelayanan pembayaran PBB-P2 sebesar 2% per bulan dari pajak yang
Yang dimaksud pelayanan pembayaran terutang.
PBB-P2 di sini adalah mekanisme 3. Wajib pajak sadar bahwa pajak
pembayaran yang dibuat sesederhana merupakan salah satu sumber

5
pendapatan daerah, jadi sebagai warga Explanatory research atau confirmatory
Negara yang merupakan bagian dari digunakan untuk menjelaskan hubungan
sebuah daerah kesadaran membayar kausal antara variabel melalui pengujian
pajak juga dapat diartikan kesadaran hipotesis. Jenis penelitian ini juga
untuk turut serta dalam pembangunan bertujuan untuk menguji suatu teori
daerah. hipotesis guna memperkuat atau bahkan
menolak teori tersebut.
Kerangka Pemikiran dan hipotesis Populasi yang diambil dalam
Kerangka pemikiran penelitian ini penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak
dapat digambarkan dalam gambar 1. PBB-P2 yang terdapat di Kecamatan
Adapun hipotesis yang disusun adalah Pesantren Kota Kediri. Metode yang
sebagai berikut : digunakan dalam pengumpulan sampel
Ha1 : Terdapat pengaruh yang dalam penelitian ini adalah metode
signifikan antara SPPT terhadap Conveniance Sampling. Menurut
kepatuhan Wajib Pajak dalam Jogiyanto (2008) Conveniance Sampling
membayar PBB-P2. berarti unit sampel yang diambil mudah
Ha2 : Terdapat pengaruh yang dihubungi dan bersedia untuk mengisi
signifikan antara Pengetahuan kuesioner yang diberikan oleh peneliti,
Wajib Pajak terhadap kepatuhan metode ini dilakukan dengan maksud akan
Wajib Pajak dalam membayar meningkatkan keakuratan dalam hasil
PBB-P2. pengisian kuesioner.
Ha3 : Terdapat pengaruh yang
signifikan antara pelayanan pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak Analisis dan Pembahasan
dalam membayar PBB-P2. Uji Validitas
Ha4 : Terdapat pengaruh yang Uji Validitas digunakan untuk
signifikan antara kesadaran mengukur sah atau valid tidaknya suatu
membayar pajak terhadap kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid
kepatuhan wajib pajak dalam jika pertanyaan pada kuesioner mampu
membayar PBB-P2. untuk mengungkapkan sesuatu yang
diukur oleh kuesioner tersebut. Uji
Gambar 1 Validitas dapat juga dilakukan dengan
Kerangka Pemikiran melakukan korelasi bivariate antara
masing-masing skor indikator dengan total
skor konstruk, dengan kata lain jika
masing-masing indikator terhadap total
skor konstruk menunjukkan hasil yang
signifikan maka dapat disimpulkan bahwa
masing-masing indikator pertanyaan
adalah valid (Imam Gozali, 2006 : 46).
Dari hasil pengujian menunjukkan hasil
bahwa kesemua pertanyaan dalam
kuesioner terkait variabel SPPT,
Pengetahuan Pajak, Pelayanan Pajak dan
Metode Penelitian Kesadaran Pajak terbukti valid dengan
Penelitian ini menggunakan pendekatan signifikansi correlations bernilai kurang
kuantitatif karena analisis data dalam dari 0.05.
penelitian ini menggunakan statistik. Jenis Uji Reliabilitas
penelitian yang digunakan adalah Relibilitas adalah alat untuk
“explanatory research atau confirmatory”. mengukur suatu kuesioner yang

6
merupakan indikator dari variabel atau sehingga dapat disimpulkan bahwa X2
konstruk. Uji reliabilitas ini dilakukan (Pengetahuan Pajak) berpengaruh
dengan metode uji statistik Cronbach’s signifikan terhadap variabel Y (Kepatuhan
Alpha. Imam Gozali (2006 : 41). Hasil
Wajib Pajak dalam Membayar PBB-P2).
pengujian menunjukkan bahwa besarnya
Cronbach’s Alpha pada variabel SPPT, 3. Dengan menggunakan bantuan software
Pengetahuan Pajak, Pelayanan Pajak dan SPSS, didapatkan uji statistik t sebesar
Kesadaran Pajak lebih besar dari 0,6 2,606 dengan signifikan sebesar 0,012.
dengan demikian butir-butir pertanyaan
Nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,606 >
dalam kuesioner adalah reliabel.
Persamaan regresi linier berganda 1,667) dan signifikan lebih kecil kecil
sebagaimana pada ikhtisar output SPSS 16 daripada α = 0,05. Pengujian ini
adalah : Y = -2,545 + 0,219 X1 + 0,462 X2 menunjukkan bahwa Ha3 diterima
+ 0,302 X3 + 0,329 X4 sehingga dapat disimpulkan bahwa X3
Bila dilihat nilai Koefisien (Pelayanan Pajak) berpengaruh signifikan
Determinasi (R2) sebesar 0,758 terhadap variabel Y (Kepatuhan Wajib
menunjukkan bahwa Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar PBB-P2).
Pajak dalam membayar PBB-P2
4. Dengan menggunakan bantuan software
dipengaruhi oleh variabel SPPT,
SPSS, didapatkan uji statistik t sebesar
Pengetahuan Pajak, Pelayanan Pajak dan
2,921 dengan signifikan sebesar 0,005.
Kesadaran Pajak sebesar 75,8%,
Nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,921 >
sedangkan sisanya sebesar 24,2%
1,679) dan signifikan lebih kecil kecil
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
daripada α = 0,05. Pengujian ini
diteliti dalam penelitian ini.
menunjukkan bahwa Ha4 diterima
Berdasarkan Uji Statistik t dapat sehingga dapat disimpulkan bahwa X4
dijelaskan bahwa (Kesadaran Wajib Pajak) berpengaruh
1. Dengan menggunakan bantuan software signifikan terhadap variabel Y (Kepatuhan
SPSS, didapatkan uji statistik t sebesar Wajib Pajak dalam Membayar PBB-P2).
2,239 dengan signifikan sebesar 0,030. Kesimpulan
Nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,239 > Berdasarkan hasil analisis dan
1,679) dan signifikan lebih kecil kecil pembahasan mengenai pengaruh SPPT,
daripada α = 0,05. Pengujian ini pengetahuan Pajak, pelayanan Pajak dan
menunjukkan bahwa Ha1 diterima kesadaran Wajib Pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak dalam membayar PBB-P2,
sehingga dapat disimpulkan bahwa X1
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
(SPPT) berpengaruh signifikan terhadap berikut:
variabel Y (Kepatuhan Wajib Pajak dalam 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa
Membayar PBB-P2). secara parsial variabel SPPT,
pengetahuan Pajak, pelayanan Pajak
2. Dengan menggunakan bantuan software
dan kesadaran Wajib Pajak
SPSS, didapatkan uji statistik t sebesar berpengaruh signifikan terhadap
2,909 dengan signifikan sebesar 0,006. kepatuhan wajib pajak dalam
Nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,909 > membayar PBB-P2.
1,679) dan signifikan lebih kecil kecil 2. Hasil analisis selain bahwa secara
daripada α = 0,05. Pengujian ini parsial variabel SPPT, pengetahuan
Pajak, pelayanan Pajak dan kesadaran
menunjukkan bahwa Ha2 diterima
Wajib Pajak juga berpengaruh secara

7
simultan terhadap kepatuhan wajib penelitian ini. Hal tersebut terlihat dari
pajak dalam membayar PBB-P2. koefisien determinasi yang dihasilkan
3. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam penelitian ini hanya sebesar
variabel SPPT, pengetahuan Pajak, 75,8% meskipun sudah cukup tinggi
pelayanan Pajak dan kesadaran Wajib namun masih dapat ditingkatkan
Pajak berkorelasi positif dengan dengan adanya penambahan faktor-
kepatuhan wajib pajak dalam faktor lainnya.
membayar PBB-P2. Sehingga apabila 4. Memungkinkan terjadinya data yang
salah satu variabel tersebut meningkat, bias yang disebabkan oleh perbedaan
maka kepatuhan kepatuhan wajib responden dalam memberikan
pajak dalam membayar PBB-P2 juga jawaban. Hal ini disebabkan karena
akan meningkat, dan berlaku setiap responden memiliki daya
sebaliknya apabila salah satu faktor tangkap, tingkat pengetahuan dan
menurun, maka kepatuhan wajib pajak persepsi yang berbeda-beda pada
dalam membayar PBB-P2 juga akan setiap poin-poin pertanyaan yang
mengalami penurunan. terdapat dalam kuesioner.

Keterbatasan Penelitian Saran


Penelitian ini menguji hipotesis Berdasarkan pembahasan,
dengan beberapa keterbatasan. Beberapa kesimpulan dan keterbatasan penelitian
keterbatasan pada penelitian ini adalah diatas, maka peneliti berusaha
sebagai berikut: memberikan saran bagi penelitian
1. Sampel responden yang digunakan selanjutnya untuk dapat memperbaiki
dalam penelitian ini jumlahnya masih penelitian ini. Beberapa saran tersebut
sedikit apabila dibandingkan dengan adalah:
jumlah wajib pajak yang ada di 1. Penelitian ini hanya menggunakan
Kecamatan Pesantren Kota Kediri. sampel sebanyak 50 wajib pajak yang
Hal ini dikarenakan adanya ada di Kecamatan Pesantren Kota
keterbatasan waktu, biaya dan Kediri, agar mendapatkan data dan
kemampuan yang tersedia. hasil yang lebih akurat disarankan
2. Penelitian ini hanya mencakup empat untuk menambah jumlah sampel yang
variabel bebas yang digunakan untuk akan digunakan dalam penelitian
mengetahui pengaruhnya terhadap selanjutnya.
kepatuhan Wajib Pajak dalam 2. Peneliti sebaiknya mendampingi
membayar PBB-P2, yaitu SPPT, responden dalam pengisian kuesioner
Pengetahuan Pajak, Pelayanan Pajak untuk menghindari adanya respon bias
dan Kesadaran Wajib Pajak, padahal apabila responden tidak mengerti
masih terdapat banyak variabel bebas maksud pertanyaan dalam kuisioner
yang bisa mempengaruhi kepatuhan dan untuk menghindari adanya
Wajib Pajak dalam membayar PBB- responden yang menjawab asal-
P2 seperti jangka waktu, sanksi denda, asalan.
dll. 3. Dalam melakukan wawancara
3. Kemampuan persamaan struktur sebaiknya dapat dilakukan secara
faktor SPPT, Pengetahuan Pajak, keseluruhan terhadap jumlah
Pelayanan Pajak dan Kesadaran Wajib responden yang ada. Sehingga dapat
Pajak untuk menjelaskan variasi yang lebih menggambarkan keadaan yang
terjadi dalam variabel terikat adalah sebenarnya mengenai kepatuhan wajib
sebesar 75,8%, sedangkan sisanya pajak dalam membayar PBB-P2.
sebesar 24,2% dijelaskan oleh variabel 4. Penelitian selanjutnya dapat
lain yang tidak dipergunakan dalam dikembangkan dengan menambah

8
variabel-variabel lain yang tidak Tangerang Selatan. Skripsi (S1)
digunakan dalam penelitian ini, Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
misalnya faktor pendapatan wajib Universitas Syarif Hidayattulah Jakarta.
pajak, jangka waktu atau sikap wajib
pajak. Sehingga diharapkan penelitian Haryono, Aan. 2013. Harian Seputar
selanjutnya akan didapatkan hasil Indonesia, (www.ekbis.sindonews.com
yang lebih baik lagi. 06/03/2013 diakses18/04/2013).

DAFTAR PUSTAKA Imam Ghozali. 2006, Aplikasi Analisis


Multivariat Dengan Program SPSS,
Anonim, 1994, Undang-undang No. 12 Cetakan Keempat. Badan Penerbit
Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Universitas Diponegoro, Semarang
Bangunan.
Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian
Anonim, 2009, Undang-undang Nomor 28 Sistem Informasi. CV Andi
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Offset.Yogyakarta
Retribusi Daerah.
Koentarto, Ilham. 2011. Analisis Faktor-
Anonim, 2010, Peraturan Daerah Kota Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Kediri Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pajak masyarakat Dalam Melakukan
Daerah Kota Kediri. Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan
(Studi Kasus Pada Kecamatan Arut
Anonim, 2012, Pengalihan Pajak Bumi Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat)
dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2) sebagai Pajak Daerah, Mardiasmo. 2006. Perpajakan, CV. Andi
(http:www.pajak.go.id. 5/12/2012 diakses Offset, Yogyakarta.
18/04/2013)
Nugroho, Adi. 2012. Faktor – faktor yang
Anonim, 2011. Surabaya Post Online. Mempengaruhi kemauan Untuk membayar
(http://www.surabayapost.co.id Pajak dengan Kesadaran Membayar pajak
13/07/2011 diakses 18/02/2013). sebagai Variabel intervening (Studi Kasus
Wajib Pajak Orang Pribadi Yang
Anonim, 2013 Publik Nasional Warga Melakukan Pekerjaan Bebas yang
Surabaya Keluhkan Pembayaran PBB. Terdaftar Di KPP Pratama Semarang
(http://www.publiknasional.com Tengah Satu) Skripsi (S1) Fakultas
05/05/2013 diakses 06/05/2013). Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro, Semarang.
Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur
Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Seftiawan, Rully. 2009. Analisis Faktor
PT. Rineka Cipta, Jakarta. Yang Berpengaruh Pada Kepatuhan Wajib
Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan
Badan Pusat Statistik Kota Kediri, 2012, Bangunan (Studi Kasus pada Wajib Pajak
Kota Kediri dalam Angka 2012-2013. PBB di Desa Semboro Kabupaten Jember)
Pemerintah Kota Kediri. Skripsi (SI), Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan Konsentrasi Perpajakan,
Banyu, Ageng , 2011, Pengaruh Sikap, Fakultas Ekonomi, Universitas
Kesadaran Wajib Pajak dan Pengetahuan Brawijaya, Malang.
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Siti, Resmi, 2009, Perpajakan: Teori dan
Bangunan di Kecamatan Pamulang Kota Kasus. Salemba Empat. Jakarta

9
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D)
CV. Alfabeta, Bandung.

10

Anda mungkin juga menyukai