Oleh
PROGRAM PASCASARJANA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyesaikan tugas makalah yang berjudul “Makalah Akuntansi Sektor
Publik
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menjadi acuan dan pembelajaran bagi mahasiswa/i lain
untuk terus memahami dan mengetahui tentang mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
perbaikan-perbaikan ke depan. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan kegiatan pemerintahan atau dikenal akuntansi sektor publik dan
organisasi non-laba terus meningkat sejalan dengan perkembangan kegiatan pembangunan,
globalisasi dan era informasi. Dalam melaksanakan kegiatan yang semakin rumit, informasi
memegang peranan semakin penting. Salah satu informasi yang dibutuhkan adalah informasi
akuntansi sektor publik, baik untuk tujuan pertanggungjawaban maupun manajerial.
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan
akuntansi pada domain publik. Domain publik sendiri memiliki wilayah yang relatif luas dan
kompleks dibandingkan dengan sektor swasta/bisnis. Peranan akuntansi sektor publik
ditujukan untuk memberikan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan
publik. Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan swasta.
Akan tetapi, untuk peranan dan tugas tertentu keberadaan sektor publik tidak dapat diganti
oleh sektor swasta. Dalam beberapa hal, akuntansi sektor publik berbeda dengan akuntansi
pada sektor swasta. Perbedaan sifat dan karakteristik akuntansi sektor publik dan sektor
swasta disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi. Perbedaan sifat
dan karakteristik sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu:
tujuan organisasi, sumber pembiayaan, pola pertanggungjawaban, struktur kelembagaan,
karakterisik anggaran, stakeholder yang dipengaruhi, sistem manajemen/akuntansi.
Saat ini, sektor publik dituntut untuk memperhatikan kualitas dan
profesionalisme serta Value for Money dalam menjalankan aktivitasnya. Value for
Money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga
elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Selain itu, tuntutan yang lain adalah
perlunya akuntabilitas publik dan Good Governace.
Agar dapat berjalan dengan baik, Good Governance didukung oleh tiga pilar utama,
yaitu pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Ketiga pilar ini mempunyai interaksi yang
sangat kuat antara satu dengan yang lainnya. Sektor pemerintah mempunyai peranan sebagai
regulator yang mengatur agar sumber daya yang ada dapat teralokasi secara optimal. Sektor
swasta berperan mengeksplorasi dan memberikan nilai tambah terhadap sumber daya
sehingga dapat Dikonsumsi atau dinikmati oleh masyarakat. Di sisi lain, masyarakat selaku
konsumer utama dari Public Goods mengharapkan agar sumber daya yang ada dapat
diperoleh dengan mudah dan dengan harga yang terjangkau.
Tiga prinsip utama yang mendasari penerapan Good Governance adalah partisipasi,
transparansi, dan akuntabilitas. Ketiga prinsip dasar ini merupakan prinsip yang berlaku
secara universal. Secara ringkas dapat diuraikan bahwa partisipasi mendorong keterlibatan
dari sektor swasta dan masyarakat dalam pengambilan keputusan publik dan penyerahan jasa
dan barang kepada para pemakai. Transparansi merupakan keterbukaan informasi atas
penyelenggaraan pemerintahan, sedangkan akuntabilitas menunjukkan adanya kewajiban
untuk melaporkan secara akurat dan tepat waktu informasi yang terkait dengan
pertanggunggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan.
Akuntansi sangat erat keterkaitannya dengan ketiga prinsip utama dari good
governance di atas. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (Purposive
Activity). Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut harus
memiliki manfaat. Akuntansi yang digunakan pada sektor swasta maupun sektor publik
mempunyai tujuan yang berbeda. Dari persepektif ilmu ekonomi, sektor publik dapat
dipahami sebagai suátu entitas yaitu aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk
menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak
publik. Sejalan dengan perspektif ilmu ekonomi tersebut, tujuan akuntansi sektor publik
adalah untuk memberikan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan publik.
Informasi mengenai akuntansi sektor publik sangatlah penting, oleh karena itu penulis
berusaha menyajikan informasi mengenai akuntansi sektor publik dalam bentuk makalah
yang berjudul "Pencatatan Akuntansi Keuangan Sektor Publik".
Dalam akuntansi sektor publik, data akuntansi digunakan untuk memberi informasi
mengenai kondisi ekonomi dan keuangan sektor publik kepada pihak eksekutif, legislatif,
yudikatif dan masyarakat.
Akuntansi sosial merupakan bidang akuntansi khusus untuk diterapkan pada entitas
dalam artian makro, yang melayani perekonomian nasional seperti neraca pembayaran
perkiraan arus dana, perkiraan pendapatan dan produksi nasional serta neraca nasional.
A. Basis Kas
adalah suatu metode pencatatan dalam akuntansi, dimana dalam hal ini setiap transaksi
yang terjadi dicatat berdasarkan jumlah nominal yang diterima, bagi pemerintah, pendapatan
basis kas yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah suatu periode
akuntansi akan digunakan untuk membayar utang dan belanja dalam periode tersebut.
Mengingat LRA masih merupakan laporan yang wajib disusun, maka pendapatan atau
belanja basis kas diakui setelah diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah atau
mengurangi kas. Prinsip layak temu biaya-pendapatan (Matching-Cost Against Revenue
Principle) dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktekkan
dalam akuntansi komersial.
Adapun kelebihan dan kelemahan dalam basis kas yaitu:
Kelebihan:
• Sederhana,
• Mudah dipahami dan diaplikasikan,
• Obyektif dalam melaporkan kas, dan
• Sangat bermanfaat untuk pengendalian kas.
Kelemahan:
B. Basis Akrual
Adalah suatu metode pencatatan dalam akuntansi, dimana dalam hal ini setiap transaksi
yang terjadi dicatat berdasarkan konsep pengakuan yang sesungguhnya. Ketika basis kas
dipilih, maka transaksi dicatat pada saat kas diterima dan dibayarkan sehingga hanya akun
kas dan ekuitas yang dilaporkan dalam Neraca. Lain halnya ketika basis akrual yang
digunakan, transaksi akan dicatat jika secara ekonomi telah terjadi, tanpa harus menunggu
kas diterima atau dibayarkan. Akibatnya, dengan basis akrual ini, akun-akun yang dilaporkan
dalam Neraca tidak sebatas akun kas saja, namun semua sumber daya yang dimiliki, utang,
dan ekuitas. Keunggulan penggunaan basis akrual ini adalah informasi yang disajikan dalam
Neraca akan lebih komprehensif karena mempresentasikan seluruh sumber daya yang
dimiliki entitas.
Basis akrual sepenuhnya ini belum bisa diterapkan oleh semua entitas akuntansi. Entitas
pemerintah merupakan entitas yang memiliki karakteristik unik dalam basis akuntansinya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang mengatur Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), basis akuntansi yang digunakan entitas pemerintah adalah basis kas
menuju akrual (Cash Toward Accrual). Dengan basis ini, aset, kewajiban, dan ekuitas dana
dicatat dengan berbasis akrual sedangkan komponen Laporan Realisasi Anggaran seperti
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat dengan basis kas. Konsekuensi dari penggunaan
basis kas menuju akrual ini adalah dibutuhkannya penggunaan jurnal korolari.
Untuk memudahkan pemahaman, penulis akan memberikan bagaimana jurnal korolari ini
digunakan. Contoh pertama, misalnya terjadi transaksi pembelian kendaraan senilai
100.000.000 secara tunai. Karena segala pengeluaran yang melibatkan kas harus disajikan
dalam Laporan Realisasi Anggaran dengan basis kas, maka transaksi ini akan dicatat dengan
cara:
Dr. Belanja Kendaraan Rp100.000.000
Cr. Kas Rp 100.000.000
Belanja kendaraan merupakan akun nominal yang akan disajikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran, sedangkan kas merupakan akun riil yang akan disajikan dalam Neraca.
Akibatnya,apabila hanya jurnal tersebut yang dibuat, maka hanya akun kas yang disajikan
sebagai bagian aktiva Neraca. Padahal, menurut SAP, Neraca pemerintah harus disajikan
dengan basis akrualatau memperesentasikan semua sumber daya yang dimiliki dan tidak
terbatas kas saja. Karena itulah, dibutuhkan jurnal tambahan yaitu jurnal pencatatan sebagai
solusi penerapan basis kas menuju akrual ini. Masih mengacu pada transaksi di atas, maka
pencatatan yang sebaiknya adalah:
Jurnal Pencatatan:
Dr. Kendaraan Rp. 100.000.000
Cr. Ekuitas dana yang diinvestasikan dalam aset tetap Rp 100.000.000
Dengan adanya jurnal pencatatan, belanja kendaraan telah sesuai dicatat dengan basis kas
dan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Disisi lain, Neraca telah disajikan dengan
basis akrual karena mempresentasikan semua sumber daya yang dimiliki dimana akun yang
disajikandalam Neraca tidak hanya kas dan ekuitas dana, tetapi juga aset tetap seperti
kendaraan.
2.7. Pencatatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang mengatur tentang Standar
Akuntansi Pemerintah dijelaskan
bahwa basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan
aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca. Basis akrual untuk Laporan Operasional (LO)
berarti bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi
walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas
pelaporan dan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai
kekayaan bersih
telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Pendapatan seperti bantuan pihak luar/asing dalam
bentuk jasa disajikan pula pada LO.
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan
informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan
meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan
atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan
oleh Peraturan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) serta pengungkapan-pengungkapan
lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban
kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya. Dalam keadaan tertentu masih dimungkinkan
untuk mengubah susunan penyajian atas pos-pos tertentu dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Misalnya informasi tingkat bunga dan penyesuaian nilai wajar dapat digabungkan
dengan informasi jatuh tempo surat-surat berharga.
Selain mensyarat penyusunan laporan keuangan di atas, PP SAP juga memuat
prosedur yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun dan menyaksikan laporan
keuangan baik bagi pemerintah pusat maupun daerah. Dengan adanya SAP maka laporan
keuangan pemerintah pusat/daerah akan lebih berkualitas (dapat dipahami, relevan ,handal dan
dapat diperbandingkan). Laporan tersebut akan diaudit terlebih dahulu oleh BPK untuk
diberikan opini dalam rangka meningkatkan kredibilitas laporan, sebelum disampaikan kepada
para Stakeholder antara lain : pemerintah (eksekutif), DPR/DPRD (Legislatif), investor,
kreditor dan mesyarakat pada umumnya dalam rangka transparansi dan akuntabilitas Keuangan
Negara.
2.8. Analisis Laporan Keuangan Sektor Publik
Laporan Keuangan sektor publik merupakan representasi posisi keuangan dari
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas sektor publik. Tujuan umum pelaporan
keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas
dari suatu entitas yang berguna bagi sejumlah besar pemakai (Wide Range Users) dalam
membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya yang dibutuhkan oleh
suatu entitas dalam aktivitasnya untuk mencapai tujuan.
Komponen-komponen Laporan Keuangan Sektor Publik, laporan keuangan terdiri
dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);
c. Neraca;
d. Laporan Operasional (LO);
e. Laporan Arus Kas (LAK);
f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
g. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pencatatan akuntansi merupakan suatu proses penyediaan laporan keuangan organisasi
suatu periode akuntansi tertentu. Pencatatan akuntansi terbagi menjadi pekerjaan-pekerjaan
yang dilakukan selama periode tersebut, bersumber dari transaksi atau kejadian selanjutnya
dimulailah pencatatan akuntansi mulai dari penjurnalan transaksi atau kejadian, pemindah
bukuan ke dalam buku besar, dan penyiapan laporan keuangan pada akhir periode. Pekerjaan
yang dilakukan pada akhir periode termasuk mempersiapkan akun untuk mencatat transaksi-
transaksi pada periode selanjutnya. Banyaknya langkah yang harus dilakukan pada akhir
periode secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan dilakukan pada
bagian akhir. Walaupun demikian, pencatatan dan pemindah bukuan selama periode tersebut
membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan pekerjaan diakhir periode.
Perubahan mendasar dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 adalah
adanya perubahan dari basis kas menjadi basis akrual dalam akuntansi pemerintahan.
Penyajian informasi keuangan pemerintah dengan menggunakan basis akrual akan menjadi
lebih informatif, terutama dalam hubungannya dengan pengukuran kinerja pemerintah terkait
biaya jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan dalam periode akuntansi tertentu, serta
dapat memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah untuk tujuan
pengambilan keputusan. Selain itu, laporan keuangan pemerintah yang dihasilkan dari
penerapan SAP Berbasis Akrual dimaksudkan untuk memberikan manfaat yang lebih baik
bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan
pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://tiasaccountingworld.blogspot.co.id/2013/11/teknik-akuntansi-sektor-publik.html
http://datakata.wordpress.com/2013/12/03/siklus-akuntansi-sektor-publik/
Nordiawan, Deddi. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi.
Abdul Hakim, 2004. Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta,
Salemba Empat.
Bastian Indra, 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Yogyakarta, BPFEUGM.
Jurnal Akuntansi, Volume 7, Nomer 2, Mei 2007:163-172
Simanjuntak, B.H., 2005. Menyongsong Era Baru Akuntansi Pemerintahan di Indonesia.
Jurnal Akuntansi Pemerintah, 1(1).
Haryanto, H., 2007. Akuntansi Sektor Publik, Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Semarang.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang "Standar Akuntansi Pemerintahan".