Anda di halaman 1dari 20

Makalah Akuntansi Sektor Publik

Mengenai Pencatatan Akuntansi Sektor Publik

Oleh

FAJRI AGUNG PUTRI (2020050021)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyesaikan tugas makalah yang berjudul “Makalah Akuntansi Sektor
Publik

Mengenai Pencatatan Akuntansi Sektor Publik” ini tepat pada waktunya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menjadi acuan dan pembelajaran bagi mahasiswa/i lain
untuk terus memahami dan mengetahui tentang mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
perbaikan-perbaikan ke depan. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin

Medan, 26 Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan kegiatan pemerintahan atau dikenal akuntansi sektor publik dan
organisasi non-laba terus meningkat sejalan dengan perkembangan kegiatan pembangunan,
globalisasi dan era informasi. Dalam melaksanakan kegiatan yang semakin rumit, informasi
memegang peranan semakin penting. Salah satu informasi yang dibutuhkan adalah informasi
akuntansi sektor publik, baik untuk tujuan pertanggungjawaban maupun manajerial.
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan
akuntansi pada domain publik. Domain publik sendiri memiliki wilayah yang relatif luas dan
kompleks dibandingkan dengan sektor swasta/bisnis. Peranan akuntansi sektor publik
ditujukan untuk memberikan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan
publik. Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan swasta.
Akan tetapi, untuk peranan dan tugas tertentu keberadaan sektor publik tidak dapat diganti
oleh sektor swasta. Dalam beberapa hal, akuntansi sektor publik berbeda dengan akuntansi
pada sektor swasta. Perbedaan sifat dan karakteristik akuntansi sektor publik dan sektor
swasta disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi. Perbedaan sifat
dan karakteristik sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu:
tujuan organisasi, sumber pembiayaan, pola pertanggungjawaban, struktur kelembagaan,
karakterisik anggaran, stakeholder yang dipengaruhi, sistem manajemen/akuntansi.
Saat ini, sektor publik dituntut untuk memperhatikan kualitas dan
profesionalisme serta Value for Money dalam menjalankan aktivitasnya. Value for
Money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga
elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Selain itu, tuntutan yang lain adalah
perlunya akuntabilitas publik dan Good Governace.
Agar dapat berjalan dengan baik, Good Governance didukung oleh tiga pilar utama,
yaitu pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Ketiga pilar ini mempunyai interaksi yang
sangat kuat antara satu dengan yang lainnya. Sektor pemerintah mempunyai peranan sebagai
regulator yang mengatur agar sumber daya yang ada dapat teralokasi secara optimal. Sektor
swasta berperan mengeksplorasi dan memberikan nilai tambah terhadap sumber daya
sehingga dapat Dikonsumsi atau dinikmati oleh masyarakat. Di sisi lain, masyarakat selaku
konsumer utama dari Public Goods mengharapkan agar sumber daya yang ada dapat
diperoleh dengan mudah dan dengan harga yang terjangkau.
Tiga prinsip utama yang mendasari penerapan Good Governance adalah partisipasi,
transparansi, dan akuntabilitas. Ketiga prinsip dasar ini merupakan prinsip yang berlaku
secara universal. Secara ringkas dapat diuraikan bahwa partisipasi mendorong keterlibatan
dari sektor swasta dan masyarakat dalam pengambilan keputusan publik dan penyerahan jasa
dan barang kepada para pemakai. Transparansi merupakan keterbukaan informasi atas
penyelenggaraan pemerintahan, sedangkan akuntabilitas menunjukkan adanya kewajiban
untuk melaporkan secara akurat dan tepat waktu informasi yang terkait dengan
pertanggunggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan.
Akuntansi sangat erat keterkaitannya dengan ketiga prinsip utama dari good
governance di atas. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (Purposive
Activity). Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut harus
memiliki manfaat. Akuntansi yang digunakan pada sektor swasta maupun sektor publik
mempunyai tujuan yang berbeda. Dari persepektif ilmu ekonomi, sektor publik dapat
dipahami sebagai suátu entitas yaitu aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk
menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak
publik. Sejalan dengan perspektif ilmu ekonomi tersebut, tujuan akuntansi sektor publik
adalah untuk memberikan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan publik.
Informasi mengenai akuntansi sektor publik sangatlah penting, oleh karena itu penulis
berusaha menyajikan informasi mengenai akuntansi sektor publik dalam bentuk makalah
yang berjudul "Pencatatan Akuntansi Keuangan Sektor Publik".

1.2. Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah dalam penulisan ini, yaitu :
1. Bagaimana Proses Pencatatan Akuntansi Sektor Publik?
2. Bagaimana Analisis Laporan Keuangan Sektor Publik?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam menyusun makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui bagaimana tahap-tahap Proses Pencatatan Akuntansi Sektor
Publik.
2. Untuk mengetahui bagaimana Analisis Laporan Keuangan Sektor Publik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Akuntansi Sektor Publik


2.1.1. Pengertian Akuntansi
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 dijelaskan
bahwa Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian,
pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian
atas hasilnya. Menurut American Insitute of Certified Public
Accounting (AICPA) akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran
dengan beberapa cara tertentu dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang
umumnya bersifat keuangan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya dari suatu entitas dalam
rangka pengambilan keputusan ekonomi.
Dari pengertian di atas terlihat bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas yang
kompleks dari beberapa aktivitas yaitu :
a. Menggolongkan data mana yang berkaitan atau relevan.
b. Memproses dan menganalisa data yang relevan.
c. Mengubah data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan.

Akuntansi merupakansuatu aktivitas yang memiliki tujuan (Purposive Activity).


Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut harus
memiliki manfaat. Akuntansi yang digunakan pada sektor swasta maupun sektor publik
mempunyai tujuan yang berbeda. Dari persepektif ilmu ekonomi, sektor publik
dapat dipahami sebagai suátu entitas yaitu aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk
menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak
publik. Sejalan dengan perspektif ilmu ekonomi tersebut, tujuan akuntansi sektor publik
adalah untuk memberikan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan publik.
Dalam beberapahal, akuntansi sektor publik berbeda dengan akuntansi pada sek
tor swasta. Perbedaan sifat dan karakteristik akuntansi tersebut disebabkan karena adanya
perbedaan lingkungan yang mempengaruhinya.
2.1.2. Pengertian Sektor Publik
Sektor Publik berkaitan dengan pelayanan bagi masyarakat. Sejarah munculnya sektor
publik ini berawal dari timbulnya kebutuhan masyarakat secara bersama-sama terhadap
barang atau layanan tertentu. Untuk menghindari terjadinya alokasi dan distribusi barang atau
layanan umum yang tidak adil maka pengaturan pengalokasian dan pendistribusiannya
diserahkan kepada pengurus tertentu, dimana warga masyarakat pada akhirnya menanggung
biaya untuk mendukung pengaturan tersebut. Sektor publik ada karena dibutuhkan. Jadi
keberadaan sektor publik ditengah masyarakat tidak bisa dihindari karena masyarakat
membutuhkan barang atau layanan publik. Dalam perkembangannya sektor publik sangat
berperan dalam pengaturan barang atau layanan publik untuk didistribusikan kepada
masyarakat secara adil dan merata.
2.1.3. Pengertian Akuntansi Sektor Publik
Dalam perkembangannya Akuntansi Sektor Publik didefinisikan sebagai Akuntansi
Dana Masyarakat yaitu mekenisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada
pengelolaan dana masyarakat. Dana masyarakat diartikan sebagai dana yang dimiliki oleh
masyarakat, bukan individual. Dana ini biasanya dikelola oleh organisasi-organisasi sektor
publik atau kerjasama sektor publik dengan swasta.
Definisi akuntansi sektor publik menurut Indra Bastian (2001 :6) adalah sebagai
berikut:
"Akuntansi Sektor Publik adalah rnekanisrne teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan
pada pengelolaan dana rnasyarakat di lernbaga-lernbaga tinggi negara dan departernen-
departernen di bawahnya, pernerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM, dan yayasan sosial
pada proyek-proyek kerja sarna sektor publik dan swasta."
Di Indonesia, Akuntansi Sektor Publik dapat didefinsikan sebagai: Mekanisme teknik
dan analisis akuntansi pada pengelolaan dana masyarakat di Pemerintah Pusat, Lembaga-
Lembaga Tinggi Negara dan Departemen- Departemen, Badan Layanan Umum, Pemerintah
Daerah, Badan Layanan Umum Daerah, Lembaga Sosial Masyarakat dan Yayasan Sosial,
maupun pada proyek-proyek kerjasama organisasi sektor publik dan swasta. Dalam negara
demokrasi kita mengenal trias politika yang membagi kekuasaan secara formal kedalam
kelompok eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Dari pengertian di atas dapat kita katakan
bahwa dalam akuntansi sektor publik, data akuntansi digunakan untuk memberi informasi
mengenai kondisi ekonomi dan keuangan sektor publik kepada pihak eksekutif, legislatif,
yudikatif dan masyarakat.
2.1.4. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi, yaitu aktivitas
pengumpulan dan pengolahan data keuangan untuk disajikan dalam bentuk laporan keuangan
atau ikhtisar-ikhtisar lainnya yang dapat digunakan untuk membantu para pemakainya dalam
mengambil keputusan. Penyusunan suatu laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dipertanggung-jelaskan serta dapat diterima secara umum,
didasari pada prinsip akuntansi, prosedur-prosedur, metode-metode, serta teknik-teknik yang
tercakup dalam ruang lingkup akuntansi. Aturan penyusunan suatu laporan keuangan dapat
disebut sebagai siklus akuntansi. "…. Siklus akuntansi merupakan sistematika pencatatan
transaksi keuangan, peringkasannya, dan pelaporan keuangan …."
Laporan keuangan sebagai sumber informasi Financial memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap kualitas keputusan yang dihasilkan. Laporan keuangan merupakan
tindakan pragmatis, oleh karena itu laporan keuangan pemerintah harus dievaluasi dalam hal
manfaat laporan tersebut terhadap kualitas keputusan yang dihasilkan serta mudah tidaknya
laporan keuangan tersebut oleh pemakai. Dalam konteks akuntansi sektor publik, jenis
informasi yang diberikan untuk pengambilan keputusan adalah terbatas pada informasi yang
bersifat financial, sedangkan informasi itu sendiri adalah informasi yang diukur dengan
satuan moneter.
2.1.5. Pengertian Proses Pencatatan Akuntansi
Siklus akuntansi merupakan suatu proses penyediaan laporan keuangan organisasi
suatu periode akuntansi tertentu. Siklus akuntansi terbagi menjadi pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukan selama periode tersebut, bersumber dari transaksi atau kejadian selanjutnya
dimulailah siklus akuntansi mulai dari penjurnalan transaksi atau kejadian, pemindah bukuan
ke dalam buku besar, dan penyiapan laporan keuangan pada akhir periode. Pekerjaan yang
dilakukan pada akhir periode termasuk mempersiapkan akun untuk mencatat transaksi-
transaksi pada periode selanjutnya. Banyaknya langkah yang harus dilakukan pada akhir
periode secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan dilakukan pada
bagian akhir. Walaupun demikian, pencatatan dan pemindahbukuan selama periode tersebut
membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan pekerjaan di akhir periode.

2.2. Karakteristik Akuntansi Sektor Publik


Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (Purposive
Activity). Tujuan akuntansi di arahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut harus
memiliki manfaat. Akuntansi di gunakan baik pada sektor swasta maupun sektor publik untuk
tujuan –tujuan yang berbeda. Dalam beberapa hal, akuntansi sektor publik berbeda dengan
akuntansi pada sektor swasta. Perbedaan karakteristik akuntansi tersebut disebabkan karena
adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi.
Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks dan
turbulence. Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik meliputi
faktor ekonomi, politik, kultur dan demografi.
a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain :
• Pertumbuhan ekonomi
• Tingkat inflasi
• Pertumbuhan pendapatan perkapita (GNP/GDP)
• Struktur produksi
• Tenaga kerja
• Arus modal dalam negeri
• Cadangan devisa
• Nilai tukar mata uang
• Utang dan bantuan luar negeris
• Infrastruktur
• Teknologi
• Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi
• Sektor informal
b. Faktor Politik
Faktor politik yang mempengaruhi sektor publik antara lain :
• Hubungan negara dan masyarakat
• Legitimasi pemerintah
• Tipe rezim yang berkuasa
• Ideologi negara
• Elit politik dan massa
• Jaringan internasional
• Kelembagaan
c. Faktor Kultural
Faktor kultural yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain :
• Keragaman suku, ras, agama, bahasa dan budaya
• Sistem nilai di masyarakat
• Historis
• Sosiologi masyarakat
• Karakteristik masyarakat
• Tingkat pendidikan
d. Faktor Demografi
Faktor demografi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain :
• Pertumbuhan penduduk
• Struktur usia penduduk
• Migrasi
• tingkat kesehatan

2.3. Tujuan Akuntansi Sektor Publik


Menurut American Accounting Association (1970) dalam Glynn (1993) yang dikutip
oleh Mardiasmo (2009:14) menyatakan bahwa tujuan akuntansi pada organisasi sektor publik
adalah untuk:
a. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien, dan
ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada
organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen (management control).
b. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan
pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif program dan
penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya, dan memungkinkan bagi
pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah
dan penggunaan dana public.

2.4. Kedudukan Akuntansi Sektor Publik Didalam Akuntansi


Akuntansi dapat dikelompokkan kedalam tiga bidang utama yaitu :
a. Akuntansi bisnis;
b. Akuntansi Sektor Publik;
c. Akuntansi Sosial.

Dalam akuntansi bisnis data akuntansi digunakan untuk memberikan informasi


keuangan kepada eksekutif perusahaan, pemilik modal, penanam modal, kreditor dan pihak
lain yang berkepentingan dengan perusahaan (Stakeholder).

Dalam akuntansi sektor publik, data akuntansi digunakan untuk memberi informasi
mengenai kondisi ekonomi dan keuangan sektor publik kepada pihak eksekutif, legislatif,
yudikatif dan masyarakat.
Akuntansi sosial merupakan bidang akuntansi khusus untuk diterapkan pada entitas
dalam artian makro, yang melayani perekonomian nasional seperti neraca pembayaran
perkiraan arus dana, perkiraan pendapatan dan produksi nasional serta neraca nasional.

2.5. Metode Pencatatan Akuntansi Sektor Publik


Terdapat beberapa metode atau teknik pencatatan akuntansi yang dikenal atau biasa
dipraktikkan dalam akuntansi sektor publik, yaitu:
a. Akuntansi Anggaran (Budgetary Accounting)
b. Akuntansi Kas (Cash Accounting)
c. Akuntansi Akrual (Accrual Accounting)
d. Akuntansi Komitmen (Commitment Accounting)
e. Akuntansi Dana (Fund Accounting)
Kelima metode tersebut pada prinsipnya tidak saling meniadakan, artinya jika sudah
dipilih satu metode tertentu maka tidak berarti teknik yang lain tidak dapat dilakukan. Bahkan
dimungkinkan dalam satu organisasi sektor publik digunakan beberapa metode akuntansi
tersebut secara bersamaan. Pemilihan pendekatan pencatatan akuntansi dipengaruhi oleh
tujuan dan manfaat yang hendak diperoleh organisasi.
a. Akuntansi Anggaran (Budgetary Accounting)
Akuntansi anggaran merupakan pencatatan akuntansi atas alokasi anggaran dan
estimasi pendapatan sehubungan dengan pelaksanaan APBN dan APBD. Akuntansi
anggaran digunakan dalam organisasi sektor publik terkait dengan penyajian Laporan
Realisasi Anggaran (LRA). Informasi LRA berguna bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas
dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran. LRA juga bermanfaat dalam
memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan
secara komparatif. Adapun tujuan utama akuntansi anggaran adalah untuk pengendalian
anggaran. Akuntansi anggaran memberikan informasi yang bermanfaat untuk
pengelolaan dan monitoring anggaran sehingga dapat diketahui tingkat serapan
anggaran, ekonomi, efisiensi, dan efektivitas anggaran serta kondisi keuangan negara.
1) Terminologi Dalam Akuntansi Anggaran
Terdapat beberapa terminologi atau istilah terkait dengan transaksi yang
spesifik dalam akuntansi anggaran pemerintah, yaitu:
2) Aprosiasi (Appropriation)
Merupakan anggaran yang disetujui DPR/DPRD yang merupakan mandat
yang diberikan kepada presiden/gubernur/bupati/walikota untuk melakukan
pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan dalam satu tahun anggaran.
3) Otorisasi Kredit Anggaran (Allotment)
Adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang menunjukkan bagian dari
aprosiasi yang disediakan bagi instansi dan digunakan untuk memperoleh uang dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah guna membiayai pengeluaran-pengeluaran
selama periode otorisasi tersebut.
4) Encumbrance
Merupakan komitmen atau kewajiban yang terjadi sehubungan dengan
dikeluarkannya order pembelian kepada pihak ketiga atas pengadaan barang dan
jasa.
5) Pencatatan Akuntansi Dalam Akuntansi Anggaran.
Pada pemerintah pusat, pencatatan akuntansi anggaran dilaksanakan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan oleh pimpinan
kementerian/lembaga melalui sistem akuntansi instansi (SAI). Pencatatan akuntansi
anggaran pada Bendahara Umum Negara dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
pencatatan akuntansi anggaran pada Sistem Akuntansi Kas Umum Negara
(SAKUN) dan Sistem Akuntansi Umum (SAU).
6) Pencatatan Akuntansi Anggaran pada Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara
Subsistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN).
Mencatat akuntansi APBN untuk membukukan estimasi pendapatan, belanja,
dan pembiayaan yang tercantum dalam APBN. Selain pencatatan APBN, Sistem
Akuntansi Umum Negara juga mencatat akuntansi realisasi anggaran dan jurnal
penutupan pada akhir periode akuntansi.
7) Pencatatan Akuntansi Anggaran pada Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara
Subsistem Akuntansi Umum (SAU) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
Subsistem Akuntansi Umum (SAU) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) tidak
melakukan pencatatan akuntansi APBN karena sudah dicatat dalam SAKUN.
Namun SAU dan SAI sama-sama melakukan penjurnalan atas akuntansi DIPA
sedangkan SAKUN tidak mencatat akuntansi DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran). Akuntansi DIPA dilakukan untuk membukukan estimasi pendapatan
yang dialokasikan, bagian (allotment) belanja, estimasi penerimaan pembiayaan
yang dialokasikan, dan bagian pengeluaran pembiayaan untuk suatu unit kerja
kementerian Negara/lembaga. Selain mencatat akuntansi DIPA, SAU dan SAI juga
mencatat akuntansi realisasi anggaran unit kerja bersangkutan, serta jurnal penutup.
b. Akuntansi Kas (Cash Accounting)
Akuntansi kas merupakan teknik pencatatan akuntansi yang paling tua dalam sejarah
akuntanis yang sudah dilakukan selama berabad-abad bahkan ribuan tahun yang lalu.
Hingga saat ini pun akuntanis kas masih banyak digunakan di organisasi sektor publik
maupun nonprofit. Akuntansi kas mencatat transaksi terkait dengan penerimaan dan
pengeluaran kas serta saldo kas dalam buku kas.
c. Akuntasi Akrual (Accrual Accounting)
Akuntansi akrual merupakan teknik pencatatan akuntansi yang secara luas digunakan
pada organisasi bisnis. Namun demikian, saat ini organisasi sektor publik dan non profit
juga didorong untuk menggunakan akuntansi akrual. Akuntansi akrual mengakui
transaksi pada saat terjadinya, yaitu ketika sudah terjadi perpindahan hak dan
kewajiban, bukan berdasarkan diterima atau dikeluarkannya kas. Tujuan pengaplikasian
akuntansi akrual pada sektor publik pada dasarnya berbeda dengan sektor bisnis.
Pengaplikasian akuntansi akrual dalam sektor publik bermanfaat dalam menentukan
biaya pelayanan dan penentuan harga/tarif pelayanan. Akuntansi akrual dianggap lebih
baik daripada akuntansi kas. Teknik akuntansi berbasis akrual dapat menghasilkan
laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akrual, komprehensif dan relevan
untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik.
Pengaplikasian akuntansi akrual dalam sektor bisnis terutama dimaksudkan untuk
membandingkan besarnya biaya terhadap pendapatan sedangkan pada sektor publik
untuk penandingan biaya dengan manfaat. Maraknya penggunan akuntansi akrual pada
sektor publik antara lain disebabkan karena adanya tekanan reformasi akuntansi sektor
publik yang mendorong dilakukannya pengelolaan keuangan publik secara transaparan,
akuntabel, ekonomis, efisien, dan efektif.
d. Akuntansi Komitmen (Commitment Accounting)
Akuntansi komitmen mencatat transaksi lebih awal dibandingkan akuntansi akrual dan
akuntansi kas. Suatu komitmen diakui pada saat berikut:
1) Ketika dikeluarkan order pembelian barang atau jasa
2) Ketika dilakukan penandatanganan surat perjanjian kontrak kerja
3) Ketika diperlukan dana yang dicadangkan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang
4) Akuntansi komitmen segera mencatat transaksi seawal mungkin, yaitu pada saat
terjadi komitmen untuk melakukan suatu pengeluaran di masa datang bukan pada saat
barang atau jasa diterima atau dibayar.
e. Akuntansi Dana (Fund Accounting)
Dalam kerangka konseptual Akuntansi Pemerintahan PP No. 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan dinyatakan mengenai kemungkinan penggunaan
akuntansi dana untuk tujuan pengendalian. Penggunaan akuntansi dana pada akuntansi
pemerintahan di Indonesia memungkinkan dilakukan karena dalam sistem anggaran
pemerintah terdapat beberapa program spesifik yang memerlukan pertanggungjawaban
dana program sehingga sumber dan penggunaan dana serta saldo dana program perlu
dibuat secara terpisah.
Akuntansi dana merupakan metode pencatatan akuntansi yang memisahkan sumber
daya dalam beberapa kategori dana untuk megidentifikasi sumber dan penggunaan
dana. Adapun tujuan akuntansi dana adalah untuk pengelolaan dan pertanggungjawaban
dana, penentuan kondisi finansial, perencanaan, penganggaran, dan evaluasi kinerja.
Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik, yaitu :
1) Dana yang dapat dibelanjakan (Expendable Fund)
Menurut (Mardiasmo: 2004), Dana yang dapat dibelanjakan digunakan untuk
mencatat nilai aktiva, utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo dana yang dapat
dibelanjakan untuk kegiatan yang tidak bertujuan mencari laba. Jenis akuntansi dana
ini digunakan pada organisasi pemerintahan.
Menurut (Deddi Nordiawan: 2009), dana yang dapat dibelanjakan adalah dana yang
disediakan untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat non-business yang
menjadi bagian dari tujuan organisasi sektor publik.
2) Dana yang tidak dapat dibelanjakan (non-expendable fund)
Menurut (Mardiasmo: 2004), Dana yang tidak dapat dibelanjakan digunakan untuk
mencatat pendapatan, biaya, aktiva, utang, dan modal untuk kegiatan yang sifatnya
mencari laba. Jenis dana ini digunakan pada organisasi bisnis.
Menurut (Deddi Nordiawan: 2009), dana yang tidak dapat dibelanjakan adalah dana
yang dipisahkan untuk aktivitas-aktivitas yang bersifat bisnis. Digunakan sebagai
pendukung dari expendable fund.
Ekuitas dana berbeda dengan ekuitas. Di perusahaan, ekuitas adalah selisih antara
aktiva dan utang yang menunjukkan adanya kepemilikan pada perusahaan tersebut oleh
pemegang sahamnya. Sedangkan, di organisasi sektor publik, ekuitas dana tidak
menunjukkan adanya kepemilikan siapa pun karena memang tidak ada kepemilikan individu
dalam suatu organisasi sektor publik.
Dalam akuntansi dana, dikenal istilah basis akuntansi dan fokus
pengukuran (Measurement Focus). Basis akuntansi menentukan transaksi dan peristiwa yang
terjadi diakui. Fokus pengukuran dari entitas akuntansi menentukan apa yang akan
dilaporkan, dengan kata lain jenis aktiva dan kewajiban apa saja yang diakui secara akuntansi
dan dilaporkan dalam neraca. Konsep basis akuntansi dan fokus pengukuran berhubungan
erat dan pemilihan salah satu akan mengimplikasikan pemilihan yang lain.

2.6. Proses Pencatatan Siklus Akuntansi Sektor Publik


Siklus akuntansi merupakan suatu proses penyediaan laporan keuangan organisasi
suatu periode akuntansi tertentu. Siklus akuntansi terbagi menjadi pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukan selama periode tersebut, bersumber dari transaksi atau kejadian selanjutnya
dimulailah siklus akuntansi mulai dari penjurnalan transaksi atau kejadian, pemindahbukuan ke
dalam buku besar, dan penyiapan laporan keuangan pada akhir periode. Pekerjaan yang
dilakukan pada akhir periode termasuk mempersiapkan akun untuk mencatat transaksi-
transaksi pada periode selanjutnya. Banyaknya langkah yang harus dilakukan pada akhir
periode secara tidak dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan dilakukan pada
bagian akhir, walaupun demikian pencatatan dan pemindahbukuan selama periode tersebut
membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan pekerjaan di akhir periode.
Ketika melakukan pencatatan akuntansi, basis akuntansi dan fokus pengukuran
merupakan dua hal yang penting. Basis akuntansi menentukan kapan transaksi dan peristiwa
yang terjadi diakui atau dicatat, sedangkan fokus pengukuran menentukan aset atau kewajiban
apa saja yang akan diakui dalam neraca. Kedua hal ini juga saling berkaitan.

A. Basis Kas
adalah suatu metode pencatatan dalam akuntansi, dimana dalam hal ini setiap transaksi
yang terjadi dicatat berdasarkan jumlah nominal yang diterima, bagi pemerintah, pendapatan
basis kas yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah suatu periode
akuntansi akan digunakan untuk membayar utang dan belanja dalam periode tersebut.
Mengingat LRA masih merupakan laporan yang wajib disusun, maka pendapatan atau
belanja basis kas diakui setelah diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah atau
mengurangi kas. Prinsip layak temu biaya-pendapatan (Matching-Cost Against Revenue
Principle) dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktekkan
dalam akuntansi komersial.
Adapun kelebihan dan kelemahan dalam basis kas yaitu:
Kelebihan:
• Sederhana,
• Mudah dipahami dan diaplikasikan,
• Obyektif dalam melaporkan kas, dan
• Sangat bermanfaat untuk pengendalian kas.

Kelemahan:

• Tidak mencatat utang, piutang, dan aset tetap secara akurat


• Laporan keuangan yang dihasilkan tidak komprehensif
• Tidak dapat menggambarkan kinerja organisasi secara lebih baik
• Tidak dapat mengaplikasikan depresiasi aset tetap
• Tidak memisahkan antara penerimaan kas dari perolehan pendapatan dengan dari
utang
• Tidak memisahkan antara pengeluaran kas untuk belanja operasional yang
merupakan (expense) dengan belanja modal (capital expenditure) yang
dikapitalisasi menjadi aset
• Lebih sulit diaudit
• Lebih mudah dimanipulasi

B. Basis Akrual
Adalah suatu metode pencatatan dalam akuntansi, dimana dalam hal ini setiap transaksi
yang terjadi dicatat berdasarkan konsep pengakuan yang sesungguhnya. Ketika basis kas
dipilih, maka transaksi dicatat pada saat kas diterima dan dibayarkan sehingga hanya akun
kas dan ekuitas yang dilaporkan dalam Neraca. Lain halnya ketika basis akrual yang
digunakan, transaksi akan dicatat jika secara ekonomi telah terjadi, tanpa harus menunggu
kas diterima atau dibayarkan. Akibatnya, dengan basis akrual ini, akun-akun yang dilaporkan
dalam Neraca tidak sebatas akun kas saja, namun semua sumber daya yang dimiliki, utang,
dan ekuitas. Keunggulan penggunaan basis akrual ini adalah informasi yang disajikan dalam
Neraca akan lebih komprehensif karena mempresentasikan seluruh sumber daya yang
dimiliki entitas.
Basis akrual sepenuhnya ini belum bisa diterapkan oleh semua entitas akuntansi. Entitas
pemerintah merupakan entitas yang memiliki karakteristik unik dalam basis akuntansinya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang mengatur Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), basis akuntansi yang digunakan entitas pemerintah adalah basis kas
menuju akrual (Cash Toward Accrual). Dengan basis ini, aset, kewajiban, dan ekuitas dana
dicatat dengan berbasis akrual sedangkan komponen Laporan Realisasi Anggaran seperti
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat dengan basis kas. Konsekuensi dari penggunaan
basis kas menuju akrual ini adalah dibutuhkannya penggunaan jurnal korolari.
Untuk memudahkan pemahaman, penulis akan memberikan bagaimana jurnal korolari ini
digunakan. Contoh pertama, misalnya terjadi transaksi pembelian kendaraan senilai
100.000.000 secara tunai. Karena segala pengeluaran yang melibatkan kas harus disajikan
dalam Laporan Realisasi Anggaran dengan basis kas, maka transaksi ini akan dicatat dengan
cara:
Dr. Belanja Kendaraan Rp100.000.000
Cr. Kas Rp 100.000.000

Belanja kendaraan merupakan akun nominal yang akan disajikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran, sedangkan kas merupakan akun riil yang akan disajikan dalam Neraca.
Akibatnya,apabila hanya jurnal tersebut yang dibuat, maka hanya akun kas yang disajikan
sebagai bagian aktiva Neraca. Padahal, menurut SAP, Neraca pemerintah harus disajikan
dengan basis akrualatau memperesentasikan semua sumber daya yang dimiliki dan tidak
terbatas kas saja. Karena itulah, dibutuhkan jurnal tambahan yaitu jurnal pencatatan sebagai
solusi penerapan basis kas menuju akrual ini. Masih mengacu pada transaksi di atas, maka
pencatatan yang sebaiknya adalah:

Dr. Belanja Kendaraan Rp. 100.000.000


Cr. Kas Rp. 100.000.000

Jurnal Pencatatan:
Dr. Kendaraan Rp. 100.000.000
Cr. Ekuitas dana yang diinvestasikan dalam aset tetap Rp 100.000.000
Dengan adanya jurnal pencatatan, belanja kendaraan telah sesuai dicatat dengan basis kas
dan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Disisi lain, Neraca telah disajikan dengan
basis akrual karena mempresentasikan semua sumber daya yang dimiliki dimana akun yang
disajikandalam Neraca tidak hanya kas dan ekuitas dana, tetapi juga aset tetap seperti
kendaraan.
2.7. Pencatatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang mengatur tentang Standar
Akuntansi Pemerintah dijelaskan
bahwa basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan
aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca. Basis akrual untuk Laporan Operasional (LO)
berarti bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi
walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas
pelaporan dan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai
kekayaan bersih
telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Pendapatan seperti bantuan pihak luar/asing dalam
bentuk jasa disajikan pula pada LO.
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan
informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan
meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan
atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan
oleh Peraturan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) serta pengungkapan-pengungkapan
lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban
kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya. Dalam keadaan tertentu masih dimungkinkan
untuk mengubah susunan penyajian atas pos-pos tertentu dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Misalnya informasi tingkat bunga dan penyesuaian nilai wajar dapat digabungkan
dengan informasi jatuh tempo surat-surat berharga.
Selain mensyarat penyusunan laporan keuangan di atas, PP SAP juga memuat
prosedur yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun dan menyaksikan laporan
keuangan baik bagi pemerintah pusat maupun daerah. Dengan adanya SAP maka laporan
keuangan pemerintah pusat/daerah akan lebih berkualitas (dapat dipahami, relevan ,handal dan
dapat diperbandingkan). Laporan tersebut akan diaudit terlebih dahulu oleh BPK untuk
diberikan opini dalam rangka meningkatkan kredibilitas laporan, sebelum disampaikan kepada
para Stakeholder antara lain : pemerintah (eksekutif), DPR/DPRD (Legislatif), investor,
kreditor dan mesyarakat pada umumnya dalam rangka transparansi dan akuntabilitas Keuangan
Negara.
2.8. Analisis Laporan Keuangan Sektor Publik
Laporan Keuangan sektor publik merupakan representasi posisi keuangan dari
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas sektor publik. Tujuan umum pelaporan
keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas
dari suatu entitas yang berguna bagi sejumlah besar pemakai (Wide Range Users) dalam
membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya yang dibutuhkan oleh
suatu entitas dalam aktivitasnya untuk mencapai tujuan.
Komponen-komponen Laporan Keuangan Sektor Publik, laporan keuangan terdiri
dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);
c. Neraca;
d. Laporan Operasional (LO);
e. Laporan Arus Kas (LAK);
f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
g. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pencatatan akuntansi merupakan suatu proses penyediaan laporan keuangan organisasi
suatu periode akuntansi tertentu. Pencatatan akuntansi terbagi menjadi pekerjaan-pekerjaan
yang dilakukan selama periode tersebut, bersumber dari transaksi atau kejadian selanjutnya
dimulailah pencatatan akuntansi mulai dari penjurnalan transaksi atau kejadian, pemindah
bukuan ke dalam buku besar, dan penyiapan laporan keuangan pada akhir periode. Pekerjaan
yang dilakukan pada akhir periode termasuk mempersiapkan akun untuk mencatat transaksi-
transaksi pada periode selanjutnya. Banyaknya langkah yang harus dilakukan pada akhir
periode secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan dilakukan pada
bagian akhir. Walaupun demikian, pencatatan dan pemindah bukuan selama periode tersebut
membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan pekerjaan diakhir periode.
Perubahan mendasar dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 adalah
adanya perubahan dari basis kas menjadi basis akrual dalam akuntansi pemerintahan.
Penyajian informasi keuangan pemerintah dengan menggunakan basis akrual akan menjadi
lebih informatif, terutama dalam hubungannya dengan pengukuran kinerja pemerintah terkait
biaya jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan dalam periode akuntansi tertentu, serta
dapat memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah untuk tujuan
pengambilan keputusan. Selain itu, laporan keuangan pemerintah yang dihasilkan dari
penerapan SAP Berbasis Akrual dimaksudkan untuk memberikan manfaat yang lebih baik
bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan
pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://tiasaccountingworld.blogspot.co.id/2013/11/teknik-akuntansi-sektor-publik.html
http://datakata.wordpress.com/2013/12/03/siklus-akuntansi-sektor-publik/
Nordiawan, Deddi. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi.
Abdul Hakim, 2004. Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta,
Salemba Empat.
Bastian Indra, 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Yogyakarta, BPFEUGM.
Jurnal Akuntansi, Volume 7, Nomer 2, Mei 2007:163-172
Simanjuntak, B.H., 2005. Menyongsong Era Baru Akuntansi Pemerintahan di Indonesia.
Jurnal Akuntansi Pemerintah, 1(1).
Haryanto, H., 2007. Akuntansi Sektor Publik, Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Semarang.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang "Standar Akuntansi Pemerintahan".

Anda mungkin juga menyukai