Anda di halaman 1dari 4

B.

SEJARAH PERKEMBANGAN ADMINISTRASI

Sistem politik yang demokratis menghasilkan perubahan pemerintahan yang sangat sering dan
dalam administrasi terjadi penyalahgunaan wewenang. Ini disadari oleh politisi manapun karena itu,
melawan praktik mereka sendiri. Berbagai pemerintahan dari partai manapun berusaha melakukan
perbaikan sistem adminstrasi dari tahun ke tahun yang salah satu bernilai rasional. Penyimpangan
praktik administrasi ditandai dengan menurunnya kedisiplinan, ketekunan, ketelitian, kecermatan
dan semangat kerja yang dengan mudah tertumpangi oleh korupsi disebabkan oleh beberapa sebab.
Pertama, situasi transisi menciptakan ketidaknyamanan dan ketidakamanan kerja, sehingga
kebanyakan pegawai menyelamatkan diri sendiri. kedua, pejabat yang duduk di dalam birokrasi
kebanyakan adalah pejabat lama yang sebelumnya merupakan pegawai Hindia Belanda, yang
berorientasi bukan kepada prestasi melainkan askripsi. Dan ketiga, masih sangat sedikitnya jumlah
profesional modern yang dapat ditarik ke dalam birokrasi. Memang praktik administrasi kolonial
Belanda sejak Daendels (sekitar 1810) telah dapat disebut sebagai administrasi negara
modern.Tetapi tidak banyak orang Indonesia yang bekerja di dalamnya apalagi memegang jabatan
pimpinan dan lebih dari itu mereka cenderung mempertahankan gaya patrimonial yang askriptif.
Sementara itu organisasi pergerakan nasional yang pertama pada awal abad ke-20 seperti Boedi
Oetomo dan Muhammadiyah serta organisasi pergerakan berikutnya seperti Syarekat Dagang Islam
dan Partai Komunis Indonesia tentunya juga sudah mengenal adminstrasi modern itu, tetapi ketika
negara Indonesia terbentuk tidak dijumpai tenaga terdidik dalam jumlah yang memadai di bidang
ini.
Hal itu disadari sepenuhnya oleh pemerintah sehingga setelah RI dalam kondisi relatif normal sukses
memenankan pengakuan internasional.Pemerintah mulai berusaha memecahkan penyebab yang
ketiga, yakni kelangkaan tenaga profesional di bidang administrasi negara. Sejak 1951 hingga 1955
diperkenalkanlah ilmu administrasi negara modern jauh lebih belakangan dibanding pengenalan
ilmu hukum dan ekonomi serta teknik dan kedokteran yang telah dimulai sejak 1900. Ilmu
administrasi yang diintrodusir pada paruh pertama tahun 1950 ini berorientasi ke Amerika Serikat,
yang dipandang lebih praktis dan pragmatis dibanding sistem administrasi kolonial Belanda yang
bersifat legalistik. Pengenalan di bidang akademik itu berlangsung berbarengan dengan usaha
rasionalisasi organisasi pemerintah Pusat oleh Kabinet Wilopo yang berumur sekitar 15 bulan.
Kabinet berikutnya yang dipimpin Ali Sastroamidjojo (berumur dua tahun, 1 Agustus 1953 hingga 12
Agustus 1955) mempunyai program yang antara lain menyusun aparatur pemerintah yang efisien
serta pembagian tenaga yang rasional dengan mengusahakan perbaikan taraf kehidupan pegawai
dan memberantas korupsi dan birokrasi. Terlihat dari visi kedua kabinet di awal RI yang baru ini,
bahwa sistem administrasi hendaklah disusun secara rasional,sederhana,mudah dan tidak
birokratis.Dimana para pegawainya yang sejahtera dapat bekerja secara efisien dan tidak
memungkinkan terjadinya korupsi. Visi seperti ini terus dibawa pada masa-masa berikutnya,
ditambah dengan peningkatan kemampuan pegawai.
Instabilitas politik dan ketidaknetralan birokrasi merupakan dua isu penting yang hendak dikoreksi
oleh Presiden RI ke-dua, Soeharto, yang memerintah sejak Juli 1966 dan resmi mulai Maret 1968.
Sekalipun sesungguhnya Indonesia di era Soekarno telah mencoba mempraktikkan dua sistem
ekonomi politik yang saling bertolak-belakang dengan liberal pada awalnya dan etatis pada akhirnya.
pemerintahan Soeharto dalam diskurs publiknya selalu menonjolkan buruknya liberalisme era
Soekarno tentu saja untuk melegitimasi etatisme dalam modelnya. Pada tahun 1967 dibentuklah
secara berturut-turut tiga buah tim yaitu tim penyusun daftar susunan pegawai dan peralatan, tim
pembantu Ketua Presidium Kabinet Ampera dan tim Penertiban Aparatur Administrasi Pemerintah
(Tim PAAP). Menyederhanakan prosedur administrasi dengan menggolongkan perusahaan negara ke
dalam tiga bentuk sesuai dengan besarnya kapitalpemerintah di dalamnya dan mengurangi kontrol
negara terhadap perusahaan negara.Selanjutnya, dibentuk pula Tim Pemberantasan Korupsi.
Terlihat pada visi administrasi baik pemerintahan Soekarno-Hatta maupun Soeharto di atas bahwa
pemerintah Indonesia sejak awal telah meyakini ide-ide administrasi yang rasional, tidak nepotis,
tidak berbelit-belit dan tidak korup. Namun berbeda dengan visi fase bernegara yang masih sangat
muda pada era Soekarno terbukti tidak mampu menahan nepotisme yang berakibat pada korupsi.
Bahkan usaha rasionalisasi militer yang dirancang oleh AH Nasution dan Hatta menghasilkan
resistensi yang meletus sebagai pemberontakan di beberapa daerah. Pada era Soeharto selama 32
tahun pemerintahannya penyempurnaan administrasi sesungguhnya menjadi salah satu program
yang dipertahankannya. Tetapi stabilitas politik yang cenderung monolitik memungkinkan
berlangsungnya pemekaran birokrasi yang hampir tak terkontrol. Akibatnya sama saja dengan era
sebelumnya terjadilah korupsi.
Pada tahun ketiga pemerintahan-transisionalnya Soeharto mengangkat seorang menteri negara
untuk penyempurnaan dan pembersihan aparatur negara (MENPAN) yang sekaligus menjadi ketua
dari Proyek Efisiensi Aparatur Ekonomi Negara dan Aparatur Pemerintahan. Proyek ini, yang dikenal
dengan nama “Proyek 13″.Pada 1969 diganti menjadi “Sektor Aparatur Pemerintah (Sektor P)” yang
bertugas menyempurnakan aparatur pemerintah agar mampu melaksanakan rencana pembangunan
lima tahun (Repelita) dengan baik suatu sistem perencanaan negara yang diterapkan sejak 1969
hingga setidaknya 1999. Melihat program-programnya, visi dari MENPAN sangat
menyeluruh.Mencakup dua program besar yakni organisasi dan personalia dengan sasaran baik
pemerintah Pusat, pemerintah Daerah, perusahaan negara maupun perwakilan RI di luar negeri.
Kemudian pada lima tahun berikutnya, tepatnya sejak 1977 diberlakukan apa yang operasi tertib”
untuk menindak mereka yang melakukan korupsi khususnya pemerasan dan pungutan liar. Sama
dengan sebelumnya, kebijakan Menpan diarahkan pada semua aspek administrasi baik
kelembagaan, kepegawaian, ketatalaksanaan dan pengawasan. Reformasi administrasi dapat
terwujud dalam lima bentuk yaitu munculnya inisiatif, proses administrasi yang menjadi sederhana,
berkurangnya pengaturan,berkurangnya prosedur yang berlebihan, dan hubungan birokrasi kepada
publik sebagai pelayan dan bukan sebaliknya. Dari sudut pandang lain istilah “reformasi
administrasi” menunjuk pada peristiwa perubahan struktur dan prosedur dan akibatnya teknik dan
budaya administrasi guna menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungannya.
Perubahan administrasi yang dipilih pemerintah-pemerintah di nusantara merespon perkembangan
lingkungan sosial, politik dan ekonominya. Perubahan administrasi dapat dikatakan dimulai pada
awal abad ke-19, ketika pemerintahan Raffles berusaha memodernisasikan administrasinya sesuai
dengan zaman.Munculnya negara bangsa dan terjadinya revoluasi industri di Eropa dengan segenap
nilainya rasional, analitik, serba tertulis dan efisien. Ketika kemerdekaan melepaskan keterkekangan
yang lama, mekarlah demokrasi politik yang ironisnya melahirkan nepotisme lalu direspons dengan
rasionalisasi administrasi. Ketika kemudian pemerintah berhasil menguasai sistem politik, mereka
mengundang masuknya modal asing dan melancarkan program pengurangan kemiskinan dan
peningkatan kesejahteraan. Untuk itu digunakanlah model administrasi pembangunan. Namun
ketika dana pemerintah berkurang, mereka mengurangi perannya melalui proses deregulasi dan
debirokratisasi. Ini berlanjut terus hingga ketika dirasakan perlunya mempersiapkan diri menghadapi
globalisasi perdagangan dan melesatnya teknologi informasi dirasakan perlunya mempertegas
modernisasi administrasi lagi. Terakhir, ketika demokrasi “terbatas” selama pemerintahan
pembangunan mulai dirasakan terlalu pengap, diusulkanlah perubahan administrasi dalam
bentuknya reformasi administrasi.
UNSUR-UNSUR ADMINISTRASI
Di dalam unsur – unsur administrasi, secara mutlak harus ada beberapa hal berikut ini,
yaitu:
a. Sekelompok manusia
b. Adanya kerjasama
c. Punya tujuan tertentu
Unsur-Unsur Administrasi Menurut Para Ahli
Beberapa ahli pernah menjelaskan tentang beberapa unsur administrasi secara umum. Berikut ini
penjelasannya:
1. Sondang P Siagia
Unsur-unsur administrasi menurut Sondang P Siagian adalah:
a. Terdiri dari dua orang manusia atau lebih
b. Memiliki tujuan
c. Terdapat tugas yang akan dilakukan
d. Adanya peralatan dan perlengkapan
2. The Liang Gie
Unsur-unsur administrasi menurut The Liang Gie, terdiri dari 8 unsur yang saling berhubungan satu
sama lain, yaitu:
a. Organisasi
b. Manajemen
c. Komunikasi
d. Kepegawaian
e. Keuangan
f. Perbekalan
g. Ketatausahaan
h. Hubungan Masyarakat (Humas)

C. Prinsip – Prinsip Administrasi


Prinsip-prinsip administrasi oleh Henri Fayol mengemukakan 14 (empat belas) prinsip prinsip
administrasi sebagai berikut:
a. Pembagian kerja (division of work). Bahwa untuk memperoleh efisiensi yang tinggi, perlu
pemusatan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian karyawan atau disebut prinsip spesialisasi.
b. Wewenang dan tanggungjawab (authority and responsibility). Wewenang merupakan hak yang
melekat dalam jabatan administrator atau manajer untuk memberi perintah. Konsekuensi dari
adanya wewenang tersebut adalah tanggungjawab, baik bagi yang
memberi perintah maupun yang menerima perintah.
c. Disiplin (dicipline). Merupakan hal yang mutlak dalam suatu kegiatan kerja sama. Disiplin harus
ditaati serta mengikat seluruh tingkatan administrator atau manajer dan seluruh anggota organisasi.
d. Kesatuan perintah (unity of command). Setiap bawahan hanya menerima perintah dari satu
atasan (pimpinan).
e. Kesatuan arah atau tujuan (unity of direction). Bahwa kegiatan kerja sama harus mempunyai
tujuan yang sama yang ditetapkan pada saat perencanaan. Menempatkan kepentingan organisasi
(umum) di atas kepentingan pribadi (subordination of individual to general interest).
f. Pengupahan atau penggajian (remuneration). Harus mempunyai metode pembayaran yang adil
dan jujur sesuai dengan kompensasi pekerjaan dengan mengupayakan agar dapat memuaskan baik
atasan mau pun bawahan.
g. Pemusatan/Sentralisai (centralization).Wewenang perlu didelegasikan kepada bawahan, tetapi
tanggungjawab akhir tetap dipegang oleh pimpinan puncak (top manager). Masalahnya adalah
seberapa besar wewenang yang ahrus didelegasikan dan seberapa besar yang harus
disentralisasikan.
h. Skala hierarki (scalar chain). Artinya bahwa melalui garis hirarki atau jenjang organisasi, pimpinan
puncak dari suatu organisasi mendelegasikan wewenangnya dan menurunkan program sampai ke
pimpinan tingkat bawah dan anggota organisasi.
i. Tata Tertib (order). Bahwa penempatan dan pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber
daya peralatan dalam suatu organisasi harus dilakukan secara tepat, profesional dan proporsional.
j. Keadilan (equity). Keseimbangan dan pengabdian anggota organisasi harus diimbangi dengan
perlakuan dan kebaikan dari pimpinan.
k. Stabilitas Jabatan (stability of job). Karyawan (pekerja) perlu diberi waktu yang cukup dalam
menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif. Oleh karena itu perlu dikurangi pergantian-
pergantian jabatan (mutasi) bagi karyawan.
l. Prakarsa (initiatif)
Pada semua level dalam suatu organisasi, semangat kerja perlu didukung oleh prakarsa. Oleh karena
itu para bawahan perlu diberi kebebasan mengeluarkan pendapat dan kebebasan menilai
kesalahankesalahan yang terjadi.
m. Solidaritas kelompok kerja (espirit de corps)
Prinsip ini menitikberatkan semangat persatuan dan kesatuan, perlunya kerja sama dan memelihara
hubungan antar anggota organisasi, guna menumbuhkan dan meningkatkan motivasi kerja.

Tujuan Administrasi
1. Untuk menyediakan data dan informasi secara lengkap kepada pihak- pihak yang membutuhkan
informasi untuk pelaksanaan tugas organisasi secara efektif dan efisien.
2. Menerapkan kebijakan perusahaan atau departemen dan memberikan standar pelayanan yang
berkaitan dengan manajemen.
3. Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan kantor dan administrasi agar dapat memastikan
terlaksananya standar kualitas, tepat waktu dan sesuai dengan prosedur yang telah disepakati.
4. Berdiskusi dengan karyawan mengenai prestasi kerja agar dapat mengindentifikasi masalah dan
penyebabnya dan berupaya untuk menyelesaikan masalah tersebut.
5. Memberikan suatu perintah dan pelatihan terhadap karyawan atau pegawai kantor.
6. Melakukan proses perekrutan karyawan kantor sesuai dengan bidangnya, mulai dari wawancara
dan memilih calon pegawai yang tepat untuk kantor tersebut.
7. Melakukan verifikasi, pemantauan serta evaluasi kerja dengan membuat laporan kerja secara
terperinci terkait dengan kegiatan produksi, pengiriman dan sistem penggajian.
8. Menafsirkan dan mengomunikasikan semua prosuder kerja dan kebijakan perusahaan terhadap
para pegawai atau karyawan.

Anda mungkin juga menyukai