Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan salah satu langkah yang dilaksanakan
oleh pemerintah dalam rangka peningkatan kesejahtaraan masyarakat. Seperti
yang telah tertuang dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea IV
yakni : Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Untuk melaksanakan tujuan tersebut tentunya diperlukan anggaran atau
dana

agar

pelaksanaannya

dapat

berjalan

dangan

baik.

Pendanaan

pembangunan bersumber dari khas keuangan negara. Pendanaan negara dalam


APBN di peroleh melalui dua sumber pokok yakni, sumber dana luar negeri
dan sumber dana dalam negeri. Sumber dana luar negeri diperoleh dari pajak
atas impor, bea masuk, pinjaman luar negeri dan hibah ( grant). Sedangkan
sumber dana yang berasal dari dalam negeri diperoleh dari penjualan migas
dan non migas serta pajak.
Penerimaan negara yang berasal dari pajak sebagaimana telah ditetapkan
oleh undang-undang sudah menjadi kewajiban bagi seluruh masyarakat
Indonesia.

Pentingnya

pajak

tersebut

terutama

untuk

pembiayaan

pembangunan, hal ini tidak lain karena warga negara sebagai manusia biasa
selain mempunyai kebutuhan sehari-hari berupa sandang dan pangan, juga
1

membutuhkan sarana dan prasarana, seperti jalan untuk transportasi, taman


untuk hiburan atau rekreasi, bahkan keinginan merasakan aman dan
terlindungi. Sarana dan prasarana berupa fasilitas umum tersebut untuk
ketersediaannya hanya pemerintahlah yang bertanggung jawab untuk
memenuhinya (Kunarjo, 1993:125). Dalam R-APBN 2015, pendapatan negara
mencapai Rp 1.762,29 triliun. Dari jumlah itu, penerimaan perpajakan
mencapai Rp 1.370,82 triliun, atau sebesar 77,79 persen dari total pendapatan
negara. Sedangkan sisanya disumbang oleh penerimaan negara bukan pajak
(PNBP) sebesar Rp 388,04 triliun, atau sebesar 22,02 persen dari total
pendapatan negara.
Iliyas dan Burton (2007:10) mengatakan bahwa :
Pajak memiliki beberapa fungsi, yang pertama adalah fungsi penganggaran
( budgetair ) digunakan untuk menganggarkan pengeluaran pengeluaran
negara, misalnya menjalankan pembangunan nasional, membuka lapangan
kerja,membayar gaji pegawai negeri sipil, dan pengeluaran rutin semuanya
dibiyai dari penerimaan pajak. Kedua, fungsi mengatur ( reguleren ),
kebijakan pajak yang dikeluarkan pemerintah dapat mengatur pertumbuhan
ekonomi. Ketiga, fungsi stabilitas, dengan adanya pajak ini berarti
pemerintah mempunyai dana dan dapat menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga dapat mengendalikan laju
inflasi. Keempat, fungsi redistribusi pendapatan, pembangunan yang
dilakukan diberbagai bidang ini dan merata ini dapat menciptakan lapangan
kerja sehingga dapat memberikan penghasilan kepada masyarakat.
Terdapat bermacam-macam sumber penerimaan pajak di Indonesia.
Salah satunya adalah Pajak Bumi dan Bangunan, seperti yang tercantum dalam
Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang nomor 12 Tahun 1994 yakni
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan
terhadap bumi dan atau bangunan.Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak

yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh
keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa
yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.
Seiring perkembangangannya pajak bumi dan bangunan dijadikan
sebagai pajak daerah seperti yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 28
Tahun

2009

tentang

Pajak

Daerah

dan

Retribusi

Daerah

(UU

PDRD).Berdasarkan Pasal 185 UU No. 28 Tahun 2009 tentang PDRD, sejak


tanggal 1 Januari 2010, Pemerintah Kabupaten/Kota sudah diperbolehkan
untuk menerima pengalihanPBB P2. Dengan pengalihan ini maka kegiatan
proses

pendataan,

penilaian,

penetapan,

pengadministrasian,

pemungutan/penagihan dan pelayanan PBB-P2 akan diselenggarakan oleh


Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota). Hal tersebut sebagai bentuk tindak
lanjut dari adanya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, dengan
demikian pajak bumi dan bangunan dirasa paling potensial dan strategis dalam
mendukung kebijakan pemerintah untuk menjalankan program pembangunan
nasional serta sebagai sumber pendapatan daerah.
Berdasarkan hal diatas maka pemerintah kota Malang yang berada pada
daerah tingkat II perlu mangatur sendiri mengenai pajak, khususnya pajak
bumi dan bangunan. Peraturan tersebut tercantum dalam peraturan daeraha
kota malang Nomor 11 Tahun 2011. Diberlakukannya PBB sebagai pajak
daerah, maka PBB murni untuk pembangunan daerahnya. Pembayaran pajak
dilakukan mulai pada tanggal 1 Januari sampai jatuh tempo 31 juli tahun
berjalan.

Penerimaan pajak Kota Malang berdasarkan laporan dinas pendapatan


daerah ( DISPENDA ) kota Malang, adalah sebagai berikut ;Tahun 2014 lalu,
Dispenda menargetkan pendapatan daerah hanya sebesar Rp.260 Miliar, namun
ternyata pendapatan daerah di 2014 berhasil mencapai Rp. 278 Miliar.Pada
tahun ini, Dispenda kembali menargetkan sebesar Rp. 270 Miliar. Ada
sebanyak sembilan jenis pajak di Kota Malang; yakni, pajak resto, pajak hotel,
pajak hiburan, pajak air tanah, pajak reklame, pajak bumi bangunan (PBB), dan
bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB). Saat ini, hanya PBB dan
BPHTB yang belum mencapai 25 persen besarnya.PBB baru mencapai 22
persen dan BPHTB baru 19,75 persen. (http://dispenda.malangkota.go.id.
diakses pada tanggal 18 mei 2015).
Meskipun pendapatan daerah dari sektor pajak mengalami peningkatan
dari tahun ketahun, tetapi masih terdapat kendala dalam pemungutan pajak.
Salah satu faktor tingginya tingkat pendapatan melalui pajak khususnya pajak
bumi dan bangunan adalah kesadaran wajib pajak, kesadaran yang dimaksud
adalah kesadaran dari wajib pajak yang dalam hal ini adalah masyarakat untuk
membayar pajak.
Jatmiko (2006) menyatakan bahwa upaya meningkatkan penerimaan
pajak dapat dilakukan dengan estensifikasi dan intensifikasi pajak, biasa
dilakukan dengan perluasan subjek dan objek pajak, atau dengan menjaring
wajib pajak baru. Meskipun penerimaan pajak mengalami peningkatan dari
tahun ketahun, namun selalu ada saja faktor yang menghambat penerimaan

pajak sehingga penerimaan pajak belum bisa tergali secara maksimal. Kendala
tersebut adalah kesadaran dan kepatuhan wajib pajak.
Kesadaran akan pentingya pajak dalam mendukung pembangunan,
pemerintah mengatur peraturan perundang-undangan yang merujuk pada setiap
aspek yang berkaitan dengan pajak. Menurut Kunarjo (1993:125) Penerimaan
negara yang berasal dari pajak sebagaimana telah ditetapkan oleh undangundang sudah menjadi kewajiban bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Pentingnya pajak tersebut terutama untuk pembiayaan pembangunan, hal ini
tidak lain karena warga negara sebagai manusia biasa selain mempunyai
kebutuhan sehari-hari berupa sandang dan pangan, juga membutuhkan sarana
dan prasarana, seperti jalan untuk transportasi, taman untuk hiburan atau
rekreasi, bahkan keinginan merasakan aman dan terlindungi. Sarana dan
prasarana berupa fasilitas umum tersebut untuk ketersediaannya hanya
pemerintahlah yang bertanggung jawab untuk memenuhinya.
Pajak bumi dan bangunan dalam hal ini juga dapat merangsang
pertumbuhan dan pemberdayaan daerah, dengan hasil yang didapatkan dari
Pajak Bumi dan Bangunan harapan besar ketika dikembalikan ke daerah dapat
dimanfaatkan dengan baik dan sesuai keinginan rakyatnya. Proses pemungutan
Pajak Bumi dan Bangunan sudah menjadi kerangka yang sangat ideal, apalagi
sebagian besar dari dana pendapatan di kembalikan lagi ke daerah dalam
bentuk Dana Alokasi Khusus ( DAK ), Dana Alokasi Umum ( DAU ), dan lain
sebagainya.

Potensi Pajak Bumi dan Bangunan di Indonesia sangat luar biasa, tetapi
pemanfaatannya kurang maksimal sehingga kesejahteraan masyarakat tidak
bisa terjamin dan masih banyak rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan.
Peran Pajak Bumi dan Bangunan dalam mewujudkan perekonomian serta
untuk membangun Negara sangat potensial maka diperlukan suatu kesadaran
dalam membayar pajak untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tersebut
diperlukan suatu upaya dari pemerintah.
Kesadaran membayar pajak dapat dilihat dari sikap dan perilakunya,
yaitu dalam menunaikan kewajibannya, ketepatan dan kepatuhan dari wajib
pajak. Wajib pajak dapat dikatakan memiliki kesadaran apabila wajib pajak
mengetahui peran pentingnya Pajak Bumi dan Bangunan untuk Bangsa dan
Negara, serta mematuhi peraturan dan tanpa merasa terpaksa. Dengan memiliki
kesadaran untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan secara tidak langsung
telah menunjukan peran sertanya dalam kegiatan pembangunan Bangsa dan
Negara
Kelurahan Balearjosari merupakan sebuah kelurahan yang terdapat di
Kecamatan Blimbing, Kota Malang dan merupakan wilayah gerbang utara
untuk memasuki kota Malang. Jumlah penduduk kelurahan ini menurut data
tahun 2014 adalah sebanyak 7592 jiwa. Jumlah SPPT yang terdaftar adalah
3164, namun sebagian besar dari wajib pajak ini tidak berdomisili di wilayah
kelurahan Balearjosari sehingga menimbulkan masalah dalam proses
pemungutannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada kepala kelurahan


Kelurahan Balearjosari kecamatan Blimbing kota Malang dengan Bapak Ardy
N pada tanggal 11 Juni 2015, beliau menyatakan bahwa pendapatan pajak di
daerah balearjosari kurang lebih mencapai 70 %. Pendapatan pajak tersebut
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Meskipun demikian masih
banyak terdapat hambatan atau kendala dalam proses pemungutan pajak
tersebut, diantaranya masih banyak wajib pajak yang terlambat dalam
membayar pajak sebelum jatuh tempo dan menunggak, sehingga petugas pajak
harus turun langsung untuk menagih pajak, kondisi objek pajak yang tidak
sesuai dengan surat pemberitahuan objek pajak (SPOP) dilapangan, pemilik
tanah atau bangunnan yang bertempat tinggal diluar kelurahan. Sedangkan
jika di lihat dari pendapatan pajak dari kelurahan lain di kecamatan yang sama
yakni di Kecamatan Blimbing Kota Malang, seperti Kelurahan Polowijen
berdasarkan wawancara yang lakukan

pada 23 juni 2015, Agustinus A.

sekertaris lurah dikelurahan tersebut menyatakan penghasilan pajak pada


tahun 2014 kurang lebih mencapai 80% dan juga dari hasil wawancara yang
lakukan pada 23 juni 2015, M Suhadak kepala Kelurahan Arjosari menyatakan
bahwa pendapatan pajak pada Kelurahan Arjosari kurang lebih mencapai 80%.
Berdasarkan hasil observasi awal penulis seperti diatas maka judul karya
ilmiah ini adalah sebagai berikut :
Upaya Pemerintah Untuk Meningkatkan Kesadaran Masyarakat
Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kelurahan Balearjosari
Kecamatan Blimbing Kota Malang

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di
Kelurahan Balearjosari Kecamatan Blimbing Kota Malang ?
2. Faktor faktor penghambat dan pendukung apa saja pada tingkat kesadaran
masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan
Balearjosari Kecamatan Blimbing Kota Malang ?

C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis

tentang

upaya

yang

dilakukan

pemerintah

untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan


Bangunan di Kelurahan Balearjosari Kecamatan Blimbing Kota Malang.
2. Menganalisis faktor faktor penghambat dan pendukung tingkat kesadaran
masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Kelurahan
Balearjosari Kecamatan Blimbing Kota Malang.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan
bagi penulis dan pembaca tentang upaya pemerintah dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Manfaat praktis, diharapkan sebagai referensi atau masukan bagi dinas
pendapatan daerah untuk mengetahui tingkat kesadaran masyarakat dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

3. Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan akan mampu menyumbang

khasanah ilmiah dan kepuasan baru dalam penelitian-penelitian ilmu sosial


khususnya bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Merdeka
Malang.

Anda mungkin juga menyukai