Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap


bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, serta dalam melaksanakan pembangunan dalam berbagai
bidang, baik itu ekonomi, politik, sumber daya manusia (SDM), hukum, maupun
pendidikan, maka dalam hal ini pemerintah membutuhkan biaya yang tentu tidak sedikit
jumlahnya.

Menurut Pohan A. Chairil (2018) Pembangunan pada hakikatnya adalah proses


pembaruan berkesinambungan untuk mencapai suatu keadaan yang dianggap lebih baik.
Bagi pemerintah Indonesia, tujuan pembangunan adalah tercapainya tujuan nasional
seperti yang tercantum pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam upaya
mewujudkan tujuan nasional itu, bangsa Indonesia giat melaksanakan pembangunan
disegala bidang. Pembangunan itu sendiri diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan,
mengembangkan, dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, baik yang berupa
sumber daya alam maupun sumber daya manusia, yang hasilnya ditujukan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Dengan perkembangan zaman yang mendorong munculnya globalisasi ini, tidak


melulu memberikan dampak negatif bagi Indonesia. Perlu diketahui, adanya globalisasi di
Indonesia dapat mendorong Indonesia dalam hal pembangunan diberbagai aspek dan
bidang guna menyejahterakan penduduk yang tinggal di Nusantara ini. Oleh karena itu,
pembangunan nasional ini bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang damai,
berkeadilan, demokratis, berdaya saing, maju, dan sejahtera. Tentunya didukung oleh
masyarakat Indonesia yang mandiri, sehat, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta
tanah air, berkesadaran hukum, dan lingkungan, disiplin dan mempunyai etos kerja yang
tinggi, serta menguasai IPTEK (Ilmu Pengatahuan Teknologi). (Putra, 2019)
Sebagai suatu beban, eksistensi pajak menimbulkan pro dan kontra. Kita dapat
melihat bagaimana pertentangan persepsi tentang pembebanan pajak dari para petinggi di
Amerika Serikat seperti tercermin pada dua pendapat berikut ini. Seorang hakim agung
yang bernama Oliver Wendell Holmes Jr (1841-1935) mengatakan bahwa taxes are the
price we pay for civilization, sebaliknya hakim agung Amerika lain yang terkenal
bernama John Marshal (1755-1835) mengatakan the power to tax is the power to destroy.
Lain lagi filsuf dan negarawan Benyamin Franklin yang berujar bahwa didalam
masyarakat manusia yang pasti adalah kematian dan pajak (nothing is certain but tax and
dead). (Pohan, 2018).

Untuk membiayai pengeluarannya, Indonesia mengandalkan pendapatan dari


berbagai sumber pendapatan Negara. Sebagai perwujudan dari sila ke-5 yaitu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, pendapatan yang diperoleh Negara nantinya
digunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Ada 3 sumber pendapatan Negara,
yaitu pajak, non pajak, dan hibah. Dari ketiga sumber pendapatan tersebut, pajak
merupakan salah satu pendapatan Negara yang berkontribusi paling besar.

Usaha untuk meningkatkan penerimaan Negara disektor pajak mempunyai banyak


kendala yaitu tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang masih rendah, sehingga Wajib Pajak
berusaha untuk membayar kewajiban pajaknya lebih kecil dari yang seharusnya dan juga
masih banyak Wajib Pajak yang tidak melaporkan dan membayarkan pajaknya.
Kepatuhan Wajib Pajak dapat dipengaruhi oleh dua jenis faktor, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi adalah faktor pendidikan, faktor kesadaran
keberagaman, faktor kesadaran perpajakan, faktor pemahaman terhadap undang-undang
dan peraturan perpajakan, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar
diri wajib pajak seperti situasi dan lingkungan sekitar wajib pajak. Jika dilihat dari asperk
pemerintahan, memang pajak merupakan aspek penerimaan yang paling besar di Negara
Indonesia. Sistem pemungutan dan ketentuan yang berhubungan dengan pajak, tertuang
di peraturan perpajakan, oleh sebab itu Negara mewajibkan kepada seluruh warga Negara
baik tergolong orang pribadi ataupun badan untuk mematuhi segala aturan perpajakan
sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Dengan berjalannya era globalisasi
diiringi dengan perkembangan perekonomian yang ada di Indonesia diikuti juga dengan
kebijakan-kebijakan dalam bidang perpajakan, pajak merupakan salah satu alternatif yang
digunakan oleh pemerintah untuk mengupayakan kemandirian Negara atau bangsa dalam
sektor pembiayaan pembangunan yang berguna bagi kepentingan rakyat bersama. (Putra
dan Suryono, 2020).

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan (Kontraprestasi) secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (undang-undang No.16 Tahun 2009
Tentang perubahan keempat atas undang-undang No.6 Tahun 1983 tentang (KUP)
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan).

Menurut Soemitro .R dalam Siti Resmi (2014) Pajak adalah iuran rakyat kepada
kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jaa timbal balik (Kontraprestasi) yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian disempurnakan menjadi Pajak adalah peralihan kekayaan dari
pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplus nya
digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment.

Pajak menurut P.J.A Adriani dalam buku Konsep Dasar Perpajakan Diana Sari
(2013) adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang)
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.

Semenjak reformasi perpajakan dijalankan dengan dikeluarkannnya undang-


undang perpajakan yang baru tahun 1983, sistem perpajakan berubah dari Office
Assessment menjadi Self Assessment (Misalnya untuk Pajak Penghasilan dan Pajak
Pertambahan Nilai). Dengan sistem yang baru ini, wajib pajak memiliki hak dan
kewajiban, baik dalam menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah kewajiban
perpajakannya. Hal ini akan terlaksana dengan baik apabila wajib pajak mematuhi
peraturan perpajakan sesuai undang-undang. Dilihat dari sudut pandang pemerintah, jika
pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak lebih kecil dari yang seharusnya mereka bayar,
maka pendapatan Negara dari sektor pajak akan berkurang. Sebaliknya, dari sisi
pengusaha atau wajib pajak, jika pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah yang
semestinya, akan mengakibatkan kerugian (Pohan, 2018).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahman et al (2019), dalam


pelaksanaan APBN hingga akhir januari 2018 realisasi penerimaan pajak tercatat sebesar
Rp.78,94 triliun atau tumbuh 11,17% secara year-on-year. Angka pertumbuhan tinggi
dalam empat tahun terakhir memberikan optimisme dalam mencapai kinerja penerimaan
pajak yang diperkuat dengan data pertumbuhan PPh Orang Pribadi maupun Badan
(Kemenkeu,2018).

Pemerintah Republik Indonesia dari tahun ke tahun terus berupaya


memaksimalkan penerimaan Negara yang bersumber dari pajak dengan membuat dan
merevisi peraturan perpajakan. Namun berbeda dengan pemerintah yang ingin
mendapatkan penerimaan yang sebesar-besarnya dari pajak, dari sisi Wajib Pajak
cenderung untuk meminimalkan pembayaran pajak karena tentu saja ingin
mengoptimalkan laba yang sudah didapatkan.

Tujuan utama suatu perusahaan adalah memberikan keuntungan yang maksimum


untuk jangka panjang, namun keuntungan tersebut tidak lepas dari kewajiban perusahaan
sebagai wajib pajak yang dimana keuntungan tersebut dapat diperoleh setelah perusahaan
sebagai wajib pajak memenuhi perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Indonesia
menerapkan kebijakan withholding tax system terhadap pemotongan PPh Pasal 21,
dimana setiap pemberi kerja yang membayarkan penghasilan kepada pegawai, pelaksana
kegiatan, dan pelaksana jasa wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 21, yang kemudian
disetor ke kas Negara dan dilaporkan ke KPP terdaftar (Chaezahranni, 2016).

Menurut Muhajir (2020), setiap badan usaha menginginkan usahanya berjalan


dengan lancar, baik dalam upaya menghasilkan barang dan jasa yang diproduksinya serta
memenuhi kewajiban perusahaan tersebut sehigga dapat mengoptimalkan laba. Dimana
dengan menghasilkan laba perusahaan dapat mempertahankan pertumbuhan
perusahaannya sehingga dapat bersaing dengan perusahaan lain, karena laba tersebut
dapat ditanam kembali dan digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan kinerja
perusahaan. Namun disamping itu perusahaan juga mempunyai beban yang dapat
mengurangi laba dimana salah satunya adalah beban pajak.

Untuk merealisasikannya, wajib pajak bisa melakukan perencanaan pajak (Tax


Planning) yang merupakan satu-satunya cara yang legal dengan tidak melanggar
ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Menurut Putra (2019), perencanaan pajak (Tax Planning) adalah suatu alat dan
suatu tahap awal dari manajemen perpajakan (Tax Management) yang memiliki fungsi
untuk menampung aspirasi yang berkembang dari sifat dasar manusia itu sendiri. Saat ini
“Tax Planning” merupakan salah satu istilah yang beken di bidang perpajakan. Setiap
wajib pajak badan yang ada di Indonesia mencari cara untuk meminimalkan pajak
penghasilannya dengan cara-cara yang legal. Nah, hal ini lazim disebut dengan Tax
Planning atau perencanaan pajak. Lalu, apa sebenarnya tujuan pokok dari Tax Planning
ini?

Tujuan pokok dari Tax Planning adalah untuk mengurangi jumlah atau total pajak
yang harus dibayar oleh wajib pajak. Tapi ingat, secara legal, bukan illegal. Tax Planning
adalah tindakan legal, karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan
hal-hal yang tidak diatur oleh undang-undang. Tujuannya bukan untuk mengelak
membayar pajak, tetapi mengatur, sehingga pajak yang dibayar tidak lebih dari jumlah
yang seharusnya.

Bagi manajemen pada umumnya, perencanaan pajak bukan intuisi belaka.


Perencanaan pajak didasarkan pada berbagai konsep dan mempunyai tujuan yang jelas.
Tujuan perencanaan pajak berbeda dengan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan
kepada pihak ekstern dalam sejumlah hal yang signifikan. Bebeda halnya dengan tujuan
akuntansi dan pelaporan keuangan kepada pihak ekstern, akuntansi perpajakan (Tax
Accounting) lebih mengutamakan pada pelaporan laba-rugi (Income Statement-based).
Neraca (selain penggunaannya sebagaimana diatur dalam PSAK No-45) dapat dikatakan
sebagai pelengkap dari laporan laba-rugi. Berbeda dengan akuntansi keuangan yang
diselenggarakan dengan mengacu pada tujuan dari umumnya perusahaan yang berupa
maksimisasi laba, tujuan akuntansi perpajakan adalah minimisasi laba (sebelum pajak)
baik dalam tahun berjalan maupun tahun-tahun berikutnya.

Dalam bukunya Pohan (2018), tax planning atau tax management memiliki
banyak pengertian karena pakar perpajakan, praktisi perpajakan, dan pengajar perpajakan
mendefinisikannya menurut persepsi dan pemahaman mereka masing-masing. Namun,
sebenarnya kita dapat menarik benang merahnya untuk mengetahui apa sebenarnya tax
planning atau tax management itu dan sejauh mana ruang lingkupnya serta apa saja yang
menjadi tujuannya. Berikut ini kita dapat mengikuti beberapa definisi tax planning atau
tax management yang dikemukakan oleh beberapa pakar perpajakan.

1. Menurut Dictionary of Tax Terms yang disusun oleh Larry et al (1994) :


Tax Planning is the systematic analysis of differing tax options aimed at the
minimization of tax liability in current and future tax periods.
Tax Planning adalah analisis yang dilakukan secara sistematis dari pembedaan
berbagai pilihan atau opsi pajak yang ditujukan pada pengenaan kewajiban pajak
yang minimal pada masa pajak kini dan masa pajak yang akan datang.
2. Spitz & Barry dalam bukunya yang berjudul International Tax Planning,
mengutarakan bahwa:
Tax Planning is arrangement of business and personal affairs in such a way as to
attract the lowest possible incidence of tax and pre arrangement of facts in the most
most favored way.
Tax Planning adalah pengaturan dalam bisnis dan perorangan sedemikian rupa
untuk menarik pajak serendah mungkin dan penyiapan fakta dengan cara yang paling
disukai.
3. Lyons Susan M. dalam bukunya International Tax Glossary, mengutarakan bahwa:
Tax Planning is arrangement of a person's business and/or private affairs in
order to minimize tax liability.
Perencanaan pajak adalah pengaturan yang dilakukan oleh barang siapa yang
melakukan usaha perorangan atau bisnis, yang tujuannya minimalisasikan kewajiban
pajaknya.
Berdasarkan penelitian Adiman dan Rizkina (2020), yang meneliti tentang
“Analisis Tax Planning Untuk Efisiensi Pajak Penghasilan Badan (Studi Pada PT. Abdya
Gasindo)”. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dan pembahasan terhadap
penelitian tersebut sudah diuraikan secara detail, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
penerapan kebijakan Tax Planning pada PT. Abdya Gasindo bertujuan untuk mengolah
kewajiban perpajakan secara lengkap dan benar, sedangkan apabila diterapkan dengan
benar kebijakan Tax Planning ini dapat meminimalisasi beban pajak sebagai unsur biaya
sehingga dapat menghemat arus kas keluar.

Rahman et al (2019), tentang “Implementasi Tax Planning Sebagai Upaya


Efisiensi Pajak Penghasilan (PPh) Badan Pada PT. Yataharaku Tijara Abadi”
menyimpulkan bahwa perusahaan tersebut telah mengikuti peraturan undang-undang
perpajakan yang berlaku namun masih belum memaksimalkan strategi alternatif Tax
Planning yang ada. Sehingga dapat dilakukan Tax Planning dengan mengadakan biaya-
biaya yang dapat mengurangi laba bruto yang telah diatur dalam UU No. 36 Tahun 2008
serta peraturan perpajakan untuk mengefisiensikan beban pajak yang akan dibayarkan
oleh perusahaan. Sebelum dilakukannya implementasi Tax Planning, peneliti
memperhitungkan laba komersil yang dikoreksi fiskal sehingga menjadi laporan laba rugi
fiskal yang siap dilakukan perencanaan pajak (Tax Planning) dimana saat dilakukannya
perhitungan perbandingan ditemukan selisih beban pajak yang harus dibayar perusahaan
menjadi lebih kecil setelah adanya Tax Planning, sehingga implementasi Tax Planning
tersebut dapat diterapkan perusahaan sebagai kebijakan tahun selanjutnya dalam
mengefisiensikan beban pajak penghasilan badan.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Rustam et al (2019), dengan


penelitiannya yang berjudul “Analisis Penerapan Perencanaan Pajak Pnghasilan Guna
Meminimalkan Pembayaran Pajak Penghasilan Badan Pada PT. Bumi Sarana Beton”
menyimpulkan bahwa penerapan perencanaan pajak penghasilan badan, perusahaan
memiliki kebijakan-kebijakan akuntansi yang dijadikan acuan. Selain itu perusahaan juga
melakukan beberapa langkah seperti, memaksimalkan biaya fiskal dan meminimalkan
biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang, perusahaan telah menempuh opsi
fiskal yang dapat meminimalkan pajaknya sehingga peneliti tidak menemukan opsi fiskal
yang lain yang dapat menghemat pajaknya. Dari analisis yang dilakukan terhadap
penerapan perencanaan pajak yang diterapkan oleh perusahaan dengan undang-undang
perpajakan yang berlaku ternyata tidak melakukan pelanggaran dan masih mengikuti
semua peraturan yang berlaku.

Serta penelitian yang dilakukan oleh Muaja et al (2015), dengan judul penelitian
“Analisis Penerapan Perencanaan Pajak Pada Wajib Pajak Badan di PT. Elsadai Servo
Cons” yang menyimpulkan bahwa PT. Elsadai Servo Cons tidak menerapkan
perencanaan pajak, penerapan perencanaan pajak dapat mengefisiensikan pembayaran
pajak penghasilan, jika PT. Elsadai Servo Cons menerapkan perencanaan pajak dengan
dua strategi yang sudah dibahas dalam pembahasan sebelumnya, maka perusahaan dapat
mengefisiensikan pajak sebesar Rp.31.250.000 hasil tersebut didapat dari pajak yang
seharusnya dibayar jika tidak menggunakan perencanaan pajak yaitu Rp.390.411.897
dikurangkan dengan total pajak setelah menerapkan perencanaan pajak Rp.359.161.897.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis membuat hasil penelitiannya


yang berjudul: “Analisis Penerapan Perencanaan Pajak (Tax Planning) Terhadap
Pajak Penghasilan (PPh) Badan (Studi Kasus di PT.X) Tahun 2020”

Anda mungkin juga menyukai