NIM : 40010417060031
MATA KULIAH : Perpajakan
PRODI : D3 Keuangan Publik
Dalam diskusi kecil dengan sesama dosen dan para pengamat, penulis teringat satu
pendapat rekan yang menyatakan bahwa pajak adalah satu-satunya lembaga yang dapat
memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi pemenuhan kepentingan bersama. Di luar pajak,
tidak ditemukan cara lain. Lembaga koperasi maupun perbankan bahkan pasar modal, jelas
tidak dapat mewujudkannya.
Pendapat tersebut adalah tepat sebab kebutuhan APBN pun masih ditopang dengan
besaran paling besar dari pajak. Bahkan dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir, pajak
tetap jadi andalan APBN. Pajak adalah kepentingan kolektif yang tidak bisa dihindarkan.
Kepentingan kolektif tidak boleh dihancurkan oleh kepentingan perseorangan atau
kepentingan kelompok tertentu. Ragam proyek yang berasal dari APBN tidak bisa dijalankan
pada tataran mementingkan sekelompok orang. Lahan korupsi dana APBN harus diawasi
ketat oleh kita semua. KPK serta penegak hukum lainnya mesti bertindak cepat agar sasaran
APBN terwujud untuk kepentingan kolektif.
Kesadaran penuh pemangku kepentingan pada tujuan bernegara hendaknya menjadi
satu langkah mulia untuk mewujudkan kepentingan itu. Pembersihan dengan cara hukum
(baik pencegahan maupun penindakan) harus dijalankan terus, tanpa pandang bulu. Negara
harus menjalankannya, karena untuk itu hakikat negara ada. Pembentukan negara sedari awal
ditujukan memberikan keadilan dan kesejahteraan. Tetapi tujuan itu tidak bisa diraih tanpa
dana. Kalau begitu, lagi-lagi mesti dipahami dana yang diperoleh dari pajak serta sumber
dana lainnya menjadi cara mudah memahami kenapa kita hidup bernegara.
Simpulan
Dari uraian di atas, tiga hal pokok perlu pemahaman lebih jauh. Pertama,
perencanaan kebutuhan dana dan penggunaannya (dalam APBN) merupakan cara agar negara
dapat melaksanakan tugasnya memberi kesejahteraan kepada rakyat. Kedua, dana pajak yang
diperoleh dari rakyat harus ada jaminan dari pemerintah bahwa digunakan penuh dan
dirasakan nyata untuk kepentingan rakyat.
Efisiensi pengeluaran negara perlu mendapat perhatian serius. Mencermati
peningkatan belanja pegawai yang terus meningkat yang tidak berbanding linear dengan
peningkatan kinerja, sungguh amat menyakiti rakyat. Dengan kata lain, terjadi pembiaran
pemborosan dana APBN. Hal ini harus dipertanggungjawabkan oleh pemerintah, jika tidak,
tentu kepercayaan publik (public trust) akan menurun, khususnya bagi masyarakat pembayar
pajak. Ini merupakan tantangan sejak dahulu yang belum ada solusi nyata. Ketiga, diperlukan
kesadaran khususnya bagi pembayar pajak agar pemenuhan kebutuhan dapat dijalankan
sesuai amanat konstitusi yang menjadi kesepakatan bersama.
Wirawan B Ilyas, Advokat, Akuntan Publik, Dosen Magister Akuntansi Universitas Katolik
Atma Jaya, Jakarta
Sumber : https://id.beritasatu.com/home/dominasi-pajak-dalam-apbn-
2018/167744