Anda di halaman 1dari 22

STRATEGI BISNIS PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN

PEREKONOMIAN DI TENGAH PANDEMI COVID-19


ARTIKEL NON PENELITIAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu: Dra. Nita Widiati, M.Pd

Disusun oleh:
Syifa Aqil Santika (190432626091)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
STRATEGI BISNIS PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN
PEREKONOMIAN DI TENGAH PANDEMI COVID-19
Syifa Aqil Santika
190432626091
S1 Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang
cute.aqil.20@gmail.com

ABSTRAK: Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui dampak pandemi


Covid-19 di sektor pariwisata terkait perekonomian dan strategi untuk
meningkatkan perekonomian dalam bisnis pariwisata mulai dari para pemilik
pariwisata swasta hingga yang dilakukan pemerintah khususnya Kemenparekraf
dari adanya pandemi Covid-19. Artikel ini disusun menggunakan sumber data
sekunder dari hasil referensi, hasil pemberitaan online dan hasil riset yang terkait
dengan pembahasan yang diangkat. Dengan adanya pandemi membuat dunia bisnis
khususnya pariwisata terkena dampaknya. Dampak yang dirasakan berupa
penutupan tempat usaha, pendapatan menurun bahkan tidak ada pendapatan dan
terjadinya PHK besar-besaran terhadap para pekerjanya. Adapun strategi yang
dilakukan dari pemilik pariwisata swasta dan pemerintah antara lain
mempromosikan usahanya lewat media sosial, penerapan protokol kesehatan,
menguatkan SOP mitigasi mengenai wabah penyakit dan bencana alam, pemberian
pelatihan untuk meningatkan skill kompetensi para pelaku usaha hingga pemberian
relaksasi pinjaman bank, pengurangan biaya listrik serta air, keringanan
retribusi pajak pemda (pemerintah daerah). Dengan adanya data yang
digunakan untuk menulis artikel ini, maka dapat diketahui dampak pandemi di
sektor pariwisata terkait perekonomian dan strategi untuk meningkatkan
perekonomian karena adanya pandemi Covid-19.

Kata kunci: Dampak Covid-19, Bisnis Pariwisata, Strategi Pemilik Pariwisata


Swasta dan Pemerintah

LATAR BELAKANG
World Health Organization mengartikan bahwa Coronaviruses (CoV)
merupakan virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi virus ini disebut
Covid-19. Virus corona menyebabkan penyakit flu biasa sampai penyakit yang
lebih parah seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan Sindrom
Pernafasan Akut Parah (SARS-CoV). Virus corona adalah zoonotic yang artinya
terjadi penularan antara hewan dan manusia. Menurut Kementerian Kesehatan
Indonesia, muncul kasus Covid-19 pertama kali di Wuhan pada 30 Desember 2019
dimana Wuhan Municipal Health Committee mengeluarkan pernyataan “Urgent
notice on the treatment of pneumonia of unknown cause”. Penyebaran virus corona
sangat cepat bahkan sampai ke berbagai negara. D a n saat ini, 188 negara
terkonfirmasi terkena virus corona. Penyebaran virus corona yang telah meluas ke
berbagai belahan dunia membawa dampak pada perekonomian Indonesia, baik
dari sisi perdagangan, investasi dan pariwisata.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memberlakukan pelarangan
perjalanan ke luar negeri guna mengurangi penyebaran virus corona. Larangan ini
menyebabkan sejumlah maskapai membatalkan penerbangannya dan beberapa
maskapai terpaksa tetap beroperasi meskipun mayoritas bangku pesawatnya kosong
demi memenuhi hak penumpang. Terjadi penundaan pemesanan tiket liburan para
konsumen karena virus corona semakin meluas penyebarannya. Keadaan tersebut
menyebabkan pemerintah mengambil tindakan dengan memberikan kebijakan untuk
mengatasi masalah tersebut. Virus corona juga sangat berdampak pada sektor
pariwisata. Penyebaran virus i n i menyebabkan wisatawan yang berkunjung ke
Indonesia berkurang. Sektor-sektor yang juga terkena pengaruh dengan adanya
virus ini yang menunjang pariwisata seperti hotel, restoran dan juga pengusaha retail.
Okupansi hotel mengalami penurunan sampai 40 persen yang berdampak pada
kelangsungan bisnis hotel. Sepinya wisatawan juga berdampak pada restoran atau
rumah makan yang sebagian besar konsumennya adalah para wisatawan.
Melemahnya pariwisata juga berdampak pada industri retail.
Pandemi Covid-19 berdampak di berbagai sektor dalam kehidupan manusia.
Sektor pariwisata yang dikenal sebagai sumber terbesar kedua yang berkontribusi
untuk devisa Indonesia pun mengalami penurunan drastis. Sejumlah stimulus atau
kebijakan telah disiapkan pemerintah untuk membangkitkan sektor pariwisata yang
tidak mampu membendung dampak negatif Covid-19. Tidak adanya kunjungan
wisatawan baik dalam maupun luar negeri menyebabkan banyak atraksi wisata
budaya ditutup, mayoritas hotel juga mengalami penurunan dan berarti tak ada
pendapatan bagi masyarakat yang bekerja di sektor pariwisata maupun pemasukan
anggaran bagi pemerintah.
Sebagai upaya mengatasi defisit ekonomi dan peningkatan jumlah
pengangguran yang sangat besar, pemerintah memberlakukan kebijakan
kenormalan baru (new normal) di tengah pandemi Covid-19. Adanya kenormalan
baru ini berarti membuka kembali aktivitas ekonomi, sosial dan kegiatan publik
secara terbatas dengan tetap menggunakan protokol kesehatan terkait Covid-19.
Perubahan perilaku atau kenormalan baru merupakan sesuatu yang dianjurkan oleh
WHO untuk dilakukan. Beradaptasi dan juga hidup berdampingan dengan virus
corona bukan sesuatu yang mudah, kita tidak dapat menjalaninya dengan
menerapkan pola hidup biasa, tetapi harus dengan adanya kebiasaan atau pola hidup
yang baru. Sehingga kenormalan baru diartikan sebagai masa transisi dari
kehidupan normal yang dulu beralih kepada pola hidup dengan standar-standar
kesehatan sesuai ketetapan WHO. Di masa transisi ini, pemerintah telah
menyiapkan strategi untuk memulihkan perekonomian di sektor pariwisata.
Pemerintah juga telah merencanakan upaya-upaya untuk mendongkrak kembali
sektor pariwisata yang nyaris tumbang dihantam pandemi Covid-19.
Artikel terdahulu yang sesuai dengan artikel ini adalah artikel yang
dipublikasikan oleh idxchannel (2020) yang berjudul “Bangkitkan Sektor
Pariwisata di Tengah Pandemi, Pemerintah Anggarkan Rp14,4 Triliun”. Dalam
artikel tersebut disebutkan upaya yang dilakukan pemerintah dalam hal
penganggaran dana untuk sektor pariwisata. Sedangkan dalam artikel ini akan
terdapat pembahasan mengenai dampak di sektor pariwisata selama pandemi terkait
dengan perekonomian.
Dalam artikel lain yang ditulis oleh Nukila Evanty (2020) yang berjudul
“Memulihkan Ekonomi Pariwisata saat Pandemi Covid-19 dan Era New Normal”.
Dalam artikel tersebut dijelaskan mengenai strategi yang dapat dilakukan oleh para
pemilik pariwisata swasta untuk menggerakkan perekonomian. Sedangkan dalam
artikel ini akan membahas pula mengenai strategi yang dilakukan oleh pemerintah
khususnya Kementerian Pariwisisata dan Ekonomi Kreatif untuk membangkitkan
perekonomian di sektor pariwisata.
Sedangkan artikel yang dituliskan oleh Taufiqur Rohman (2020) yang berjudul
“Industri Pariwisata Indonesia, Bagaimana Nasibnya Pasca Pandemi?”. Dalam
artikel tersebut menjelaskan perkiraan kondisi pariwisata pasca pandemi.
Sedangkan dalam artikel ini akan menjelaskan kondisi pariwisata saat pandemi ini
berlangsung.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, rumusan masalah pada artikel ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa saja dampak pandemi di sektor pariwisata yang terkait dengan
perekonomian?
2. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan oleh para pemilik pariwisata swasta
guna menggerakkan roda perekonomian?
3. Bagaimana strategi yang dilakukan pemerintah khususnya Kemenparekraf
untuk memulihkan perekonomian di sektor pariwisata saat masa pandemi?

Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan
penulisan yang akan dilakukan sebagai berikut:
1. Mengetahui dampak pandemi di sektor pariwisata terkait perekonomian
2. Mengetahui strategi yang dapat dilakukan para pemilik pariwisata swasta guna
menggerakkan roda perekonomian
3. Mengetahui strategi yang dilakukan pemerintah khususnya Kemenparekraf
untuk memulihkan perekonomian di sektor pariwisata saat masa pandemi.

Penegasan Judul Kembali


Berdasarkan penjelasan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penulisan dengan judul “Strategi Bisnis Pariwisata untuk Meningkatkan
Perekonomian di Tengah Pandemi Covid-19”. Penulisan artikel ini diharapkan dapat
digunakan untuk mengetahui dampak yang dirasakan oleh para pemilik bisnis
pariwisata khususnya dalam hal perekonomian dan mengetahui langkah atau strategi
yang akan diambil untuk meningkatkan perekonomian yang dilakukan oleh para
pemilik bisnis pariwisata swasta dan pemerintah karena adanya dampak yang
diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Diharapkan dengan penulisan artikel ini, dapat
menjadi pelengkap dalam penelitian atau penulisan artikel berikutnya.

KAJIAN TEORI
Pariwisata
1. Pengertian Pariwisata
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyasrakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Secara etimologis, istilah pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri
dari dua suku kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali atau
lengkap sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian.
Istilah pariwisata juga diartikan oleh Muljadi (2009), menurutnya pariwisata
adalah serangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau
keluarga atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain
dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja atau
mencari penghasilan di tempat tujuan. Kunjungan yang dimaksud bersifat
sementara dan pada waktunya akan kembali ke tempat tinggal semula.
Definisi pariwisata juga diungkapkan oleh beberapa ahli pariwisata dengan
berbagai sudut pandang tetapi sebenarnya memiliki makna yang sama.
Menurut Hunziker dan Kraft (dalam Muljadi, 2009) pariwisata ialah keseluruhan
hubungan dan gejala–gejala yang timbul dari adanya orang asing dan
perjalanannya itu tidak untuk tinggal menetap dan tidak ada hubungannya
dengan kegiatan untuk mencari nafkah. Jadi, hanya sesuai dengan keinginan dan
kebutuhannya dalam melakukan perjalanan tersebut.
Dan juga menurut A.J Burkat dalam Damanik (2006), parwisata adalah
perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-
tujuan diluar tempat dimana mereka biasa hidup dan bekerja dan juga kegiatan-
kegiatan mereka selama tinggal di suatu tempat tujuan.
Dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan
seseorang ataupun kelompok diluar dari kegiatan sehari-hari guna
membahagiakan diri dalam jangka waktu sementara.
2. Jenis-Jenis Pariwisata
Menurut Nyoman S. Pendit (1999: 42-48) pariwisata dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu:
a) Wisata budaya
Yaitu perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan
seseorang dengan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau
ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan, adat istiadat, cara
hidup, budaya dan seni masyarakat di suatu lokasi yang dituju.
b) Wisata kesehatan
Wisata kesehatan dapat diartikan sebagai perjalanan seorang wisatawan dengan
tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari demi
kepentingan beristirahat dalam arti jasmani dan rohani. Objek wisatanya antara
lain mata air panas, tempat dengan iklim udara menyehatkan atau tempat-tempat
yang menyediakan fasilitas- fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, balai
kesehatan dan lainnya.
c) Wisata olahraga
Konsep perjalanan yang ditujukan untuk berolahraga atau sengaja mengambil
bagian dalam kegiatan olahraga baik resmi maupun tidak di suatu tempat.
Misalnya Asian Games, Olimpiade, Thomas Cup, memancing, berenang dan
lainnya.
d) Wisata komersial
Perjalanan yang memiliki tujuan untuk mengunjungi kegiatan-kegiatan
komersial seperti pameran, bussines expo dan pekan raya yang bersifat komersil.
e) Wisata industri
Contohnya seperti kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar
atau mahasiswa ke suatu daerah atau kompleks perindustrian dimana terdapat
pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud dan tujuan untuk
mengadakan peninjauan atau penelitian.
f) Wisata politik
Kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian
aktif dalam peristiwa kegiatan politik baik di dalam negeri maupun
mancanegara. Misal, menghadiri perayaan 17 Agustus di Jakarta, penobatan
raja, kongres dan lainnya.
g) Wisata konvensi
Dapat didefinisikan sebagai perjalanan ke satu wilayah dengan tujuan untuk
menghadiri kegiatan-kegiatan konvensi seperti rapat kerja, musyawarah nasional
dan sebagainya. Contoh pertemuan Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC,
KTT Asean dan lainnya. Saat ini, wisata konvensi lebih dikenal dengan sebutan
wisata MICE (Meetings, Incentives, Conferences and Exhibitions). Yakni wisata
yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan pertemuan dan eksibisi yang
mempertemukan banyak oranng.
h) Wisata sosial
Dapat dijelaskan sebagai pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah
untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk
mengadakan perjalanan. Misalnya, bagi kaum buruh, petani atau anak panti
asuhan.
i) Wisata pertanian
Dapat dicontohkan seperti perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek
pertanian, perkebunan, ladang pembibitan, dan sebagainya untuk tujuan studi
maupun riset.
j) Wisata maritim (Bahari)
Dapat dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air, seperti liburan di pantai, teluk,
atau laut. Aktivitasnya yang dapat dilakukan berupa berjemur, memancing,
berlayar, lomba renang, kompetisi perahu, berselancar dan lainnya.
k) Wisata cagar alam
Jenis wisata ini mengkhususkan pada kunjungan ke daerah cagar alam, taman
lindung, hutan daerah pegunungan, dengan tujuan untuk menikmati keindahan
alam, menghirup udara segar, melihat berbagai binatang atau tumbuhan.
l) Wisata buru
Biasanya dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah atau hutan
tempat berburu yang dilegalkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai
agen atau biro perjalanan.
m) Wisata pilgrim (ziarah)
Biasanya dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat
atau kelompok masyarakat. Wisata pilgrim banyak dilakukan ke tempat-tempat
suci, makam-makam orang besar atau pemimpin miisalnya, Vatikan, Mekkah,
Candi Borobudur, Pura Besakih, atau Makam Wali Songo.
n) Wisata bulan madu
Suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan, pengantin baru,
yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi
kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka.
3. Daya Tarik Wisata
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, daya tarik wisata adalah segala
sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Menurut Maryani (1991:11),
daya tarik wisatawan untuk mengunjungi suatu objek wisata harus memenuhi
syarat-syarat untuk pengembangan daerahnya, syarat-syarat tersebut yaitu:
a) What to see
Di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbeda
dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus
memiliki daya tarik khsusu dan atraksi bidaya yang dapat dijadikan
“entertaiment” bagi wisatawan. What to see meliputi pemandangan alam,
kegiatan kesenian, dan atraksi wisata.
b) What to do
Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dipilih dan disaksikan, harus
disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatan betah tinggal lama di
tempat itu.
c) What to buy
Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelajnja terutama barang
souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh – oleh untuk di bawa pulang ke
tempat asal.
d) What to arrive
Di dalamnya termasuk aksesbilitas, bagaimana kita mengunjungi objek wisata
tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan dan berapa lama tiba ketempat
tujuan wisata tersebut.
e) What to stay
Bagaimana wisatawan akan tinggal untuk sementara selama dia berlibur di objek
wisata itu. Diperlukan penginapan – penginapan baik hotel berbintang atau hotel
non berbintang dan sebagainya.
Selain itu pada umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan atas:
• Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman,
dan bersih.
• Adanya aksestabilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
• Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang
hadir.
• Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam
pegunungan, sungai, antai, pasir, hutan, dan sebagainya.
• Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai
khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang
terkandung dalam suatu objek buanh karya mnusia pada masa lampau.
4. Dampak Pariwisata di Bidang Ekonomi
Adapun dampak pariwisata terhadap perekonomian, yaitu:
a) Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah.
Peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah berasal dari
pembelanjaan dan biaya yang dikeluarkan wisatawan selama perjalanan dan
persinggahannya seperti untuk hotel, makan dan minum, cenderamata,
angkutan dan sebagainya. Selain itu juga, mendorong peningkatan dan
pertumbuhan di bidang pembangunan sektor lain. Salah satu ciri khas
pariwisata, adalah sifatnya yang tergantung dan terkait dengan bidang
pembangunan sektor lainnya. Dengan demikian, berkembangnya
kepariwisataan akan mendorong peningkatan dan pertumbuhan bidang
pembangunan lain.

b) Pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan peluang usaha


dan kerja.
Peluang usaha dan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan
wisatawan. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan
membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel,
wisma, homestay, restoran, warung, angkutan dan lain-lain. Peluang usaha
tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk
bekerja dan sekaligus dapat menambah pendapatan untuk dapat menunjang
kehidupan rumah tangganya.

Pertumbuhan Ekonomi
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sadono Sukirno (1996: 33), pertumbuhan ekonomi ialah proses
kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan. Dengan demikian, maka semakin tingginya kesejahteraan
masyarakat maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekonominya.
Adapun pandangan dari Adam Smith, menurutnya pertumbuhan ekonomi
adalah perubahan tingkat ekonomi pada suatu negara yang bertumpu pada
adanya pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk maka
output atau hasil dari suatu negara akan ikut bertambah.
Dan menurut Prof. Simon Kuznets (dalam Michael Todaro, 2000),
pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas jangka panjang dari negara
yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada
penduduknya. Kenaikan kapasitas tersebut dimungkinkan oleh adanya kemajuan
atau penyesuaian teknologi, intitusional dan ideologi terhadap berbagai keadaan
yang ada.
2. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Dalam buku Ekonomi Pembangunan yang ditulis oleh Patta Rapanna dan
kawan-kawan, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi disebabkan
oleh faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Berikut faktor-faktor yang
memperngaruhi pertumbuhan ekonomi:
a) Faktor ekonomi
• Sumber daya alam (SDA)
Jika suatu negara memiliki kekayaan alam yang melimpah dan memiliki nilai
ekonomi yang tinggi maka akan lebih mudah untuk meningkatkan
perekonomiannya dibandingkan dengan negara yang kurang memiliki kekayaan
alam. Dan dari memiliki kekayaan alam yang melimpah maka akan menarik
investor untuk menanamkan investasinya yang akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi negara. Tetapi, tidak hanya bergantung pada melimpahnya kekayaan
alam yang dimiliki untuk mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara. Di
beberapa negara bahkan pertumbuhan ekonominya meningkat pesat bukan
karena dari kemelimpahan kekayaan alamnya tetapi dari sektor lainnya.
• Sumber daya manusia (SDM)
Tidak hanya mengenai seberapa banyak jumlah tenaga kerja untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tetapi lebih kepada mutu
yang dimiliki oleh tenaga kerja agar mendorong tenaga kerja bekerja secara
efisien dan maksimal. Dikarenakan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh tenaga kerja dapat meningkatkan produktivitasnya, maka tingkat
produksi akan meningkat pula. Dengan demikian, diperlukan pembentukan
modal insani yaitu proses peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan seluruh penduduk yang bersangkutan.
• Akumulasi modal
Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, modal menjadi penting karena
produk yang dihasilkan oleh berbagai industry memerlukan modal. Jika stok
modal meningkat maka jumlah produk yang akan dihasilkan mengalami
peningkatan pula. Jadi, akumulasi modal tersebut sangat menentukan jumlah
produk yang akan dihasilkan.
• Tenaga manajerial dan organisasi produksi
Salah satu bagian penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu
dengan adanya organisasi produksi, dimana organisasi produksi dilaksanakan
dan diatur oleh tenaga manajerial dalam berbagai kegiatannya. Organisasi ini
berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam berbagai kegiatan
perekonomian.
• Teknologi
Metode produksi berkaitan dengan adanya teknologi. Dengan adanya
perubahan dan kemajuan teknologi akan memberikan dampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi negara. Dimana perubahan dan kemajuan teknologi
mampu meningkatkan efisiensi dalam memproduksi barang. Selain itu, dapat
menciptakan barang modal baru dan mampu menghasilkan produk dengan
kualitas tinggi yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
• Pembagian kerja dan perluasan skala produksi
Adanya pembagian kerja dan juga spesialisasi kerja dapat meningkatkan
produktivitas, karena dengan begitu tenaga kerja akan dapat bekerja secara
maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan dikuasainya. Hal ini
dapat membawa perubahan kea rah perluasan skala produksinya.
b) Faktor non ekonomi
• Faktor politik dan administrasi pemerintah
Kestabilan politik dan administrasi yang kuat, efisien dan minim korupsi
sangat penting guna membantu pertumbuhan ekonomi negara. Dikarenakan jika
politik dan administrasi lemah dan tidak stabil akan menjadi penghambat besar
untuk pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.
• Aspek sosial budaya
Dalam kehidupan bermasyarakat, aspek sosial budaya meliputi sikap, tingkah
laku, pandangan masyarakat, motivasi kerja atau kelembagaan masyarakat.
Dengan adat istiadat tradisional yang diterapkan suatu masyarakat dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi dikarenakan adat istiadat tersebut biasanya
bertentangan untuk menggunakan cara atau alat produksi modern yang lebih
efektif dan efisien.
Karenanya akan sulit mecapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Tetapi
bila masyarakat memiliki sikap terbuka dapat memberikan dorongan terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu negara.
3. Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Saat Pandemi
Adanya virus baru, Covid-19, yang melanda seluruh penjuru dunia membawa
dampak yang sangat besar terhadap berbagai lini kehidupan terutama
perekonomian di berbagai negara. Salah satu contohnya adalah Indonesia,
karena adanya wabah ini membuat sejumlah negara mengambil kebijakan untuk
melakukan lockdown yang mengakibatkan perdagangan internasional yaitu
ekspor dan impor mengalami penurunan. Hal ini membuat pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di kuartal I
menjadi 2,97% year on yeay. Pertumbuhan tersebut mengalami kontraksi
sebesar 2,41% dibandingkan triwulan IV pada 2019.
Selanjutnya BPS telah mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal II menjadi
negatif 5,32% yoy. Angka ini menjadi yang terendah sejak triwulan I pada 1999,
dan juga menjadi pertumbuhan ekonomi terburuk sejak krisis 1998.
Pertumbuhan pada kuartal II disebabkan oleh berbagai komponen. Mulai dari
konsumsi rumah tangga yang memiliki pengaruh terhadap perekonomian
sebesar 57,85% dari PDB, tumbuh minus 5,51%. Lalu, pengaruh dari
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau indikator investasi yang
menyumbang 30,61% dari PDB, tumbuh minus 8,61%. Ekspor yang
menyumbang pengaruh 15,69% dari PDB, tumbuh minus 11,66%. Impor dengan
porsi 15,52% dari PDB, tumbuh minus 16,96%. Konsumsi pemerintah dengan
pengaruh 8,67% dari PDB, tumbuh minus 6,9%. Konsumsi Lembaga Non-Profit
yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) berpengaruh sebesar 1,36% dari PDB,
tumbuh minus 7,76%. Dengan demikian, pada kuartal II ini BPS mencatat
sebagian besar sektor mengalami pertumbuhan negatif.
Pada kuartal III, BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi menjadi minus
3,49% yoy. Dengan begitu Indonesia resmi masuk ke jurang resesi, dimana
resesi itu terjadi jika ekonomi suatu negara mengalami kontraksi sebesar 0%
bahkan minus selama dua kuartal berturut-turut. Jika dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi di kuartal II, pertumbuhan pada kuartal III memang
membaik. Tetapi, masih menyentuh besaran angka minus.
Menurut ekonom Indef, Tauhid Ahmad, memprediksi pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada kuartal IV masih mengalami kontraksi. Diperkirakan akan
sebesar minus 2% yoy. Prediksi tersebut dibuat dengan asumsi pandemi yang
masih relatif tinggi dan penyerapan anggaran program pemulihan ekonomi di
kuartal IV yang diperkirakan hanya sebesar maksimal 70%.

Covid-19
1. Definisi Covid-19
Menurut situs Kemenkes, Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya
menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga
penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan
Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa
muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan
penyakit Coronavirus Disease-2019 (Covid-19).
Covid-19 disebabkan oleh SARS-COV2 yang termasuk dalam keluarga besar
coronavirus yang sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003, hanya berbeda
jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, namun angka kematian SARS
(9,6%) lebih tinggi dibanding Covid -19 (kurang dari 5%), walaupun jumlah
kasus Covid-19 jauh lebih banyak dibanding SARS. Covid-19 juga memiliki
penyebaran yang lebih luas dan cepat ke beberapa negara dibanding SARS.
2. Cara Penyebaran Covid-19
Dalam laporan berjudul route of transmission, WHO menyebutkan hingga
saat ini belum ditemukan kasus penyebaran virus corona melalui udara. Selain
itu menurut WHO, cara penyebaran virus corona melalui udara bukan faktor
terbesar penularan penyakit berdasarkan bukti yang ada. Cara penyebaran virus
corona adalah melalui tetesan air liur (droplets) dari hidung atau mulut pada saat
batuk/bersin atau muntah (fomites), dalam kontak dekat tanpa pelindung.
Droplet tersebut kemudian jatuh pada benda di sekitarnya.
Kemudian jika ada orang lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi
dengan droplet tersebut, lalu orang tersebut menyentuh mata, hidung atau mulut,
maka orang itu dapat terinfeksi Covid-19. Atau bisa juga seseorang terinfeksi
virus ini ketika tanpa sengaja menghirup droplet dari penderita. Transmisi virus
corona atau COVID-19 terjadi antara yang telah terinfeksi dengan orang tanpa
patogen penyakit. Penyebaran virus lewat dudukan toilet, pegangan pintu kamar
mandi, dan wastafel (fecal shedding) terjadi pada beberapa pasien.
3. Dampak Covid-19
Pandemi virus corona yang terjadi di berbagai negara membawa dampak di
berbagai sektor, salah satunya sektor ekonomi. Menurut Direktur Jenderal Pajak
Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Suryo Utomo, terdapat tiga dampak besar
terhadap perekonomian Indonesia. Dampak pertama, konsumsi rumah tangga
atau daya beli yang merupakan penopang 60 persen terhadap ekonomi jatuh
cukup dalam. Hal ini dibuktikan dengan data dari BPS yang mencatatkan bahwa
konsumsi rumah tangga turun dari 5,02 persen pada kuartal I 2019 ke 2,84 persen
pada kuartal I 2020. Dampak kedua yaitu menimbulkan adanya ketidakpastian
yang berkepanjangan sehingga investasi ikut melemah dan berimplikasi pada
terhentinya berbagai macam usaha. Dampak ketiga adalah seluruh dunia
mengalami pelemahan ekonomi sehingga menyebabkan harga komoditas turun
dan ekspor Indonesia ke beberapa negara juga terhenti.
Selain itu, dengan adanya kebijakan lockdown di beberapa negara membuat
Indonesia mengalami penurunan pendapatan devisanya dikarenakan salah satu
sumber pendapatan devisa dari sektor pariwisata mengalami penurunan drastis.
Diakibatkan oleh berkurang drastic jumlah turis asing yang berwisata ke
Indonesia.

PEMBAHASAN
Dampak Pandemi di Sektor Pariwisata terkait dengan Perekonomian

Akibat dari adanya pandemi ini membuat sebagian besar negara menerapkan
kebijakan lockdown, membuat terjadinya penurunan angka kunjungan turis asing
datang untuk berwisata. Akibatnya Indonesia mengalami penurunan pendapatan
devisa negara yang menjadi salah satu faktor menurunnya pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Selain itu berbagai daerah juga menerapkan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB), hal ini mengakibatkan bidang-bidang usaha pariwisata terpaksa
menutup usahanya. Mulai dari hotel, akomodasi, destinasi wisata, mall, cafe hingga
tempat makan harus menutup sementara usahanya. Mengakibatkan pendapatan
usaha mereka menurun drastis atau bahkan tidak adanya pendapatan sama sekali.
Data dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyebutkan
kerugian pariwisata per April 2020 adalah sebesar US$1,5 miliar atau sekitar
Rp21 triliun.
Hal inilah yang akan mengancam terjadinya PHK di industri pariwisata.
Menurut paparan dari Moeldoko, Kepala Staf Presiden, diperkirakan hingga akhir
tahun industri pariwisata akan kehilangan pekerja sebesar 15 juta pekerja. Ada tiga
arahan dari presiden mengenai masalah ini. Pertama, program perlindungan sosial.
Kedua, realokasi anggaran yang ada dari Kementerian Pariwisata harus diarahkan
semacam, program padat karya bagi pekerja-pekerja yang bergerak di bidang
pariwisata. Ketiga, penyiapan stimulus ekonomi bagi para pelaku usaha di sektor
pariwisata dan ekonomi kreatif.
Strategi yang Dilakukan oleh Pemilik Pariwisata Swasta guna Menggerakkan
Roda Perekonomian
Dengan adanya dampak-dampak yang telah dipaparkan di atas, para pemilik
swasta membutuhkan strategi yang tepat agar bisa memulihkan dan
menggerakkan roda perekonomian khususnya di sektor pariwisata. Strategi
yang dapat dilakukan antara lain:
1. Membuat branding strategi baru misalnya no worries of corona, enjoy your
holiday.
2. Menggunakan media sosial untuk melakukan promosi secara gencar,
misalnya lewat Instagram dan Facebook.

3. Melakukan promosi safety and healthy of tourism ke turis internasional.

4. Mendukung pelaku/pegiat pariwisata dalam industri pariwisata misalnya


pemerintah dan bank memberikan relaksasi peminjaman bank,
pengurangan biaya listrik serta air, keringanan retribusi pajak pemda
(pemerintah daerah).

5. Menguatkan SOP mitigasi pariwisata (wabah penyakit dan bencana alam).


Indonesia adalah negara prone to disasters artinya kita dekat dengan
keadaan bencana alam sewaktu-waktu seperti gunung berapi meletus,
longsor, banjir, atau bencana nonalam seperti wabah pandemi virus Covid-
19 ini.

6. Prioritas wisata ekoturisme (memadukan alam dan budaya) dibanding mass


tourism. Karena orang akan lebih selektif memilih wisata yang bersifat
privat dibanding secara group tour dan menghindari tour massal.

Selain itu, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan industri pariwisata di
tempat tujuan atau tempat lokasi wisata itu berada yaitu; memperhatikan
protokol kesehatan yang bersifat wajib atau mandatory dan menjaga kebersihan
lokasi wisata, lalu menjaga keselamatan dan keamanan (sistem mitigasi
diperkuat baik bencana alam dan non-bencana alam seperti wabah penyakit),
dan menjaga kenyamanan (hospitality), melakukan pembangunan infrastruktur
dasar misalnya jalan dan jembatan di tempat wisata. Pada akhirnya menuju
ke new discourse of tourism serta diharapkan dapat memulihkan ekonomi
pariwisata ke depannya dengan tujuan akhirnya yakni kesejahteraan
masyarakat.

Strategi yang Dilakukan oleh Pemerintah (Kemenparekraf) untuk


Memulihkan Perekonomian di Sektor Pariwisata saat Masa Pandemi
Dalam paparan Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf, Agustini Rahayu,
Kemenparekraf akan menerapkan strategi bounce back quickly atau pemulihan
cepat pariwisata dan ekonomi kreatif di masa pandemi Covid-19. Tetapi
memerlukan pengkajian ulang terlebih dahulu sebelum benar-benar akan
diterapkan. Dikarenakan proses bounce back menjadi sangat penting. Yang akan
menjadi tanda awal dimulainya aktivitas wisata dan juga akan berdampak pada
psikologis yang positif bagi para pemangku kepentingan di sektor pariwisata dan
ekonomi kreatif, baik pemerintah, pelaku usaha, maupun masyarakat.
Dalam bidang pelayanan wisatawan dan SDM, Kemenparekraf menerapkan
kebijakan dan program yang bertujuan untuk membantu para pelaku usaha di sektor
pariwisata dan ekonomi kreatif dalam upskilling dan reskilling kompetensi serta
meningkatkan kualitas dan kuantitas produk ekonomi kreatif, seperti memberikan
pelatihan daring. Hal tersebut dilakukan agar pelaku usaha tetap produktif dan
berkarya di tengah pandemi. Sehingga, ketika sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
bangkit kembali, para pelaku usaha sudah memiliki kompetensi diri yang lebih baik.
Kemenparekraf juga telah membuat program pemulihan destinasi wisata
seperti penguatan sapta pesona di destinasi wisata, revitalisasi amenitas di destinasi
wisata, sosialisasi protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety,
and Environmental Sustainability) di setiap destinasi di Indonesia, dan sertifikasi
CHSE. Terdapat pula program seperti Hibah Pariwisata dan BIP (Bantuan Insentif
Pemerintah). Selain itu, untuk membangun trust of destination bagi wisatawan
nusantara dan mancanegara melalui aspek penerapan protokol kesehatan CHSE,
Kemenparekraf membuat kampanye kampanye "Indonesia Care" atau disingkat “I
Do Care”.
Selain itu, menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran
Indonesia, Maulana Yusran, strategi yang dapat dilakukan oleh industri hotel dan
restoran untuk dapat bertahan di masa pandemi ini adalah dengan melakukan
negosiasi ke pihak perbankan dalam bentuk restrukturisasi bagi yang memiliki
kewajiban, mengurangi biaya utilitas, menutup sebagian atau seluruh fasilitas yang
tidak berfungsi karena demandnya tidak ada untuk sementara waktu, serta dapat
memanfaatkan media promosi melalui digital dan media sosial.

KESIMPULAN
Berdasarkan kajian teori dan pembahasan tersebut, pariwisata merupakan
perjalanan yang dilakukan seseorang ataupun kelompok diluar dari kegiatan sehari-
hari guna membahagiakan diri dalam jangka waktu sementara. Dengan adanya
pandemi Covid-19, sektor pariwisata terkena dampak yang cukup hebat terutama
dalam bidang perekonomian. Dampak yang dirasakan antara lain; Indonesia
mengalami penurunan pendapatan devisa negara, bidang usaha pariwisata terpaksa
tutup, penurunan pendapatan bagi masyarakat yang membuka usaha di bidang
pariwisata, dan terjadinya PHK besar-besaran di industri pariwisata.
Pemilik swasta di bidang pariwisata mencari strategi yang tepat untuk dapat
menggerakkan roda perekonomiannya. Strategi-strategi yang telah disebutkan pada
bagian pembahasan memiliki inti yaitu melakukan promosi mengenai usahanya
bahwa mereka menerapkan protokol kesehatan dan juga kebersihan yang dijaga
sangat ketat agar tetap menarik minat masyarakat untuk berwisata.
Pemerintah lewat Kemenparekraf juga memiliki strategi agar dapat
memulihkan perekonomian di sektor pariwisata, yaitu menerapkan strategi bounce
back quickly atau pemulihan cepat pariwisata dan ekonomi kreatif di masa pandemi
Covid-19. Selain itu, Kemenparekraf juga menerapkan program pelatihan untuk
meningkatkan skill kompetensi untuk para pelaku usaha. Ada pula, program hibah
pariwisata dan bantuan insentif pemerintah. Serta mengkampanyekan “Indonesia
Care” yaitu untuk membangun kepercayaan bagi wisatawan melalui aspek
penerapan protokol kesehatan. Dikarenakan disaat pandemi seperti ini, masyarakat
sangat meningkatkan kepeduliannya terhadap protokol kesehatan yang diterapkan
objek wisata ketika mereka ingin berlibur atau berpergian ke suatu tempat.

DAFTAR RUJUKAN
Idxchannel.com. (2020, 14 Agustus). Bangkitkan Sektor Pariwisata di Tengah
Pandemi, Pemerintah Anggarkan Rp14,4 Triliun. Diakses pada 10 November
2020, dari https://www.idxchannel.com/market-news/bangkitkan-sektor-
pariwisata-di-tengah-pandemi-pemerintah-anggarkan-rp144-triliun
Wartaekonomi.co.id. (2020, 28 Mei). Memulihkan Ekonomi Pariwisata saat
Pandemi Covid-19 dan Era New Normal. Diakses pada 9 November 2020, dari
https://www.wartaekonomi.co.id/read287565/memulihkan-ekonomi-
pariwisata-saat-pandemi-covid-19-dan-era-new-normal
Phinemo.com. (2020, 7 April). Industri Pariwisata Indonesia, Bagaimana Nasibnya
Pasca Pandemi?. Diakses pada 10 November 2020, dari
https://apps.phinemo.com/post/industri-pariwisata-indonesia-bagaimana-
nasibnya-pasca-pandemi?PageSpeed=noscript
Puspensos.kemsos.go.id. (2020, 19 April). 5 Upaya Kementerian Sosial Dalam
Penanganan Covid-19. Diakses pada 20 Oktober 2020, dari
https://puspensos.kemsos.go.id/en/Publikasi/topic/741
Dw.com. (2020, 6 September). Bagaimana Sektor Pariwisata Indonesia Bertahan di
Tengah Pandemi Corona. Diakses pada 20 Oktober 2020, dari
https://www.dw.com/id/bagaimana-pariwisata-indonesia-bertahan-di-tengah-
pandemi/a-54818132
Jdih.kemenkeu.go.id. (2009, 16 Januari). Undang-Undang No. 10 Tahun 2009.
Diakses pada 9 November 2020, dari
https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2009/10TAHUN2009UU.HTM#:~:text=
Dalam%20Undang%2DUndang%20ini%20yang,dikunjungi%20dalam%20ja
ngka%20waktu%20sementara.
A. J, Muljadi. 2009. Kepariwisataan Dan Perjalanan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Damanik, Janianton dan Weber, Helmut F. (2006). Perencanaan Ekowisata.
Yogyakarta: Andi.
Pendit, Nyoman. 1999. Ilmu Pariwisata. Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti.
Maryani. 1991. Pengantar Geografi Pariwisata. Bandung: IKIP Bandung.
Sukirno, Sadono. 1996. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Todaro, Michael. P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Ketujuh,
Terjemahan Haris Munandar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nasional.kontan.co.id. (2020, 5 Mei). Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I
2020 sebesar 2,97%. Diakses pada 10 November 2020, dari
https://nasional.kontan.co.id/news/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-kuartal-i-
2020-sebesar-297
Nasional.kontan.co.id. (2020, 5 Agustus). Ekonomi kuartal II-2020 negatif, Bank
Mandiri: Pertumbuhan ekonomi 2020 bisa minus 1%. Diakses pada 10
November 2020, dari https://nasional.kontan.co.id/news/ekonomi-kuartal-ii-
2020-negatif-bank-mandiri-pertumbuhan-ekonomi-2020-bisa-minus-1
Bisnis.tempo.co. (2020, 5 November). Indonesia Resmi Resesi, Ekonomi Minus
3,49 di Kuartal III 2020. Diakses pada 10 November 2020, dari
https://bisnis.tempo.co/read/1402495/indonesia-resmi-resesi-ekonomi-minus-
349-di-kuartal-iii-2020?page_num=1
Nasional.kontan.co.id. (2020, 9 November). Ekonom: Kondisi ekonomi kuartal IV-
2020 diprediksi masih kontraksi. Diakses pada 10 November 2020, dari
https://nasional.kontan.co.id/news/ekonom-kondisi-ekonomi-kuartal-iv-2020-
diprediksi-masih-kontraksi
Kemkes.go.id. (2020, 4 Maret). FAQ Coronavirus. Diakses pada 10 November
2020, dari https://www.kemkes.go.id/article/view/20030400008/FAQ-
Coronavirus.html
Enervon.co.id. (2020, 20 Agustus). 4 Cara Penyebaran Covid-19 Menurut WHO
yang Perlu Kamu Ketahui. Diakses pada 10 November 2020, dari
https://www.enervon.co.id/news/1428/4-cara-penyebaran-covid-19-menurut-
who-yang-perlu-kamu-ketahui/
Health.detik.com. (2020, 31 Maret). Cara Penyebaran Virus Corona COVID-19
Menurut WHO. Diakses pada 10 November 2020, dari
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4960182/cara-penyebaran-virus-
corona-covid-19-menurut-who
Republika.co.id. (2020, 15 Juli). Tiga Dampak Besar Pandemi Covid-19 bagi
Ekonomi RI. Diakses pada 10 November 2020, dari
https://republika.co.id/berita/qdgt5p383/tiga-dampak-besar-pandemi-covid19-
bagi-ekonomi-ri

Anda mungkin juga menyukai