Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN

( AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

1. Elvi Amira Marsyida (105731106621)


2. Dhiza Putriani (105731107321)
3. Asruni (105731109021)
4. Tri Alfina Damayanti (105731109621)
KELAS AK21C

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “ Akuntansi
Manajemen Lingkungan “. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Akuntansi Sosial dan Lingkungan.

Meskipun dalam penyusunan makalah ini penulis banyak menemukan hambatan dan
kesulitan, tetapi karena motivasi dan dorongan dari berbagai pihak makalah ini dapat
terselesaikan. Penulis menyadari bahwa pada penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang
membaca makalah ini yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Makassar, 25 November 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2

1.3 Tujuan.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3

2.1 Pengertian dan Manfaaat Akuntansi Manajemen Lingkungan...............................3

2.2 Pengelolaan dan Pengendalian Biaya Lingkungan (Enviromental Cost)...............5

2.2.1 Pengelolaan Biaya Lingkungan......................................................................7

2.3 Triple Bottom Accounting.......................................................................................7

2.4 Hambatan Akuntansi Manajemen Lingkungan.......................................................9

BAB III PENUTUP................................................................................................................10

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................10

3.2 Saran.........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia tidak terlepas pula dari persoalan lingkungan yang semakin hari semakin
terasa dampaknya. Era industrialisasi disatu pihak menitik beratkan pada pengunaan
teknologi seefisen mungkin sehingga terkadang mengabaikan aspek-aspek lingkungan.
Kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya arti lingkungan mulai tumbuh secara
perlahan-lahan. Kesadaran ini tentunya menjadi modal dasar sebagai sistem kontrol bagi
perusahaan- perusahaan sehingga efek samping industrialisasi perusahaan dapat
termarjinalkan. Aktualisasi kesadaran ini mulai kelihatan dengan gencarnya reaksi
masyarakat terhadap perubahan yang terjadi dari suatu sistem. Pembuangan air limbah dari
satu industri atau penebangan hutan yang menyimpang selalu menjadi sorotan tajam.
Belakangan ini semakin banyak tuntutan agara perusahaan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan dalam menjalankan usahanya. Tuntutan ramah lingkungan bukan saja
berasal dari pemerintah, yang semakin banyak mengeluarkan peraturan-peraturan untuk
memaksa perusahaan menjadi ramah lingkungan, namun juga banyak perusahaan yang
memasukkan unsur ramah lingkungan sebagai bagian dari strateji usaha mereka. Perusahaan
dituntut untuk menjadi eco-efisien, yang berarti kemampuan untuk memproduksi barang
untuk memuaskan konsumen dengan biaya yang kompetitif, namun juga sekaligus
mengurnagi dampak negative terhadap lingkungan. Dengan alasan-alasan tersebut,
maka kebutuhan informasi keuangan dan non keuangan mengenai pengelolaan lingkungan
menjadi semakin dibutuhkan perusahaan.
Akuntansi Manajemen Lingkungan atau Environmental Management Accounting
(EMA) merupakan sebuah konsep yang membantu perusahaan dalam memuat
dampak-dampak bisnis dalam bentuk unit moneter. Penerapan Akuntansi Manajemen
Lingkungan membantu perusahaan dalam permasalahan lingkungan dengan mencatat
seluruh aktivitas produksinya untuk dilaporkan dalam laporan biaya lingkungan perusahaan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dan manfaat dari akuntansi manajemen lingkungan?
2) Bagaimana cara pengelolaan dan pengendalian biaya lingkungan?
3) Apa itu triple bottom accounting?
4) Apa saja hambatan yang terjadi dalam penerapan akuntansi manajemen lingkungan?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada diatas maka di dapat tujuan sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan akuntansi manajemen lingkukngan beserta
manfaatnya
2) Untuk mengetahui bagaimana cara pengelolaan dan pengendalian biaya lingkungan
(Environmental Cost)
3) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan triple bottom accounting
4) Untuk mengetahui apa saja hambatan yang terjadi pada penerapan akuntansi manajemen
lingkungan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Manfaat Akuntansi Manajemen Lingkungan

Akuntansi manajemen lingkungan (Environmental Manajement Accounting) merupakan


salah satu bidang disiplin ilmu akuntansi yang aktivitasnya bertujuan memberikan informasi
pada manajemen atas pengelolaan lingkungan dan dampaknya terhadap biaya produksi.
Akuntansi manajemen lingkungan diharapkan akan menjadi salah satu rangkaian sistem yang
bertujuan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Sehingga tercapai model pengukuran
kinerja yang seimbang antara ukuran financial profit dengan kinerja pengelolaan lingkungan.
Penggunaan konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan mendorong kemampuan untuk
meminimalisasi persoalan-persoalan lingkungan yang dihadapinya. Banya perubahan besar
industry dan jasa yang kini menerapkan akuntansi lingkungan. Tujuannya adalah meningkatkan
efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut
pandang biaya (environmental costs) dan maat atau efek (economic benefit). Akuntansi
lingkungan diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk menghasilkan penilaian kuantitatif
tentang biaya dan dampak perlindungan lingkungan (environmental protection).

The International Foderation of Accountants (1998) dalam Ikhsan (2009) mendefinisikan


akuntansi manajemen lingkungan sebagai: “Pengembangan manajemen lingkungan dan kinerja
ekonomi seluruhnya serta implementasi dari lingkungan yang tepat – hubungan sistem akuntansi
dan praktik. Ketika ini mencakup pelaporan dan audit dalam beberapa perusahaan, akuntansi
manajemen lingkungan khususnya melibatkan siklus hidup biaya, akuntansi biaya penuh,
penilaian keuntungan dan perencanaan strategic untuk manajemen lingkungan”. Menurut IFAC
(2005), akuntansi manajemen lingkungan (environmental management accounting) merupakan
pengelolaan lingkungan sekaligus kinerja ekonomi organisasi melalui pengembangan dan
implementasi sistem dan praktek akuntansi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi tersebut.

Pada dasarnya terdapat tiga hal utama dalam akuntansi manajemen, yaitu:

3
a) Kepatuhan (compliance) – dalam hal ini akuntansi manajemen lingkungan harus dapat
memberikan informasi mengenai kepatuhan perusahaan terhadap peratura-eraturan yang
terkait dengan lingkungan, baik yang dibuat sendiri oleh perusahaan maupun yang dibuat
oleh pemerintah.
b) Efisiensi Lingkungan (Eco-effisien) – dalam hal ini akuntansi manajemen lingkungan harus
dapat melakukan pengawasan terhadap efisensi penggunaan SDA dan sumber energi lain,
dampak terhada lingkungan, dan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
c) Posisi Strategis (Strategic Positioning) – dalam hal ini perusahaan harus membuat program-
program yang terkait dengan lingkungan untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan.
Akuntansi manajemen lingkungan harus dapat mengawasi apakah biaya-biaya yang
dikeluarkan dapat mencapai tujuan tersebut.

Manfaat dari mengadopsi akuntansi manajemen lingkungan adalah:


a) Dapat memperkirakan yang lebih baik dari seluruh biaya pada perusahaan untuk
memproduksi produk atau jasa.
b) Mengidentifikasi biaya-biaya sebenarnya dari produk proses, sistem atau fasilitas dan
menjabarkan biaya-biaya tersebut pada tanggung jawab manajer.
c) Membantu manajer untuk menargetkan area operasi bagi pengurangan biaya dan perbaikan
dalam lingkungan dan kualitas.
d) Membantu dengan penanganan keefektifan biaya lingkunganatas ukuran perbaikan kualitas.
e) Memotivasi staf untuk mencari cara yang kreatif untuk mengurangi biaya-biaya lingkungan.
f) Mendorong perubahan dalam proses untuk mengurangi penggunaan sumber daya dan
mengurangi, mendaur ulang, atau mengidentifikasi pasar bagi limbah.
g) Peningkatan kepedulian staf terhadap isu-isu lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja.
h) Meningkatkan penerimaan konsumen pada produk atau jasa perusahaan dan sekaligus
meningkatkan daya kompetitif.

Selain itu akuntansi manajemen lingkungan dapat mendukung pembuatan keputusan di


perusahaan dalam hal:

4
a) Penganggaran modal adalah proses menganalisis alternatif investasi dan memutuskan
investasi mana yang akan digunakan dalam standar keuangan yang mana mempertimbangkan
aliran pendapat dan biaya-biaya dihasilkan dari sepanjang waktu investasi.
b) Pemilihan produk adalah perusahaan secara rutin membuat keputusan mengenai produk
mana untuk dapat didasarkan pada pertimbangan biaya mereka. Biaya-biayanya termasuk
tidak hanya biaya pembelian, namun biaya yang terjadi karena menggunakan dan membuang
produk pada akhir masa penggunaannya.
c) Manajemen limbah adalah perusahaan menghasilkan sejumlah besar limbah yang pilihan
pengelolahan dan pembuangannya ditentukan oleh komposisi aliran limbah. Karena biaya-
biaya pembuangan adalah biaya-biaya lingkungan, mencoba untuk meminimalkan biaya-
biaya ini akan mendapat manfaat dari akuntansi lingkungan.

2.2 Pengelolaan dan Pengendalian Biaya Lingkungan (Environmental Cost)

Pengelolaan dan penendalian biaya limbah sebagai biaya pengelolahan ditambah biaya
pembelian bahan baku. Sehingga biaya limbah yang dikeluarkan lebih besar (sebenarnya)
daripada biaya yang selama ini diperhitungkan. Dan dapat meminimalisirkan pemakaian bahan
agar tidak terbuang percuma dan akhirnya menjadi limbah. Biaya lingkungan dalam
perusahaan sangat perlu di perhatikan untuk meminimalisirkan permasalahan lingkungan
yang berakibat juga terhadap perusahaan. Biaya lingkungan dapat disebut juga sebagai biaya
kualitas lingkungan. Dalam arti yang sama dengan biaya kualitas, biaya lingkungan adalah
biaya yang dikeluarkan karena kualitas lingkungan yang buruk ada atau mungkin ada.
Dengan demikian, biaya lingkungan berkaitan dengan penciptaan, deteksi, perbaikan, dan
pencegahan degradasi lingkungan. Pengelolaan dan pengendalian biaya lingkungan dapat
dilakukan dengan membagi biaya yang terkait dengan biaya lingkungan menjadi empat
bagian, yaitu:

1) Biaya lingkungan yang bersifat pencegahan ( Prevention Cost), merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk mencegah kualitas yang buruk dari barang atau jasa yang dihasilkan
atau diberikan kepada pelanggan. Biaya ini antara lain dapat berupa:
a) Biaya seleksi dan evaluasi pemasok, sehingga didapatkan pemasok yang
ramah lingkungan.
5
b) Biaya perancangan proses produksi yang ramah lingkungan.
c) Biaya sertifikasi eksternal seperti ISO 14001 tentang Environmental
Management, ISO 50001 tentang Energy Management, maupun OHSAS 18001
tentang Occupational Health and Safety Management.
d) Biaya perancangan produk yang ramah lingkungan.
2) Biaya lingkungan yang bersifat pemeriksaan (Appraisal cost), merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk memastikan kesesuaian barang atau jasa yang dihasilkan
atau diberikan dengan peraturan pemerintah maupun peraturan internal perusahaan.
Biaya ini antara lain dapat berupa:
a) Biaya pemeriksaan (audit) terhadap aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan.
b) Biaya inspeksi terhadap proses yang dilakukan maupun produk yang dihasilkan.
c) Biaya pengembangan tolok ukur (benchmark) yang berkaitan dengan lingkungan.
d) Biaya percobaan untuk menguji tingkat kontaminasi suatu zat.
3) Biaya lingkungan karena kegagalan internal (internal failure cost), merupakan biaya
yang muncul karena perusahaan menghasilkan elemen- elemen yang dapat merusak
lingkungan namun dapat dikendalikan oleh perusahaan sehingga tidak mencemari
lingkungan. Biaya ini antara lain dapat berupa:
a) Biaya pengamanan dan pengolahan limbah produksi yang tidak ramah lingkungan.
b) Biaya operasional dan pemeliharaan peralatan yang berkaitan dengan
pengolahan limbah atau polusi.
4) Biaya lingkungan karena kegagalan eksternal (external failure cost), Biaya ini
dibagi 2, yaitu:
a) Realized external failure cost, yaitu biaya yang benar benar dikeluarkan
perusahaan, karena adanya kontaminasi atau kerusakan lingkungan akibat kegiatan
operasional perusahaan. Contoh dari biaya ini adalah:
 Biaya pembersihan danau atau sungai yang tercemar.
 Biaya ganti rugi kepada para penduduk atau pihak ketiga karena
kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan.
 Biaya untuk membersihkan minyak yang tertumpah di laut karena
bocor atau karamnya kapal tanker pengangkut minyak.
6
b) Unrealized external failure (societal) cost, dalam kasus ini kerusakan
lingkungan memang berasal dari kegiatan operasi perusahaan, namun biaya yang
timbul tidak ditanggung oleh perusahaan, tapi ditanggung pihak lain diluar
perusahaan. Contoh dari biaya ini adalah:
 Kesehatan penduduk yang menurun karena sungai terkontaminasi.
 Mata pencaharian nelayan yang hilang karena laut terkontaminasi

2.2.1 Pengelolaan Biaya Lingkungan

Pada dasarnya prinsip pengelolaan biaya lingkungan sama dengan prinsip


pengelolaan biaya kualitas. Biaya lingkungan terbesar yang dihadapi oleh perusahaan
adalah biaya lingkungan karena adanya kegagalan eksternal. Biaya ini memang tidak
sering muncul namun jika biaya tersebut muncul maka akan dapat membebani
perusahaan dengan biaya yang amat besar, bahkan dalam kasus yang ekstrim dapat
menimbulkan kebangkrutan perusahaan.

2.3 Triple Bottom Accounting

Triple-bottom accounting merupakan kerangka akuntansi yang melihat dari tiga sisi
yaitu people (orang), planet (lingkungan) dan profit. Dalam pelaporan keuangan
secara tradisional biasanya perusahaan hanya melaporkan profit atau keuntungan yang
dihasilkan perusahaan. Namun demikian, apa yang terjadi apabila profit tersebut diperoleh
dengan kegiatan merusak lingkungan ataupun dengan melakukan outsourching pada
perusahaan- perusahaan yang mempekerjakan pekerja dibawah umur. Collin dan Porras
(2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki tujuan
utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham biasayanya tidak akan bertahan
hidup dalam waktu yang lama. Menurut penelitian tersebut, perusahaan yang dapat bertahan
dan sukses dalam waktu yang lama adalah perusahaan-perusahaan yang berusaha untuk
mencapai beberapa tujuan (cluster of objectives) dimana memaksimalkan kekayaan pemegang
saham hanya merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dan biasanya bukan merupakan
tujuan yang utama.

7
Planet, People, and Profit atau yang di Ilmu Akuntansi lazim disebut dengan
Triple Bottom Line merupakan pemikiran yang sudah berkembang cukup lama di Eropa.
Pemikiran tentang bisnis yang berkelanjutan (sustainable business) yang mengedepankan
kelestarian alam (planet) sebagai sumber dari semua sumber daya, kesejahteraan
masyarakat atau manusia (people), dan memperoleh laba (profit) yang memadai untuk
kelangsungan hidup perusahaan. Elkington (1997) dalam Wibisono (2007) menjelaskan
konsep Triple Bottom Line digunakan sebagai landasan prinsipal dalam aplikasi program
Corporate Social Responsibility pada sebuah perusahaan. Tiga kepentingan yang menjadi satu
ini merupakan garis besar dan tujuan utama tanggung jawab sosial sebuah perusahaan.

a) Profit (Keuntungan)
Keuntungan merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap
kegiatan usaha. Keuntungan sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan pendapatan
yang dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
b) People (Masyarakat)

Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan salah satu stakeholder


penting bagi perusahaan karena dukungan masyarakat sekitar sangat diperlukan untuk
keberadaan, kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Perusahaan perlu
berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat.
Selain itu, operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat sekitar.
Tanggung jawab sosial perusahaan didasarkan pada keputusan perusahaan tersebut tidak
bersifat paksaan atau tuntutan masyarakat sekitar. Untuk memperkokoh komitmen dalam
tanggung jawab sosial diperlukan pandangan menganai Corporate Social Responsibility.
Melalui kegiatan sosial perusahaan maka itu dapat dikatakan melakukan investasi masa
depan dan timbal baliknya masyarakat juga akan ikut serta menjaga eksistensi perusahaan.

c) Planet (Lingkungan)
Lingkungan merupakan sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang
kehidupan perusahaan. Hubungan perusahaan dan lingkungan adalah hubungan sebab
akibat yaitu jika perusahaan merawat lingkungan maka lingkungan akan bermanfaat bagi
perusahaan. Sebaliknya jika perusahaan merusak lingkungan maka lingkungan juga akan
tidak memberikan manfaat kepada perusahaan.
8
Dengan demikian, penerapan konsep Triple Bottom Accounting yakni profit, people,
dan planet sangat diperlukan sebuah perusahaan dalam menjalankan operasinya. Sebuah
perusahaan tidak hanya keuntungan saja yang dicari melainkan juga memperdulikan
masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan.

2.4 Hambatan Akuntansi Manjemen Lingkungan

Hambatan dalam penerapan akuntansi lingkungan:

a) System pendukung Informasi akuntansi yang kurang/tidak cukup. Informasi mengenai


biaya lingkungan sangat kurang.sistem akuntansi- idealnya informasi sumber biaya-
umumnya tidak cukup untuk kebutuhan akuntansi lingkungan,diman manfaat-
manfaatnya dari memisahkan biaya-biaya lingkungan dari pos overhead dalam rangka
untuk menelusuri biaya ke produk atau aktivitas yang menyebabkan biaya tersebut
rancuh.
b) Hubungan yang kurang antara bidang pembelian dan bagian sumber daya. Hubungan
institusional antara pembeliah atau usaha mendapatkan dan fungsi-fungsinya
sumber daya sangat lemah. Ketika penggunaan tim pendapatan produk antar fungsi
terlihat meningkat,hal ini cenderung difokuskan pada mengintegrasi secara efektif
criteria klinis ke dalam keputusan pembelian, terutama usaha-usaha standarisasi. Input
sumber daya cenderung secara spesifik diminta hanya bagi keputusan dengan aspek
lingkungan yang jelas- seperti kontrak manajemen limbah.
c) Halangan pembelian. Seperti fasilitas di banyak sector lain, fasilitas penjagaan
kesehatan seringkali merupakan subyek pada halangan pembelian yang cenderung
mengurangi alternatif-alternatif produk dari mana mereka mungkin dipilih secara
efektif.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akuntansi lingkungan merupakan salah satu strategi untuk mengelola lingkungan
dengan menggunakan alat manajemen lingkungan yang dapat diterapkan sebagai upaya
pelestarian lingkungan. Akuntansi manajemen lingkungan memberikan informasi
mengenai penggunaan sumber daya alam dan dampaknya terhadap lingkungan serta
informasi moneter mengenai biaya yang digunakan untuk upaya perbaikan lingkungan
sehingga dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap citra sebuah peerusahaan dan
mempengaruhi kinerja financial perusahaan.
Dalam arti yang sama dengan biaya kualitas, biaya lingkungan adalah biaya yang
dikeluarkan karena kualitas lingkungan yang buruk ada atau mungkin ada. Dengan
demikian, biaya lingkungan berkaitan dengan penciptaan, deteksi, perbaikan, dan
pencegahan degradasi lingkungan. Triple-bottom accounting merupakan kerangka
akuntansi yang melihat dari tiga sisi yaitu people (orang), planet (lingkungan) dan profit.
Dalam pelaporan keuangan secara tradisional biasanya perusahaan hanya melaporkan
profit atau keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Namun demikian, apa yang terjadi
apabila profit tersebut diperoleh dengan kegiatan merusak lingkungan ataupun dengan
melakukan outsourching pada perusahaan- perusahaan yang mempekerjakan pekerja
dibawah umur.

3.2 Saran
Disarankan perusahaan lebih memperhatikan dampak dari limbah yang di akibatkan
oleh perusahaan manufaktur dengan menerapkan Akuntansi Manajemen Lingkungan bagi
perusahaan. Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca
sekalian agar dapat mengambil manfaat dari pembahasan mengenai materi akuntansi
manajemen lanjutan ini sehingga memberikan wawasan positif. Dimana sisi positif
tersebut bisa dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan mengenai apa itu
akuntansi manajemen lingkungan. Makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami

10
mengharapkan kritik dan saran yang mendukung kami untuk memperbaiki makalah ini di
masa yang akan datang.

11
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesial (2015). Modul Chartered Accountant ( Akuntansi Manajemen
Lanjutan ). Jakarta
Nindia Nur. 2017, Makalah Akuntansi Manajemen Lingkunga.
https://www.scribd.com/document/363253573/Akuntansi-Manajemen-Lingkungan-
Makalah (Diakses pada 25 November 2023)

12

Anda mungkin juga menyukai