Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

SISTEM MANAJEMEN LINGUKUNGAN


PROYEK KONSTRUKSI
untuk memenuhi tugas matakuliah
Manajemen Proyek Konstruksi
dibina oleh :
Bapak Mohammad Musthofa Al Ansyorie, S.Pd, M.Pd
disusun oleh :
NADYA WIGATEN ( 180521629046)
RISTA FATMA SARI ( 180521629059 )
TAMARA CANTICA (180521629005)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
SEPTEMBER 2019
DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1


1.1 Latar belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan masalah ......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
2.1 Pengertian sistem manajemn lingkungan ...............................................3
2.2 Tujuan sistem manajemn lingkungan.....................................................4
2.3 Manfaat sistem manajemn lingkungan...................................................4
2.4 Kebijakan-kebijakan sistem manajemn lingkungan di dunia.................4
2.5 Persyaratan sistem manajemn lingkungan menurut ISO 14001 ............6
2.5.1 Persyaratan umum ...................................................................6
2.5.2 Kebijakan lingkungan .............................................................7
2.5.3 Perencanaan.............................................................................7
2.5.4 Penerapan dan operasi .............................................................8
2.5.5 Pemeriksaan ..........................................................................12
2.5.6 Tinjauan manajemen .............................................................14
2.6 Proses penerapan SML dalam proyek konstruksi ................................15
2.7 Penerapan SML dalam proyek konstruksi ..........................................19
2.7.1 Identifikasi dampak pelaksanaan proyek terhadap lingkungan
proyek.............................................................................................19
2.7.2 Evaluasi dan tinjauan RKL dan RPL ....................................19
2.7.3 Pengelolaan lingkungan proyek ............................................22
2.7.4 Audit lingkungan proyek ......................................................24
BAB III PENUTUP ...............................................................................................27
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Perkembangan sektor konstruksi di Indonesia semakin pesat, baik dalam
segi teknologi, kapasitas proyek, maupun dana yang diperlukan dan diserap untuk
proyek-proyek tersebut. Perkembangan jasa konstruksi di Indonesia ditandai
dengan banyaknya proyek berskala besar yang dibangun oleh pemerintah maupun
swasta. Fakta ini merupakan peluang dan tantangan bagi masyarakat dunia usaha,
khususnya usaha jasa konstruksi. Manajemen dalam pelaksanaan konstruksi
dilakukan dengan perencanaan dan penjadwalan, yaitu proses yang mencoba
meletakkan dasar tujuan dan dasar sasaran termasuk menyiapkan segala sumber
daya untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Dimana tujuan dalam
pelaksanaan konstruksi adalah untuk menyelesaikan pekerjaan dan mendapat
keuntungan dari total biaya yang dikeluarkan. Sedangkan sasaran dalam
pelaksanaan konstruksi adalah pengembangan usaha dan peningkatan
produktivitas (Chandra, 2002).
Dalam situasi ini pelaku kegiatan konstuksi perlu memasukkan sistem
manajemen lingkungan yang baik dengan didukung oleh standar yang mengatur
tentang sistem tersebut. Dalam studi ini digunakan ISO 14000 sebagai wahana
untuk menjamin kinerja sistem manajemen lingkungan tersebut (Sueb, 2012).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian sistem manajemen lingkungan ?
2. Apa tujuan sistem manajemen lingkungan ?
3. Apa manfaat sistem manajemen lingkungan ?
4. Bagaimana kebijakan-kebijakan mengenai manajemen lingkungan di
dunia ?
5. Bagaimana sistem manajemen lingkungan menurut ISO 14001 ?

1
2
1.3 Tujuan
1. Memberikan pengetahuan mengenai sistem manajemen lingkungan
2. Memberikan manfaat dalam pelaksanaan sistem manajemen lingkungan
3. Dapat mengetahui dampak yang baik dalam pelaksanaan manajemen
lingkungan
4. Dapat mengetahui kebijakan-kebijakan dalam pelaksanaan sistem
manajemen lingkungan
5. Dapat mengetahui sistem manajemen lingkungan menurut ISO14001
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian sistem manajemen lingkungan


Manajemen lingkungan merupakan keseluruhan aktifitas yang mampu
merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakkan sumber daya manusia
untuk mencapai tujuan kebijakan lingkungan yang sudah ditetapkan(Purwanto,
n.d.). Berdasarkan cakupannya manajemen lingkungan terbagi menjadi 2 macam,
yaitu (1) lingkungan internal yang terdapat di dalam lingkungan pabrik/lokasi
fasilitas produksi, (2) lingkungan eksternal yaitu lingkungan di luar
pabrik/fasilitas produksi.
Sistem manajemen lingkungan (SML) merupakan bagian dari sistem
manajemen organisasi, perencanaan, praktek, prosedur, proses dan sumber daya
yang memiliki kebijakan atas lingkungan dan pengelolaan aspek lingkungan yang
dituangkan dalam ISO 14001(Purwanto, n.d.) .
Dan dalam menjamin kinerja sistem manajemen lingkungan terdapat
Standar ISO 14001, yang sebenarnya muncul akibat adanya isu lingkungan yang
beredar di kalangan masyarakat seperti polusi udara, polusi air, polusi limbah, dan
bahan-bahan berbahaya lainnya yang menyebabkan kerusakan lingkungan.
Jadi, sistem manajemen lingkungan ini merupakan tahapan kegiatan yang
memilki pola teratur dan saling terhubung sebagai pengelolaan aspek lingkungan
untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan dalam suatu kegiatan
konstruksi. Dan dalam pelaksanaannya sistem manajemen lingkungan juga
memiliki standar dalam penerapannya seperi Rencanakan-Lakukan-Periksa-
Tindaki (Plan-Do-Check-Act/PDCA), PDCA dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Rencanakan (Plan) menetapkan tujuan dan proses yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang sesuai dengan kebijakan lingkungan
organisasi.
b. Lakukan (Do) menerapkan proses yang ada.

3
4
c. Periksa (Check) memantau dan mengukur proses kebijakan
lingkungan, sasaran, tujuan, persyaratan Undang-Undang dan
ketentuan lainnya serta melaporkan hasilnya.
d. Tindaki (Act) melakukan tindakan untuk peningkatan sistem
manajemen lingkungan secara berkelanjutan.

2.2 Tujuan sistem manajemen lingkungan ISO 14001


Tujuan utama dari penerapan sistem manajemen lingkungan menurut ISO
14001, yaitu :
a. Meningkatkan kondisi kerja yang produktif
b. Mengintegrasikan pengelolaan bisnis dan lingkungan
c. Mengurangi dampak kerusakan lingkungan
Dengan adanya beberapa tujuan tersebut dapat diharapkan sistem
manajemen lingkungan mampu menjadi sistem manajemen yang baik dalam
proses pelaksanaannya maupun hasilnya.

2.3 Manfaat sistem manajemen lingkungan (SML) ISO 14001:2015


a. Pengurangan pencemaran lingkungan
b. Peningkatan pada proses efisiensi
c. Peningkatan pada kinerja manajemen/moral kerja
d. Peningkatan kepuasan konsumen
e. Peningkatan pemenuhan peraturan lingkungan, dan
f. Peningkatan penjualan

2.4 Kebijakan-kebijakan sistem manajemen lingkungan di dunia


Wawasan pengetahuan terhadap lingkungan memberikan polarisasi dalam cara
pandang di negara-negara maju dan di negara-negara berkembang. Cara pandang
ini menjadi berbed, dipengaruhi oleh tingkat kemajuan teknologi, kesejahteraan,
keamanan, dan kepedulian masing-masing negara tersebut.
Pada negara maju, kerusakan lingkungan dipandang sebagai ancaman terhadap
kehidupan. Sebaliknya, pada negara berkembangyang masih bergulat dengan
pemenuhan kebutuhan dasar hidup, kepedulian terhadap lingkungan masih
5
rendah dan mereka belum mempunyai sistem penanganan lingkungan yang
memadai.
Beberapa kerusakan lingkungan mencuat ke permukaan disebabkan kelalaian
manusia, penguasaan pengetahuan tentatang lingkungan yang rendah, serta
bencana alam.
Dalam kaitannya dengan lingkungan, biasanya suatu negara telah mempunyai
sistem pencegahan dan penanganan kerusakan lingkungan dengan membuat
aturan hukum yang mengikat untuk proyek yang akan dilaksanakan. Beberapa
kebijakan yang telah dibuat dapat dijelaskan sebagai berikut ( Kementrian
Lingkungan Hidup, 2005 ):
1. Amerika Serikat memberlakukan undang-undang mengenai penyertaan
laporan Analisis Dampak Lingkungan untuk proyek-proyek besar berlaku 1
Januari 1969, yaitu National Environtmental Policy Act ( NEPA ), yang
merupakan reaksi atas kerusakan lingkungan akibat pencemaran pestisida, limbah
industri, rusaknya habitat tumbuhan dan hewan langkah.
2. Indonesia memberlakukan undang-undang No. 4 Tahun 182 tetang
Ketentuan-Ketentuan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pelaksanaannya diatur
Peraturan pemerintah No. 29 Tahun 1986 yang berlaku 5 Juni 1987.
3. Tahun 1994 diterbitkan keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup, yaitu
KEP-12/MENLH/3/1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup ( UKL ) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup ( UPL ).
Kemudian terbit lagi Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, dilanjutkan dengan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999
tetang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL ). Jenis rencana usaha
dan kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL diputuskan oleh Menteri
Lingkungan Hidup pada PP No. 17 Tahun 2001.
4. Masyarakat dunia telah memikirkan secara bersamaan mengenai isu
kerusakan lingkungan hidup pada Konferensi Tingkat Tinggi ( KTT ) Manusia
dan Lingkungan di Stockholm tahun 1972. Pada tahun 1992 di Rio de Janeiro
dilakukan KTT Bumi yang berisi tentang lingkungan dan pembangunan, dimana
kerusakan lingkungan disebabkan pembangunan yang tidak berkelanjutan.
Kemudian pada tahun 2002 dilakukan KTT Pembangunan Berkelanjutan [ World
6
Summit on Sustainable Dvelopment ( WSSD ) ] di Johannesburg yang
menghasilkan Agenda 21, yang kemudian menghasilkan kesepakatan rencana
tindak kegiatan yang disepakati dunia untuk memecahkan masalah lingkungan
dan pembanguna dengan fokusnya yaitu air, energi, kesehatan, pertanian, dan
keanekaragaman hayati harus peduli terhadap lingkungannya (Husen, 2010).

2.5 Persyaratan sistem manajemen lingkungan menurut ISO 14001


2.5.1 Persyaratan umum
Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan,
memelihara dan memperbaiki sistem manajemen lingkungan secara
berkelanjutan sesuai dengan persyaratan standar ini dan menentukan
bagaimana organisasi akan memenuhi persyaratan tersebut.
Organisasi harus menetapkan dan mendokumentasikan lingkup sistem
manajemen lingkungannya.

2.5.2 Kebijakan lingkungan


Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan lingkungan organisasi
dan memastikan bahwa kebijakan dalam lingkup sistem manajemen
lingkungannya :
a) sesuai dengan sifat, ukuran dan dampak lingkungan dari kegiatan, produk
dan jasanya; b) mencakup komitmen pada perbaikan berkelanjutan dan
pencegahan pencemaran; c) mencakup komitmen untuk menaati peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lain yang diikuti
organisasi, yang terkait dengan aspek lingkungannya; d) menyediakan
kerangka untuk menentukan dan mengkaji tujuan dan sasaran lingkungan;
e) didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara; f) dikomunikasikan kepada
semua orang yang bekerja pada atau atas nama organisasi; dan g) tersedia
untuk masyarakat.
7
2.5.3 Perencanaan
2.5.3.1 Aspek lingkungan
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara
prosedur untuk:
a) mengidentifikasi aspek lingkungan kegiatan, produk dan jasa dalam
lingkup sistem manajemen lingkungan, yang dapat dikendalikan dan
yang dapat dipengaruhi dengan memperhitungkan pembangunan yang
direncanakan atau baru; kegiatan, produk dan jasa yang baru atau yang
diubah; dan
b) menentukan aspek yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan (yaitu aspek lingkungan penting).
Organisasi harus mendokumentasikan informasi ini dan
memelihara kemutakhirannya. Selain itu, harus memastikan bahwa
aspek lingkungan penting diperhitungkan dalam penetapan, penerapan
dan pemeliharaan sistem manajemen lingkungannya.

2.5.3.2 Persyaratan peraturan perundang-undangan dan lainnya


Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara
prosedur untuk:
a) mengidentifikasi dan memperoleh informasi tentang persyaratan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lainnya
yang diikuti organisasi, yang terkait dengan aspek lingkungannya; dan
b) menentukan bagaimana persyaratan tersebut berlaku terhadap aspek
lingkungannya.
Organisasi harus memastikan bahwa persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lainnya yang diikuti
organisasi tersebut diperhitungkan dalam penetapan, penerapan dan
pemeliharaan sistem manajemen lingkungannya.
8
2.5.3.3 Tujuan, sasaran dan program
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara tujuan
dan sasaran lingkungan yang terdokumentasi, pada fungsi dan tingkatan
yang sesuai dalam organisasi tersebut.
Tujuan dan sasaran tersebut harus dapat diukur bila memungkinkan
dan konsisten dengan kebijakan lingkungannya, termasuk komitmen
pada pencegahan pencemaran, penaatan persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lainnya yang diikuti
organisasi, serta perbaikan berkelanjutan.
Saat menetapkan dan mengkaji tujuan dan sasaran, organisasi harus
memperhitungkan persyaratan peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya yang diikuti organisasi serta mempertimbangkan
aspek lingkungan penting, pilihan teknologi, keuangan, persyaratan
operasional dan bisnis; serta pandangan pihak yang berkepentingan.
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara
program untuk mencapai tujuan dan sasarannya. Program harus
mencakup:
a) pemberian tanggungjawab untuk mencapai tujuan dan sasaran pada
fungsi dan tingkatan yang sesuai dalam organisasi tersebut; dan
b) cara dan jangka waktu untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut.

2.5.4 Penerapan dan operasi


2.5.4.1 Sumberdaya, peran, tanggungjawab dan kewenangan
Manajemen harus memastikan ketersediaan sumberdaya yang
diperlukan untuk menetapkan, menerapkan, memelihara dan
meningkatkan sistem manajemen lingkungan. Sumberdaya termasuk
sumberdaya manusia dan ketrampilan khusus, sarana operasional,
teknologi dan sumberdaya keuangan. Peran, tanggungjawab dan
kewenangan harus ditentukan, didokumentasikan dan dikomunikasikan
guna memfasilitasi manajemen lingkungan yang efektif.
9
Manajemen puncak organisasi harus menunjuk satu orang atau
lebih wakil manajemen tertentu, yang tidak tergantung pada
tanggungjawab lainnya, yang harus mempunyai peran, tanggungjawab
dan kewenangan yang ditetapkan untuk:
a) memastikan bahwa sistem manajemen lingkungan ditetapkan,
diterapkan dan dipelihara sesuai dengan persyaratan standar ini;
b) melapor kepada manajemen puncak mengenai kinerja sistem
manajemen lingkungan untuk kajian, termasuk rekomendasi perbaikan.

2.5.4.2 Kompetensi, pelatihan dan kesadaran


Organisasi harus memastikan setiap orang yang bertugas untuk
atau atas nama organisasi yang berpotensi menyebabkan satu atau lebih
dampak lingkungan penting yang diidentifikasi oleh organisasi,
mempunyai kompetensi yang berasal dari pendidikan, pelatihan atau
pengalaman yang memadai dan organisasi harus menyimpan rekaman
yang terkait dengan kompetensi tersebut.
Organisasi harus mengidentifikasi keperluan pelatihan yang terkait
dengan aspek lingkungan dan sistem manajemen lingkungan. Organisasi
harus memberikan pelatihan atau cara lain untuk memenuhi keperluan
tersebut dan menyimpan rekaman yang terkait.
Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara
prosedur untuk memastikan orang yang bekerja untuk atau atas nama
organisasi memahami tentang: a) pentingnya kesesuaian dengan
kebijakan lingkungan dan prosedur, serta dengan persyaratan sistem
manajemen lingkungan; b) aspek lingkungan penting dan dampak yang
nyata atau potensial terjadi yang terkait dengan pekerjaannya dan
manfaat peningkatan kinerja perorangan terhadap lingkungan; c) peran
dan tanggungjawab mereka dalam mencapai pemenuhan persyaratan
sistem manajemen lingkungan; dan d) akibat yang mungkin terjadi bila
prosedur tidak dilaksanakan.
10
2.5.4.3 Komunikasi
Berkaitan dengan aspek lingkungan dan sistem manajemen
lingkungan, organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara
prosedur untuk: a) komunikasi internal antara tingkatan dan fungsi yang
beragam di organisasi tersebut; b) menerima, mendokumentasikan dan
menanggapi komunikasi yang terkait dari pihak eksternal yang
berkepentingan. Organisasi harus memutuskan apakah akan
melaksanakan komunikasi kepada pihak eksternal mengenai aspek
lingkungannya dan harus mendokumentasikan keputusan tersebut. Bila
keputusan organisasi adalah melaksanakan komunikasi eksternal
tersebut, maka organisasi harus menetapkan dan menerapkan metode
untuk komunikasi eksternal tersebut.

2.5.4.4 Dokumentasi
Dokumentasi sistem manajemen lingkungan harus mencakup: a)
kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan; b) penjelasan lingkup sistem
manajemen lingkungan; c) penjelasan unsur-unsur utama sistem
manajemen lingkungan dan keterkaitannya serta rujukan kepada
dokumen terkait; d) dokumen, termasuk rekaman, yang disyaratkan oleh
standar ini; e) dokumen, termasuk rekaman, yang ditentukan oleh
organisasi sebagai dokumen penting untuk memastikan perencanaan,
operasi dan pengendalian proses secara efektif, yang terkait dengan
aspek lingkungan penting.

2.5.4.5 Pengendalian dokumen


Dokumen yang diperlukan oleh sistem manajemen lingkungan dan
standar ini harus dikendalikan. Rekaman adalah jenis dokumen khusus
dan harus dikendalikan. Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan
memelihara prosedur untuk: a) menyetujui dokumen sebelum
diterbitkan; b) meninjau dan memutakhirkan seperlunya serta
menyetujui-ulang (reapprove) dokumen; c) memastikan agar perubahan
dan status revisi dokumen terakhir dapat diidentifikasi; d) memastikan
11
agar versi dokumen yang berlaku tersedia di tempat penggunaan; e)
memastikan agar dokumen tetap terbaca dan dapat segera diidentifikasi
secara mudah; f) memastikan agar dokumen yang berasal dari pihak
eksternal yang ditetapkan oleh organisasi sebagai dokumen penting
untuk perencanaan dan operasi sistem manajemen lingkungan,
diidentifikasi dan penyebarannya dikendalikan; g) mencegah
penggunaan dokumen kadaluwarsa dan menerapkan identifikasi yang
cocok pada dokumen tersebut bila masih disimpan untuk maksud
tertentu.

2.5.4.6 Pengendalian operasional


Organisasi harus mengidentifikasi dan merencanakan operasi yang
terkait dengan aspek lingkungan penting yang telah diidentifikasi, sesuai
dengan kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan agar operasi tersebut
dilaksanakan pada kondisi tertentu, dengan: a) menetapkan, menerapkan
dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk mengendalikan situasi
yang tidak sesuai dengan kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan
apabila prosedur tersebut tidak ada; dan b) menetapkan kriteria operasi
dalam prosedur; dan c) menetapkan, menerapkan dan memelihara
prosedur yang terkait dengan aspek lingkungan penting yang telah
diidentifikasi pada barang dan jasa yang digunakan oleh organisasi serta
mengkomunikasikan prosedur dan persyaratan yang berlaku kepada
pemasok, termasuk kontraktor.

2.5.4.7 Kesiagaan dan tanggap darurat


Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara
prosedur untuk mengidentifikasi potensi situasi darurat dan kecelakaan,
yang dapat menimbulkan dampak lingkungan serta bagaimana
organisasi akan menanggapinya. Organisasi harus melakukan tindakan
terhadap situasi darurat dan kecelakaan yang terjadi serta mencegah atau
mengatasi dampak lingkungan negatif yang ditimbulkan. Organisasi
harus meninjau prosedur kesiagaan dan tanggap darurat secara berkala
12
dan apabila diperlukan organisasi menyempurnakan prosedur tersebut,
khususnya setelah terjadinya kecelakaan atau situasi darurat. Organisasi
juga harus menguji prosedur tersebut secara berkala apabila dapat
dilaksanakan.

2.5.5 Pemeriksaan
2.5.5.1 Pemantauan dan pengukuran
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara
prosedur untuk secara berkala memantau dan mengukur karakteristik
pokok operasinya yang dapat menimbulkan dampak lingkungan penting.
Prosedur tersebut harus termasuk pendokumentasian informasi untuk
memantau kinerja, pengendalian operasional yang berlaku dan
pemenuhan tujuan dan sasaran lingkungan organisasi. Organisasi harus
memastikan agar peralatan pemantauan dan pengukuran dikalibrasi atau
diverifikasi, digunakan dan dipelihara serta organisasi harus menyimpan
rekaman yang terkait.

2.5.5.2 Evaluasi penataan


Sesuai dengan komitmen terhadap penaatan, organisasi harus
menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk secara berkala
mengevaluasi penaatan terhadap persyaratan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Organisasi harus mengevaluasi penaatan
terhadap ketentuan lain yang diikuti organisasi. Organisasi dapat
menggabungkan evaluasi tersebut dengan evaluasi terhadap penaatan
peraturan perundang-undangan, atau menetapkan prosedur yang terpisah.
Organisasi harus menyimpan rekaman hasil evaluasi berkala tersebut.
13
2.5.5.3 Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan tindakan
pencegahan
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara
prosedur untuk menangani ketidaksesuaian yang potensial maupun yang
nyata terjadi serta melaksanakan tindakan perbaikan dan tindakan
pencegahan. Prosedur tersebut harus menjelaskan persyaratan untuk:
a) mengidentifikasi dan melaksanakan koreksi terhadap ketidaksesuaian
dan melaksanakan tindakan untuk mengatasi dampak lingkungan yang
timbul; b) menyelidiki ketidaksesuaian, menemukan penyebabnya dan
melaksanakan tindakan untuk menghindari terulangnya ketidaksesuaian;
c) mengevaluasi keperluan untuk melaksanakan tindakan pencegahan
ketidaksesuaian dan menerapkan tindakan yang memadai untuk
menghindari terjadinya ketidaksesuaian; d) merekam hasil tindakan
perbaikan dan tindakan pencegahan yang telah dilaksanakan; dan e)
meninjau efektivitas tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang
telah dilaksanakan. Tindakan yang dilaksanakan harus memadai terkait
dengan besarnya masalah dan dampak lingkungan yang dihadapi.
Organisasi harus memastikan agar dokumentasi sistem manajemen
lingkungan disesuaikan.

2.5.5.4 Pengendalian rekaman


Organisasi harus menetapkan dan memelihara rekaman yang
diperlukan untuk menunjukkan pemenuhan persyaratan sistem
manajemen lingkungannya dan standar ini, serta hasil yang dicapai.
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur
untuk pengidentifikasian, penyimpanan, perlindungan, pengambilan,
penahanan (retention), dan pembuangan rekaman. Rekaman harus tetap
terbaca, teridentifikasi dan terlacak.
14
2.5.5.5 Audit internal
Organisasi harus memastikan bahwa audit internal terhadap sistem
manajemen lingkungan dilaksanakan pada jangka waktu yang
direncanakan untuk:
a) menentukan apakah sistem manajemen lingkungan 1) memenuhi
pengaturan yang direncanakan untuk manajemen lingkungan termasuk
persyaratan standar ini; dan 2) telah diterapkan dan dipelihara secara
memadai
b) menyediakan informasi hasil audit bagi manajemen
Program audit harus direncanakan, ditetapkan, diterapkan dan
dipelihara oleh organisasi, dengan mempertimbangkan tingkat
kepentingan berbagai operasi dari sisi lingkungan serta hasil audit
sebelumnya. Prosedur audit harus ditetapkan, diterapkan dan dipelihara,
yang memuat: - tanggungjawab dan persyaratan untuk perencanaan dan
pelaksanaan audit, pelaporan hasil dan penyimpanan rekaman yang
terkait; - penentuan kriteria, lingkup, frekuensi dan metode audit.
Pemilihan auditor dan pelaksanaan audit harus memelihara objektivitas
dan kenetralan proses audit.

2.5.6 Tinjauan manajemen


Manajemen puncak harus meninjau sistem manajemen lingkungan
organisasi, pada jangka waktu tertentu, untuk memelihara kesesuaian,
kecukupan dan efektivitas sistem yang berkelanjutan. Tinjauan harus
termasuk mengkaji kesempatan untuk perbaikan dan keperluan untuk
melakukan perubahan pada sistem manajemen lingkungan, termasuk
kebijakan lingkungan, tujuan dan sasaran lingkungan. Rekaman tinjauan
manajemen harus disimpan. Masukan kepada tinjauan manajemen harus
termasuk: a) hasil audit internal dan evaluasi penaatan terhadap persyaratan
peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang diikuti organisasi; b)
komunikasi dari pihak eksternal yang berkepentingan, termasuk keluhan; c)
kinerja lingkungan organisasi; d) tingkat pencapaian tujuan dan sasaran; e)
status tindakan perbaikan dan pencegahan; f) tindak lanjut tinjauan
15
manajemen sebelumnya; g) situasi yang berubah, termasuk perkembangan
pada persyaratan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang
terkait dengan aspek lingkungan; dan h) rekomendasi perbaikan. Keluaran
tinjauan manajemen harus termasuk setiap keputusan dan tindakan terkait
dengan perubahan pada kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan serta unsur
lain sistem manajemen lingkungan, sesuai dengan komitmen pada perbaikan
berkelanjutan.

2.6 Proses penerapan SML dalam proyek konstruksi


2.6.1 Identifikasi dampak pelaksanaan proyek terhadap lingkungan
proyek

Identifikasi dampak pelaksanaan proyek terhadap kegiatan


konstruksi fisik yang diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan hidup, memerlukah data dan informasi mengenai berbagai
komponen kegiatan proyek yang berpotensi menimbulkan dampak penting
serta komponen lingkungan disekitar lokasi kegiatan yang berpotensi
terkena dampak akibat kegiatan. Penelaahan terhadap kedua hal tersebut
menjadi sangat penting karena ketepatan dan ketelitian Analisis Dampak
Lingkungan sepenuhnya tergantung dari kelengkapan dan kedalaman data
dan informasi yang diperoleh. Dengan melakukan analisis dampak
lingkungan dapat diperkirakan dan dievaluasi jenis, besaran atau intensitas
serta tingkat pentingnya dampak yang terjadi. Intensitas dampak dapat
diperkirakan atau dihitung besarnya denan memakai berbagai metode yang
sesuai untuk komponen lingkungan tertentu, seperti metode statistik,
matematik, metode survey, experimental, analogi ataupun professional
judgement. Sedangkan tingkat pentingnya dampak dapat mengacu pada
Pedoman Penentuan Dampak Penting yang ditetapkan oleh Kepala
Bapendal No. 056 Tahun 1994, dimana tingkat pentingnya dampak
ditentukan oleh faktor-faktor:a. Jumlah penduduk yang akan terkena
dampak, b. Luas wilayah sebaran dampak. c. Lamanya dampak
berlangsung, d. Intensitas dampak, e. Banyaknya komponen lingkungan
16
lain yang akan terkena dampak, f. Sifat kumulatif dampak, g. Berbalik
atau tidak berbaliknya dampak.

Informasi tentang intensitas atau bobot dampak tersebut diatas


secara sistematis tertuang dalam dokumen AMDAL, dan menjadi acuan
dalam perumusan upaya penanganan dampak yang timbul, yang
dituangkan dalam dokumen Rencana Pengelolaa n Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Dokumen RKL dan RPL ini
harus dapat dijabarkan dalam gambar-gambar kerja dan syarat-syarat
pelaksanaan, serta acuan dalam melaksanakan pekerjaan: Selanjutnya
dokumen RKL dan RPL ini dipakai sebagai dasar untuk pelaksanaan
pengelolaan lingkungan (KL) dan pelaksanaan pemantauan lingkungan
(PL), selama masa pra konstruksi, konstruksi maupun pada pasca
konstruksi.

2.6.2 Evaluasi dan tinjauan RKL (Rencana kelola lingkungan) & RPL
(Rencana pemantauan lingkungan)

Penjabaran RKL dan RPL pada Tahap Perencanaan Teknis.


Perencanaan teknis dimaksudkan untuk menyiapkan gambar-gambar
teknis, syarat dan spesifikasi teknis kegiatan, sehingga dapat
menggambarkan produk yang akan dihasilkan, didasarkan atas kriteria-
kriteria yang ditetapkan dalam studi kelayakan. Untuk mewujudkan suatu
perencanaan teknis yang berwawasan lingkungan, maka perumusan RKL
dan RPL harus dijabarkan dalam gambar-gambar teknis dan spesifikasi
teknis tersebut, serta perlu dituangkan dalam dokumen kontrak, sehingga
mengikat pelaksana proyek. Prakiraan kegiatan yang akan menimbulkan
dampak pada komponen lingkungan adalah mencakup 3 tahap, yaitu tahap
Pra Konstruksi, Tahap Konstruksi dan Pasca Konstruksi ( tahap
operasional ).
17
2.6.3 Pengelolaan lingkungan proyek

Pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu dalam melakukan


permanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian dan
pengembangan lingkungan hidup, sehingga pelestarian potensi sumber daya alam
dapat tetap dipertahankan, dan pencemaran atau kerusakan lingkungan dapat
dicegah. Perwujudan dari usaha tersebut antara lain dengan menerapkan
teknologi.yang tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan. Untuk itu berbagai
prinsip yang dipakai untuk pengelolaan lingkungan antara lain :
• Preventif (pencegahan), didasarkan atas prinsip untuk mencegah
timbulnya dampak yang tidak diinginkan,, dengan mengenali secara dini
kemungkinan timbulnya dampak inegatif, sehingga rencana pencegahan
dapat disiapkan sebelumnya. Beberapa contoh dalam penerapan prinsip
ini adalah melaksanakan AMDAL secara baik dan benar, pernanfaatan
sumber daya alam dengan efisien sesuai potensinya, serta mengacu pada
tata ruang yang telah ditetapkan.
• Kuratif (penanggulangan), didasarkan atas prinsip menanggulangi
dampak yang terjadi atau yang diperkirakan akan terjadi, namun karena
keterbatasan teknologi, hal tesebut tidak dapat dihindari. Hal ini
dilakukan dengan pemantauan terhadap komponen lingkungan yang
terkena dampak seperti kualitas udara, kualitas air dan sebagainya.
Apabila hasil pemantauan lingkungan mendeteksi adanya perubahan atau
pencemaran lingkungan, maka perlu ditelusuri penyebab/sumber
dampaknya, dikaji pengaruhnya, serta diupayakan menurunnya kadar
pencemaran yang timbul.
• Insentif (kompensasi), didasarkan atas prinsip dengan mempertemukan
kepentingan 2 pihak yang terkait, disatu pihak pemrakarsa/pengelola
kegiatan yang mendapat manfaat dari proyek tersebut harus
memperhatikan pihak lain yang terkena dampak, sehingga tidak merasa
dirugikan. Perangkat insentif ini dapat juga berupa pengaturan oleh
pemerintah seperti peningkatan pajak atas buangan limbah, iuran
pemakaian air, proses perizinan dan sebagainya.
18
2.6.4 Audit lingkungan proyek

Prosedur ini digunakan sebagai panduan melaksanakan kegiatan audit


dampak lingkungan terhadap pelaksanaan proyek. Mencakup kegiatan
perencanaan, persiapan, pelaksanaan sampai dengan penyusunan laporan.
Tujuan dan sasaran yaitu memberikan panduan bagi kegiatan kegiatanyang
berhubungan dengan audit lingkungan untuk memverifikasi bahwa sistem
menajemen dampak lingkungan akibat pelaksanaan proyek telahditerapkan
secara efektif. Permintaan tindakan koreksi yang diminta oleh auditor kepada
pihak teraudit dinamakan CAR (Corrective Action Request).
Audit Lingkungan yaitu kegiatan pemeriksaan yang sistimatis dan bebas
menentukan apakah kegiatan dan hasil yang berkaitan telah memenuhi sistem
manajemen dampak lingkungan secara efektif dan sesuai. Seorang auditor adalah
petugas yang akan melakukan audit dampak lingkungan dan mempunyai
kualifikasi untuk melakukan kegiatan audit dampak lingkungan.
19
2.7 Penerapan SML dalam proyek konstruksi
2.7.1 Identifikasi dampak pelaksanaan proyek terhadap lingkungan
proyek
Melakukan pendataan jumlah penduduk yang akan terkena dampak, luas
wilayah sebaran dampak, lamanya dampak berlangsung, intensitas dampak,
banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak, sifat
kumulatif dampak, berbalik atau tidak berbaliknya dampak secara sistematis
dituangkan dalam dokumen AMDAL, dan menjadi acuan dalam perumusan
upaya penanganan dampak yang timbul, kemudian dituangkan dalam
dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL).
2.7.2 Evaluasi dan tinjauan RKL (Rencana kelola lingkungan) & RPL
(Rencana pemantauan lingkungan)
1) Tahap pra konstruksi
a. Perijinan (legalitas usaha)
b. Pembebasan tanah (pemindahan hak)
c. Studi kelayakan (sejauh mana kelayakan usaha yang akan didirikan dan
pendekatan ke masyarakat untuk mengetahui persepsinya terhadap
proyek yang akan dibangun)
d. Pematangan lahan.
e. Dampak yang akan timbul segi sosial ekonomi dan budaya (contoh tanah
pertanian jadi gedung hotel/kantor
2) Tahap pelaksanaan konstruksi
• Pembangunan sarana dan prasarana serta penerimaan tenaga kerja.
a. Pembangunan barak dan gudang/workshop
b. Pembangunan pagar pengaman dan jalan masuk proyek
c. Pembangunanan kantor proyek
d. Fasilitas dan utilitas pendukung proyek
e. Sistim penerimaan tenaga kerja (berapa jumlah tenaga kerja)
f. Sistim pengadaan dan penyimpanan material
g. Sistim operasi peralatan dan alat pendukung
h. Sistim penggunaan alat perancah/alat pengaman
20
i. Sistem trafik lalu lintas disekitar proyek
j. Berapa lamanya proyek
• Pembangunan Bangunan Utama proyek (dilihat karakteristiknya)
a. Sistim Penggalian tanah & Urugan
b. Sistim Dewatering
c. Sistim pelaksanaan Pondasi dan dinding bawah tanah
d. Sistim pelaksanaan struktur atas
e. Sistim pelaksanaan finishing & penggunaan material
f. Sistim pelaksanaan instalasi listrik standar
g. Sistim pelaksanaan instalasi listrik non standar
h. Sistim pelaksanaan instalasi plumbing untuk air kotor,bersih dan panas
i. Sistim iluminasi/pencahayan luar dan dalam
j. Sistim ventilasi (alami atau mekanikal)
k. Sistim pelaksanaan dan pengolahan air limbah
l. Syistem transportasi dalam bangunan
m. Sistim tata suara
n. Sistim pentanahan dan penangkal petir
o. Sistim pewarnaan proyek
p. Sistim sirkulasi ruang dalam dan luar
q. Sistim pertanaman
r. Sistim irrigasi
s. Sistim operasi seluruh peralatan
t. Sistim pemadam kebakaran dalam dan luar
u. Sistim evakuasi keadaan darurat.
v. Lama Pelaksanaan pembangunan proyek diantara (0.6 – 2 tahun)
• Percobaan bangunan sebelum operasi (3 – 6 bulan)
a. Testing Commisioning
b. Training operasional
c. Dampak yang akan timbul diperkirakan komponen :
▪ Fisika, kimia, biologi
▪ Sosial ekonomi budaya (Penggunaan listrik genset,
penggunaan motor-motor)
21
▪ Bersuara, penggunaan pompa-pompa penghisap air tanah,
kendaraan dan lalu lintas dll).
Contoh Jenis dampak dari :
a. Fisika Kimia
Kualitas udara (kebisingan)
Dengan meningkatnya kebisingan yang dapat melampaui baku mutu di
wilayah studi yang diakibatkan oleh kegiatan proyek, hal ini dampak yang
ditimbulkan akan berlangsung selama pengerjaan proyek dan luasannya
akan mencapai radius tertentu sesuai studi & dan hasil evaluasi.
b. Hidrologi (Kualitas Air)
Kegiatan proyek akan berdampak pada perubahan kualitas dan kuantitas
air dilingkungan/disekitar proyek
c. Hayati
Dampak yang timbul akibat menurunya kualitas dan kuantitas air atau
meningkatnya konsentrasi beberapa parameter tertentu yang terlarut
dalam air dapat berakibat buruk bagi kehidupan organisme fito plankton
dan biota air lainnya.
d. Sosial & Budaya
Dampak sosial yang akan dihadapi proyek adalah penyerapan tenaga
kerja dan penyesuaian kualifikasi yang ada disekitar proyek menjadi
pertimbangan penting. Dampak yang akan timbul terhadap kultur
masyarakat sekitar.
e. Sumberdaya Proyek
Timbulnya dampak terhadap pengelolaan material, alat dan tenaga kerja
proyek

3) Tahap pasca konstruksi


Evaluasi pasca proyek ditujukan : untuk menilai dan pengupayakan
peningkatan daya guna dan hasil guna dari prasarana yang telah dibangun
dan dioperasikan. Evaluasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan
dimaksudkan untuk memantapkan SOP (standard operation procedure)
dengan mengacu pada pengalaman yang didapat dilapangan selama
22
kegiatan proyek berlangsung.
Bangunan beroperasi
a. Dampak Peralihan proyek ke operasi usaha
b. Dampak operasional
c. Dampak yang akan timbul diperkirakan komponen :
1. Fisika kimia, biologi dan,
2. Sosial ekonomi budaya (Penggunaan listrik genset, penggunaan
motor)
3. Bersuara, penggunaan pompa-pompa penghisap air tanah, kendaraan
dan lalu lintas di dalam/luar/disekitar bangunan.

2.7.3 Pengelolaan lingkungan proyek

Pengelolaan dampak, baik positif dan negatif dapat dilakukan


dengan 3 pendekatan yaitu pendekatan teknologi, pendekatan ekonomi,
dan pendekatan institusional. Seperti uraian berikut ini :

a. Pendekatan Teknologi.
Dalam pengelolaan lingkungan terutama untuk : pengelolaan air bersih,
pengelolaan limbah (sumber cair), Pengelolaan limbah padat,
pengelolaankebisingan, pengelolaan pencegahan kebakaran, pengelolaan
daur ulang material proyek, dan pengelolaan sosial ekonomi dan budaya.

b. Pendekatan Ekonomi.
Pendekatan ekonomi pada hakekatnya adalah penerapan system terpadu
dari pendekatan teknologi dan institusional sehingga secara ekonomi layak
untuk dilaksanakan. Dalam hal ini juga mempertimbangkan kebijakan
ekonomi untuk mempermudah terselenggaranya pengelolaan lingkungan,
baik ditujukan kepada kepentingan perusahaan, pemerintah maupun
masyarakat. Secara umum pendekatan ekonomi yang dapat diterapkan
antara lain adalah :
1. Memberikan kemudahan dan keringanan dalam proses pengadaan
peralatan untuk pengelolaan lingkungan.
23
2. Selalu merencanakan/menentukan anggaran biaya pengelolaan
lingkungan tiap periode sehingga dapat di cek perkembangan biaya
pengelolaan lingkungan, baik untuk pemeliharaan alat maupun
pengelolaan lingkungan.
3. Kemudaha perbankan untuk memperoleh kredit jika diperlukan.
4. Kerugian biaya dan prosedur yang mudah dalam pengelolaan limbah.
5. Pemberian ganti rugi atau kompensasi yang wajar terhadap masyarat
yang terkena dampak.
6. Pemberdayaan masyarakat dalam proses pelaksanaan kegiatan dan
penggunaan tenaga kerja.
7. Dalam hal penyediaan bahan baku untuk makanan sepanjang memenuhi
syarat kesehatan diusahakan dari daerah setempat.
8. Diprioritaskan menggunakan tenaga kerja lokal sesuai kebutuhan.
9. Efisien dalam menggunakan material dan alat kegiatan proyek.

c. Pendekatan Institusional /Kelembagaan.


Pendekatan institusional adalah pengelolaan lingkungan dengan
mengembangkan kerja sama antara pemrakarsa dengan lembaga atau
organisasi industri lain yang terkait.
Pendekatan institusional atau kerjasama yang dapat dilakukan antra lain
adalah:
1. Dalam hal pengadaan air bersih Dapat bekerjasama dengan PDAM dan
dinas kesehatan.
2. Untuk pengelolaan limbah dapat bekerjasama dengan laboratorium
kesehatan, baik BPPI maupun BPOM
3. Untuk pemantauan sumur dapat bekerjasama dengan dinas
pertambangan
4. Untuk mengelola dalam kesehatan dapat bekerjasa dengan dinas
kesehatan, puskesmas dan lainnya. 5. Dalam hal pengelolaan limbah padat
dapat bekerjasama dengan dinas kebersihan.
6. Dalam pengelolaan aspek Sossekbud dapat bekerjasama dengan BKLH,
Depdikbud, Depnaker, Pemda setempat dll.
24
d. Pendekatan Sosial & Budaya
Dampak sosial yang akan dihadapi proyek adalah penyerapan tenaga
kerja dan penyesuaian kualifikasi yang ada disekitar proyek menjadi
pertimbangan penting. Dampak yang akan timbul terhadap kultur
masyarakat sekitar.
▪ Pada tahap pra konstruksi
Kegiatan pra konstruksi dalam hal ini pengadaan tanah dan pemindahan
penduduk harus didukung dengan data yang lengkap dan akurat tentang
lokasi, luas, jenis peruntukan serta kondisi penduduk yang memiliki atau
menempati tanah yang dibebaskan tersebut. Ketentuan-ketentuan yang
rinci tentang masalah pembebasan tanah dalam RKL harus dapat
digunakan dan dimanfaatkan sebagai acuan dalam pelaksanaan
pembebasan tanah dan pembebasan tanah tersebut.
▪ Pada tahap konstruksi.
Kegiatan pada tahap ini merupakan pelaksanaan fisik konstruksi sesuai
dengan gambar dan syarat-syarat teknis yang telah dirumuskan dalam
kegiatan perencanaan teknis. Kegiatan pengelolaan lingkungan yang
tercakup pada tahap ini meliputi
penerapan:
• Metode: konstruksi, spesifikasi serta persyaratan kualitas dan
kuantitas pekerjaan yang terkait dengan penanganan dampak
penting.
• Penerapan SOP yang mengacu dampak lingkungan.

2.7.4 Audit lingkungan proyek

• Kegiatan audit sekurang kurangnya dilaksanakan 2 kali dalam


periode proyek yaitu pada akhir phase pra konstruksi dan pada akhir
phase Konstruksi.
• Auditor untuk setiap kegiatan audit ditetapkan dengan surat penetapan
tugas yang ditanda tangani oleh wakil manajemen (dimana dalam
pelaksanaanya auditor yang ditunjuk merupakan petugas yang
independen dari tanggung jawab dan tugas pada unit yang diaudit).
25
• Kegiatan persiapan se kurang kurangnya terdiri dari :
a. Membuat jadwal audit dampak lingkungan yang fleksibel sesuai
keperluannya.
b. Menyiapkan dokumen dokumen yang digunakan selama audit dampak
lingkungan.
c. Menyiapkan formulir CAR, daftar pertanyaan yang diperlukan.
• Pelaksanaan audit. dampak lingkungan terdiri dari :
a. Rapat pembukaan, auditor menjelaskan program audit dampak
lingkungan dan melakukan konfrmasi jadwal kepada auditee.
b. Pemeriksaan , yaitu :
- Mengumpulkan bukti bukti ketidaksesuaian berdasarkan hasil
wawancara, pemeriksaan dokumen dan pengamatan.
- Temuan ketidak sesuaian dicatat pada formular CAR dan harus
disetujui oleh auditee.
- Auditee harus menentukan target rencana perbaikan pada CAR
c. Rapat penutupan, auditor menyampaikan laporan atas hasil pengamatan
dan temuan temuan selama pelaksanaan audit dampak lingkungan dan
kesimpulan mengenai keefektifan sistem menejemen lingkungan.
• Ketidak sesuaian yang ditemukan dalam audit dikategorikan dalam 3
jenis, yaitu:
a. Major : bila tidak ditemui bukti bukti yang memadai bahwa auditee
telah melaksanakan pengaturan yang berlaku atau tidak mengindahkan
prosedur yang ada.
b. Minor : bila dalam pelaksanaan kegiatan telah mengikuti
pengaturan serta
prosedur yang berlaku namun masih terdapat kekurangan kekurangan
dalam dokumentasinya ataupun dalam pelaksanaan prosedurnya.
c. Catatan : bila semua bukti ditemukan tidak bertentangan dengan
pengaturan dan prosedur yang berlaku, namun dirasakan perlu
mendapat perhatian dari pihak manajemen.
26
• Auditor mengevaluasi dan menyimpulkan hasil temuan dari seluruh
pengamatan yang dilaksanakan selama kegiatan audit dampak
lingkungan.
• Formulir CAR ditandatangani oleh auditor dan auditee pada saat
pelaksanaan rapat penutupan.
• Laporan hasil audit disampaikan kepada wakil manajemen sebagai
bahan tindakan perbaikan selanjutnya.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa sistem manajemen lingkungan merupakan
sistem manajemen yang sangat diperlukan dalam suatu bidang kostruksi
dikarenakan sistem manajemen mencakup organisasi praktik, prosedur, proses,
dan sumber daya yang berperan atas kebijakan lingkungan dan pegelolaan aspek
lingkungan. Jadi penerapan sistem ini akan berdampak baik pada poses konstruksi
di suatu proyek.

27
28
DAFTAR RUJUKAN

Chandra, Herry P. 2002. “ANALISA SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN


(ISO 14000) DAN KEMUNGKINAN IMPLEMENTASINYA OLEH
PARA KONTRAKTOR KELAS A DI SURABAYA” 4 (2): 8.
Purwanto, Andie T. n.d. “Manajemen Lingkungan: Dulu, Sekarang, dan Masa
Depan,” 28.
Sueb, Memed. 2012. “RELASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO
14001 DAN KINERJA KEUANGAN” 3 (1): 7.
Husen, Abrar.2010.MANAJEMEN PROYEK.Yogyakarta:ANDI Yogyakarta
Internasional Organization for Standarddization. Introduction to ISO 14001:2015.
ISO Central Secretariat:Geneva.2015
Internasional Organization for Standarddization. Introduction to ISO Key Benefits.
ISO Central Secretariat:Geneva.2015
Departemen Pekerjaan Umum Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya
Manusia Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi : Kode :
INA.56303.13.09.11.07– Judul : Sistem Manajemen Lingkungan Proyek
(Environmental Management Project)
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Jalan, Perumahan dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah : Pelatihan
Ahli Teknik Lalu lintas
DAFTAR MAHASISWA AKTIF DALAM PEKULIAHAN MANAJEMEN
PROYEK KONSTRUKSI TANGGAL 9 SEPTEMBER 2019, MATERI SISTEM
MANAJEMEN LINGKUNGAN PROYEK KONSTRUKSI
NO URUT NO PRESENSI NIM NAMA
1 3 180521629076 MOHAMMAD ANDYKO
2 4 180521629091 MOH. IMON FIRDAUS
3 5 180521629072 MUHAMMAD FAIZ ALAUDIN
4 6 180521629103 MUHAMMAD IQBAL RAFI
5 8 180521629051 M. NAUFAL RAFIF F.
6 10 180521629028 NABILLA PUSPITA SARI
7 13 180521629095 NAMIRA NOVA
8 15 180521629002 NANDA AYU FEBRIANI
9 18 180521629053 NUR IRA MEGA MAHARANI
10 20 180521629089 RAUL AMIR KHAN
11 24 180521629004 RIZAL ALFIAN DWI PUTRA
12 25 180521629012 RIZKA MUFIDATUL ISMIYAH
13 26 180521629044 SEPTIKA MARGA NUR ARISTA
14 29 180521629043 WAHYU AJI SAPUTRO
15 31 180521629096 YASYFA NUZULAFA PUTRA A.

Anda mungkin juga menyukai