Anda di halaman 1dari 35

AKUNTANSI MENAJEMEN

Disusu oleh :

 Elang Mulya Lesmana 171210042


 Tika Marantika Dewi 171210163
 Noni Ayu Diningrum 171210198
 Okta Rizkya 171210263
 Riki Setiawan 171210300

S1 Akuntansi B Karyawan

STIE Kesatuan Bogor


Jl. Ranggagading No. 01
DAFTAR ISI

I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 3
II. Pembahasan
2.1. Akuntansi Lingkungan .................................................................................4
2.2. Informasi Non Akuntansi .............................................................................11
2.3. Gaya Kepemimpinan dan Perusahaan ........................................................13
2.4. Kinerja Perusahan ........................................................................................16
2.5. Profesi Akuntansi Manajemen dalam Perusahaan .......................................20
2.6. CSR (Corporate Social Resfonsibility) ........................................................27
2.7. GCG (Good Corporate Governance) ........................................................... 30
2.8. Budget Sleck, Budget Gaming, Beyond Budgeting, and Budget
Participation .................................................................................................32
III. Penutup ..................................................................................................................33
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Akuntansi Manajemen adalah disiplin ilmu yang berkenaan dengan penggunaan
informasi akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak internal lainnya untuk
penghitungan biaya produk, perencanaan, pengendalian, dan evaluasi serta pengambilan
keputusan. Akuntansi merupakan kebutuhan sebuah perusahaan. Bagaimana sebuah
perusahaan melihat keadaan financial perusahaannya pada suatu periode tertentu.
Adalah tugas seorang akuntan untuk mencatat laporan keuangan suatu perusahaan.
Akuntansi manajemen membahas lebih lanjut pencatatan laporan keuangan untuk pihak
internal (manajemen perusahaan). Maka, penulisan makalah ini akan fokus untuk
menjelaskan ruang lingkup akuntansi manajemen.
BAB II
Pembahasan

1. Akuntansi Lingkungan

a) Pengertian
Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting atau EA) merupakan istilah yang
berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan (environmental costs) ke dalam praktek
akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah.Biaya lingkungan adalah dampak yang timbul
dari sisi keuangan mampun non-keuangan yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan
yang mempengaruhikualitaslingkungan.
MenurutBadanPerlindunganLingkungan Amerika Serikat atau United States
Environment Protection Agency (US EPA) akuntansi lingkungan adalah:
“Fungsi penting akuntansi lingkungan adalah untuk menyajikan biaya-biaya lingkungan bagi
para stakeholders perusahaan, yang mampu mendorong pengidentifikasian cara-cara
mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu yang bersamaan, perusahaan
sedang memperbaiki kualitas lingkungan”.
Latar belakang pentingnya akuntansi lingkungan pada dasarnya menuntut kesadaran
penuh perusahaan-perusahaan maupun organisasi lainnya yang telah mengambil manfaat dari
lingkungan.Penting bagi perusahaan-perusahaan atau organisasi lainnya agar dapat
meningkatkan usaha dalam mempertimbangkan konservasi lingkungan secara berkelanjutan.
Penggunaan konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan mendorong kemampuan
untuk meminimalisasi persoalan-persoalan lingkungan yang dihadapinya.Banyak perusahaan
besar industri dan jasa yang kini menerapkan akuntansi lingkungan.Tujuannya adalah
meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan
lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental costs) dan manfaat atau efek (economic
benefit).
Akuntansi lingkungan diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk menghasilkan
penilaian kuantitatif tentang biaya dan dampak perlindungan lingkungan (environmental
protection).
b) Ruang Lingkup
Akuntansi lingkungan bertujuan mengukur biaya dan manfaat sosial sebagai akibat
dari aktivitas perusahaan dan pelaporan prestasi perusahaan (Halim, Irawan, 1998).
Akuntansi lingkungan adalah sebuah alat yang dapat diterapkan dalam skala penggunaan
dan cakupan ruang lingkup yang berbeda. Skala yang digunakan tergantung dari kebutuhan,
kepentingan, tujuan, dan sumberdaya perusahaan.
Permaslaahan dalam menentukan ruang lingkup akuntansi lingkungan adalah
bagaimana perusahaan dapat menentukan biaya lingkungan yang muncul akibat aktivitas
bisnisnya yang mana biaya tersebut tidak dapat diukur secara akuntansi.
Guna mencapai keberhasilan dalam penerapan akuntansi lingkungan, maka pertama
dan utama sekali yang perlu diperhatikan manajemen perusahaan adalah adanya kesesuaian
antara evaluasi yang dibuat perusahaan terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan.
Langkah kedua, menentukan apa yang menjadi target perusahaan dengan cara
mengidentifikasi faktor-faktor utama yang berdampak pada lingkungan perusahaan serta
menyusun suatu perencanaan untuk mengurangi dampak lingkungan. Langkah ketiga,
memilih alat ukur yang sesuai dalam menentukan persoalan lingkungan.Langkah keempat,
melakukan penilaian administrasi untuk menetapkan target di masing-masing
segmen.Langkah kelima, menghasilkan segmen akuntansi untuk mengukur masing-masing
divisi perusahaan.Langkah keenam, melakukan pengujian dimasing-masing devisi.Langkah
terakhir adalah melakukan telaah kinerja.Pada telaah kinerja diharapkan dapat menghasilkan
segmen akuntansi yang dapat mendukung prestasi manajemen lingkungan dimasing-masing
divisi.
Badan Perlindungan Amerika Serikat atau United States Environment Protection
Agency (EPA) menambahkan lagi bahwa istilah akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua
dimensi utama. Pertama, akuntansi lingkungan merupakan biaya yang secara langsung
berdampak pada perusahaan secara menyeluruh (dalam hal ini disebut dengan istilah “biaya
pribadi”). Kedua,akuntansi lingkungan juga meliputi biaya-biaya individu, masyarakat
maupun lingkungan suatu perusahaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Sistem akuntansi lingkungan terdiri atas lingkungan akuntansi konvensional dan
akuntansi ekologis. Akuntansi lingkungan konvensional mengukur dampak-dampak dari
lingkungan alam pada suatu perusahaan dalam sitilah-istilah keuangan. Sedangkan
akuntansi ekologis mencoba untuk mengukur dampak suatu perusahaan berdasarkan
lingkungan, tetapi pengukuran dilakukan dalam bentuk unit fisik (sisa barang produksi
dalam kilogram, pemakaian energi dalam kilojoules, dll), akan tetapi standar pengukuran
yang digunakan bukan dalam bentuk satuan keuangan.
Sedangkan lingkup akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua bagian. Bagian
pertama didasarkan pada kegiatan akuntansi lingkungan suatu perusahaan baik secara
nasional maupun regional. Bagian kedua berkaitan dengan akuntansi lingkungan untuk
perusahaan-perusahaan dan organisasi lainnya.
Pada dasarnya penjelasan mengenai konsep akuntansi lingkungan harus mengikuti
beberapa faktor berikut, antara lain:
a. Biaya konservasi lingkungan (diukur dengan menggunakan nilai satuan uang).
b. Keuntungan konservasi lingkungan (diukur dengan unit fisik).
c. Keuntungan ekonomi dari kegiatan konservasi lingkungan (diukur dengan nilai
satuan uang/rupiah).

c) Pengukuran
Akuntansi lingkungan menunjukkan biaya riil atas input dan proses bisnis serta
memastikan adanya efisiensi biaya, selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur biaya
kualitas dan jasa. Tujuan utamanya adalah dipatuhinya perundangan perlimdungan
lingkungan untuk menemukan efisiensi yang mengurangi dampak dan biaya lingkungan.
(Helvegia ,2001).

\ Produk Utama
Sumber Daya Manusia

Proses
Produksi

Sumber Daya Alam : Produk samping :


Bahan Kimia dan Alat- Di RS realatif tidak ada
alat Medis Lain produk samping

Emisi Gas Cair dan Padat


Sebagai Limbah Sisa
Produksi

Gambar 1. Proses produksi suatu kegiatan operasional usaha di lingkungan Rumah Sakit.
(Sumber: Makalah Seminar PPLH Lingkungan UGM Yogyakarta)

Dalam bagan diatas tampak bahwa proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan,
memiliki emisi yang bermacam macam sifat dan bentuknya. Emisi yang memiliki
keragaman sifat dan bentuk ini memerlukan pengelolaan yang tertentu dengan
menyesuaikan kebutuhannya dalam penentuan pembiayaannya.
Metode pengalokasian biaya untuk pengelolaan lingkungan ini pada umumnya
dialokasikan sebagai biaya tambahan, yaitu biaya selama satu tahun periode akuntansi untuk
mengelola berbagai kemungkinan dari dampak pencemaran lingkungan dan dampak negatif
sisa oprasional usaha dimasukkan dalam pos biaya umum.(Kohln.2003) Secara praktis,
pengalokasian tersebut tidak bermasalah pada penanggulangan dampak negatif tersebut,
namun secara akuntansi pengalokasian biaya yang tidak dilakukan secara sistematis dengan
metode penjelasan alokasi biaya tersebut dapat mengurangi akuntabilitas perusahaan yang
bersangkutan. Pertanggungjawaban penggunaan biaya lingkungan yang dimasukkan dalam
pos yang tidak secara detail dapat mengungkap pengidentifikasian, pengklasifikasian,
pengukuran, penilaian, dan pelaporan penggunaan biaya tersebut menjadi bias.
(Hadisatmoko.2000)

Tahap-Tahap Perlakuan Alokasi Biaya Lingkungan

Sebelum mengalokasikan pembiayaan untuk pengelolaan dampak lingkungan seperti


pengelolaan limbah, pencemaran lingkungan, dan efek sosial masyarakat lainnya,
perusahaan perlu merencanakan tahap pencatatan pembiayaan tersebut. Tahap tahap ini
dilakukan dalam rangka agar pengalokasian anggaran yang telah dipersiapkan untuk satu
tahun periode akuntansi tersebut dapat diterapkan secara tepat dan efisien.Menurut Munn
(1999) dalam bukunya yang berjudul “A System View of Accounting for Waste”
mengungkapkan bahwa pencatatan pembiayaan untuk mengelola sampah-sampah yang
dikeluarkan dari hasil sisa produksi suatu usaha dialokasikan dalam tahap tahap tertentu
yang masing masing tahap memerlukan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan, dan
tahap tahap pencatatan itu dapat dilakukan sebelum peridoe akuntansi berjalan sesuai
dengan proses produksi yang dilakukan perusahaan tersebut. (Munn,1999)
Richard Kingstone (2003) dalam situs berita di Amerika Serikat menyatakan bahwa
pencatatan untuk mengelola segala macam yang berkaitan dengan limbah sebuah
perusahaan didahului dengan perencanaan yang akan dikelompokkan dalam pos pos tertentu
sehingga dapat diketahui kebutuhan riil setiap tahunnya. Pengelompokkan dalam tahap
analisis lingkungan sebagaimana yang ditentukan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) tersebut antara lain sebagai berikut (Murni, 2001):
1) Identifikasi
Pertama kali perusahaan hendak menentukan biaya untuk pengelolaan biaya
penanggulangan eksternality yang mungkin terjadi dalam kegiatan operasional
usahanya adalah dengan mengidentifikasi dampak dampak negatif tersebut.
Sebagai contoh misalnya sebuah Rumah Sakit yang diperkirakan akan
menghasilkan limbah berbahaya sehingga memerlukan penanganan khusus
untuk hal tersebut mengidentifikasi limbah yang mungkin ditimbulkan antara
lain: limbah padat, cair, maupun radioaktif yang berasal dari kegiatan instalasi
rumah sakit atau kegiatan karyawan maupun pasien (Sudigyo, 2002). Macam
macam kemungkinan dampak ini diidentifikasi sesuai dengan bobot dampak
negatif yang mungkin timbul.

2) Pengakuan
Elemen-elemen tersebut yang telah diidentifikasikan selanjutnya diakui sebagai
rekening dan disebut sebagai biaya pada saat menerima manfaat dari sejumlah
nilai yang telah dikeluarkan untuk pembiayaan lingkungan tersebut.Pengakuan
biaya-biaya dalam rekening ini dilakukan pada saat menerima manfaat dari
sejumlah nilai yang telah dikeluarkan sebab pada saat sebelum nilai atau
jumlah itu dialokasikan tidak dapat disebut sebagai biaya sehingga pengakuan
sebagai biaya dilakukan pada saat sejumlah nilai dibayarkan untuk pembiayaan
pengelolaan lingkungan. (PSAK,2002)

3) Pengukuran
Perusahaan pada umumnya mengukur jumlah dan nilai atas biaya biaya yang
dikeluarkan untuk pengelolaan lingkungan tersebut dalam satuan moneter
yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengukuran nilai dan jumlah biaya yang
akan dikeluarkan ini dapat dilakukan dengan mengacu pada realisasi biaya
yang telah dikeluarkan pada periode sebelumnya, sehingga akan diperoleh
jumlah dan nilai yang tepat sesuai kebutuhan riil setiap periode. Dalam hal
ini, pengukuran yang dilakukan untuk menentukan kebutuhan pengalokasian
pembiayaan tersebut sesuai dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan
sebab masing masing perusahaan memiliki standar pengukuran jumlah dan
nilai yang berbeda-beda.
4) Penyajian
Biaya yang timbuldalam pengelolaan lingkungan ini disajikan bersama sama
dengan biaya-biaya unit lain yang sejenis dalam sub-sub biaya administrasi
dan umum. Penyajian biaya lingkungan ini didalam laporan keuangan dapat
dilakukan dengan nama rekening yang berbeda-beda sebab tidak ada
ketentuan yang baku untuk nama rekening yang memuat alokasi pembiayaan
lingkungan perusahaan tersebut.

5) Pengungkapan
Pada umumnya, akuntan akan mencatat biaya biaya tambahan ini dalam akuntansi
konvensional sebagai biaya overhead yang berarti belum dilakukan
spesialisasi rekening untuk pos biaya lingkungan. Akuntansi lingkungan
menuntut adanya alokasi pos khusus dalam pencatatan rekening pada laporan
keuangan yang dibuat oleh perusahaan- sehingga dalam pelaporan akuntansi
keuangan akan muncul bahwa pertanggung jawaban sosial yang dilakukan
oleh perusahaan tidak sebatas pada retorika namun telah sesuai praktis
didalam pengelolaan sisa hasil operasional perusahaan. Hal ini diungkapkan
oleh Jain. R.K.(1998) dalam bukunya berjudul Environmental Impact
Assesment disebutkan bahwa sistem pencatatan akuntansi yang memerlukan
penanganan khusus dalam hal ini adalah sistem akuntansi lingkungan yang
memerlukan kamar tersendiri dalam neraca keseimbangan setiap tahunnya.

Biaya yang dicatat dalam jurnal penjelas dapat diartikan bahwa biaya yang
sebelumnya dicatat dalam pos pos gabungan seperti biaya umum atau biaya overhead
perlu untuk dibuatkan pos khusus yang memuat daftar alokasi biaya khusus untuk
pengelolaan eksternality sebagai sisa hasil operasional usaha.(Munn,1999)
Kemungkinan untuk memuat seluruh biaya yang telah dikeluarkan dalam pos khusus
menjadi sebuah neraca khusus tetap ada, namun meski demikian minimal dalam sebuah
laporan keuangan adanya rekening khusus yang dapat menjelaskan alokasi biaya
lingkungan tersebut menjadi satu kesatuan pos rekening laporan keuangan yang utuh
dan secara rinci pengeluaran biaya tersebut sejak awal perencanaan proses akuntansi
lingkungan sampai pada saat penyajian pemakaian biaya tersebut. (Purnomo,2000)
d) Implikasi
Secara tidak langsung, akuntan dan akuntansi lingkungan dapat berperan dalam
membantu masalah penanganan lingkungan. Gray (1993) mengemukakan peranan
akuntan dalam membantu manajemen mengatasi masalah lingkungan melalui 5 (lima)
tahap, yaitu:
a. Sistem akuntansi yang ada saat ini dapat dimodifikasi untuk
mengidentifikasi masalah lingkungan dalam hubungannya dengan
masalah pengeluaran seperti biaya kemasan, biaya hukum, biaya
sanitasi, dan biaya lain lain yang berkenaan dengan efek lingkungan.
b. Hal-hal yang negatif dari sistem akuntansi saat ini perlu
diidentifikasikan, seperti masalah penilaian investasi yang belum
mempertimbangkan masalah lingkungan.
c. Sistem akuntansi perlu memandang jauh kedepan dan lebih peka
terhadap munculnya isu isu lingkungan yang selalu berkembang.
d. Pelaporan keuanganuntuk pihak eksternal dalam proses berubah, seperti
misalnya berubah ukuran kerja perusahaan di masyarakat.
e. Akuntansi yang baru dari sistem informasi memerlukan pengembangan
seperti pemikiran tentang kemungkinan adanya ”eco balance sheet”.
2. Informasi Non Akuntansi
a) Pengertian
Informasi non akuntansi adalah informasi yang tidak terdapat dalam laporan
keuangan. Informasi non akuntansi merupakan informasi selain laporan keuangan
seperti persentase penawaran saham, umur perusahaan, reputasi underwritter, reputasi
auditor, tingkat inflasi, ekonomi makro, kebijakan pemerintah dan kepemilikan
pemerintah (BUMN).Informasi non akuntansi yang disajikan dalam penelitian ini
adalah reputasi underwriter, reputasi auditor, dan umur perusahaan.
b) Ruang Lingkup
Informasi non akuntansi meliputi informasi yang diperoleh dari luar aktivitas
ekonomi dan kondisi perusahaan. Ada informasi pendukung lain yang bukan berasal
dari proses akuntansi tetapi masih berhubungan dengan perusahaan sehingga informasi
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
c) Pengukuran
Informasi non akuntansi dalam suatu prospektus harus mencakup semua rincian
dan informasi atau fakta material mengenai penawaran umum dari emiten atau
perusahaan publik, yang dapat mempengaruhi keputusan pemodal, yang diketahui atau
layak diketahui oleh emiten atau perusahaan publik. Yang dimaksud dengan prospektus
adalah buku atau brosur dan cara penawaran penjualan efek melalui media lainnya yang
memuat keterangan–keterangan, antara lain tentang maksud dan syarat–syarat
pengeluaran efek, jumlah emisi serta besarnya pecahan, harapan usaha/produksi
perushaan di masa yang akan datang, keadaan keuangan dan lain sebagainya.
d) Implikasi
a. Jaminan, nilai jaminan dapat mempengaruhi keputusan pemberian fasilitas
kredit, jaminan yang diterima kreditur merupakan second way out terhadap
penyelesaian akhir kredit, apablia kredit yang diberikan sudah tidak
dimungkinkan kembali dari hasil usaha atau proyek yang dibiayai. Maka jalan
terakhir penyelesaian kredit harus melalui pencairan jaminan.
b. Umur perusahaan calon debitur, dasar pemikiran pemilihan variabel ini adalah
semakin lama umur perusahaan, maka perusahaan tersebut akan semakin teruji
kelangsungan hidupnya.
c. Pengalaman pimpinan calon debitur, kondisi ini diperhitungkan dalam
memberikan fasilitas kredit, karena untuk melihat sampai sejauhmana
pengalaman pimpinan calon debitur mengelola usaha, watak dan itikat baik
debitur dalam mengelola usaha. Universitas Sumatera Utara
d. Jangka waktu menjadi nasabah bank calon debitur, dasar pemikiran
pemilihan variabel ini adalah bahwa semakin lama calon debitur sudah
menjadi nasabah maka akan semakin mudah untuk mengetahui karakter
dan kemampuan calon debitur dalam mengelola bisnisnya.
e. Diversifikasi Kepemilikan, untuk mengetabui jumlah pemilik badan usaha yang
dikelola calon debitur, semakin banyak pemilik badan usaha yang dikelola calon
debitur akan semakin baik kelangsungan hidup perusahaan.
f. Jenis usaha, dasar pemikiran atas pemilihan variabel ini adalah dikarenakan
beberapa jenis usaha yang sekarang ini dianggap tidak layak lagi untuk
diberikan kredit.
3. Gaya Kempemimpinan dan Perusahaan
a) Pengertian
Gaya kepemimpinan merupakan aspek penting untuk mencapai dan
meningkatkan keberhasilan kepemimpinan seseorang dalam suatu organisasi. Gaya
kepemimpinan adalah salah satu cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam
mempengaruhi, mengarahkan dan mengendalikan perilaku orang lain untuk mencapai
suatu tujuan

b) Ruang lingkup
Pemimpin memiliki tugas utama untuk melaksanakan fungsi manajemen dengan
benar, termasuk sebagai perencana, penyelenggara, koordinator, dinamist, pengawas,
pengambil keputusan, pemberi otoritas, penjamin, pendidik, komunikator, penegak
hukum, pemersatu, wali, orang tua, pelapor, pembiming, dan mandataris.
Pengkajian tentang ruang lingkup kepemimpinan akan meliputi dua masalah
pokok, diantaranya tentang teori kepemimpinan dan tekhnik kempemimpinan.
Teori Kepemimpinan
1) Sejarah, sebab menjadi pemimpin
2) Ciri- ciri gaya pemimpin dalam menjalankan tugasnya
3) Syarat yang harus dimiliki atau diperhatikan oleh pemimpin
4) Tugas pokok/ fungsi pemimpin
5) Etika profesi yang harus diperhatikan oleh setiap pemimpin
Tekhnik kepemimpinan
Penekanan pada bagaimana pemimpin harus mewujudkan teori
kepemimpinan yang telah dimilikinya dalam kehidupan praktek organisasi, baik
melalui tingkah laku maupun konsep – konsep pemikiran.
Teknik kepemimpinan meliputi :
1) Etika Profesi
2) Motivasi
3) Dinamika kelompok
4) Komunikasi
5) Kemampuan berdiskusi
6) Pengambilan keputusan.
c) Pengukuran
Menurut Prof Prajudi Atmosudridjo, pemimpin adalah seseorang yang
mempengaruhi orang lain, agar mereka mau melakukan apa yang mereka inginkan.
Sedangkan pendapat Prof. Arifin Abdurrachman tentang pemimpin adalah orang yang
bisa menggerakkan orang lain di sekitarnya untuk mengikuti jejak pemimpin. Pendapat
lain adalah dari Prof. Sarwono Prawirodihardjo yang menyatakan bahwa pemimpin
adalah orang yang berhasil menumbuhkan pada bawahan mereka rasa bertanggung
jawab atas pekerjaan yang dilakukan di bawah kepemimpinan mereka.
Dari beberapa makna di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat
dikatakan sebagai pemimpin jika orang tersebut dapat mempengaruhi perilaku orang
lain untuk mematuhi kehendaknya, meskipun tidak ada ikatan yang kuat dalam suatu
organisasi. Jadi, pemimpin dapat muncul kapan saja dan di mana saja selama seseorang
mampu dan dapat mempengaruhi orang lain di sekitarnya.

Ada beberapa tipe atau tipe pemimpin, termasuk yang berikut:


1) Pemimpin otokratis
adalah manajer yang merasa diri mereka pintar dan serba bisa. Bawahan
biasanya dianggap sebagai boneka saja yang harus melaksanakan otoritas
mereka kepada bawahan mereka. Semuanya dilakukan sendiri.
2) Pemimpin yang demokratis
adalah pemimpin yang tidak suka bertindak sewenang-wenang terhadap
bawahannya. Dia mendelegasikan setiap pekerjaan yang dapat dia berikan
kepada orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya. Semua
keputusan biasanya ditentukan berdasarkan hasil musyawarah. Pemimpin ini
mengharapkan partisipasi dari bawahannya di setiap langkah dan aktivitas
perusahaan.
3) Pemimpin yang bebas (laissez faire)
adalah pemimpin yang memberi terlalu banyak kebebasan kepada
bawahan mereka. Hanya bertindak sebagai simbol. Semua keputusan dan
penentuan tujuan dan persiapan rencana, pedoman kerja, prosedur, prosedur
yang teratur diserahkan kepada kebijakan bawahannya.
Sementara itu, menurut Blake dan Mouten, gaya kepemimpinan seseorang dapat
diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu sebagai berikut:
1) Tipe pemimpin Deserter
adalah gaya kepemimpinan terburuk dengan karakteristik kurangnya perhatian, baik
terhadap produksi dan manusia.
2) Tipe pemimpin Misionaris
adalah gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia, begitu banyak perhatian
pada manusia dan kurangnya pemahaman tentang produksi.
3) Tipe pemimpin Kompromi
adalah gaya kepemimpinan yang memperhatikan gaya yang seimbang, di mana
perhatian diberikan secara merata antara produksi dan manusia.

4) Jenis pemimpin Autokrat


adalah gaya kepemimpinan yang berorientasi produksi. Sebagai akibat terlalu
banyak memperhatikan produksi, mereka kurang memperhatikan manusia.
5) Tipe pemimpin Eksekutif
adalah puncak gaya kepemimpinan, di mana perhatiannya pada produksi dan
manusia sangat besar (lebih besar dari gaya kompromi).

d) Implikasi
Kepemimpinan dalam Manajemen
Kegiatan manajemen sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan
tanpa seorang pemimpin dengan kepemimpinan yang menyenangkan.Pemimpin adalah
elemen yang menentukan kelancaran organisasi dalam mewujudkan tujuan dan
sasarannya.Kepemimpinan adalah inti dan kekuatan pendorong kegiatan manajemen.
4. Kinerja Perusahaan
a) Pengertian
Kinerja perusahaan adalah hasil dari kegiatan manajemen.Parameter yang sering
digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan yang dilakukan dengan
menggunakan pendekatan di mana informasi keuangan diambil dari laporan keuangan
atau laporan keuangan lainnya.Sehubungan dengan itu, pengukuran kinerja keuangan
telah dilakukan oleh Rhoades et al. (2002), dan Chaganti Damanpour (1991); Slovin
dan Sushka (1993).
Penilaian kinerja bertujuan untuk menentukan efektivitas operasi
perusahaan.Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode atau
pendekatan.Kaplan dan Atkinson (1998: 551), kinerja non-keuangan, mengukur kinerja
dengan menggunakan satuan pengukuran non-keuangan.Informasi yang digunakan
dalam mengukur kinerja keuangan adalah informasi keuangan, akuntansi manajemen
informasi, dan informasi akuntansi keuangan seperti laba sebelum pajak, laba atas
investasi, dan sebagainya.Dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja, Healy (1995)
menyatakan bahwa pengukuran kinerja didasarkan pada kinerja pasar.Hal ini, menurut
dia, memiliki beberapa kelemahan seperti jumlah kejadian yang tidak
terkontrol.Ketidakpastian menyebabkan risiko harga pasar dan ini juga dapat
menyebabkan kondisi tak terkendali dan ini, pada gilirannya, memberikan umpan balik
yang tidak valid pada kualitas dan sejauh yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan manajemen.Selain itu, penggunaan kinerja internal juga memiliki kelemahan
sebagai dasar pengukuran.Sebaliknya, kinerja internal manajemen dapat dikendalikan
sehingga manipulasi dasar pengukuran yang mungkin dilakukan.

b) Ruang Lingkup
Program manajemen Kinerja ini ruang kingkupnya cukup besar. Ia bersifat
menyeluruh atau menggarap semua bagian/fungsi dari sebuah organisasi. Program ini
menjamah semua elemen, unsur atau input yang harus didayagunakan oleh organisasi
untuk meningkatkan kinerja organisasi tersebut, bukan hanya manusia. Elemen-elemen
tersebut adalah teknologi (peralatan, metode kerja) yang digunakan, kualitas dari input
(termasuk material), kualitas lingkungan fisik (keselamatan, kesehatan kerja, lay-out
tempat kerja dan kebersihan), iklim dan budaya organisasi serta kompensasi dan
imbalan. Kegiatan dengan ruang lingkup seperti tersebut diatas merupakan sebuah
proyek besar dan melibatkan hampir semua orang, dan harus ditangani langsung oleh
pemimpin puncak organisasi. Beberapa tim “adhoc” baik yang terdiri dari “orang
dalam” dan/atau konsultan diberi tugas khusus untuk membantu pemimpin melakukan
penelitia-penelitian membuat rancangan sampai menangani proyek-proyek khusus.
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan, bahwa program manajemen kinerja
pada dasarnya adalah sebuah proses dalam MSDM. Selain itu penggunaan istilah
“manajemen” mempunyai implikasi, bahwa kegiatan tersebut harus dilaksanakan
sebagai proses manajemen umum, yang dimulai dengan penetapan sasaran dan di akhiri
dengan evaluasi. Proses tersebut pada garis besarnya terdiri dari lima kegiatan utama
yaitu:
1) Merumuskan tanggung jawab dan tugas yang harus dicapai oleh karyawan dan
rumusan tersebut disepakati bersama.
2) Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh karyawan
untuk kurun waktu tertentu. Termasuk dalam tahap ini adalah penetapan standar
prestasi dan tolak ukurnya.
3) Melakukan “monitoring”, melakukan koreksi, memberikan kesempatan dan
bantuan yang diperlukan bawahan.
4) Menilai prestasi karyawan tersebut dengan cara membandingkan prestasi yang
dicapai dengan standar atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam tahap penilaian ini harus tercakup pula kegiatan mengidentifikasi bidang-
bidang yang ada dan dirasakan terdapat kelemahan pada orang yang dinilai.
5) Memberikan umpan balik pada karyawan yang dinilai dengan seluruh hasil
penilaian yang dilakukan. Disini juga dibicarakan cara-cara untuk memperbaiki
kelemahan yang telah diketahui dengan tujuan meningkatk86an prestasi kerja
pada priode berikutnya.

c) Pengukuran
Pengukuran kinerja perusahaan, selain dilihat dari perspektif kinerja financial
dan non financial, juga dapat dilihat dari perspektif kepentingan atau tujuan
analisisnya. Dalam hal ini, kita dapat membedakan perspektif eksternal dan
internal.Pengukuran kinerja dari perspektif eksternal, terutama dilakukan oleh investor
ekuitas dan kreditor. Dari perspektif ini, tujuan analisis kinerja keuangan perusahaan
terutama dimaksudkan untuk valuation, yaitu menilai prospek dan risiko perusahaan
yang tercermin dari present valueharga saham dan nilai perusahaan secara
keseluruhan.Dengan mengetahui present value harga saham, maka para investor dan
kreditor dapat mengambil keputusan atas investasi pada perusahaan tersebut.
Keputusan ini dapat berupa: hold, buy, atau sell atas kepemilikan saham pada
perusahaan tersebut.

Dalam melakukan valuation mensyaratkan data prospek cash-inflow perusahaan


dalam beberapa tahun kedepan, misalnya 5 s.d 7 tahun kedepan. Analis perlu
melakukan konstruksi dan analisis prospektif untuk menghasilkan proyeksi laporan
posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, dan laporan arus kas.Dari informasi
proyeksi laporan keuangan ini dapat diperloleh informasi estimasi net profit dan book
values of equity untuk menghitung residual income yang diperlukan dalam
mengestimasi current stock price.

Sementara itu, dari perspektif internal analisis kinerja perusahaan dimaksudkan


untuk mengevaluasi kinerja unit bisnis atau divisi dalam suatu organisasi
perusahaan.Evaluasi kinerja unit bisnis dilakukan untuk memperoleh gambaran
kontribusi setiap unit bisnis terhadap profitabilitas dan value creation perusahaan secara
keseluruhan.

Pengukuran kinerja unit bisnis sangat diperlukan dalam konteks sistem


pengendalian manajemen, terutama pada organisasi yang menerapkan desentralisasi
pusat-pusat responsibility (responsibility centers). Dalam desain sistem pengendalian
manajemen, perusahaan menetapkan responsibility center berupa: revenue center, cost
center, profit center, dan investment center.

Pada unit organisasi atau divisi yang diposisikan sebagai revenue center,
manajer divisi revenuecenter memiliki tanggung jawab dan kewenangan dalam
pencapaian target pendapatan sesuai yang telah ditetapkan oleh kantor pusat. Oleh
karena itu, pengukuran kinerja divisi revenuecenter ditetapkan dengan KPI: pencapaian
target pendapatan, market share, akuisisi pelanggan, dan sebagainya, yang terkait
dengan kinerja pencapaian pendapatan.

Divisi cost center memiliki tanggung jawab dan kewenangan dalam penggunaan
biaya untuk menjalankan suatu fungsi organisasi support, seperti divisi akuntansi,
ICT, human capital services, purchasing, dan lain-lain. Pada divisi costcenter,
penetapan KPI misalnya: cost effective, efisiensi biaya, target cost reduction, dan
sebagainya.

Divisi profit center peran dalam pencapaian profit, oleh karena itu manajer
divisi ini memiliki tanggung jawab dan kewenangan dalam pengelolaan kinerja
pendapatan dan biaya. Pengukuran kinerja divisi profit center misalnya, returnon
sales dan profit margin.

Manajer divisi profit center tidak memiliki kewenangan dalam menetapkan


berapa dan dari mana sumber modal atau aset yang digunakan untuk menghasilkan
profit.

Berbeda dengan divisi profit center, divisi investment center memiliki tanggung
jawab dan kewenangan dalam menetapkan sumber modal dan dari mana modal tersebut
diperoleh. Oleh karena itu, KPI divisi investment center dapat dikembangkan pada
pengukuran kinerja keuangan seperti return on assets, return on investment, residual
income, dan economic value added.

Menerapkan pengukuran kinerja perusahaan

Dalam menerapkan pengukuran kinerja perusahaan, beberapa hal penting yang


perlu dipahami oleh para pemimpin organisasi perusahaan adalah:

 Pengukuran kinerja perusahaan perlu dikembangkan dari perspektif yang lebih


luas, baik perspekfit financial dan non financial. Penggunaan model balanced
scorecard dapat membantu untuk mengidentifikasi rasional strategy map, antara
kinerja finansial dan non finansial.
 Pengukuran kinerja perusahaan perlu dipastikan untuk kepentingan apa analisis
kinerja perusahaan dilakukan, dalam hal ini pemimpin perusahaan dapat
menganalisis kinerja perusahaan dari perspekfit eksternal dan internal.
 Pengukuran kinerja perusahaan perlu ditetapkan periode analisisnya,
sehingga data gathering dapat ditentukan dengan tepat. Sumber data misalnya
laporan tahunan, laporan manajamen, laporan divisi, dan sumber data eksternal.
 Pemimpin organisasi perusahaan menetapkan target KPI dari setiap perspektif
financial dan non financial sesuai strategi perusahaan. Alignment setiap target
KPI divisi dengan divisi lain, target divisi dengan target korporat menjadi isu
penting.

d) Implikasi
Kinerja perusahaan merupakan hal penting sehingga diperlukan manajemen
untuk mengolahnya menjadi lebih baik, karena pada kinerja perusahaan inilah dapat
dilihan bagaimana ke-efektivitasan kegiatan operasi suatu perusahaan, dimana kualitas
perusahaan diukur dan dinilai.Dengan manajemen kinerja perusahaan dapat dinilai
bagaimana pencapaian perusahaan, apakah sudah berhasil dan apakah misi perusahaan
sudah tercapai dengan maksimal.
Dan untuk medukung hal tersebut perusahaan sebaiknya mempertimbangkan
kecakapan manajer yang mampu mengelola aset perusahaan secara efisien, sehingga
pada satu sisi dapat meningkatkan laporan keberlanjutan perusahaan dan di sisi lain
meningkatkan kinerja perusahaan.

5. Profesi Akuntansi Manajemen dalam Perusahaan

a) Pengertian
Akuntan internal dikenal juga sebagai akuntan manajemen, akuntan
perusahaan.Akuntan internal bekerja dalam suatu perusahaan atau organisasi
yang bertugas untuk mencatat setiap transaksi keuangan dan menyusun laporan
keuangan perusahaan. Selain itu ia juga mengurusi masalah pencatatan pajak
perusahaan dan auditing atau pemeriksaan secara internal
Akuntansi manajemen membantu berdasarkan data. Hal ini sangat membantu
manajer untuk memperkirakan semuanya, terutama saat melakukan pengambilan
keputusan dan menentukan pilihan penting dalam organisasi. Contohnya seperti :
Haruskah perusahaan berinvestasi dalam lebih banyak peralatan operasional? Haruskah
diversifikasi ke pasar yang berbeda? Haruskah membeli perusahaan lain? Dan
sebagainya.Akuntansi manajemen membantu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
kritis ini dan meramalkan tren masa depan dalam bisnis.
b) Ruang Lingkup

Akuntansi sebagai sistem informasi mempunyai peran yang strategis dalam


perencanaan finansial terkait identifikasi biaya-biaya yang terjadi dalam jangka waktu
tertentu. Akuntansi manajemen dibutuhkan untuk menilai kelayakan investasi secara
ekonomi dan finansial saat perusahaan akan melakukan investasi. Hal tersebut penting
untuk menghindari investasi yang tidak layak karena hal itu termasuk pemborosan dan
merugikan bagi perusahaan. Penilaian suatu investasi harus memerhatikan faktor-faktor
tertentu, yaitu besaran diskonto, laju inflasi, tingkat risiko, ketidakpastian
(termasuk country risk dan political risk), dan sumber pendanaan.
Manfaat akuntansi manajemen berkaitan dengan penyediaan informasi bagi
pihak internal untuk mengarahkan, merencanakan, mengendalikan kegiatan operasional,
dan mengambil keputusan-keputusan manajemen. Sistem akuntansi manajemen
menyajikan laporan keuangan untuk kepentingan tertentu sesuai bagian atau divisi di
dalam perusahaan. Misalnya, manajer keuangan butuh data keuangan untuk menyusun
anggaran selama setahun, manajer pemasaran butuh informasi keuangan untuk
mengetahui seberapa besar dana anggaran untuk promosi produk atau jasa yang
dihasilkan. Informasi ini juga bisa menjadi pedoman dalam pengambilan kebijakan
pada masa yang akan datang.
Berikut penjelasan ruang lingkup akuntansi manajemen secara rinci:

1) Manajer keuangan umumnya membutuhkan informasi tentang pencatatan


transaksi keuangan dan kegiatan perusahaan yang membutuhkan pendanaan
seperti modal kerja, beban biaya (cost of fund) terhadap sejumlah modal kerja
yang dibutuhkan oleh perusahaan, tingkat pengembalian investasi
(modal), berbagai rasio keuangan, macam macam harta dalam
akuntansi, transaksi bisnis perusahaan, dan lain-lain.
2) Manajer produksi umumnya membutuhkan informasi tentang rincian biaya
sehingga terbentuk harga pokok produksi (cost of good sold) seperti total biaya
produksi, biaya produk per unit, beban tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead lainnya yang berperan dalam proses produksi secara langsung.
3) Manajer pemasaran umumnya membutuhkan data informasi yang memuat
seluruh komponen biaya terkait penetapan harga jual produk, penentuan sistem
penjualan secara kredit atau tunai, beban komisi penjualan, biaya pemasaran
(marketing fee), dan informasi nilai diskon untuk produk tertentu dalam rangka
peningkatan volume penjualan yang tentunya berasal dari manajemen akuntansi.
4) Pihak Manajemen Puncak (Top Management) umumnya membutuhkan
informasi keuangan perusahaan untuk mengambilan keputusan strategis bagi
perusahaan atau pengendalian perusahaan jika terjadi masalah tertentu. Aktivitas
manajemen puncak terkait laporan akuntansi manajemen antara lain penyusunan
anggaran, diversifikasi produk, ekspansi usaha, dan aneka kebijakan investasi
yang juga memerhatikan kriteria uang menurut para ahli untuk menambah
cadangan keuangan perusahaan.

Data-data keuangan yang disediakan oleh akuntansi manajemen sangat


berpengaruh pada peningkatan volume penjualan perusahaan sesuai
dengan perkembangan akuntansi. Meskipun ruang lingkup akuntansi manajemen hanya
terbatas pada internal perusahaan, tetapi dampak yang dihadirkan cukup luas, yakni
seluruh perusahaan termasuk anak perusahaan jika pimpinan mengacu kepada SOP
yang sama.

c) Pengukuran
Peran akuntansi manajemen dalam perusahaan menekankan pada
pencapaian goal dan objective suatu organisasi saat ini. Akuntan puncak di sebagian
besar organisasi adalah para pengendali. Semua fungsi akuntansi melapor kepada
individu ini, termasuk para akuntan biaya, akuntan keuangan dan pajak dan auditor
internal.

Peran Akuntan Manajemen


Peran akuntan manajemen dalam suatu organisasi merupakan salah satu peran
pendukung. Akuntan manajemen membantu orang-orang yang bertanggung jawab
melaksanakan tujuan dasar organisasi. Posisi yang bertanggung jawab langsung pada
tujuan dasar organisasi disebut posisi lini. Sedangkan, posisi yang mendukung dan tidak
bertanggung jawab langsung terhadap tujuan dasar organisasi disebut sebagai posisi
staf.
Manajer lini adalah orang yang membuat kebijakan dan keputusan yang
berpengaruh terhadap produksi. Melalui penyediaan dan penginterpretasian informasi
akuntansi, akuntan manajemen dapat memiliki masukan penting dalam berbagai
kebijakan dan keputusan yang berkaitan dengan akuntansi biaya.
Controller, kepala bagian akuntansi, mengawasi semua departemen akuntansi.
Karena perannya yang penting dalam operasi suatu organisasi, controller sering
dipandang sebagai anggota dari tim manajemen puncak dan diikutsertakan dalam
perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Sebagai kepala bagian
akuntansi, controller bertanggung jawab terhadap kebutuhan akuntansi, baik secara
internal maupun eksternal. Tanggung jawab tersebut dapat mencakup
pertanggungjawaban langsung kepada pemeriksaan internal mengenai audit, akuntansi
keuangan, akuntansi biaya, dan akuntansi perpajakan.

Sistem Informasi Akuntansi Manajemen


Semua pembuat keputusan dalam organisasi harus memahami bagaimana cara
menciptakan dan menggunakan sistem informasi akuntansi manajemen yang baik. Inti
dari sistem informasi akuntansi manajemen adalah proses yang dideskripsikan oleh
aktivitas-aktivitas seperti pengumpulan, pengukuran, penyimpanan, analisis, pelaporan
dan pengelolaan informasi sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Sistem informasi
akuntansi manajemen tidak terikat oleh kriteria formal apapun yang mendefinisikan
sifat dari proses, masukan, atau keluaran sehingga kriterianya fleksibel dan berdasarkan
pada tujuan manajemen dan akuntansi biaya.
Teknologi komputer dapat memungkinkan manajemen untuk melacak informasi
kinerja yang melampaui informasi berbasis biaya dari sistem dan buku besar. Akuntansi
manajemen yang baik melibatkan tanggung jawab untuk memanfaatkan berbagai
macam informasi penting dalam seluruh rantai nilai aktivitas dan sepanjang daur
kehidupan produk barang dan jasa.

Peran Akuntansi Manajemen Sebagai suatu Tipe Akuntansi


Peran akuntansi manajemen dalam perusahaan sebagai sistem pengolah
informasi keuangan dibagi menjadi tiga tingkat perkembangan, yaitu:

1) Pencatat skor (score keeping)


Dalam pengelolaan perusahaan, manajemen melakukan pencatatan
aktivitas dan pengendalian pelaksanaan rencana aktivitasnya. Akuntansi
manajemen berperan dalam menyediakan laporan keuangan bagi penyusunan
rencana aktivitas, yang memberikan informasi sebagai dasar untuk
mengalokasikan sumber daya kepada berbagai aktivitas yang direncanakan.
Akuntansi manajemen juga berperan besar dalam menyajikan informasi
umpan balik kepada manajemen mengenai pelaksanaan aktivitas rencana yang
aktivitas yang telah disusun. Akuntansi manajemen mencatat skor dan
mengkomunikasikan skor kepada manajer yang bersangkutan untuk
memungkinkan manajemen mengevaluasi pelaksanaan rencana yang telah
disusun.
Untuk memenuhi fungsi untuk mencatat skor bagi manajemen, akuntansi
manajemen harus memenuhi persyaratan, diantaranya: teliti, relevan, dan handal
(reliable). Ketelitian pencatatan skor setiap manajer merupakan syarat mutlak,
karena informasi yang disajikan kepada manajemen akan digunakan untuk
mengevaluasi kinerja mereka. Setiap orang yang diukur kinerjanya akan peduli
(concern) terhadap unsur-unsur yang digunakan untuk mengukur kinerjanya
sesuai dengan perkembangan akuntansi.

Pendekatan pengolahan informasi


Relevansi informasi dengan keputusan yang akan dilakukan oleh
pemakai informasi dipengaruhi oleh pendekatan yang digunakan oleh akuntan
manajemen dalam mengolah data akuntansi. Terdapat dua pendekatan dalam
pengolahan informasinya, diantaranya:

a. The historical communication approach,


akuntansi manajemen didominasi oleh pengumpulan dan penyajian
informasi dalam siklus akuntansi biaya yang telah terjadi di masa lalu. Pemakai
laporan bisa melakukan penyesuaian terhadap informasi akuntansi yang diterima
sesuai dengan kebutuhannya.
b. The user dicision model approach,
akuntansi menajemen menekankan pada bagaimana informasi akuntansi
memberikan kemudahan kepada pengambilan keputusan internal perusahaan
dalam melakukan pemilihan alternatif secara ekonomis rasional. Tidak hanya
itu, pendekatan ini menggunakan kerangka berpikir, yakni:
 pengambilan keputusan menghadapi pilihan tindakan dalam
situasi tertentu.
 menyediakan informasi akuntansi yang relevan dengan keperluan
pengambilan keputusan.
 mempermudah pemilihan alternatif yang akan dilakukan oleh
pengambil keputusan.

Relevansi pencatatan skor


Agar akuntansi manajemen dapat berfungsi sebagai pencatat skor, skor
yang dicatat dan disajikan harus mencerminkan kinerja yang digambarkan
dalam skor tersebut. Relevansi pencatatan skor akan dicapai jika pencatat skor
memahami aktivitas yang dilakukan oleh manajemen. Informasi yang
direkamnya benar-benar mencerminkan kinerja yang dicapai oleh setiap
manajer dan sesuai dengan keperluan pengambil keputusan yang harus
memenuhi atau memiliki kkarakteristik akuntansi sektor publik.

2) Penarik perhatian manajemen (attention directing)


Jika fungsi akuntansi manajemen sudah mendapat status sebagai
pencatat skor yang baik, tahap perkembangan pertama adalah sebagai penarik
perhatian manajemen. Sebagai penarik perhatian manajemen, ruang lingkup
akuntansi mencakup informasi penyimpangan pelaksana rencana yang disajikan
lebih menarik perhatian manajemen agar mereka dapat merumuskan tindakan
untuk mencegah itu berlanjut.
Tahap perkembangan ini hanya dapat dicapai jika akuntansi manajemen
telah dapat menjadi pencatat skor yang baik. Jika informasi akuntansi
manajemen tidak dapat diandalkan karena tidak adanya integritas akuntan
manajemen yang menyusunnya, informasi akuntan manajemen tidak dapat
berfungsi sebagai penarik perhatian manajemen.

3) Penyedia informasi untuk pemecahan masalah (problem solving)


Tahap perkembangan ini merupakan akibat lebih lanjut dari status
perkembangan yang sebelumnya telah tercapai, yaitu sebagai pencatat skor dan
sebagai penarik perhatian. Jika manajemen telah mengandalkan informasi yang
dihasilkan oleh akuntan manajemen, maka mereka akan selalu mengundangnya
dalam setiap pengambilan keputusan pemecahan masalah.
Tidak hanya itu, manajemen juga memerlukan informasi akuntansi untuk
mengurangi ketidakpastiannya. Jika informasi akuntan manajemen tidak tersedia
atau tidak teliti, relevan, dan diandalkan, maka manajemen akan berpaling ke
manajemen non akuntansi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
ketidakpastiannya. Atau, jika manajemen tidak memahami bahasa akuntansi,
sehingga beberapa keputusan itu akan didasarkan atas informasi non akuntansi.
Dengan demikian manajemen yang mendasarkan keputusan-
keputusannya tidak berdasarkan informasi akuntansi, mutu keputusannya tidak
bersifat ekonomis rasional. Hal ini terjadi sebagai akibat dari tidak adanya
bahasa akuntansi yang dapat dipakai oleh manajemen untuk berpikir. Sehingga
akuntansi manajemen tidak akan dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

Peran Akuntansi Manajemen Sebagai suatu Tipe Informasi

Peran akuntansi manajemen dalam perusahaan adalah mengumpulkan beberapa


informasi berisi fakta, data, pengamatan dan persepsi. Fungsi sistem informasibagi
manusia adalah untuk mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan selalu menyangkut masa yang akan datang yang mengandung
ketidakpastian dan pemilihan suatu alternatif tindakan yang tersedia. Oleh karena itu,
para pembuat keputusan selalu berusaha mengumpulkan informasi untuk mengurangi
ketidakpastian yang dihadapinya dalam memilih alternatif tindakan tersebut.

d) Implikasi
Akuntansi manajemen menggunakan penetapan biaya berdasarkan aktivitas
untuk memutuskan apa yang akan diproduksi, berapa banyak yang dibelanjakan untuk
suatu produk, berapa biaya untuk melayani pelanggan, mana yang lebih
menguntungkan dan apa yang pelanggan butuhkan. Mereka menemukan jawaban atas
pertanyaan integral ini sehingga manajemen dapat fokus pada memaksimalkan profit.
Perlu diketahui juga, jika dalam akuntansi manajemen laporan yang dbuat akuntan lebih
ditujukan untuk manajer di masing masing divisi

Informasi yang valid berdasarkan data dalam laporan dan jurnal telah mengubah
cara perusahaan beroperasi. Perusahaan tidak lagi dapat mengambil keputusan penting
tanpa mempertimbangkan implikasi dan hasil. Mereka dapat menggunakan analisis
cerdas dan manajemen akuntansi untuk berinvestasi dengan cerdas. Pada saat yang
sama perusahaan mempersiapkan dengan tepat jika ada hal yang mungkin berdampak
negatif.

6. CSR (Corporate Social Responsibility)

a) Pengertian
Corporate Social Responsibility adalah suatu mekanisme perusahaan untuk secara
sadar mengintegrasikan sebuah perhatian terhadap lingkungan sosial ke dalam operasi
dan interaksinya dengan stakeholder, yang melampaui tanggungjawab sosial di bidang
hukum.
Secara sederhana CSR merupakan suatu konsep serta tindakan yang dilakukan oleh
suatu perusahaan sebagai rasa tanggungjawabnya terhadap sosial serta lingkungan
sekitar dimana perusahaan itu berdiri. Seperti melaksanakan suatu kegiatan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, menjaga lingkungan sekitar,
membangun fasilitas umum, memberikasn beasiswa kepada anak yang kurang mampu,
dan memberikan bantuan dana untuk kesejahteraan masyarakat banyak pada umumnya
dan masyarakat sekitar perusahaan pada khususnya.

b) Ruang Lingkup
Pada dasarnya CSR bukanlah entitas departemen atau divisi yang sifatnya
parsial atau hanya berfungsi dalam pendongkrakan citra sebagai bagian dari jurus jitu
marketing perusahaan, sehingga nilai perusahaan di mata stakeholders lain khususnya
masyarakat menjadi positif.
Pada hakikatnya CSR adalah nilai atau jiwa yang melandasi aktivitas
perusahaan secara umum, dikarenakan CSR menjadi pijakan kompeherensif dalam
aspek ekonomi sosial, kesejahteraan dan lingkungan. Tidak etis jika nilai CSR hanya
diimplementasikan untuk memberdayakan masyarakat setempat, disisi lain
kesejahteraan karyawan yang ada didalamnya tidak terjamin atau perusahaan tidak
disiplin dalam membayar pajak, suburnya praktik korupsi dan kolusi atau
mempekerjakan anak.
Dalam aspek lingkungan misalnya, terdapat perusahaan-perusahaan yang
kontribusi dalam pencemaran terhadap alam, melakukan pemborosan energy dan
bermasalah dalam limbah. Bagaimanapun semua aspek dalam perusahaan, baik
ekonomi, sosial, kesejahteraan dan lingkungan tidak bisa lepas dari koridor tanggung
jawab sosial perusahaan. Oleh karena itu dalam CSR tercangkup didalamnya empat
landasan pokok yang antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan (Tanari, 2009) di
antaranya:

a. Landasan pokok CSR dalam aktivitas ekonomi, meliputi:


1) Kinerja keuangan berjalan baik
2) Investasi modal berjalan baik
3) Kepatuhan dalam pembayaran pajak
4) Tidak terdapat praktik suap/korupsi
5) Tidak ada konflik kepentingan
6) Tidak dalam keadaan mendukung rezim yang korup
7) Menghargai hak atas kemampuan intelektual/paten
8) Tidak melakukan sumbangan politis/lobi

b. Landasan pokok CSR dalam isu lingkungan hidup, meliputi:


1) Tidak melakukan pencemaran
2) Tidak berkontribusi dalam perubahan iklim
3) Tidak berkontribusi atas limbah
4) Tidak melakukan pemborosan air
5) Tidak melakukan praktik pemborosan energy
6) Tidak melakukan penyerobotan lahan
7) Tidak berkontribusi dalam kebisingan
8) Menjaga keanekaragaman hayati

c. Landasan pokok CSR dalam isu sosial, meliputi:


1) Menjamin kesehatan karyawan atau masyarakat yang terkena dampak
2) Tidak memperkerjakan anak
3) Memberikan dampak positif terhadap masyarakat
4) Melakukan proteksi konsumen
5) Menjunjung keberanekaragaman
6) Menjaga privasi
7) Melakukan praktik derma sesuai dengan kebutuha
8) Bertanggung jawab dalam proses outsourching dan off-shoring
9) Akses untuk memperoleh barang-barang tertentu dengan harga wajar

d. Landasan pokok CSR dalam isu kesejahteraan


1) Memberikan kompensasi terhadap karyawan
2) Memanfaatkan subsidi dan kemudahan yang diberikan pemerintah
3) Menjaga kesehatan karyawan
4) Menjaga keamanan kondisi tempat kerja
5) Menjaga keselamatan dan kesehatan kerja
6) Menjaga keseimbangan kerja/hidup

c) Pengukuran
Landasan di atas memberikan sebuah gambaran bahwa CSR bukanlah hal yang
parsial, melainkan suatu urusan yang kompeherensif. Tidak tepat jika perusahaan hanya
fokus pada aspek kesejahteraan karyawan dan ketidakseimbangan antara aspek lainnya.
Oleh karena itu poin-poin di atas bisa dijadikan sebagai indikator sejauh mana
keseriusan perusahaan dalam menerapkan CSR. Selain aspek di atas, kesungguhan
perusahaan dalam menerapkan CSR bisa juga diukur dengan menggunakan indikator
Piramida CSR. Tujuannya adalah untuk mengetahui berada pada tipe apa perusahaan
dalam menerapkan CSR, apakah hanya fokus pada tanggung jawab secara ekonomi lalu
menegasikan kebutuhan masyarakat local, baru pada tataran mematuhi aturan hukum,
atau memang sudah berada dalam tingkat tertinggi yaitu tanggung jawab etis,
mempraktikan CSR secara kompeherensif.

d) Implikasi
Implikasi Stakeholder dan Legitimacy Gap dalam Peningkatan Kinerja Perusahaan. Penelitian
ini bertujuan menjelaskan signifikansi teori dalam proses pembentukan lahirnya
konsep Corporate Social Responsibility (CSR). Keberlanjutan perusahaan bergantung
pada tanggung jawabnya atas dampak yang ditimbulkan kepada stakeholder melalui
pengungkapan CSR. CSR menjadi sinyal yang diberikan pihak manajemen kepada
seluruh stakeholder mengenai prospek perusahaan di masa depan serta menunjukkan
nilai lebih yang dimiliki perusahaan atas kepeduliannya terhadap dampak ekonomi,
sosial dan lingkungan yang timbul dari aktivitas perusahaan. Perbedaan kepentingan
antara masyarakat dan perusahaan dari segi penilaian dan harapan disebut
sebagai legitimacy gap. Secara teoretikal, pengungkapan CSR oleh pihak perusahaan
dapat meminimalisir legitimacy gap melalui peningkatan kesesuaian operasi perusahaan
dan harapan masyarakat.

7. GCG (Good Corporate Governance)


a) Pengertian
Good Corporate Governance merupakan suatu proses dan struktur yang
digunakan oleh BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan
mempertimbangkan stokeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan
nilai-nilai etika
Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan
kaidah-kaidah manajemen yang baik (good corporate governance) dalam rangka
pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan. Good corporate governance
(GCG) adalah konsep untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dengan tujuan
untuk menjamin agar tujuan tercapai dengan penggunaan sumberdaya se-efisien
mungkin.
GCG secara definitive merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua
stakeholder. Konsep GCG di Indonesia dapat diartikan sebagai konsep pengelolaan
perusahaan yang baik. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini. Pertama,
pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat)
dan tepat waktunya. Kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan
(disclosure) secara akurat, tepat waktu dan trasnparan terhadap semua informasi kinerja
perusahaan, kepemilikann dan stakeholder.

b) Ruang Lingkup
Good Corporate Governance tercipta apabila terjadi keseimbangan
kepentingan antara semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis kita. Identifikasi
keseimbangan dalam keberadaannya memerlukan sebuah sistem pengukuran yang dapat
menyerap setiap dimensi strategis dan operasional bisnis serta berbasis informasi.
Dalam konteks tumbuhnya kesadaran dan arti penting Corporate Governanceini,
Organization for Economic Corporation and Development(OECD) telah
mengembangkan sperangkat prinsip – prinsip Good Corporate Governancedan dapat
diterapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan, budaya, dan tradisi, dimasing –
masing Negara. Prinsip – prinsip diharapkan menjadi titik rujuk bagi para regulator
(pemerintah) dalam membangun framework bagi penerapan corporate governance.
Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip – prinsip ini dapat menjadi
guidanceatau pedoman dalam mengelaborasi best practice bagi peningkatan nilai
(valuation) dan keberlangsungan (sustainability) perusahaan.

c) Pengukuran
Pelaksanaan Pedoman Umum Good Corporate Governanceoleh
perusahaanperusahaan di Indonesia baik perusahaan terbuka (Emiten/Perusahaan
Publik) maupun perusahaan tertutup pada dasarnya bersifat comply and explain. Di
mana perusahaan diharapkan menerapkan seluruh aspek Pedoman Good Corporate
Governanceini. Apabila belum seluruh aspek pedoman ini dilaksanakan maka
perusahaan harus mengungkapkan aspek yang belum dilaksanakan tersebut beserta
alasannya dalam laporan tahunan.
Pengukuran kinerja konsep GCG berdasarkan kepada lima dasar, yaitu :
 Perlindungan hak pemegang saham,
 Persamaan perlakuan pemegang saham,
 Peranan stakeholdersterkait dengan bisnis,
 Keterbukaan dan transparansi,
 Akuntabilitas dewan komisaris
d) Implikasi
Good corporate governance akan terlaksana jika setiap perusahaan memiliki
integritas yang tinggi dalam menjalankan usahanya. Dengan integritas yang tinggi,
perusahaan akan memperoleh kepercayaan dari para stakeholder sehingga dapat terus
menjalankan usahanya untuk jangka panjang. Misalnya dengan memberikan
pengembalian yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kreditur atau pemegang
saham, perusahaan akan mendapatkan kepercayaan dalam mengelola dana sehingga
mendapatkan pinjaman atau modal secara berkelanjutan. Maka perusahaan harus juga
menyediakan informasi yang akurat dan relevan. Artinya perusahaan dituntut untuk
memiliki akuntabilitas dan transparansi yang tinggi.
Untuk dapat mewujudkan integritas yang tinggi tersebut, perusahaan harus
menerapkan asas-asas etika. Apabila perusahaan menerapkan perilaku-perilaku etis
dalam setiap keputusan yang dibuatnya, integritas tinggi tersebut akan muncul secara
otomatis. Ulitarianism dan deontology dapat digunakan untuk melahirkan perilaku etis
dalam pengambilan keputusan yang tidak hanya memperhatikan kepentingan pribadi
atau kepentingan kelompok, melainkan kepentingan masyarakat secara keseluruhan
mencakup kepentingan perusahaan dan stakeholder.
Penerapan perilaku-perilaku etis pada perusahaan pada akhirnya akan
mewujudkan good corporate governance. Perusahaan akan mempertimbangkan
kepentingan para stakeholder sehingga perusahaan memiliki tanggung jawab yang
tinggi. Dengan begitu perusahaan mendapatkan kepercayaan dari kreditur, pemegang
saham, tenaga kerja, dan stakeholder lainnya. Penerapan perilaku etis ini akan
mewujudkan integritas dan good corporate govenance secara berkesinambungan.

8. Budget sleck, budget gaming, beyond budgeting


and badget participation.

a) Pengertian
 Budget Sleck
Slack anggaran adalah perbedaan antara anggaran yang dinyatakan dan estimasi
anggaran terbaik yang secara jujur dapat diprediksikan. Manajer menciptakan
slack dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah dan biaya lebih tinggi.
 Budget Gaming
 Beyond Budgeting
Beyond Budgeting adalah model manajemen yang berkeinginan untuk melawan
batasan-batasan dari konsep manajemen umum penganggaran tradisional.
 Budget Participation
Menurut Hansen/Mowen (2013:223) mendefinisikan partisipasi anggaran
sebagai berikut: “Partisipasi anggaran adalah pendekatan penganggaran yang
memungkinkan para manajer yang akan bertanggungjawab atas kinerja
anggaran, untuk bepartisipasi dalam pengembangan anggaran, partisipasi
anggaran mengkomunikasikan rasa tanggung jawab kepada para manajer tingkat
bawah dan mendorong kreativitas.”
b) Ruang Lingkup
1) Berdasarkan ruang lingkup atau intensitas penyusunan:
a. Anggaran Parsial adalah anggaran yang ruang lingkupnyaterbatas
misalnya anggaran untuk bidang keuangan atauproduksi saja.
b. Anggaran Komprehensif adalah anggaran dengan ruang
lingkupmenyeluruh, karena jenis kegiatan meliputi seluruh
aktivitasperusahaan dibidang pemasaran, produksi, keuangan,
personaliadan administrasi.
2) Berdasarkan Fleksibilitas:
a. Anggaran Tetap adalah anggaran yang disusun untuk periodewaktu
tertentu dengan volume yang sudah tertentu danberdasarkan volume
tersebut diperkirakan besarnya revenue,cost dan expense.
b. Anggaran Kontinyu adalah anggaran yang disusun untukperiode waktu
tertentu dengan volume tertentu dan berdasarkanvolume tersebut
diperkirakan besarnya revenue, cost danexpense, namun secara periodik
dilakukan penilaian kembali.
3) Berdasarkan periode waktu:
a. Anggaran Jangka Pendek adalah rencana kegiatan perusahaansecara rinci
dalam satu tahun anggaran.
b. Anggaran Jangka Panjang adalah rencana kegiatan perusahaandengan
cakupan waktu yang panjang dengan penekanan padapengembangan
profil perusahaan pada masa yang akan datang.Anggaran jangka panjang
mencerminkan perencanaanmenyeluruh tentang kegiatan yang akan
dilakukan dalam jangkapanjang dan merupakan suatu kesatuan yang
utuh dari rencanayang disusun untuk kegiatan setiap tahun.
c) Pengukuran
Anggaran merupakan komitmen manajemen ; manajer sepakat untuk
mengemban tanggung jawab atas pencapaian tujuan yang dianggarkan. Usulan
anggaran ditelaah dan disetujui oleh otoritas yang lebih tinggi ketimbang oleh pihak
yang menganggarkan.
Dalam pendekatan beyond budgeting, target dikembangkan berdasarkan tujuan
peregangan yang terikat kepada rekan kerja, pesaing, dan tolak ukur utama global.
Target ini ditinjau dan diubah jika diperlukan dan manajer lebih termotivasi untuk
mencapai tujuan.

d) Implikasi
Bagi manajemeni, hasil proyeksi menciptakan peluang untuk memilih rencana
yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan, kemudian di dalam menyusun
anggaran, diperlukan analisis yang sangat teliti terhadap setiap tindakan yang akan
dilakukan, penelitian yang telah dilakukan dapat digunakan untuk manajemen untuk
menilai baik dan buruknya suatu hasil yang diperoleh.
Dukungan organisasi yang baik akan berpengaruh terhadap anggaran, sehingga
setiap manajeer mengetahui kekuasaan, kewenangan, dan kewajibannya. Mengingat
setiap manajer dan atau penyedia dilibatkan dalam penyusunan anggaran, maka
memungkinkan terciptanya perasaan ikut berperan serta.
BAB III
Penutup

Dalam perusahaan akuntansi manajemen berperan untuk mengumpulkan


beberapa informasi berisi fakta, data, pengamatan dan persepsi. Fungsi sistem informasi
akuntansi bagi manusia adalah untuk mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan
keputusan. Pengambilan keputusan selalu menyangkut masa yang akan datang yang
mengandung ketidakpastian dan pemilihan suatu alternatif tindakan yang tersedia. Oleh
karena itu, para pembuat keputusan selalu berusaha mengumpulkan informasi untuk
mengurangi ketidakpastian yang dihadapinya dalam memilih alternatif tindakan
tersebut.
Sistem informasi akuntansi manajemen tidak terikat oleh kriteria formal apapun
yang mendefinisikan sifat dari proses, masukan, atau keluaran sehingga kriterianya
fleksibel dan berdasarkan pada tujuan manajemen dan tujuan akuntansi biaya.
Dalam berorganisasi perusahaan harus mampu memilih sistem yang tepat,
informasi yang diterima harus disaring dan digunakan dengan semaksimal mungkin.
Perusahaan juga harus bisa mengelola manajemennya dengan baik agar kinerja pada
perusahaan bisa maksimal sehingga tujuan perusahaan pun dapat tercapai dengan
efektif dan efisien. Perihal penganggaran juga perlu diperhatikan, perencanaa harus
matang dan dianalisis, manajemen juga harus mampu bertanggungjawab terhadap apa
yang telah direncanakan.

Anda mungkin juga menyukai