Disusu oleh :
S1 Akuntansi B Karyawan
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 3
II. Pembahasan
2.1. Akuntansi Lingkungan .................................................................................4
2.2. Informasi Non Akuntansi .............................................................................11
2.3. Gaya Kepemimpinan dan Perusahaan ........................................................13
2.4. Kinerja Perusahan ........................................................................................16
2.5. Profesi Akuntansi Manajemen dalam Perusahaan .......................................20
2.6. CSR (Corporate Social Resfonsibility) ........................................................27
2.7. GCG (Good Corporate Governance) ........................................................... 30
2.8. Budget Sleck, Budget Gaming, Beyond Budgeting, and Budget
Participation .................................................................................................32
III. Penutup ..................................................................................................................33
BAB I
Pendahuluan
1. Akuntansi Lingkungan
a) Pengertian
Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting atau EA) merupakan istilah yang
berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan (environmental costs) ke dalam praktek
akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah.Biaya lingkungan adalah dampak yang timbul
dari sisi keuangan mampun non-keuangan yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan
yang mempengaruhikualitaslingkungan.
MenurutBadanPerlindunganLingkungan Amerika Serikat atau United States
Environment Protection Agency (US EPA) akuntansi lingkungan adalah:
“Fungsi penting akuntansi lingkungan adalah untuk menyajikan biaya-biaya lingkungan bagi
para stakeholders perusahaan, yang mampu mendorong pengidentifikasian cara-cara
mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu yang bersamaan, perusahaan
sedang memperbaiki kualitas lingkungan”.
Latar belakang pentingnya akuntansi lingkungan pada dasarnya menuntut kesadaran
penuh perusahaan-perusahaan maupun organisasi lainnya yang telah mengambil manfaat dari
lingkungan.Penting bagi perusahaan-perusahaan atau organisasi lainnya agar dapat
meningkatkan usaha dalam mempertimbangkan konservasi lingkungan secara berkelanjutan.
Penggunaan konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan mendorong kemampuan
untuk meminimalisasi persoalan-persoalan lingkungan yang dihadapinya.Banyak perusahaan
besar industri dan jasa yang kini menerapkan akuntansi lingkungan.Tujuannya adalah
meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan
lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental costs) dan manfaat atau efek (economic
benefit).
Akuntansi lingkungan diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk menghasilkan
penilaian kuantitatif tentang biaya dan dampak perlindungan lingkungan (environmental
protection).
b) Ruang Lingkup
Akuntansi lingkungan bertujuan mengukur biaya dan manfaat sosial sebagai akibat
dari aktivitas perusahaan dan pelaporan prestasi perusahaan (Halim, Irawan, 1998).
Akuntansi lingkungan adalah sebuah alat yang dapat diterapkan dalam skala penggunaan
dan cakupan ruang lingkup yang berbeda. Skala yang digunakan tergantung dari kebutuhan,
kepentingan, tujuan, dan sumberdaya perusahaan.
Permaslaahan dalam menentukan ruang lingkup akuntansi lingkungan adalah
bagaimana perusahaan dapat menentukan biaya lingkungan yang muncul akibat aktivitas
bisnisnya yang mana biaya tersebut tidak dapat diukur secara akuntansi.
Guna mencapai keberhasilan dalam penerapan akuntansi lingkungan, maka pertama
dan utama sekali yang perlu diperhatikan manajemen perusahaan adalah adanya kesesuaian
antara evaluasi yang dibuat perusahaan terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan.
Langkah kedua, menentukan apa yang menjadi target perusahaan dengan cara
mengidentifikasi faktor-faktor utama yang berdampak pada lingkungan perusahaan serta
menyusun suatu perencanaan untuk mengurangi dampak lingkungan. Langkah ketiga,
memilih alat ukur yang sesuai dalam menentukan persoalan lingkungan.Langkah keempat,
melakukan penilaian administrasi untuk menetapkan target di masing-masing
segmen.Langkah kelima, menghasilkan segmen akuntansi untuk mengukur masing-masing
divisi perusahaan.Langkah keenam, melakukan pengujian dimasing-masing devisi.Langkah
terakhir adalah melakukan telaah kinerja.Pada telaah kinerja diharapkan dapat menghasilkan
segmen akuntansi yang dapat mendukung prestasi manajemen lingkungan dimasing-masing
divisi.
Badan Perlindungan Amerika Serikat atau United States Environment Protection
Agency (EPA) menambahkan lagi bahwa istilah akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua
dimensi utama. Pertama, akuntansi lingkungan merupakan biaya yang secara langsung
berdampak pada perusahaan secara menyeluruh (dalam hal ini disebut dengan istilah “biaya
pribadi”). Kedua,akuntansi lingkungan juga meliputi biaya-biaya individu, masyarakat
maupun lingkungan suatu perusahaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Sistem akuntansi lingkungan terdiri atas lingkungan akuntansi konvensional dan
akuntansi ekologis. Akuntansi lingkungan konvensional mengukur dampak-dampak dari
lingkungan alam pada suatu perusahaan dalam sitilah-istilah keuangan. Sedangkan
akuntansi ekologis mencoba untuk mengukur dampak suatu perusahaan berdasarkan
lingkungan, tetapi pengukuran dilakukan dalam bentuk unit fisik (sisa barang produksi
dalam kilogram, pemakaian energi dalam kilojoules, dll), akan tetapi standar pengukuran
yang digunakan bukan dalam bentuk satuan keuangan.
Sedangkan lingkup akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua bagian. Bagian
pertama didasarkan pada kegiatan akuntansi lingkungan suatu perusahaan baik secara
nasional maupun regional. Bagian kedua berkaitan dengan akuntansi lingkungan untuk
perusahaan-perusahaan dan organisasi lainnya.
Pada dasarnya penjelasan mengenai konsep akuntansi lingkungan harus mengikuti
beberapa faktor berikut, antara lain:
a. Biaya konservasi lingkungan (diukur dengan menggunakan nilai satuan uang).
b. Keuntungan konservasi lingkungan (diukur dengan unit fisik).
c. Keuntungan ekonomi dari kegiatan konservasi lingkungan (diukur dengan nilai
satuan uang/rupiah).
c) Pengukuran
Akuntansi lingkungan menunjukkan biaya riil atas input dan proses bisnis serta
memastikan adanya efisiensi biaya, selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur biaya
kualitas dan jasa. Tujuan utamanya adalah dipatuhinya perundangan perlimdungan
lingkungan untuk menemukan efisiensi yang mengurangi dampak dan biaya lingkungan.
(Helvegia ,2001).
\ Produk Utama
Sumber Daya Manusia
Proses
Produksi
Gambar 1. Proses produksi suatu kegiatan operasional usaha di lingkungan Rumah Sakit.
(Sumber: Makalah Seminar PPLH Lingkungan UGM Yogyakarta)
Dalam bagan diatas tampak bahwa proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan,
memiliki emisi yang bermacam macam sifat dan bentuknya. Emisi yang memiliki
keragaman sifat dan bentuk ini memerlukan pengelolaan yang tertentu dengan
menyesuaikan kebutuhannya dalam penentuan pembiayaannya.
Metode pengalokasian biaya untuk pengelolaan lingkungan ini pada umumnya
dialokasikan sebagai biaya tambahan, yaitu biaya selama satu tahun periode akuntansi untuk
mengelola berbagai kemungkinan dari dampak pencemaran lingkungan dan dampak negatif
sisa oprasional usaha dimasukkan dalam pos biaya umum.(Kohln.2003) Secara praktis,
pengalokasian tersebut tidak bermasalah pada penanggulangan dampak negatif tersebut,
namun secara akuntansi pengalokasian biaya yang tidak dilakukan secara sistematis dengan
metode penjelasan alokasi biaya tersebut dapat mengurangi akuntabilitas perusahaan yang
bersangkutan. Pertanggungjawaban penggunaan biaya lingkungan yang dimasukkan dalam
pos yang tidak secara detail dapat mengungkap pengidentifikasian, pengklasifikasian,
pengukuran, penilaian, dan pelaporan penggunaan biaya tersebut menjadi bias.
(Hadisatmoko.2000)
2) Pengakuan
Elemen-elemen tersebut yang telah diidentifikasikan selanjutnya diakui sebagai
rekening dan disebut sebagai biaya pada saat menerima manfaat dari sejumlah
nilai yang telah dikeluarkan untuk pembiayaan lingkungan tersebut.Pengakuan
biaya-biaya dalam rekening ini dilakukan pada saat menerima manfaat dari
sejumlah nilai yang telah dikeluarkan sebab pada saat sebelum nilai atau
jumlah itu dialokasikan tidak dapat disebut sebagai biaya sehingga pengakuan
sebagai biaya dilakukan pada saat sejumlah nilai dibayarkan untuk pembiayaan
pengelolaan lingkungan. (PSAK,2002)
3) Pengukuran
Perusahaan pada umumnya mengukur jumlah dan nilai atas biaya biaya yang
dikeluarkan untuk pengelolaan lingkungan tersebut dalam satuan moneter
yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengukuran nilai dan jumlah biaya yang
akan dikeluarkan ini dapat dilakukan dengan mengacu pada realisasi biaya
yang telah dikeluarkan pada periode sebelumnya, sehingga akan diperoleh
jumlah dan nilai yang tepat sesuai kebutuhan riil setiap periode. Dalam hal
ini, pengukuran yang dilakukan untuk menentukan kebutuhan pengalokasian
pembiayaan tersebut sesuai dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan
sebab masing masing perusahaan memiliki standar pengukuran jumlah dan
nilai yang berbeda-beda.
4) Penyajian
Biaya yang timbuldalam pengelolaan lingkungan ini disajikan bersama sama
dengan biaya-biaya unit lain yang sejenis dalam sub-sub biaya administrasi
dan umum. Penyajian biaya lingkungan ini didalam laporan keuangan dapat
dilakukan dengan nama rekening yang berbeda-beda sebab tidak ada
ketentuan yang baku untuk nama rekening yang memuat alokasi pembiayaan
lingkungan perusahaan tersebut.
5) Pengungkapan
Pada umumnya, akuntan akan mencatat biaya biaya tambahan ini dalam akuntansi
konvensional sebagai biaya overhead yang berarti belum dilakukan
spesialisasi rekening untuk pos biaya lingkungan. Akuntansi lingkungan
menuntut adanya alokasi pos khusus dalam pencatatan rekening pada laporan
keuangan yang dibuat oleh perusahaan- sehingga dalam pelaporan akuntansi
keuangan akan muncul bahwa pertanggung jawaban sosial yang dilakukan
oleh perusahaan tidak sebatas pada retorika namun telah sesuai praktis
didalam pengelolaan sisa hasil operasional perusahaan. Hal ini diungkapkan
oleh Jain. R.K.(1998) dalam bukunya berjudul Environmental Impact
Assesment disebutkan bahwa sistem pencatatan akuntansi yang memerlukan
penanganan khusus dalam hal ini adalah sistem akuntansi lingkungan yang
memerlukan kamar tersendiri dalam neraca keseimbangan setiap tahunnya.
Biaya yang dicatat dalam jurnal penjelas dapat diartikan bahwa biaya yang
sebelumnya dicatat dalam pos pos gabungan seperti biaya umum atau biaya overhead
perlu untuk dibuatkan pos khusus yang memuat daftar alokasi biaya khusus untuk
pengelolaan eksternality sebagai sisa hasil operasional usaha.(Munn,1999)
Kemungkinan untuk memuat seluruh biaya yang telah dikeluarkan dalam pos khusus
menjadi sebuah neraca khusus tetap ada, namun meski demikian minimal dalam sebuah
laporan keuangan adanya rekening khusus yang dapat menjelaskan alokasi biaya
lingkungan tersebut menjadi satu kesatuan pos rekening laporan keuangan yang utuh
dan secara rinci pengeluaran biaya tersebut sejak awal perencanaan proses akuntansi
lingkungan sampai pada saat penyajian pemakaian biaya tersebut. (Purnomo,2000)
d) Implikasi
Secara tidak langsung, akuntan dan akuntansi lingkungan dapat berperan dalam
membantu masalah penanganan lingkungan. Gray (1993) mengemukakan peranan
akuntan dalam membantu manajemen mengatasi masalah lingkungan melalui 5 (lima)
tahap, yaitu:
a. Sistem akuntansi yang ada saat ini dapat dimodifikasi untuk
mengidentifikasi masalah lingkungan dalam hubungannya dengan
masalah pengeluaran seperti biaya kemasan, biaya hukum, biaya
sanitasi, dan biaya lain lain yang berkenaan dengan efek lingkungan.
b. Hal-hal yang negatif dari sistem akuntansi saat ini perlu
diidentifikasikan, seperti masalah penilaian investasi yang belum
mempertimbangkan masalah lingkungan.
c. Sistem akuntansi perlu memandang jauh kedepan dan lebih peka
terhadap munculnya isu isu lingkungan yang selalu berkembang.
d. Pelaporan keuanganuntuk pihak eksternal dalam proses berubah, seperti
misalnya berubah ukuran kerja perusahaan di masyarakat.
e. Akuntansi yang baru dari sistem informasi memerlukan pengembangan
seperti pemikiran tentang kemungkinan adanya ”eco balance sheet”.
2. Informasi Non Akuntansi
a) Pengertian
Informasi non akuntansi adalah informasi yang tidak terdapat dalam laporan
keuangan. Informasi non akuntansi merupakan informasi selain laporan keuangan
seperti persentase penawaran saham, umur perusahaan, reputasi underwritter, reputasi
auditor, tingkat inflasi, ekonomi makro, kebijakan pemerintah dan kepemilikan
pemerintah (BUMN).Informasi non akuntansi yang disajikan dalam penelitian ini
adalah reputasi underwriter, reputasi auditor, dan umur perusahaan.
b) Ruang Lingkup
Informasi non akuntansi meliputi informasi yang diperoleh dari luar aktivitas
ekonomi dan kondisi perusahaan. Ada informasi pendukung lain yang bukan berasal
dari proses akuntansi tetapi masih berhubungan dengan perusahaan sehingga informasi
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
c) Pengukuran
Informasi non akuntansi dalam suatu prospektus harus mencakup semua rincian
dan informasi atau fakta material mengenai penawaran umum dari emiten atau
perusahaan publik, yang dapat mempengaruhi keputusan pemodal, yang diketahui atau
layak diketahui oleh emiten atau perusahaan publik. Yang dimaksud dengan prospektus
adalah buku atau brosur dan cara penawaran penjualan efek melalui media lainnya yang
memuat keterangan–keterangan, antara lain tentang maksud dan syarat–syarat
pengeluaran efek, jumlah emisi serta besarnya pecahan, harapan usaha/produksi
perushaan di masa yang akan datang, keadaan keuangan dan lain sebagainya.
d) Implikasi
a. Jaminan, nilai jaminan dapat mempengaruhi keputusan pemberian fasilitas
kredit, jaminan yang diterima kreditur merupakan second way out terhadap
penyelesaian akhir kredit, apablia kredit yang diberikan sudah tidak
dimungkinkan kembali dari hasil usaha atau proyek yang dibiayai. Maka jalan
terakhir penyelesaian kredit harus melalui pencairan jaminan.
b. Umur perusahaan calon debitur, dasar pemikiran pemilihan variabel ini adalah
semakin lama umur perusahaan, maka perusahaan tersebut akan semakin teruji
kelangsungan hidupnya.
c. Pengalaman pimpinan calon debitur, kondisi ini diperhitungkan dalam
memberikan fasilitas kredit, karena untuk melihat sampai sejauhmana
pengalaman pimpinan calon debitur mengelola usaha, watak dan itikat baik
debitur dalam mengelola usaha. Universitas Sumatera Utara
d. Jangka waktu menjadi nasabah bank calon debitur, dasar pemikiran
pemilihan variabel ini adalah bahwa semakin lama calon debitur sudah
menjadi nasabah maka akan semakin mudah untuk mengetahui karakter
dan kemampuan calon debitur dalam mengelola bisnisnya.
e. Diversifikasi Kepemilikan, untuk mengetabui jumlah pemilik badan usaha yang
dikelola calon debitur, semakin banyak pemilik badan usaha yang dikelola calon
debitur akan semakin baik kelangsungan hidup perusahaan.
f. Jenis usaha, dasar pemikiran atas pemilihan variabel ini adalah dikarenakan
beberapa jenis usaha yang sekarang ini dianggap tidak layak lagi untuk
diberikan kredit.
3. Gaya Kempemimpinan dan Perusahaan
a) Pengertian
Gaya kepemimpinan merupakan aspek penting untuk mencapai dan
meningkatkan keberhasilan kepemimpinan seseorang dalam suatu organisasi. Gaya
kepemimpinan adalah salah satu cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam
mempengaruhi, mengarahkan dan mengendalikan perilaku orang lain untuk mencapai
suatu tujuan
b) Ruang lingkup
Pemimpin memiliki tugas utama untuk melaksanakan fungsi manajemen dengan
benar, termasuk sebagai perencana, penyelenggara, koordinator, dinamist, pengawas,
pengambil keputusan, pemberi otoritas, penjamin, pendidik, komunikator, penegak
hukum, pemersatu, wali, orang tua, pelapor, pembiming, dan mandataris.
Pengkajian tentang ruang lingkup kepemimpinan akan meliputi dua masalah
pokok, diantaranya tentang teori kepemimpinan dan tekhnik kempemimpinan.
Teori Kepemimpinan
1) Sejarah, sebab menjadi pemimpin
2) Ciri- ciri gaya pemimpin dalam menjalankan tugasnya
3) Syarat yang harus dimiliki atau diperhatikan oleh pemimpin
4) Tugas pokok/ fungsi pemimpin
5) Etika profesi yang harus diperhatikan oleh setiap pemimpin
Tekhnik kepemimpinan
Penekanan pada bagaimana pemimpin harus mewujudkan teori
kepemimpinan yang telah dimilikinya dalam kehidupan praktek organisasi, baik
melalui tingkah laku maupun konsep – konsep pemikiran.
Teknik kepemimpinan meliputi :
1) Etika Profesi
2) Motivasi
3) Dinamika kelompok
4) Komunikasi
5) Kemampuan berdiskusi
6) Pengambilan keputusan.
c) Pengukuran
Menurut Prof Prajudi Atmosudridjo, pemimpin adalah seseorang yang
mempengaruhi orang lain, agar mereka mau melakukan apa yang mereka inginkan.
Sedangkan pendapat Prof. Arifin Abdurrachman tentang pemimpin adalah orang yang
bisa menggerakkan orang lain di sekitarnya untuk mengikuti jejak pemimpin. Pendapat
lain adalah dari Prof. Sarwono Prawirodihardjo yang menyatakan bahwa pemimpin
adalah orang yang berhasil menumbuhkan pada bawahan mereka rasa bertanggung
jawab atas pekerjaan yang dilakukan di bawah kepemimpinan mereka.
Dari beberapa makna di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat
dikatakan sebagai pemimpin jika orang tersebut dapat mempengaruhi perilaku orang
lain untuk mematuhi kehendaknya, meskipun tidak ada ikatan yang kuat dalam suatu
organisasi. Jadi, pemimpin dapat muncul kapan saja dan di mana saja selama seseorang
mampu dan dapat mempengaruhi orang lain di sekitarnya.
d) Implikasi
Kepemimpinan dalam Manajemen
Kegiatan manajemen sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan
tanpa seorang pemimpin dengan kepemimpinan yang menyenangkan.Pemimpin adalah
elemen yang menentukan kelancaran organisasi dalam mewujudkan tujuan dan
sasarannya.Kepemimpinan adalah inti dan kekuatan pendorong kegiatan manajemen.
4. Kinerja Perusahaan
a) Pengertian
Kinerja perusahaan adalah hasil dari kegiatan manajemen.Parameter yang sering
digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan yang dilakukan dengan
menggunakan pendekatan di mana informasi keuangan diambil dari laporan keuangan
atau laporan keuangan lainnya.Sehubungan dengan itu, pengukuran kinerja keuangan
telah dilakukan oleh Rhoades et al. (2002), dan Chaganti Damanpour (1991); Slovin
dan Sushka (1993).
Penilaian kinerja bertujuan untuk menentukan efektivitas operasi
perusahaan.Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode atau
pendekatan.Kaplan dan Atkinson (1998: 551), kinerja non-keuangan, mengukur kinerja
dengan menggunakan satuan pengukuran non-keuangan.Informasi yang digunakan
dalam mengukur kinerja keuangan adalah informasi keuangan, akuntansi manajemen
informasi, dan informasi akuntansi keuangan seperti laba sebelum pajak, laba atas
investasi, dan sebagainya.Dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja, Healy (1995)
menyatakan bahwa pengukuran kinerja didasarkan pada kinerja pasar.Hal ini, menurut
dia, memiliki beberapa kelemahan seperti jumlah kejadian yang tidak
terkontrol.Ketidakpastian menyebabkan risiko harga pasar dan ini juga dapat
menyebabkan kondisi tak terkendali dan ini, pada gilirannya, memberikan umpan balik
yang tidak valid pada kualitas dan sejauh yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan manajemen.Selain itu, penggunaan kinerja internal juga memiliki kelemahan
sebagai dasar pengukuran.Sebaliknya, kinerja internal manajemen dapat dikendalikan
sehingga manipulasi dasar pengukuran yang mungkin dilakukan.
b) Ruang Lingkup
Program manajemen Kinerja ini ruang kingkupnya cukup besar. Ia bersifat
menyeluruh atau menggarap semua bagian/fungsi dari sebuah organisasi. Program ini
menjamah semua elemen, unsur atau input yang harus didayagunakan oleh organisasi
untuk meningkatkan kinerja organisasi tersebut, bukan hanya manusia. Elemen-elemen
tersebut adalah teknologi (peralatan, metode kerja) yang digunakan, kualitas dari input
(termasuk material), kualitas lingkungan fisik (keselamatan, kesehatan kerja, lay-out
tempat kerja dan kebersihan), iklim dan budaya organisasi serta kompensasi dan
imbalan. Kegiatan dengan ruang lingkup seperti tersebut diatas merupakan sebuah
proyek besar dan melibatkan hampir semua orang, dan harus ditangani langsung oleh
pemimpin puncak organisasi. Beberapa tim “adhoc” baik yang terdiri dari “orang
dalam” dan/atau konsultan diberi tugas khusus untuk membantu pemimpin melakukan
penelitia-penelitian membuat rancangan sampai menangani proyek-proyek khusus.
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan, bahwa program manajemen kinerja
pada dasarnya adalah sebuah proses dalam MSDM. Selain itu penggunaan istilah
“manajemen” mempunyai implikasi, bahwa kegiatan tersebut harus dilaksanakan
sebagai proses manajemen umum, yang dimulai dengan penetapan sasaran dan di akhiri
dengan evaluasi. Proses tersebut pada garis besarnya terdiri dari lima kegiatan utama
yaitu:
1) Merumuskan tanggung jawab dan tugas yang harus dicapai oleh karyawan dan
rumusan tersebut disepakati bersama.
2) Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh karyawan
untuk kurun waktu tertentu. Termasuk dalam tahap ini adalah penetapan standar
prestasi dan tolak ukurnya.
3) Melakukan “monitoring”, melakukan koreksi, memberikan kesempatan dan
bantuan yang diperlukan bawahan.
4) Menilai prestasi karyawan tersebut dengan cara membandingkan prestasi yang
dicapai dengan standar atau tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam tahap penilaian ini harus tercakup pula kegiatan mengidentifikasi bidang-
bidang yang ada dan dirasakan terdapat kelemahan pada orang yang dinilai.
5) Memberikan umpan balik pada karyawan yang dinilai dengan seluruh hasil
penilaian yang dilakukan. Disini juga dibicarakan cara-cara untuk memperbaiki
kelemahan yang telah diketahui dengan tujuan meningkatk86an prestasi kerja
pada priode berikutnya.
c) Pengukuran
Pengukuran kinerja perusahaan, selain dilihat dari perspektif kinerja financial
dan non financial, juga dapat dilihat dari perspektif kepentingan atau tujuan
analisisnya. Dalam hal ini, kita dapat membedakan perspektif eksternal dan
internal.Pengukuran kinerja dari perspektif eksternal, terutama dilakukan oleh investor
ekuitas dan kreditor. Dari perspektif ini, tujuan analisis kinerja keuangan perusahaan
terutama dimaksudkan untuk valuation, yaitu menilai prospek dan risiko perusahaan
yang tercermin dari present valueharga saham dan nilai perusahaan secara
keseluruhan.Dengan mengetahui present value harga saham, maka para investor dan
kreditor dapat mengambil keputusan atas investasi pada perusahaan tersebut.
Keputusan ini dapat berupa: hold, buy, atau sell atas kepemilikan saham pada
perusahaan tersebut.
Pada unit organisasi atau divisi yang diposisikan sebagai revenue center,
manajer divisi revenuecenter memiliki tanggung jawab dan kewenangan dalam
pencapaian target pendapatan sesuai yang telah ditetapkan oleh kantor pusat. Oleh
karena itu, pengukuran kinerja divisi revenuecenter ditetapkan dengan KPI: pencapaian
target pendapatan, market share, akuisisi pelanggan, dan sebagainya, yang terkait
dengan kinerja pencapaian pendapatan.
Divisi cost center memiliki tanggung jawab dan kewenangan dalam penggunaan
biaya untuk menjalankan suatu fungsi organisasi support, seperti divisi akuntansi,
ICT, human capital services, purchasing, dan lain-lain. Pada divisi costcenter,
penetapan KPI misalnya: cost effective, efisiensi biaya, target cost reduction, dan
sebagainya.
Divisi profit center peran dalam pencapaian profit, oleh karena itu manajer
divisi ini memiliki tanggung jawab dan kewenangan dalam pengelolaan kinerja
pendapatan dan biaya. Pengukuran kinerja divisi profit center misalnya, returnon
sales dan profit margin.
Berbeda dengan divisi profit center, divisi investment center memiliki tanggung
jawab dan kewenangan dalam menetapkan sumber modal dan dari mana modal tersebut
diperoleh. Oleh karena itu, KPI divisi investment center dapat dikembangkan pada
pengukuran kinerja keuangan seperti return on assets, return on investment, residual
income, dan economic value added.
d) Implikasi
Kinerja perusahaan merupakan hal penting sehingga diperlukan manajemen
untuk mengolahnya menjadi lebih baik, karena pada kinerja perusahaan inilah dapat
dilihan bagaimana ke-efektivitasan kegiatan operasi suatu perusahaan, dimana kualitas
perusahaan diukur dan dinilai.Dengan manajemen kinerja perusahaan dapat dinilai
bagaimana pencapaian perusahaan, apakah sudah berhasil dan apakah misi perusahaan
sudah tercapai dengan maksimal.
Dan untuk medukung hal tersebut perusahaan sebaiknya mempertimbangkan
kecakapan manajer yang mampu mengelola aset perusahaan secara efisien, sehingga
pada satu sisi dapat meningkatkan laporan keberlanjutan perusahaan dan di sisi lain
meningkatkan kinerja perusahaan.
a) Pengertian
Akuntan internal dikenal juga sebagai akuntan manajemen, akuntan
perusahaan.Akuntan internal bekerja dalam suatu perusahaan atau organisasi
yang bertugas untuk mencatat setiap transaksi keuangan dan menyusun laporan
keuangan perusahaan. Selain itu ia juga mengurusi masalah pencatatan pajak
perusahaan dan auditing atau pemeriksaan secara internal
Akuntansi manajemen membantu berdasarkan data. Hal ini sangat membantu
manajer untuk memperkirakan semuanya, terutama saat melakukan pengambilan
keputusan dan menentukan pilihan penting dalam organisasi. Contohnya seperti :
Haruskah perusahaan berinvestasi dalam lebih banyak peralatan operasional? Haruskah
diversifikasi ke pasar yang berbeda? Haruskah membeli perusahaan lain? Dan
sebagainya.Akuntansi manajemen membantu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
kritis ini dan meramalkan tren masa depan dalam bisnis.
b) Ruang Lingkup
c) Pengukuran
Peran akuntansi manajemen dalam perusahaan menekankan pada
pencapaian goal dan objective suatu organisasi saat ini. Akuntan puncak di sebagian
besar organisasi adalah para pengendali. Semua fungsi akuntansi melapor kepada
individu ini, termasuk para akuntan biaya, akuntan keuangan dan pajak dan auditor
internal.
d) Implikasi
Akuntansi manajemen menggunakan penetapan biaya berdasarkan aktivitas
untuk memutuskan apa yang akan diproduksi, berapa banyak yang dibelanjakan untuk
suatu produk, berapa biaya untuk melayani pelanggan, mana yang lebih
menguntungkan dan apa yang pelanggan butuhkan. Mereka menemukan jawaban atas
pertanyaan integral ini sehingga manajemen dapat fokus pada memaksimalkan profit.
Perlu diketahui juga, jika dalam akuntansi manajemen laporan yang dbuat akuntan lebih
ditujukan untuk manajer di masing masing divisi
Informasi yang valid berdasarkan data dalam laporan dan jurnal telah mengubah
cara perusahaan beroperasi. Perusahaan tidak lagi dapat mengambil keputusan penting
tanpa mempertimbangkan implikasi dan hasil. Mereka dapat menggunakan analisis
cerdas dan manajemen akuntansi untuk berinvestasi dengan cerdas. Pada saat yang
sama perusahaan mempersiapkan dengan tepat jika ada hal yang mungkin berdampak
negatif.
a) Pengertian
Corporate Social Responsibility adalah suatu mekanisme perusahaan untuk secara
sadar mengintegrasikan sebuah perhatian terhadap lingkungan sosial ke dalam operasi
dan interaksinya dengan stakeholder, yang melampaui tanggungjawab sosial di bidang
hukum.
Secara sederhana CSR merupakan suatu konsep serta tindakan yang dilakukan oleh
suatu perusahaan sebagai rasa tanggungjawabnya terhadap sosial serta lingkungan
sekitar dimana perusahaan itu berdiri. Seperti melaksanakan suatu kegiatan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, menjaga lingkungan sekitar,
membangun fasilitas umum, memberikasn beasiswa kepada anak yang kurang mampu,
dan memberikan bantuan dana untuk kesejahteraan masyarakat banyak pada umumnya
dan masyarakat sekitar perusahaan pada khususnya.
b) Ruang Lingkup
Pada dasarnya CSR bukanlah entitas departemen atau divisi yang sifatnya
parsial atau hanya berfungsi dalam pendongkrakan citra sebagai bagian dari jurus jitu
marketing perusahaan, sehingga nilai perusahaan di mata stakeholders lain khususnya
masyarakat menjadi positif.
Pada hakikatnya CSR adalah nilai atau jiwa yang melandasi aktivitas
perusahaan secara umum, dikarenakan CSR menjadi pijakan kompeherensif dalam
aspek ekonomi sosial, kesejahteraan dan lingkungan. Tidak etis jika nilai CSR hanya
diimplementasikan untuk memberdayakan masyarakat setempat, disisi lain
kesejahteraan karyawan yang ada didalamnya tidak terjamin atau perusahaan tidak
disiplin dalam membayar pajak, suburnya praktik korupsi dan kolusi atau
mempekerjakan anak.
Dalam aspek lingkungan misalnya, terdapat perusahaan-perusahaan yang
kontribusi dalam pencemaran terhadap alam, melakukan pemborosan energy dan
bermasalah dalam limbah. Bagaimanapun semua aspek dalam perusahaan, baik
ekonomi, sosial, kesejahteraan dan lingkungan tidak bisa lepas dari koridor tanggung
jawab sosial perusahaan. Oleh karena itu dalam CSR tercangkup didalamnya empat
landasan pokok yang antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan (Tanari, 2009) di
antaranya:
c) Pengukuran
Landasan di atas memberikan sebuah gambaran bahwa CSR bukanlah hal yang
parsial, melainkan suatu urusan yang kompeherensif. Tidak tepat jika perusahaan hanya
fokus pada aspek kesejahteraan karyawan dan ketidakseimbangan antara aspek lainnya.
Oleh karena itu poin-poin di atas bisa dijadikan sebagai indikator sejauh mana
keseriusan perusahaan dalam menerapkan CSR. Selain aspek di atas, kesungguhan
perusahaan dalam menerapkan CSR bisa juga diukur dengan menggunakan indikator
Piramida CSR. Tujuannya adalah untuk mengetahui berada pada tipe apa perusahaan
dalam menerapkan CSR, apakah hanya fokus pada tanggung jawab secara ekonomi lalu
menegasikan kebutuhan masyarakat local, baru pada tataran mematuhi aturan hukum,
atau memang sudah berada dalam tingkat tertinggi yaitu tanggung jawab etis,
mempraktikan CSR secara kompeherensif.
d) Implikasi
Implikasi Stakeholder dan Legitimacy Gap dalam Peningkatan Kinerja Perusahaan. Penelitian
ini bertujuan menjelaskan signifikansi teori dalam proses pembentukan lahirnya
konsep Corporate Social Responsibility (CSR). Keberlanjutan perusahaan bergantung
pada tanggung jawabnya atas dampak yang ditimbulkan kepada stakeholder melalui
pengungkapan CSR. CSR menjadi sinyal yang diberikan pihak manajemen kepada
seluruh stakeholder mengenai prospek perusahaan di masa depan serta menunjukkan
nilai lebih yang dimiliki perusahaan atas kepeduliannya terhadap dampak ekonomi,
sosial dan lingkungan yang timbul dari aktivitas perusahaan. Perbedaan kepentingan
antara masyarakat dan perusahaan dari segi penilaian dan harapan disebut
sebagai legitimacy gap. Secara teoretikal, pengungkapan CSR oleh pihak perusahaan
dapat meminimalisir legitimacy gap melalui peningkatan kesesuaian operasi perusahaan
dan harapan masyarakat.
b) Ruang Lingkup
Good Corporate Governance tercipta apabila terjadi keseimbangan
kepentingan antara semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis kita. Identifikasi
keseimbangan dalam keberadaannya memerlukan sebuah sistem pengukuran yang dapat
menyerap setiap dimensi strategis dan operasional bisnis serta berbasis informasi.
Dalam konteks tumbuhnya kesadaran dan arti penting Corporate Governanceini,
Organization for Economic Corporation and Development(OECD) telah
mengembangkan sperangkat prinsip – prinsip Good Corporate Governancedan dapat
diterapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan, budaya, dan tradisi, dimasing –
masing Negara. Prinsip – prinsip diharapkan menjadi titik rujuk bagi para regulator
(pemerintah) dalam membangun framework bagi penerapan corporate governance.
Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip – prinsip ini dapat menjadi
guidanceatau pedoman dalam mengelaborasi best practice bagi peningkatan nilai
(valuation) dan keberlangsungan (sustainability) perusahaan.
c) Pengukuran
Pelaksanaan Pedoman Umum Good Corporate Governanceoleh
perusahaanperusahaan di Indonesia baik perusahaan terbuka (Emiten/Perusahaan
Publik) maupun perusahaan tertutup pada dasarnya bersifat comply and explain. Di
mana perusahaan diharapkan menerapkan seluruh aspek Pedoman Good Corporate
Governanceini. Apabila belum seluruh aspek pedoman ini dilaksanakan maka
perusahaan harus mengungkapkan aspek yang belum dilaksanakan tersebut beserta
alasannya dalam laporan tahunan.
Pengukuran kinerja konsep GCG berdasarkan kepada lima dasar, yaitu :
Perlindungan hak pemegang saham,
Persamaan perlakuan pemegang saham,
Peranan stakeholdersterkait dengan bisnis,
Keterbukaan dan transparansi,
Akuntabilitas dewan komisaris
d) Implikasi
Good corporate governance akan terlaksana jika setiap perusahaan memiliki
integritas yang tinggi dalam menjalankan usahanya. Dengan integritas yang tinggi,
perusahaan akan memperoleh kepercayaan dari para stakeholder sehingga dapat terus
menjalankan usahanya untuk jangka panjang. Misalnya dengan memberikan
pengembalian yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kreditur atau pemegang
saham, perusahaan akan mendapatkan kepercayaan dalam mengelola dana sehingga
mendapatkan pinjaman atau modal secara berkelanjutan. Maka perusahaan harus juga
menyediakan informasi yang akurat dan relevan. Artinya perusahaan dituntut untuk
memiliki akuntabilitas dan transparansi yang tinggi.
Untuk dapat mewujudkan integritas yang tinggi tersebut, perusahaan harus
menerapkan asas-asas etika. Apabila perusahaan menerapkan perilaku-perilaku etis
dalam setiap keputusan yang dibuatnya, integritas tinggi tersebut akan muncul secara
otomatis. Ulitarianism dan deontology dapat digunakan untuk melahirkan perilaku etis
dalam pengambilan keputusan yang tidak hanya memperhatikan kepentingan pribadi
atau kepentingan kelompok, melainkan kepentingan masyarakat secara keseluruhan
mencakup kepentingan perusahaan dan stakeholder.
Penerapan perilaku-perilaku etis pada perusahaan pada akhirnya akan
mewujudkan good corporate governance. Perusahaan akan mempertimbangkan
kepentingan para stakeholder sehingga perusahaan memiliki tanggung jawab yang
tinggi. Dengan begitu perusahaan mendapatkan kepercayaan dari kreditur, pemegang
saham, tenaga kerja, dan stakeholder lainnya. Penerapan perilaku etis ini akan
mewujudkan integritas dan good corporate govenance secara berkesinambungan.
a) Pengertian
Budget Sleck
Slack anggaran adalah perbedaan antara anggaran yang dinyatakan dan estimasi
anggaran terbaik yang secara jujur dapat diprediksikan. Manajer menciptakan
slack dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah dan biaya lebih tinggi.
Budget Gaming
Beyond Budgeting
Beyond Budgeting adalah model manajemen yang berkeinginan untuk melawan
batasan-batasan dari konsep manajemen umum penganggaran tradisional.
Budget Participation
Menurut Hansen/Mowen (2013:223) mendefinisikan partisipasi anggaran
sebagai berikut: “Partisipasi anggaran adalah pendekatan penganggaran yang
memungkinkan para manajer yang akan bertanggungjawab atas kinerja
anggaran, untuk bepartisipasi dalam pengembangan anggaran, partisipasi
anggaran mengkomunikasikan rasa tanggung jawab kepada para manajer tingkat
bawah dan mendorong kreativitas.”
b) Ruang Lingkup
1) Berdasarkan ruang lingkup atau intensitas penyusunan:
a. Anggaran Parsial adalah anggaran yang ruang lingkupnyaterbatas
misalnya anggaran untuk bidang keuangan atauproduksi saja.
b. Anggaran Komprehensif adalah anggaran dengan ruang
lingkupmenyeluruh, karena jenis kegiatan meliputi seluruh
aktivitasperusahaan dibidang pemasaran, produksi, keuangan,
personaliadan administrasi.
2) Berdasarkan Fleksibilitas:
a. Anggaran Tetap adalah anggaran yang disusun untuk periodewaktu
tertentu dengan volume yang sudah tertentu danberdasarkan volume
tersebut diperkirakan besarnya revenue,cost dan expense.
b. Anggaran Kontinyu adalah anggaran yang disusun untukperiode waktu
tertentu dengan volume tertentu dan berdasarkanvolume tersebut
diperkirakan besarnya revenue, cost danexpense, namun secara periodik
dilakukan penilaian kembali.
3) Berdasarkan periode waktu:
a. Anggaran Jangka Pendek adalah rencana kegiatan perusahaansecara rinci
dalam satu tahun anggaran.
b. Anggaran Jangka Panjang adalah rencana kegiatan perusahaandengan
cakupan waktu yang panjang dengan penekanan padapengembangan
profil perusahaan pada masa yang akan datang.Anggaran jangka panjang
mencerminkan perencanaanmenyeluruh tentang kegiatan yang akan
dilakukan dalam jangkapanjang dan merupakan suatu kesatuan yang
utuh dari rencanayang disusun untuk kegiatan setiap tahun.
c) Pengukuran
Anggaran merupakan komitmen manajemen ; manajer sepakat untuk
mengemban tanggung jawab atas pencapaian tujuan yang dianggarkan. Usulan
anggaran ditelaah dan disetujui oleh otoritas yang lebih tinggi ketimbang oleh pihak
yang menganggarkan.
Dalam pendekatan beyond budgeting, target dikembangkan berdasarkan tujuan
peregangan yang terikat kepada rekan kerja, pesaing, dan tolak ukur utama global.
Target ini ditinjau dan diubah jika diperlukan dan manajer lebih termotivasi untuk
mencapai tujuan.
d) Implikasi
Bagi manajemeni, hasil proyeksi menciptakan peluang untuk memilih rencana
yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan, kemudian di dalam menyusun
anggaran, diperlukan analisis yang sangat teliti terhadap setiap tindakan yang akan
dilakukan, penelitian yang telah dilakukan dapat digunakan untuk manajemen untuk
menilai baik dan buruknya suatu hasil yang diperoleh.
Dukungan organisasi yang baik akan berpengaruh terhadap anggaran, sehingga
setiap manajeer mengetahui kekuasaan, kewenangan, dan kewajibannya. Mengingat
setiap manajer dan atau penyedia dilibatkan dalam penyusunan anggaran, maka
memungkinkan terciptanya perasaan ikut berperan serta.
BAB III
Penutup