Anda di halaman 1dari 11

Tugas Akuntansi Sosial dan Lingkungan

AKUNTANSI LINGKUNGAN

 
 
Oleh:
Kelompok 3
D1-Akuntansi
Anggota Kelompok:
 Octaviani Nila Permatasari (1833121026)
 Ni Nyoman Nadia Marlinayani(1833121064)
 Desak Putu Ratih Maheswari Devi (1833121065)
 Ni Kadek Virdayanti (1833121355)
 I Gusti Ayu Ratih Pertiwi (1833121461)

 
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WARMADEWA
2021
A. Pendahuluan
Dalam dunia bisnis yang ideal, perusahaan-perusahaan cenderung akan menggambarkan
aspek lingkungan dalam proses akuntansi mereka melalui sejumlah pengidentifikasian
terhada biaya-biaya, produk-produk, proses-proses, dan jasa. Meskipun system akuntansi
konvensional memiliki peran penting dalam perkembangan dunia bisnis, akan tetapi banyak
sistem akuntansi konvensional yang ada tidak cukup mampu untuk disesuaikan pada biaya-
biaya lingkungan dan sebagai hasilnya hanya mampu menunjukkan akun untuk biaya
umum tak langsung. Padahal, pemakaian istilah biaya umum tak langsung menjadi
diragukan ketika biaya umum dialokasikan pada pusat biaya (proses, produk atau jasa) pada
penetapan biaya dan tujuan-tujuan lain. Biaya umum pada umunya dialokasikan kembali
pada pusat biaya dengan menggunakan berbagai dasar alokasi pembebanan.
Bagaimanapun juga, cara ini menjadi tidak akurat dalam mengalokasikan biaya-biaya
terkait dengan lingkungan khusus. Akibatnya, para manajer tidak menyadari akan biaya-
biaya ini, dimana mereka tidak memiliki informasi yang dapat mengatur biaya dan tidak
memiliki insentif untuk menguranginya. Perlu diketahui bahwa kebanyakan teknik-teknik
akuntansi secara signifikan lemah dalam menaksir perilaku biaya lingkungan. Banyaknya
taksiran biaya yang terlalu tinggi dan rendahnya keuntungan meningkatkan praktik-praktik
lingkungan. Konsekuensinya, akuntansi dapat menyimpang dan salah menggambarkan isu-
isu lingkungan, mendorong para manajer membuat keputusan-keputusan yang bersifat tidak
baik bagi bisnis dan lingkungan.
 
B. Definisi Akuntansi Lingkungan
Konsep akuntansi lingkungan sebenarnya sudah mulai berkembang sejak tahun 1970-an
di Eropa. Pesatnya perkembangan konsep ini didasarkan pada banyaknya tekanan dari
lembaga-lembaga bukan pemerintah (non-government), serta meningkatnya kesadaran
lingkungan di kalangan masyarakat luas yang mendesak agar perusahaan-perusahaan
menerapkan pengelolaan lingkungan bukan hanya kegiatan industri demi bisnis
saja. Namun sampai pada pertengahan tahun 1990-an konsep atau kata ini tidak banyak
terdengar termasuk di Jepang. Pada pertengahan tahun 1990-an komite standar akuntansi
international (the international accounting standards committee (IASC)) mengembangkan
konsep tentang prinsip-prinsip akuntansi internasional. Termasuk di dalamnya
pengembangan akuntansi lingkungan dan audit hak-hak azasi manusia. Di samping itu,
standar industri juga semakin berkembang dan auditor profesional seperti the American
Institute Certified Public Auditors (AICPA) mengeluarkan prinsip-prinsip universal tentang
audit lingkungan (environmental audits).
Pada tahun 1999 Badan Lingkungan Hidup Jepang (The Environmental Agency) yang
kemudian berubah menjadi Kementerian Lingkungan Hidup (Ministry of Environment
/MOE) mengeluarkan panduan akuntansi lingkungan (environmental accounting
guidelines) pada bulan Mei tahun 2000. Panduan ini kemudian disempurnakan lagi pada
tahun 2002 dan 2005. Semua perusahaan di Jepang diwajibkan menerapkan akuntasi
lingkungan. Perusahaan-perusahaan besar Jepang seperti Fuji Xerox mulai menempatkan
posisi akuntansi lingkungan sederajat dengan akuntansi keuangan. Kini semakin banyak
perusahaan di Jepang sudah menerapkan akuntasi lingkungan sesuai dengan peraturan
perundangan dan petunjuk yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
Jepang. Pada pertengahan tahun 1990an, ketika istilah akuntansi lingkungan belum terlalu
dikenal masyarakat Iuas, hanya beberapa perusahaan saja yang mula-mula menerapkannya
dengan mengungkapkan permasalahan lingkungan walaupun sebenarnya perusahanan
Canon sudah mulai menerapkan akuntansi lingkungan pada tahun 1983. Selanjutnya, pada
tahun 1998 jumlah perusahaan yang menerapkan akuntansi lingkungan meningkat dari 10.4
persen menjadi 20.9 persen di tahun 1999 dan meningkat mencapai 27.0 persen di tahun
2000. Dari jumlah ini 17.3 persen sudah menerapkan dan memperkenalkan akuntansi
lingkungan dan 34 persen sedang mempertimbangkan akan segera
menerapkannya. Peningkatan penggunaan akuntansi lingkungan oleh perusahaan berkaitan
dengan dikeluarkannya pedoman akuntansi lingkungan oleh kementerian lingkungan hidup
Jepang. 
Latar belakang pentingnya akuntansi lingkungan pada dasarnya menuntut kesadaran
penuh perusahaan-perusahaan maupun organisasi Iainnya yang telah mengambil manfaat
dari lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan atau organisasi agar dapat
meningkatkan usaha dalam mempertimbangkan konservasi lingkungan secara
berkelanjutan. Ada beberapa alasan kenapa perusahaan perlu untuk mempertimbangkan
pengadopsian akuntansi lingkungan sebagai bagian dari sistem akuntansi perusahaan,
antara lain: 
1. Memungkinkan secara signifikan mengurangi dan menghapus biaya-biaya lingkungan. 
2. Biaya dan manfaat lingkungan mungkin kelihatannya melebihi jumlah nilai rekening/akun. 
3. Memungkinkan pendapatan dihasilkan dari biaya-biaya lingkungan.
4. Memperbaiki kinerja lingkungan perusahaan yang selama ini mungkin mempunyai dampak
negatif terhadap kesehatan manusia dan keberhasilan bisnis perusahaan. 
5. Diharapkan menghasilkan biaya atau harga yang lebih akurat terhadap produk dari proses
lingkungan yang diinginkan. 
6. Memungkinkan keuntungan yang lebih bersaing sebagaimana pelanggan mengharapkan
produk/jasa lingkungan yang lebih bersahabat. 
7. Dapat mendukung pengembangan dan jalannya sistem manajemen lingkungan yang
menghendaki aturan untuk beberapa jenis perusahaan. 
Akuntansi lingkungan mempunyai banyak arti dan kegunaan, seperti mendukung
akuntansi pendapatan, akuntansi keuangan maupun bisnis internal akuntansi
manajerial. United States Enviromental Protection Agency menjelaskan bahwa istilah
akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua dimensi utama. Pertama, akuntansi lingkungan
merupakan biaya yang secara langsung berdampak pada perusahaan secara
menyeluruh (biaya pribadi). Kedua, akuntansi lingkuangan juga meliputi biaya-biaya
individu, masyarakat maupun lingkunagn suatu perusahaan tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Para peneliti dan para akuntan menggunakan istilah “akuntansi
lingkungan” dengan cara yang berbeda-beda sesuai bidang kegiatan. Misalnya para
akuntansi yang menggunakan istilah akuntansi lingkungan untuk mengidentifikasi
kewajiban material keuangan perusahaan akan lingkungan. Akuntansi lingkungan di
definisikan sebagai suatu subjek tentang bagaimana isu-isu lingkungan memengaruhi sub
disiplin akuntansi tradisional. Dalam hal ini, isu-isu lingkungan terintegrasi tidak hanya ke
dalam akuntansi keuangan dan manajerial tetapi juga auditing, pajak, dan sistem informasi
akuntansi.
C. Tujuan Konsep Akuntansi Lingkungan
Tujuan dari akuntansi lingkungan adalah untuk meningkatkan jumlah informasi relevan
yang di buat bagi mereka yang memerlukan atau dapat menggunakannya. Tujuan Iain dari
pentingnya pengungkapan akuntansi lingkungan berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
konservasi lingkungan oleh perusahaan maupun organisasi lainnya yaitu mencakup
kepentingan organisasi publik dan perusahaan-perusahaan publik yang
bersifat lokal. Pengungkapan ini penting terutama bagi para stakeholders untuk dipahami,
di evaluasi dan di analisis sehingga dapat memberi dukungan bagi usaha mereka. Oleh
karena itu, akuntansi lingkungan selnjutnya menjadi bagian dari suatu sistem social
perusahaan. Di samping itu, maksud dan tujuan dikembangkannya akuntansi lingkungan
antara lain meliputi: 
1. Akuntansi lingkungan merupakan sebuah alat manajemen lingkungan.
2. Akuntansi lingkungan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat. 
Sebagai alat manajemen lingkungan, akuntansi lingkungan digunakan untuk menilai
keefektifan kegiatan konservasi berdasarkan ringkasan dan klasifikasi biaya konservasi
lingkungan. Selain itu, akuntansi lingkungan juga digunakan untuk menilai tingkat
keluaran dan capaian tiap tahun guna menjamin perbaikan kinerja lingkungan yang harus
berlangsung terus menerus. Secara garis besar, keutamaan penggunaan konsep akuntansi
lingkungan bagi perusahaan adalah kemampuan untuk meminimalisasi persoalan-persoalan
lingkungan yang dihadapinya. Banyak perusahaan industri besar dan jasa yang kini
menerapkan akuntansi lingkungan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pengelolaan
lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya
(environmental asts) dan manfaat atau efek (economic benefit). Akuntansi lingkungan
diterapkan Oleh berbagai perusahaan untuk menghasilkan penilaian kuantitatif tentang
biaya dan dampak perlindungan lingkungan (environmental protection).
Banyaknya perhatian mengenai persoalan lingkungan menjadi penting untuk
mempertimbangkan akuntansi lingkungan dalam mengungkapkan informasi agardata
akuntansi lingkungan yang di buat dan dipublikasikan sesuai dengan tingginya tingkat
perbandingan. Guna mencapai keberhasilan dalam penerapan akuntansi lingkungan bagi
perusahaan- perusahaan. Pertama, yang perlu diperhatikan manajemen perusahaan adalah
adanya kesesuaian antara evaluasi yang dibuat perusahaan terhadap dampak lingkungan
yang ditimbulkan. Kedua, menentukan apa yang yang menjadi target perusahaan dengan
cara mengidentifikasi faktor-faktor utama yang berdampak pada lingkungan perusahaan
untuk mengurangi dampak lingkungan. Ketiga, memilih alat ukur yang sesuai dalam
menentukan persoalan lingkungan. Keempat, melakukan penilaian administrasi untuk
menetapkan target dimasing-masing segmen. Kelima, menghasilkan segmen akuntansi
untuk mengukur masing-masing divisi. Keenam, implementasi alat ukur di masing-masing
divisi. Ketuju, melakukan telaah kinerja. 
Di dalam akuntansi lingkungan ada beberapa komponen pembiayaan yang harus
dihitung, misalnya: 
1. Biaya operasionalisasi bisnis yang terdiri dari biaya depresiasi fasilitas lingkungan, biaya
memperbaiki fasilitas lingkungan, jasa atau pembayaran (fee) kontrak untuk menjalankan
fasilitas pengelolaan lingkungan, biaya tenaga kerja untuk menjalankan operasionalisasi
fasilitas pengelolaan lingkungan serta biaya kontrak untuk pengelolaan limbah (recycling).
2. Biaya daur ulang yang dijual, atau biasa juga disebut dengan "Cost incurred by upstream
and down-stream business operations"
3. Biaya penelitian dan pengembangan (Litbang) yang terdiri dari biaya total untuk material
dan tenaga ahli, tenaga kerja lain untuk pengembangan material yang ramah lingkungan,
produk dan fasilitas pabrik.
D. Dasar Menggunakan Akuntansi Lingkungan
Perusahaan dan para manager biasanya percaya bahwa biaya-biaya lingkungan tidak
secara signifikan berdampak pada operasi bisnis ereka disebabkan operasi sering tidak
terjadi terhadap beberapa biaya roduksi mereka yang memiliki komponen
lingkungan. Dengan mengidentifikasi dan megendalikan biaya-biaya lingkungan, sistem
Akuntansi Manajemen Lingkungan dapat membantu manager lingkungan untuk
menjustifikasi perencanaan produksi pembersih, dan mengidentifikasi cara-cara baru dan
penghematan uang serta memperbaiki kinerja lingkungan pada waktu yang bersamaan.
Penggunaan sistematik dari prinsip Akuntansi Manajemen Lingkungan akan menunjukkan
manajer dalam mengidentifikasi biaya – biaya lingkungan yang sering disembunyikan
dalam sistem akuntansi umum. Disamping sebagai penilaian produk pembersih, akuntansi
Manajemen Lingkungan juga sangat bermanfaat dalam mengevaluasi tujuan dari aspek
lingkungan dan dampak serta perencanaan prioritasi tindakan potensial sepanjang
implementasi dan operasi suatu sistem manajemen lingkungan (SML).
Akuntansi manajemen lingkungan di ulang kembali secara signifikan berdasarkan
informasi lingkungan fisik. Oleh karena mengharuskan kerjasama yang lebih dekat di
antara manager lingkungan dan akuntan manajemen dan hasil dalam suatu kenaikan
kesadaran dari masing-masing yang lain dan kebutuhan. Sebagai suatu alat, akuntansi
manajemen lingkungan dapat digunakan untuk produk suara, proses atau perencanaan
investasi pengambilan keputusan. Sistem informasi akuntansi manajemen lingkungan
merupakan kemampuan bisnis agar lebih baik mengevaluasi dampak ekonomi dari kinerja
lingkungan bisnis mereka.
 
E. Fungsi dan Peran Akuntansi Lingkungan
Pentingnya penggunaan akuntansi lingkungan bagi perusahaan atau organisasi lainnya
dijelaskan dalam peran dan fungsi akuntansi lingkungan. Fungsi dan peran ini dibagi ke
dalam 2 bentuk yaitu : 
1. Fungsi Internal
Fungsi internal merupakan fungsi yang berkaitan dengan pihak internal perusahaan
sendiri. Pihak internal ini adalah pihak yang menyelenggarakan usaha, seperti rumah
tangga konsumen dan rumah tangga produksi maupun jasa lainnya. Yang menjadi
pihak dominan dalam fungsi internal ini adalah pemimpin perusahaan. Fungsi internal
memungkinkan untuk mengatur biaya biaya konservasi lingkungan dan menganalisis
biaya dari kegiatan kegiatan konservasi lingkungan yang efektif dan efisien serta
sesuai dengan pengambilan keputusan. Dalam fungsi internal ini diharapkan
akuntansi lingkungan berfungsi sebagai alat manajemen bisnis yang dapat digunakan
oleh manajer ketika berhubungan dengan unit unit bisnis. 
2. Fungsi Eksternal
Fungsi eksternal merupakan fungsi yang berkaitan dengan aspek pelaporan
keuangan. SFAC. No. 1 menjelaskan bahwa pelaporan keuangan memberikan
informasi yang bermanfaat bagi investor dan kreditor, dan pemakai lainnya dalam
pengambilan keputusan investasi kredit yang serupa secara rasional. Pada fungsi ini
faktor penting yang perlu diperhatikan perusahaan adalah pengungkapan hasil dari
kegiatan konservasi lingkungan dalam bentuk data akuntansi. Informasi yang
diungkapkan merupakan hasil yang diukur secara kuantitatif dari kegiatan konsevasi
lingkungan. Termasuk di dalamnya adalah informasi tentang sumber sumber ekonomi
suatu perusahaan, klaim terhadap sumber-sumber tersebut (kewajiban suatu
perusahaan untuk menyerahkan sumbersumber pada entitas lain atau pemilik modal),
dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi yang mengubah sumber-sumber
ekonomi dan klaim terhadap sumber tersebut.
Fungsi eksternal memberikan kewenangan bagi perusahaan untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan stakeholder. Oleh kerena itu, perusahaan harus memberikan
informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggung jawabkan
pengelolaan kepada pemilik atas sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya.
Diharapkan dengan publikasi hasil akuntansi lingkungan akan berfungsi dan berarti
bagi perusahaan perusahaan dalam memenuhi transparansi serta pertanggungjawaban
bagi para stakeholder yang secara simultan sangat berarti untuk kepastian evaluasi
dari kegiatan – kegiatan konservasi lingkungan. Para stakeholder, seperti pelanggan,
penduduk lokal, dan lingkungan LSM diharapkan dapat menganalisa data akuntansi
lingkungan dari perspektif isu-isu yang penuh unsur resiko, keberadaan dari kegiatan
lingkungan serta apa yang dihasilkan, dampak rinci dari lingkungan yang tersembunyi
dan ukuran pencegahannya, maupun isu-isu pertanggungjawaban sosial Iainnya.
 
F. Hubungan Antara Akuntansi Lingkungan dengan Bisnis
Strategi bisnis dapat dihubungkan terhadap akuntansi biaya lingkungan setidaknya
melalui tiga cara terpisah. Strategi bisnis khususnya dapat berfokus pada penilaian
keseluruhan biaya lingkungan eksternal dilahirkan oleh masyarakat diabaikan. Sehingga,
akhirnya strategi bisnis dapat dihubungkan terhadap jangkauan luas dari lingkungan
eksternal dan biaya sosial dalam suatu penilaian biaya produksi. Pendekatan selanjutnya
akhirnya memimpin ke kategori dari sustainaibilitas akuntansi dan pelaporan yaitu berada
di luar lingkup rekening. Menurut Shank dan Govindarajan (1993), manajemen biaya
strategik adalah analisa biaya pada satu hubungan kalimat lebih luas, dimana unsur
strategik menjadi lebih bimbang, eksplisit dan formil. Di sini, data biaya digunakan untuk
mengembangkan strategi atasan dalam perjalanan untuk memperoleh keuntungan
kompetitif yang berkelanjutan. Keberhasilan di dalam menghubungkan manajemen biaya
strategik terhadap akuntansi lingkungan akan bergantung pada setidaknya lima faktor
berikut: 
1. Motivasi untuk perlindungan lingkungan dan/atau inisiatif pencegahan polusi.
2. Sebuah prosedur sistematis untuk pengidentifikasian biaya.
3. Dapat dicapai tetapi menuntut tujuan dan sasaran.
4. Integrasi dari berbagai strategi perusahaan pada organisasi secara keseluruhan, dan
5. Sistem pelaporan menyediakan sebuah monitoring dan koreksi sistem umpan balik untuk
strategi.
Pertama, motivasi untuk menghubungkan akuntansi lingkungan ke strategi bisnis perlu
dipertimbangkan. Sebuah keprihatinan pada kepatuhan (compliance), antara lain, akan
memandu satu pilihan berbeda dari strategi manajemen dibandingkan satu keprihatinan
untuk biaya dari dampak lingkungan. Sebuah biaya yang berorientasi strategi akan berada
di luar sistem manajemen lingkungan dan ilmu pengetahuan tentang teknik akuntansi
lingkungan untuk di uji biaya dari produksi ditambah biaya dari setiap berhubungan
kerusakan lingkungan.
Kedua, sistem untuk pengumpulan informasi kritis untuk keberhasilan dari suatu inisiatif
akuntansi lingkungan. Tujuan dari akuntansi lingkungan adalah untuk menyediakan
informasi relevan dalam lingkungan sendiri yang akan mendukung pengambilan keputusan
lingkungan yang dapat dipertukarkan oleh manajemen. 
Ketiga, penggunaan managerial terhadap informasi akuntansi biaya lingkungan harus
berhubungan dengan tujuan yang dapat dicapai tapi menuntut tidak hanya tujuan kinerja
lingkungan tetapi juga tujuan produktifitas dan profitabilitas untuk perusahaan. Fuller
(1999) menyarankan enam area berikut dimana informasi akuntansi biaya lingkungan dapat
mendukung pemasaran dan keputusan managerial: keputusan berbagai produk, memilih
input manufakturing, menilai proyek pencegahan polusi, mengevaluasi hak suara
manajemen, membandingkan biaya lingkungan ke seberang fasilitas dan harga produk. 
Faktor ke empat untuk dipertimbangkan adalah integrasi dari strategi perusahaan. Pilihan
strategis antata lain encakup dari bisnis baru untuk dimasuki. Schaltegger, Muller dan
Hindrichsen (1996) membantah keuntungan dari evaluasi pilihan strategis setidaknya pada
tiga tingkat: perusahaan, bisnis dan produk. Pilihan strategis antara Iain mencakup pilihan
dari bisnis baru untuk dimasuki. Akhirnya, pada tingkat strategi produk, pilihan meliputi
peningkatan mutu lingkungan atau diskontinuasi dari produk pada alasan-alasan lingkungan
atau lainnya. Untuk keberhasilan manajemen biaya strategis, strategi pada perusahaan,
bisnis dan tingkat produk diperlukan untuk sesuai dari satu perspektif akuntansi
lingkungan.

G. SIMPULAN
Akuntansi lingkungan, atau dikenal juga sebagai Environmental Accounting,
merupakan gabungan dari ilmu akuntansi dengan lingkungan hidup. Akuntansi lingkungan
mempunyai banyak arti dan kegunaan, seperti mendukung akuntansi pendapatan, akuntansi
keuangan maupun bisnis internal akuntansi manajerial. Adapun dasar dalam menggunakan
Akuntansi Lingkungan yaitu dengan melakukan identifikasi dan pengendalian terhadap
biaya-biaya lingkungan. Selain itu, Akuntansi Lingkungan memiliki fungsi internal dan
eksternal. Akuntansi Lingkungan sebagai fungsi internal adalah akuntansi lingkungan yang
berfungsi sebagai alat manajemen bisnis yang dapat digunakan oleh manajer ketika
berhubungan dengan unit-unit bisnis. Dan secara eksternal, akuntansi lingkungan
digunakan dalam pelaporan hasil dari kegiatan konservasi lingkungan dalam bentuk data
akuntansi. Informasi yang diungkapkan merupakan hasil yang diukur secara kuantitatif dari
kegiatan konsevasi lingkungan.

REFRENSI:
Ikhsan, Arfan. 2009. Akuntansi Manajemen Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai