(SISNERLING) 2014
Ekonomi Hijau
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan ekonomi pasti melibatkan
1.2
1.2.1
Maksud
Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk dapat memberikan gambaran
1.2.2
Tujuan
Memisahkan aktivitas lingkungan dari aktivitas ekonomi lainnya dilakukan
Menyediakan
informasi
mengenai
bagaimana
sistem
pembiayaan
perlindungan lingkungan.
BAB II
RUANG LINGKUP, DEFINISI, DAN KLASIFIKASI
Definisi dari cakupan, klasifikasi, dan kategori industri dan produk yang
akan dibahas berpedoman pada System of Environmental-Economic Accounting:
Central Framework (SEEA-CF) 2012 dan pedoman pengumpulan data
Environmental Goods and Services Sector (EGSS) Eurostat 2009.
2.1
disebut sebagai Eurostat EGSS 2009) menggambarkan EGSS sebagai satu set
produsen teknologi, barang, dan jasa yang mengukur, mengendalikan,
memulihkan, mencegah, dan meminimalkan kerusakan udara, air dan tanah, serta
menangani masalah yang berkaitan dengan limbah, kebisingan, keanekaragaman
hayati dan penipisan sumber daya. Analog dengan penjelasan dalam SEEA-CF
2012, EGSS terdiri dari produsen semua barang dan jasa yang diproduksi untuk
tujuan perlindungan lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam.
Peraturan No. 691/2011 Parlemen Eropa menjelaskan EGSS sebagai
kegiatan produksi ekonomi nasional yang menghasilkan produk lingkungan.
Produk lingkungan adalah produk yang diproduksi untuk tujuan perlindungan
lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam. Hal ini juga mendefinisikan
'perlindungan lingkungan' dan 'manajemen sumber daya alam' sebagai berikut:
Kriteria yang pertama dan paling penting untuk suatu produk dikatakan
sebagai barang atau jasa lingkungan adalah tujuan utamanya untuk
perlindungan lingkungan atau manajemen sumber daya alam. Tujuan
utama tersebut dilihat dari sifat teknis dari produk (Eurostat EGSS 2009,
hlm. 29- 31).
Tujuan utama juga dapat dilihat dari niat produsen. Niat produsen
menggambarkan
pandangan
produsen
tentang karakteristik
ramah
Dalam pelaporan kedepannya, CreMA 13 harus dipisah menjadi 3 subkelas yaitu CReMA 13A (Produksi energi dari sumber terbarukan), 13B
(Penghematan dan pengelolaan energi/panas) dan 13C (Minimisasi pengambilan
sumber daya fosil sebagai bahan baku), sedangkan sub-kelas 11A (Pengelolaan
kawasan hutan) dan 11B (Minimisasi pengambilan sumber daya hutan) dapat
secara terpisah dilaporkan namun atas dasar sukarela.
Kedua klasifikasi, CEPA dan CReMA bersifat mutually exclusive sehingga
semua produksi di EGSS hanya dapat diklasifikasikan ke dalam satu kelas. Untuk
lebih jelasnya, klasifikasi CEPA dan CreMA dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Klasifikasi Kegiatan Lingkungan
CEPA: Classification of Environmental Protection Activities
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pengelolaan air
11
2.3
13B
13C
14
Pengelolaan mineral
15
16
pengolah limbah, alat pengukur polusi udara, dan fasilitas pengumpul limbah
radioaktif.
e. Teknologi terintegrasi
Teknologi terintegrasi adalah proses teknis, metode, atau wawasan yang
digunakan dalam proses produksi agar tingkat polusi yang dihasilkan lebih
rendah dan penggunaan input sumber dayanya lebih efisien dibandingkan
dengan teknologi normal yang sejenis.
BAB III
METODOLOGI
Aktivitas lingkungan dapat dilihat dari sisi supply dan demand seperti
aktivitas ekonomi pada umumnya. Dari sisi demand, aktivitas lingkungan
mengacu pada pengeluaran yang dilakukan oleh unit ekonomi untuk tujuan
perlindungan lingkungan. Dalam pencatatannya, aktivitas ini dicatat dalam
rangkaian Neraca Pengeluaran untuk Perlindungan Lingkungan (Environmental
Protection Expenditure Accounts/EPEA). Dari sisi supply, aktivitas lingkungan
yang dicatat adalah produksi barang dan jasa yang ramah lingkungan dan dicatat
dalam Sektor Barang dan Jasa Lingkungan (Environmental Goods and Services
Sector/EGSS).
3.1
Neraca Pengeluaran untuk Perlindungan Lingkungan (Environmental
Protection Expenditure Accounts/EPEA)
Tujuan disusunnya EPEA adalah untuk memudahkan identifikasi dan
pengukuran kepedulian masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui
penawaran dan permintaan jasa perlindungan lingkungan. Sesuai dengan SEEACF 2012 Bab IV, terdapat empat (4) tabel utama yang harus dibangun untuk
menggambarkan EPEA. Tabel pertama menunjukkan output jasa spesifik
perlindungan lingkungan yang dihasilkan oleh residen mencakup pemerintah,
industri spesifik, industri non-spesifik perlindungan lingkungan, dan produsen
own account. Berikut adalah contoh tabel dari SEEA-CF 2012.
Tabel kedua adalah tabel penyediaan dan penggunaan untuk jasa spesifik
perlindungan lingkungan, yang menggambarkan total penyediaan jasa spesifik
10
Sementara
tabel
keempat
menunjukkan
bagaimana
11
pembiayaan
untuk
EGSS menyajikan informasi produksi barang dan jasa lingkungan. Informasi ini
penting untuk mengetahui respon perekonomian terhadap masalah degradasi
lingkungan dan deplesi sumber daya alam. Neraca EGSS menyediakan indikator
produksi barang, jasa, dan teknologi lingkungan; kontribusi produksi produk
lingkungan terhadap perekonomian secara keseluruhan; jumlah tenaga kerja yang
terlibat dalam produksi produk lingkungan; serta investasi dan ekspor produk
lingkungan.
Neraca EGSS juga menyediakan informasi untuk memudahkan penilaian
potensi aktivitas ekonomi yang memberi perhatian terhadap perlindungan
lingkungan dan efisien dalam penggunaan sumber daya alam serta melihat
bagaimana
respon
perekonomian
terhadap
kebijakan/peraturan
terkait
perlindungan lingkungan dan efisiensi sumber daya alam. Neraca EGSS juga
menyediakan informasi untuk membangun EPEA. Variabel EGSS berfokus pada
output, nilai tambah, tenaga kerja, ekspor, dan pembentukan modal yang terkait
dengan produksi barang dan jasa lingkungan.
Sama halnya dengan EPEA, neraca EGSS dalam laporan ini hanya
menyediakan informasi produsen EGSS dari industri dan tidak memisahkan
output berdasarkan sifatnya (perlindungan lingkungan atau pengelolaan sumber
daya alam). SEEA-CF 2012 telah memberikan contoh mengenai struktur neraca
EGSS dengan format sebagai berikut:
12
3.3
dari dua sumber, yakni data administratif, data sekunder dari instansi/lembaga,
dan hasil survei EPEA/EGSS 2015. Data administratif mencakup data Anggaran
Pendapatan Belanja Nasional (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja daerah
(APBD) fungsi lingkungan hidup. Dari data tersebut, dapat diperoleh informasi
mengenai pengeluaran pemerintah dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan
yang menjadi isian dari neraca EPEA.
Sumber data kedua merupakan data sekunder yang telah tersedia di
instansi/lembaga terkait, seperti data pertambangan hijau/ green mining, data
green energy yaitu energi yang didapat dari sumber daya alam yang dapat
diperbaharui, data pengadaan air, dan laporan keuangan dari kebun raya, taman
konservasi alam, dll.
Sumber data terakhir berasal dari hasil survei EPEA/EGSS 2015. Survei
tersebut merupakan survei pilot yang diadakan hanya pada tiga provinsi yakni
DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Sasaran dari survei tersebut adalah industri
yang memproduksi barang lingkungan, namun hanya dibatasi dengan industri
pertanian organik dan industri manufaktur hijau.
13
14
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
2013
11.880.783.288
2014
14.900.542.266
513.315.081.037
598.980.037.453
0,023
0,025
16
belanja daerah dipergunakan untuk fungsi lingkungan hidup. Pada tahun 2014,
porsi untuk fungsi lingkungan hidup sedikit mengalami peningkatan yakni sekitar
2,5 persen dari total belanja daerah. Angka tersebut memang masih rendah jika
dibandingkan dengan fungsi lainnya dalam belanja daerah. Namun diharapkan
dari tahun ke tahun terjadi peningkatan anggaran untuk fungsi lingkungan hidup
yang
mencerminkan
kepedulian
pemerintah
dalam
menjaga
kelestarian
lingkungan hidup. Apalagi isu mengenai lingkungan hidup sudah menjadi isu
internasional sehingga sebaiknya diakomodir dalam setiap perancangan kebijakan
untuk saat ini dan saat yang akan datang.
Tidak hanya pemerintah, sektor korporasi juga melakukan upaya dalam
usaha perlindungan lingkungan. Melalui survei EPEA/EGSS di tiga provinsi,
didapatkan hasil bahwa industri memberikan porsi untuk pengeluaran yang tujuan
utamanya mengurangi pressure terhadap lingkungan yang disebabkan oleh
kegiatan operasional perusahaan. Perbandingan hasil untuk ketiga provinsi sampel
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2
Pengeluaran perlindungan lingkungan industri menurut provinsi, 2014
(miliar Rp)
Total Pengeluaran
Pengeluaran terkait lingkungan
Porsi pengeluaran lingkungan
dari total pengeluaran
Pengeluaran Industri
DKI Jakarta
Jawa Barat
28,749,597
1,994,340
36,693
5,519
0.13%
0.28%
Banten
269,271
14,798
5.50%
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa porsi pengeluaran lingkungan untuk
industri terbesar pada tahun 2014 terdapat di Provinsi Banten yakni sebesar 5,5
persen. Porsi terbesar kedua oleh Provinsi Jawa Barat dengan porsi pengeluaran
perlindungan lingkungan sebesar 0,28 persen dan yang terendah di DKI Jakarta
sebesar 0,13 persen. Angka-angka tersebut memang masih terbilang rendah,
namun memang tidak ada peraturan mengenai standar minimal pengeluaran untuk
perlindungan lingkungan dari suatu industri. Jika dilihat lebih jauh, rincian
17
Air limbah
16%
23%
3%
Udara
Limbah padat
Tanah/air tanah
26%
23%
Suara/getaran
Perlindungan alam
Lainnya
9%
0%
18
industri/badan
usaha
melakukan
usaha
perlindungan
lingkungan.
19
4.2
yakni dari produksi barang dan jasa lingkungan. Selama ini gambaran dari
produksi dinyatakan dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Telah dijelaskan
sebelumnya bahwa kegiatan produksi selama ini telah mencakup barang dan jasa
lingkungan, namun karena dalam klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia
(KBLI) tidak dipisahkan dengan barang lain yang bukan merupakan barang dan
jasa lingkungan, maka pencatatannya pun tidak dipisahkan. Berikut akan
dijelaskan persentase EGSS dalam setiap kategori lapangan usaha barang.
4.2.1
Triliun Rupiah
2010
70.88
2011
84.28
2012
83.60
2013
93.32
2014
83.21
NTB
60.66
72.15
71.59
79.83
71.19
20
tahun 2010 sampai 2014, output dan nilai tambah bruto (NTB) dari karet alam
relatif stabil. Posisi tertinggi selama lima tahun terakhir terjad pada tahun 2013
dengan output sebesar Rp 93,32 triliun dan NTB sebesar Rp 79,83 triliun. Lain
halnya dengan perkebunan karet alam, untuk pertanian tanaman semusim dan
tahunan, persentase EGSS didapatkan dari hasil survei EPEA-EGSS 2015.
Hasilnya dapat dilihat pada dua grafik dibawah ini.
Porsi EGSS dalam PDB pertanian tanaman semusim
Triliun Rupiah
450.00
400.00
350.00
300.00
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
Tanaman semusim
2010
315.55
2011
341.60
2012
377.74
2013
412.30
2014
434.63
EGSS
16.27
17.61
19.47
21.25
22.41
400.00
300.00
200.00
100.00
Tanaman tahunan
2010
316.35
2011
358.00
2012
376.33
2013
415.29
2014
466.66
EGSS
16.31
18.46
19.40
21.41
24.06
Dari dua grafik di atas dapat terlihat bahwa pola untuk pertanian tanaman
semusim dan tahunan hampir sama. PDB untuk kedua kelompok tersebut
meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan % EGSS pun juga menunjukkan tren
meningkat. Dari hasil survei EPEA- EGSS 2015 didapatkan hasil bahwa % EGSS
21
dari pertanian semusim dan tahunan adalah 5 persen. EGSS dalam pertanian dapat
diidentifikasi sebagai pertanian organik. Pertanian organik merupakan alternatif
pertanian yang tidak menggunakan bahan kimia dalam perawatan komoditas
pertanian sehingga mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.
2,500.00
2,000.00
1,500.00
1,000.00
500.00
-
2010
Kayu 2,167.81
2011
2,583.25
2012
2,374.35
2013
2,070.71
2014
1,930.85
EGSS
1,130.75
1,039.31
906.40
845.18
948.90
22
Miliar Rupiah
500,000.00
400,000.00
300,000.00
200,000.00
100,000.00
-
2010
2011
2012
2013
2014
3,014.51
3,141.90
3,275.28
3,396.39
3,583.78
Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa nilai PDB Kategori B secara umum
meningkat dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2014 dimana terjadi sedikit
penurunan. Sementara itu % EGSS dari tahun 2010 sampai 2014 mengalami
peningkatan meskipun peningkatannya tida begitu besar dibanding dengan
peningkatan PDB pada umumnya. Energi panas bumi berasal dari aktivitas
tektonik dalam lapisan bumi dan juga dari penyerapan panas matahari oleh bumi.
Penggunaan panas bumi utamanya digunakan sebagai pembangkit listrik. Panas
bumi dikatakan sebagai EGSS karena penggunaannya dapat meminimalisir
penggunaan bahan bakar fosil yang menjadi komoditas utama dari kegiatan
pertambangan saat ini.
4.2.3
mencakup industri minyak dan gas (migas) dan industri non-migas. Pada
pembahasan ini, cakupan hanya akan dibatasi pada industri non-migas saja dan
hanya akan berkonsentrasi pada industri makanan dan minuman, industri tekstil
dan pakaian jadi, serta industri kimia, farmasi, dan obat tradisional. Perbandingan
antara 3 kegiatan tersebut untuk tahun 2014 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
23
Miliar Rupiah
500,000.00
400,000.00
300,000.00
200,000.00
100,000.00
-
Industri
Makanan dan
Minuman
Industri Tekstil
dan Pakaian
Jadi
PDB
560,620.31
138,757.87
Industri Kimia,
Farmasi dan
Obat
Tradisional
179,339.61
EGSS
7,286.30
52.19
73,779.26
Grafik di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2014 industri makanan dan
minuman memilki PDB tertinggi dibandingkan industri tekstil dan pakaian jadi
dan industri kimia, farmasi, dan obat tradisional. Namun dari % EGSS dapat
dilihat bahwa % EGSS terbesar terdapat pada industri kimia, farmasi, dan obat
tradisional sebesar 41 persen. Posisi terbesar kedua untuk % EGSS terdapat pada
industri makanan dan minuman dengan % EGSS sebesar 1,3 persen sementara
industri tekstil dan pakaian jadi memiliki % EGSS terkecil sebesar 0,8 persen.
4.2.4
ketenegaistrikan serta pengadaan gas dan produksi es. Grafik di bawah ini akan
menunjukkan % EGSS untuk kedua kegiatan tersebut.
24
miliar Rupiah
100,000.00
80,000.00
60,000.00
40,000.00
20,000.00
0.00
PDB
2010
72,549.10
2011
91,721.90
2012
95,637.80
2013
98,686.80
2014
114,121.90
EGSS
19,425.95
21,517.07
17,816.67
18,500.62
19,895.68
33.00
29.55
24.29
24.88
23.73
%EGSS
milar Rupiah
6,000.00
5,000.00
4,000.00
3,000.00
2,000.00
1,000.00
0.00
2010
PDB=EGSS (100 %) 5,848.50
4.2.6
2011
6,208.80
2012
6,603.80
2013
7,154.90
2014
7,703.60
26
miliar Rupiah
1,000,000.00
800,000.00
600,000.00
400,000.00
200,000.00
0.00
PDB
EGSS
2010
2011
2012
2013
2014
626,905.40 712,184.40 805,208.10 905,990.50 1,041,949.
1,755.34
1,994.12
9,098.85
2,627.37
5,157.65
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari penyusunan neraca EPEA dan EGSS didapatkan kesimpulan bahwa:
1. Pengeluaran perlindungan lingkungan dan produksi barang dan jasa telah
tercakup dalam kegiatan perekonomian selama ini.
2. Penyusunan neraca EPEA dan EGSS memisahkan transaksi lingkungan
hidup dari transaksi ekonomi lainnya.
3. Pengeluaran lingkungan hidup oleh pemerintah memiliki porsi yang
meningkat dari tahun ke tahun, namun perlu untuk ditingkatkan lagi karena
isu lingkungan hidup selain menjadi masalah nasional juga menjadi
masalah internasional.
4. Produksi barang dan jasa memiliki pola yang fluktuatif untuk setiap
kategori kecuali kategori E, yang keseluruhan kegiatannya masuk sebagai
EGSS.
5.2
Saran
Saran yang dapat diberikan terkait penyusunan neraca EPEA dan EGSS
adalah:
1. Dalam penyusunan neraca EPEA perlu tambahan cakupan dengan melihat
laporan keuangan dari perusahaan atau lembaga spesifik lingkungan,
seperti perusahaan pengolah limbah, dll.
2. Wilayah survei EPEA/EGSS diperluas tidak hanya terbatas di tiga provinsi
namun mencakup seluruh provinsi di Indonesia.
3. Dalam laporan mendatang diharap mencakup informasi mengenai pajak
lingkungan untuk melengkapi kajian pengeluaran untuk perlindungan
lingkungan.
28
LAMPIRAN
A. Kuesioner EPEA-EGSS 2015
29
30
31
32
33
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Banten
Sampel Perusahaan Usulan
CV. Bintang Kelapa
Golden Organic Farm
PT. Momenta Agrikultura
LPM Greentool
PT. Mentari Kharisma Utama
CV. Putranusa Abadi
PT. Srimunarti Supakat Indoputra
PDAM Tirta Kerta Raharja
PDAM Kab. Serang
PDAM Albantani Kab. Serang
PDAM Tirta Berkah Kab. Pandeglang
PDAM Tirta Multatuli Kab. Lebak
Taman Nasional Ujung Kulon
PT. Bernas Madu Sejati
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
No
1
Sampel Tambahan
RSUD Berkah Kab. Pandeglang
No
34
Respon
v
v
v
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Jawa Barat
Sampel Perusahaan Usulan
Kemang Tropical Organic Product
The Pinewood Organic Farm
PT. Service and Product Ideal
PT. Royalsun Fruit
Koperasi Keluarga SPFKK-11 Juli
Sunny Farm
Depok Organik
Blueberry Hill
Kelompok Tani Sarinah
Kelompok Tani Pabuaran Organik
Cibolerang Argo
Gapoktan Sinar Jaya
Kelompok Tani Panti Sari
Kebun Cinta Organik
Gapoktan Simpatik
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
No
35
Repon
v
v
v
v
v
v
v
v
v
42
43
44
45
Jawa Barat
Sampel Perusahaan Usulan
Kelompok Tani Sangkan Hurip
Kelompok Tani Salak Sejahtera
Kelompok Tani Gerbang Emas
CV Nazra Chicken
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
No
v
v
Sampel
Pengganti
v
v
v
v
v
v
v
No Sampel Tambahan
1
2
3
4
5
6
7
Repon
v
36
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
DKI Jakarta
Sampel Perusahaan Usulan
Kebun Winasari
Kelompok Wanita Tani Nusa Indah
PT. Prima Agro Tech
PT. Reksa Honora Aditama
Living Organic
PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA)
Taman Margasatwa Ragunan
TN Kepulauan Seribu
Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk
PD. PAL JAYA
Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta
PT. Frisian Flag Indonesia, Plant Ciracas
PT. Sinar Sosro, Pabrik Cibitung
PT. Arwana Citramulia, TBK
PT. Multimas nabati Asahan
PT. Indolakto - Factory ice Cream
PT. Indolakto factory jakarta
PT. Pindo Deli Pulp and paper Mills
PT. Smelting
PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk.
PT. DuPont Agricultural product Indonesia
No Sampel Tambahan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
37
Respon
v
Sampel
Pengganti
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Konveksi akun
TPST Rawasari
PT Aetra Air Jakarta
PT. Century Textile Industry Tbk
Bank Sampah Keliling Manggarai
Bank Sampah Zetpo Pak Risman W
Mandiri Bank Sampah
Ciliger
Indsutri barang bekas Ibu Chotimah
Pabrik Tempe Pak Sarda
Pabrik tempe Pak Nurcahyo
PT EonChemical Putra
38
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
TIM PENYUSUN
Pengarah
: Dr. Suhariyanto
Penanggung Jawab
Ketua
: Wikaningsih, SE
Wakil Ketua
Anggota
Pengolah Data
Penulis
Editor
Disain Cover
Penterjemah
39
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Perencanaan
Pembangunan.
Pembangunan
Rencana
Nasional/Kementerian
Pembangunan
Jangka
Perencanaan
Menengah
Nasional
40
DATA
Mencerdaskan Bangsa