Anda di halaman 1dari 68

PENGELOLAAN LIMBAH

BAHAN BERBAHAYA BERACUN (LB3)


Standar dan Sertifikasi Kompetensi

Penanggungjawab dan Operasional Pengelolaan LB3


(PLB3 dan OLB3)

Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 191 Tahun 2019


Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Pengadaan
Air, Pengelolaan Sampah Dan Daur Ulang, Pembuangan Dan Pembersihan Limbah Dan
Sampah Bidang Pengelolaan Limbah industri

Disampaikan Oleh:
Carlos Holmes Lumban Toruan, ST., M.Si
Pengendali Dampak Lingkungan Ahli Muda
Tujuan Pelatihan

Meningkatkan kompetensi peserta pelatihan dibidang


Operasional dan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya Beracun (LB3) serta membantu peserta
pelatihan dalam mempersiapkan diri mengikuti Uji
Kompetensi Penanggungjawab Operasional dan
Pengelolaan LB3 sesuai Keputusan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor Nomor
191 Tahun 2019
Out Line
1. Pengantar Pemenuhan Persyaratan Kompetensi Sesuai SKKNI Biru: PLB3
2. Dasar Hukum Ungu: OLB3
3. Pengenalan Hukum Lingkungan Merah: PLB3&OLB3
4. Dampak LB3 terhadap Lingkungan
5. Penjelasan Unit kompetensi SKKNI
1) Mengidentifikasi LB3
2) Menentukan Sumber dan Kategori Bahaya Limbah B3
3) Menilai Tingkat Pencemaran Lingkungan sebagai Dampak dari Paparan/Kontaminasi Limbah B3
4) Menganalisis LB3
5) Mengevaluasi Hasil Analisis LB3
6) Pengawasan terhadap analisis Limbah B3
7) Melaksanakan Pengolahan Limbah B3
8) Melakukan Pemanfaatan Limbah B3
9) Melaksanakan Perawatan Peralatan Pengolahan Limbah B3
10)Melaksanakan Perawatan Peralatan Penimbunan Limbah B3
11)Mengidentifikasi Sistem Tanggap Darurat dalam Pengelolaan LB3
12)Melakukan Tindakan K3 terhadap Bahaya Pengelolaan LB3
6. Tips dan Trik lulus sertifikasi BNSP

• Menuju Uji Kompetensi 2020


1. Pengantar Pemenuhan Persyaratan Kompetensi Sesuai SKKNI
Pendahuluan

MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)


Free movement untuk perdagangan,
barang, jasa, investasi dan
permodalan serta tenaga terampil

Upaya Pencegahan Pencemaran:


- Perizinan Lingkungan
- Baku Mutu Lingkungan
- SDM terampil yang diakui secara regional untuk mengelola
limbah industri
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

Unit kompetensi diadopsi dari Standar Kompetensi Kerja Nasional


Indonesia (SKKNI) yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 191 Tahun 2019 tentang
Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, dan Daur Ulang, Pembuangan dan
Pembersihan Limbah dan Sampah Bidang Pengelolaan Limbah Industri.
Rumusan kemampuan kerja
yang mencakup aspek
Standar
pengetahuan, keterampilan
Kompetensi
dan/atau keahlian serta sikap
Kerja kerja yang relevan dengan
Nasional pelaksanaan tugas dan syarat
Indonesia jabatan yang ditetapkan sesuai
(SKKNI) dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Uji Kompetensi

adalah proses penilaian


baik teknis maupun non
teknis melalui
pengumpulan bukti yang
relevan untuk menentukan
seseorang kompeten atau
belum kompeten pada
suatu unit kompetensi atau
kualifikasi tertentu.
Proses pemberian sertifikat
Sertifikasi kompetensi yang dilakukan secara sistematis
dan objektif melalui uji kompetensi sesuai
Kompetensi SKKNI, Standar Internasional dan/atau
Kerja Standar Kompetensi Kerja Khusus
Lembaga pelaksana kegiatan sertifikasi
Lembaga kompetensi kerja yang mendapatkan
lisensi dari BNSP untuk melaksanakan
Sertifikasi uji kompetensi dan menerbitkan
Profesi (LSP) sertifikat kompetensi
Badan Nasional Lembaga independen yang bertugas
Sertifikasi Profesi melaksanakan sertifikasi kompetensi yang
dibentuk dengan Peraturan Pemerintah
(BNSP)
Langkah – Langkah Persiapan Uji
Kompetensi

Pastikan Saudara Memenuhi Persyaratan

Kumpulkan bukti pemenuhan persyaratan


kompetensi yang diperlukan

Belajar mandiri atau mengikuti pelatihan


persiapan uji Kompetensi

Susun Laporan Kerja terkait skema


kompetensi yang dipilih

Membangun kepercayaan diri dalam


menghadapi uji kompetensi
Bagaimana Bentuk Ujiannya?

Verifikasi
Tes Tulis Portofolio / Wawancara
Observasi
Unit kompetensi SKKNI untuk Penanggungjawab Pengelolaan LB3

1) Mengidentifikasi Sumber Limbah B3


2) Menentukan Sumber dan Kategori Bahaya Timbulan LB3
3) Menilai Tingkat Pencemaran Lingkungan sebagai Dampak dari
Paparan/Kontaminasi Limbah B3
4) Menganalisis Limbah B3
5) Mengevaluasi Hasil Analisis Limbah B3
6) Melakukan Pengawasan Analisis Limbah B3
7) Mengidentifikasi Sistem Tanggap Darurat dalam Pengelolaan LB3
8) Melakukan Tindakan K3 terhadap Bahaya Pengelolaan LB3
Unit kompetensi SKKNI untuk Penanggungjawab Operasional PLB3

1) Melaksanakan Pengolahan Limbah B3


2) Melakukan Pemanfaatan Limbah B3
3) Melaksanakan Perawatan Peralatan Pengolahan Limbah B3
4) Melaksanakan Perawatan Peralatan Penimbunan Limbah B3
5) Mengidentifikasi Sistem Tanggap Darurat dalam Pengelolaan LB3
6) Melakukan Tindakan K3 terhadap Bahaya Pengelolaan LB3
2. Dasar Hukum
PERATURAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
PERATURAN TENTANG
UU 32/2009 (Pasal 58 –
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
61)

UU 23/2014 Pemerintahan Daerah

UU 11/2020 Cipta Kerja

Pembagian Urusan antara Pemerintah,


PP 38/2007 Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kab/Kota

PP 22/2021 Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan LH

PP 5/2021
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko

PermenLH
Pengelolaan Limbah di Pelabuhan
5/2009
PERATURAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
PERATURAN TENTANG
PermenLH NSPK (Norma, Standar, Prosedur, Kriteria)
30/2009 Pengelolaan Limbah B3

PermenLH
Simbol dan Label Limbah B3
14/2013

PerMenLHK No. P.101/2018 Pemulihan Lahan Terkontaminasi

PerMenLH No 74/2019 Program kedaruratan Limbah B3

PermenLHK 6/2021 Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan LB3

PerMen LHK 4/2021 Daftar Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib


AMDAL, UKL-UPL dan SPPL
PerMen LHK 3/2021 Standar Kegiatan dan/atau Usaha Pada
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis
Resiko
PERATURAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
PERATURAN TENTANG

PerMen LH 3/2008 Simbol dan Label B3

Permen Perind. No 87/2009 GHS, Klasifikasi dan Label Pada Bahan Kimia
B3 Adalah...

Limbah B3 (LB3) Adalah...


3. Pengantar Hukum Lingkungan
(UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup)
UU 32/2009 PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP

Pasal 65 (1)
Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia.

VS
Pasal 67

Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi


lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup.

23
Prinsip Dasar Pengelolaan Lingkungan Hidup
1. Menjaga lingkungan hidup (Udara, Air, Lahan dan Laut) tetap
dalam kondisi baik dan sehat untuk aktivitas kehidupan
seluruh warga negara;
Pasal 28 H ayat 1 UUD 1945: “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”

2. Memastikan segala kegiatan perekonomian (seperti


Pertanian, Perkebunan, Hutan Tanaman Industri &
Pertambangan) dilakukan secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
Pasal 33 ayat 4 UUD 1945: “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar
atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
Pasal 20 Ayat (3)
Setiap orang diperbolehkan
UU 32/2009 untuk membuang limbah ke
PERLINDUNGAN media lingkungan hidup dengan
DAN persyaratan:
PENGELOLAAN a. memenuhi baku mutu
LINGKUNGAN lingkungan hidup
HIDUP b. mendapat persetujuan dari
Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah
UU 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja:

memperpendek birokrasi perizinan memperkuat penegakan hukum


Dalam UU 32/2009 ada 4 Menjadi 3 tahapan : Jika ada pelangaran,
tahapan : 1. Proses Dokumen yang akan terkena Jika ada pelanggaran,
1. Proses Dokumen adalah Izin yang akan terkena
lingkungan (Amdal,
Lingkungan. Selama konsekuensi adalah Izin
lingkungan (Amdal, UKL/UPL) Izin Usaha tdk menjadi utamanya yaitu
UKL/UPL) menjadi 2. Persetujuan dicabut, maka Perizinan Berusaha
2. Persetujuan Lingkungan kegiatan dapat tetap
Lingkungan 3. Perizinan Berusaha berjalan
3. Izin Lingkungan
4. Izin Usaha

MELINDUNGI KUALITAS LINGKUNGAN DAN MEMPERMUDAH KEGIATAN BERUSAHA


PP 5/2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
dan PP 22/2021 tentang Penyelenggaraan dan Perlindungan Lingkungan Hidup

RENDAH

MENENGAH RENDAH Non KBLI untuk PengajuanPerizinan


PERIZINAN penghasil LB3 Berusaha
BERUSAHA
BERBASIS SYARAT :
RESIKO MENENGAH TINGGI ✓ Persetujuan Lingkungan (PL) *
✓ Surat Persetujuan Operasional (SLO) *
KBLI ✓ Standart Teknis (sesuai kegiatannya)
TINGGI PENGELOLA
LB3 (jasa)

✓ Pengumpulan Diatur dalam PP 22 / 2021


✓ Pemanfaatan
✓ Pengolahan
✓ Penimbunan

Diatur dalam PP 5 / 2021


Perizinan Berusaha
Pasal 1 dan 37 UU CK
Kondisi Eksisting

Izin Lingkungan “Pelaku Usaha tidak perlu


mengurus banyak Perizinan, Cukup mengurus
Perizinan Berusaha
Izin Mendirikan
Bangunan

Izin Usaha Persyaratan dan kewajiban


Aspek Lingkungan
Perizinan
Berusaha
“Diintegrasikan”
Izin PPLH

Andalalin
“Semangat UU Cipta Kerja adalah
Penyederhanaan Regulasi Perizinan”
Izin Lokasi

“Izin Lingkungan tidak dihilangkan namun tujuan dan fungsinya diintegrasikan ke dalam
Perizinan Berusaha” 28
Pengawasan
“Wajib” PENGAWASAN
Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota wajib
melakukan pengawasan terhadap ketaatan BUPATI/
penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan atas MENTERI GUBERNUR
ketentuan yang ditetapkan dalam Perizinan WALIKOTA
Berusaha atau Persetujuan Pemerintah terkait
Persetujuan Lingkungan dan peraturan berwenang melakukan pengawasan terhadap ketaatan
perundang-undangan di bidang Perlindungan dan penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
a. Perizinan Berusaha a. Perizinan Berusaha a. Perizinan Berusaha
terkait Persetujuan terkait Persetujuan terkait Persetujuan
Lingkungan yang Lingkungan yang Lingkungan yang
Pengawasan dilakukan berdasarkan norma, diterbitkan oleh diterbitkan oleh Pem diterbitkan oleh Pem
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan Pemerintah; atau Prov; atau Kab/Kota; atau
oleh Menteri b. Persetujuan b. Persetujuan b. Persetujuan Pemerintah
Pemerintah terkait Pemerintah terkait terkait Persetujuan
Dalam hal Perizinan Berusaha atau Persetujuan Pemerintah Persetujuan Persetujuan Lingkungan yang
terkait Persetujuan Lingkungan mensyaratkan SLO dan belum Lingkungan yang Lingkungan yang diterbitkan oleh Pem
diterbitkan, Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya melakukan pengawasan terhadap
diterbitkan oleh diterbitkan oleh Pem Kab/Kota.
kewajiban lainnya dalam Pemerintah. Prov.
Persetujuan Lingkungan
Pengelolaan LB3 dalam UU No. 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja

✓ Pasal 59 ayat (1), setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
pegelolaan limbah B3 yang dihasilkannya;
✓ Pasal 59 ayat (3), dalam hal setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan Limbah B3 , pengelolaannya
diserahkan ke pada pihak lain;
✓ Pasal 59 ayat (4), Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat Perizinan Berusaha,
atau Persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah;
✓ Pasal 69 ayat (1) d. Setiap orang dilarang memasukkan limbah B3 ke dalam
wilayah Negara Kesatauan Republik Indonesia;
✓ Pasal 88, setiap orang yang tindakannya, usahanya dan/atau kegiatannya
menggunakan B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang
menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggungjawab
mutlak atas kerugian yang terjadi dari usaha dan/atau kegiatannya.
Lingkup Pengaturan
PP 22 Tahun 2021 tentang PPLH

1) Penetapan Limbah B3
2) Pengurangan limbah B3
3) Penyimpanan limbah B3
4) Pengumpulan limbah B3
5) Pengangkutan limbah B3
6) Pemanfaaatan limbah B3
7) Pengolahan Limbah B3
8) Penimbunan Limbah B3
9) Dumping (Pembuangan) limbah B3
10) Pengecualian Limbah B3
11) Perpindahan lintas batas limbah B3
12) PenanggulanganPencemaran Lingkungan Hidup dan/atau Kerusakan Lingkungan
Hidup dan Pemulihan Lingkungan Hidup
13) Sistem Tanggap Darurat dalam pengelolaan Limbah B3
14) Pembiayaan
UU 11/2020 merubah beberapa pasal dalam UU
32/2009 (terkait Pengelolaan Limbah B3)
Pasal 22 UU 11/2020 , merubah beberapa pasal dalam UU 32 Tahun 2009 yang terkait dengan Perizinan
Berusaha, antara lain ketentuan Pasal 59 dan Pasal 61
Pasal 59 ayat (4) dan ayat (5): Pasal 61 ayat (1) dan ayat (3):
(4) Pengelolaan Limbah B3 wajib (1)Dumping sebagaimana
mendapat Perizinan Berusaha, atau dimaksud dalam Pasal 60 hanya
persetujuan Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah dapat dilakukan dengan
persetujuan dari Pemerintah
(5) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Pusat
Daerah wajib mencantumkan
persyaratan lingkungan hidup yang (3) Ketentuan lebih lanjut
harus dipenuhi dan kewajiban yang mengenai tata cara dan
harus dipatuhi pengelola Limbah B3
dalam Perizinan Berusaha, atau persyaratan dumping limbah
persetujuan Pemerintah Pusat atau atau bahan diatur dalam
Pemerintah Daerah Peraturan Pemerintah

Pasal 185 huruf b, UU 11/2020, peraturan pelaksanaan dari UU yang telah diubah oleh UU CK tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan wajib disesuaikan paling lama 3 bulan
Beberapa Pengertian:
✓ Penghasil Limbah B3 adalah Setiap Orang yang karena usaha
dan/atau kegiatannya menghasilkan Limbah B3.
✓ Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi
pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan.
✓ Dumping (Pembuangan) adalah kegiatan membuang,
menempatkan, dan/atau memasukkan Limbah dan/atau bahan
dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu dengan
persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu.
✓ Pengurangan Limbah B3 adalah kegiatan Penghasil Limbah B3
untuk mengurangi jumlah dan/atau mengurangi sifat bahaya
dan/atau racun dari Limbah B3 sebelum dihasilkan dari suatu
usaha dan/atau kegiatan.

33
PRINSIP PENGELOLAAN LIMBAH B3

Polluter pays principle


• Penghasil bertanggung jawab
terhadap limbah B3 yg dihasilkan Reduksi

PENGURANGAN VOLUME LIMBAH B3


From cradle to grave ➔ From cradle

PRIORITAS PENGELOLAAN
to cradle
• Pemantauan sejak limbah B3
dihasilkan sampai dengan 3R (Reuse, Recycle,
pengelola akhir Recovery)
• Orientasinya pemanfaatan limbah
B3 jika memungkinkan.
Minimisasi Limbah B3
Pengolahan
• Mendahulukan reduksi dan hirarki
pengolahan limbah B3 yg
dihasilkan
Proximity
Penimbuna
• Pengelolaan/pengolahan sedekat n / Landfill
mungkin dengan tempat dihasilkan
Sumber: Dit. PKPLB3,
34
2019 Hierarki Pengelolaan Limbah B3
Sumber: Iyan Suwargana, 2018 35
3. Dampak LB3 terhadap Lingkungan Hidup
Beberapa isu penting yang melatarbelakangi pentingnya
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

➢ Meningkatnya penggunaan B3 pada berbagai


kegiatan, antara lain pada kegiatan perindustrian,
pertambangan, energi, migas, kesehatan, rumah
tangga dan kegiatan lainnya,
➢ Meningkatnya upaya pengendalian pencemaran
udara dan pengendalian pencemaran air, yang akan
menghasilkan lumpur/sludge atau debu yang
berbahaya dan beracun,
➢ Dampak penting atau pencemaran yang diakibatkan
oleh pembuangan limbah B3 terhadap lingkungan
➢ Indonesia merupakan salah satu negara tujuan
tempat pembuangan limbah B3.
Berbagai Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan Hidup Dampak
Dari Kegiatan yang Tidak Taat Aturan
Sludge IPAL

Reagen bekas

Kemasan bekas

Slag
Olie bekas Aki bekas

Limbah infectius
Tanah terkontaminasi
DampakK MERCURY diMinamata -
Jepang
Gambaran Dampak Akibat Limbah B3
Trend Dampak B3 dan Limbah B3 terhadap lingkungan dan Kesehatan manusia

B3 LB3

• Sifat dan karakrteristik Bahaya /beracun • Sifat dan karakteritik bahaya/ racun lebih rendah dari B3 nya
sangat tinggi • Merupak limbah /Sisa kegiatan (bukan asset)
• Sebagai asset (punya nilai tinggi) • Sifat dan karakteristik bahaya /racun perlu diuji ( acute/kronis/sub-
• Memiliki MSDS kronis)
• Isue terhadap dampak kesehatan lebih • Isu terhadap damapak lingkungan lebih diutamakan
utama
• Pengaturan lebih ketat • Peraturan/ penegakan hukum lemah dan sulit diterapkan
43
POTENSI BAHAYA SAMPAH B3

2016

Sumber: Iswanto, dkk., 2016


44
….. Lanjutan.

Sumber: Iswanto, dkk., 2016


45
46
P E N G E LO L A A N L I M B A H B 3
a. penetapan Limbah B3;
b. Pengurangan Limbah B3;
c. Penyimpanan Limbah B3;
d. Pengumpulan Limbah B3;
e. Pengangkutan Limbah B3;
f. Pemanfaatan Limbah B3;
Ruang Lingkup g. Pengolahan Limbah B3;
Pengelolaan h. Penimbunan Limbah B3;

Limbah B3 i.
j.
Dumping (Pembuangan) Limbah B3;
pengecualian Limbah B3;
(Pasal 274 – 449)
k. perpindahan lintas batas Limbah B3;
l. Penanggulangan Pencemaran Lingkungan
Hidup dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup
dan Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup;
m. Sistem Tanggap Darurat dalam Pengelolaan
Limbah B3; dan
n. pembiayaan.
PENETAPAN LIMBAH B3

Dalam hal terdapat Limbah di luar


daftar Limbah B3 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IX Memenuhi
+ List
LB3
karakteristik
LB3
PEMERINTAH

Melakukan Uji Tidak memenuhi Tetap


Karakteristik Limbah B3 karakteristik Limbah
meliputi: Karakteristik Non
LB3
a. mudah meledak;
b. mudah menyala;
c. reaktif;
+ B3

d. infeksius;
e. korosif; dan/atau
f. beracun.
Limbah nonB3 :
slag besi, slag nikel, dan FABA
PEMERINTAH data + referensi (fly ash bottom ash) dari PLTU
PENGURANGAN LIMBAH B3

Pengurangan Limbah B3 dilakukan melalui:


pemilihan bahan baku dan/atau bahan penolong yang semula mengandung B3
SUBSTITUSI BAHAN, digantikan dengan bahan baku dan/atau bahan penolong yang tidak
mengandung B3

MODIFIKASI PROSES, pemilihan dan penerapan proses produksi yang lebih efisien

MENGGUNAKAN
TEKNOLOGI RAMAH
LINGKUNGAN

Laporan mengenai pelaksanaan


Pengurangan Limbah B3. WAJIB
disampaikan secara tertulis
MENTERI
LHK
PENYIMPANAN LIMBAH B3

Kedepan, tidak Selama ini


ada lagi izin TPS Kewenangan izin
LB3 berdiri TPS LB3 ada di
Izin TPS LB3 di Kab/Kota
integrasikan ke sendiri
dalam NIB atau
dokumen Amdal,
UKL-UPL
Cukup dengan
(tergantung risiko
Pelaku Usaha). memenuhi
persyaratan &
ketentuan teknis
TPS LB3 yg
ditetapkan

Perubahan
Bila terjadi perubahan Dokumen
karena pengembangan Amdal, UKL-UPL,
kegiatan atau disesuaikan
dengan peraturan
PROSES PERMOHONAN PERSETUJUAN TEKNIS UNTUK
JASA PENGELOLAAN LIMBAH B3
Menteri LHK, Gubernur Menyampaikan Lapora
(untuk Pengumpulan Skala VALIDASI Menteri LHK
Pembangunan Fasilitas dan
Provinsi); dan Bupati/ 2 hari
Uji Coba
WaliKota (untuk
Pengumpulan Skala
Kabupaten/Kota). Proses pembangunan
fasilitas Pengelolaan
Limbah B3 atau Uji Coba
oleh Penghasil Limbah B3
VERIFIKASI
10 Hari
Terbit Perizinan Berusaha Menteri,
Mengajukan Permohonan Tidak: Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai

Ya/Sesuai
Disertai alasan kewenangan penerbitan Perizinan

Tidak
Persetujuan Teknis:
penolakan. Berusaha sesuai sektor
VERIFIKASI
1. Pengumpulan Limbah B3; (Lihat RPP NSPK)
7 Hari
2. Pengolahan Limbah B3,
3. Pemanfaatan Limbah B3,
4. Penimbunan Limbah B3. Ya Terbit Persetujuan Lingkungan
Penerbitan SLO
Proses Penerbitan oleh Menteri
7 Hari 7 Hari

PERTEK Penanggung jawab Usaha/Kegiatan


diterbitkan mengajukan permohonan Uji AMDAL
atau pemeriksaan formular UKL-UPL, Penyampaian
Pemohon/ Menteri,
kepada Menteri. (Salah satunya surat agar
Jasa Pengelola Gubernur, atau
menguji Rincian Teknis Penyimpanan merubah
Limbah B3 Bupati /
Limbah B3) pertek. 7 Hari.
WaliKota.
PROSES PERMOHONAN PERSETUJUAN TEKNIS UNTUK
PENGHASIL LIMBAH B3
VALIDASI Penerbitan Ya/Sesuai Tidak Penyampaian
Menteri LHK VERIFIKASI Surat agar
2 hari SLO
10 Hari Merubah
PerTek

7 Hari Menyampaikan Laporan


Pembangunan Fasilitas 7 Hari
dan Uji Coba

VERIFIKASI
7 Hari Tidak Proses pembangunan fasilitas
Pengelolaan Limbah B3 atau Uji
Coba oleh Penghasil Limbah B3
Ya

Menteri menerbitkan Menolak permohonan


Terbit Perizinan Berusaha Menteri, Gubernur,
Persetujuan Teknis Persetujuan Teknis.
atau Bupati/Walikota sesuai kewenangan
Pengelolaan Limbah B3 7 hari
penerbitan Perizinan Berusaha sesuai sektor
7 hari (Lihat RPP NSPK)

Pengajuan Uji Kelayakan AMDAL atau Pemeriksaan


Formulir UKL-UPL, kepada Menteri, Gubernur, atau Terbit Persetujuan Lingkungan
Bupati/Walikota sesuai kewenangan penerbitan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota
Pemohon/ Perizinan Berusaha sesuai sektor sesuai kewenangan penerbitan Perizinan
Penghasil (Salah satunya menguji Rincian Teknis Penyimpanan Berusaha sesuai sektor
Limbah B3 Limbah B3) (Lihat RPP NSPK)
KEDUDUKAN PERSETUJUAN TEKNIS (PERTEK) DALAM PERSETUJUAN LINGKUNGAN

Penilaian Administratif Penilaian Substantif

Menteri Bupati/
Gubernur
LHK Wali Kota
Kewenangan Penerbitan
“Pertek”

Pemerintah Pemerintah
Pusat Daerah
(Provinsi, Kabupaten, Kota)
1. Menteri: Pengumpulan LB3 skala 1. Gubernur: Pengumpulan LB3
nasional; skala provinsi; dan
2. Pemanfaatan LB3; 2. Bupati/Walikota: Pengumpulan
3. Pengolahan LB3; LB3 skala Kab./Kota.
4. Penimbunan LB3; dan
5. Dumping LB3.
>> Ps. 34
P E N G E LO L A A N L I M B A H
NON-B3
a. pengurangan Limbah nonB3;
b. penyimpanan Limbah nonB3;
c. pemanfaatan Limbah nonB3;
d. penimbunan Limbah nonB3;
Ruang Lingkup
Pengelolaan e. perpindahan lintas batas Limbah
nonB3;
Limbah nonB3 f. penanggulangan Pencemaran
(Pasal 450 – 470) Lingkungan Hidup dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup dan
Pemulihan Fungsi Lingkungan
Hidup; dan
g. pelaporan.
PENGELOLAAN LIMBAH NONB3

Pengelolaan Limbah nonB3 dilakukan terhadap :


termuat dalam daftar Limbah nonB3 yang tercantum dalam Sesuai persyaratan teknis
✓ Limbah nonB3 TERDAFTAR Lampiran XIV Pengelolaan Limbah nonB3

Limbah B3 yang dikecualikan dari Limbah B3 Sesuai yang tertuang dalam


✓ Limbah nonB3 KHUSUS berdasarkan penetapan pengecualian dari Pengelolaan penetapan pengecualian Limbah
B30
Limbah B3 dari sumber spesifik

Rincian pengelolaan Limbah nonB3 yang


Dalam hal pelaksanaan Usaha termuat dalam Persetujuan Lingkungan :
dan/atau Kegiatan menghasilkan
Limbah nonB3 baru yang tidak
termuat dalam Persetujuan a. identitas Limbah nonB3;
Lingkungan, penghasil Limbah
b. bentuk Limbah nonB3;
nonB3 melakukan perubahan
Persetujuan Lingkungan c. sumber Limbah nonB3;
d. jumlah Limbah nonB3 yang dihasilkan setiap bulan; dan
e. jenis pengelolaan Limbah nonB3.
Pengelolaan 1. pengurangan Limbah nonB3; DILARANG melakukan
Limbah nonB3 2. penyimpanan Limbah nonB3; a. Dumping (pembuangan) Limbah nonB3
terhadap 3. pemanfaatan Limbah nonB3; tanpa Persetujuan dari Pemerintah
MELIPUTI : 4. penimbunan Limbah nonB3; Pusat;
Limbah nonB3 5. perpindahan lintas batas Limbah nonB3;
terdaftar b. pembakaran secara terbuka (open
6. Penanggulangan Pencemaran burning);
Lingkungan Hidup dan/atau Kerusakan c. pencampuran Limbah nonB3 dengan
Lingkungan Hidup dan pemulihan fungsi Limbah B3; dan
Lingkungan Hidup; dan d. melakukan penimbunan Limbah nonB3
7. pelaporan. di fasilitas tempat pemrosesan akhir.

Setiap Orang yang menghasilkan Limbah nonB3, yang melakukan Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau Perusakan
Lingkungan Hidup wajib melaksanakan:
➢ Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup; dan
➢ pemulihan fungsi Lingkungan Hidup.
PENGELOLAAN LIMBAH NON B3
PENGHASIL

Pengajuan
PL Pengajuan Uji AMDAL atau UKL-UPL,
kepada Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai kewenangan
penerbitan Perizinan Berusaha sesuai Terbit Perizinan Berusaha
sektor
oleh Menteri, Gubernur, atau
(Salah satunya menguji Rincian Bupati/Walikota sesuai kewenangan
Pengelolaan Limbah nonB3: penerbitan Perizinan Berusaha
1. Pengurangan Limbah nonB3 sesuai sektor (Lihat RPP NSPK)
2. Penyimpanan Limbah nonB3
OSS 3. Pemanfaatan Limbah nonB3
4. Penimbunan Limbah nonB3

Terbit Persetujuan Lingkungan


oleh Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai kewenangan
penerbitan Perizinan Berusaha sesuai
sektor (Lihat RPP NSPK)

Penghasil
Limbah B3
Kode Jenis Limbah Sumber Limbah nonB3
Limbah nonB3

N101 Slag Besi/Baja Proses peleburan bijih dan/atau logam besi dan baja
(Steel Slag)

Daftar Limbah N102 Slag nikel (slag Proses peleburan bijih nikel, yang menggunakan

nonB3
nickel) teknologi selain teknologi induction furnace atau kupola.

(Lampiran XIV) N103 Mill scale Proses peleburan bijih dan/atau logam besi dan baja
dengan menggunakan teknologi selain teknologi
induction furnace/kupola
N104 Debu EAF Proses peleburan bijih dan/atau logam besi dan baja
dengan menggunakan teknologi electric arc furnace
(EAF)
N105 PS ball Proses peleburan bijih dan/atau logam besi dan baja
dengan menggunakan teknologi selain teknologi
induction furnace atau kupola.
N106 Fly ash Proses pembakaran batubara pada fasilitas
pembangkitan listrik tenaga uap PLTU, atau dari kegiatan
lain yang menggunakan teknologi selain stoker Boiler

N107 Bottom ash Proses pembakaran batubara pada fasilitas PLTU, atau
dari kegiatan lain yang menggunakan teknologi selain
stoker Boiler
N108 Spent bleaching Proses industri oleochemical dan/atau pengolahan
earth minyak hewani atau nabati yang menghasilkan SBE hasil
ekstraksi dengan kandungan minyak di bawah 3 %

N109 Pasir foundry (sand Proses casting logam dengan penggunaan pelarut
foundry) dengan titik nyala diatas 600C
KETENTUAN PERALIHAN

✓ izin lingkungan, izin Perlindungan dan Pengelolaan ✓ penilaian Amdal, atau pemeriksaan
Lingkungan Hidup, Surat Keputusan Kelayakan Formulir UKL-UPL dan pengajuan izin
Lingkungan Hidup, rekomendasi UKL-UPL, atau Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
dokumen Lingkungan Hidup yang telah mendapat Hidup yang sedang dalam proses,
persetujuan sebelum berlakunya Peraturan dilanjutkan sampai dengan terbitnya
Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku dan Persetujuan Lingkungan;
menjadi persyaratan serta termuat dalam Perizinan
Berusaha atau Persetujuan Pemerintah;
SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

❑ Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota Sistem informasi pelaporan Persetujuan Lingkungan
sesuai dengan kewenangannya menyediakan Diterapkan kepada Setiap penanggungjawab Usaha dan/atau
informasi melalui Sistem Informasi Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL.
Lingkungan Hidup;

❑ Sistem Informasi Lingkungan Hidup Laporan yang disampaikan meliputi :


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) a. pengendalian Pencemaran Air;
dikembangkan terintegrasi secara elektronik b. pengendalian Pencemaran Udara;
yang terdiri atas sistem informasi : c. pengelolaan Limbah B3;
a. dokumen Lingkungan Hidup; d. pengendalian kerusakan lingkungan; dan
b. pelaporan Persetujuan Lingkungan; e. substansi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
c. status Lingkungan Hidup; perundang-undangan.
d. Pengelolaan Limbah B3;
e. peta rawan lingkungan;
f. pengawasan dan penerapan Sanksi
Administratif; dan paling sedikit meliputi informasi pelaksanaan Pengelolaan
g. informasi Lingkungan Hidup lainnya. Limbah B3 untuk kegiatan:
① kinerja Pengelolaan Limbah B3;
② penanggulangan kedaruratan Limbah B3 dan
Limbah nonB3; dan
③ pemulihan fungsi Lingkungan Hidup akibat
terkontaminasi Limbah B3.
PEMBINAAN & PENGAWASAN

Menteri melakukan pembinaan kepada : PEMBINAAN dilakukan terkait :


a. gubernur;
a. Perizinan Berusaha dan Persetujuan
b. Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup;
Pemerintah;
c. pejabat pengendali Dampak Lingkungan; b. Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Air;
c. Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Udara;
d. penyuluh Lingkungan Hidup;
d. Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
e. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup; Laut;
e. Pengelolaan Limbah B3; dan/atau
f. lembaga sertifikasi kompetensi Amdal;
f. muatan teknis lainnya sesuai dengan
g. lembaga pelatihan kompetensi Amdal; ketentuan peraturan perundangan.
h. lembaga penyedia jasa penyusunan dokumen
Amdal;
i. penyusun Amdal perorangan;
j. penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan;
dan/atau
k. masyarakat.
PEMBINAAN
Pembinaan dilakukan melalui
a. pemberian norma, standar, prosedur, dan
kriteria;
b. evaluasi kinerja Pemerintah Daerah; Penghargaan diberikan kepada :
c. evaluasi kinerja penanggung jawab Usaha
a. penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan melalui Program
dan/atau Kegiatan;
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam pengelolaan
d. diseminasi peraturan perundang-undangan;
Lingkungan Hidup;
e. bimbingan teknis;
b. pemerintah kabupaten/kota melalui Program Adipura;
f. pendidikan dan pelatihan;
c. individu dan kelompok/lembaga masyarakat melalui Penghargaan
g. bantuan sarana dan prasarana;
Kalpataru;
h. program percontohan;
d. sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan melalui program
i. forum bimbingan dan/atau konsultasi teknis;
Adiwiyata; dan/atau
j. penyuluhan;
e. bentuk penghargaan lain dalam peningkatan Perlindungan dan
k. penelitian;
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
l. pengembangan;
m. pemberian penghargaan; dan/atau
n. bentuk lainnya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
PENGAWASAN
“Wajib”
P E N GAWA SA N
Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota wajib
melakukan pengawasan terhadap ketaatan BUPATI/
penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan atas MENTERI GUBERNUR
WALIKOTA
ketentuan yang ditetapkan dalam Perizinan
Berusaha atau Persetujuan Pemerintah terkait
Persetujuan Lingkungan dan peraturan perundang- berwenang melakukan pengawasan terhadap ketaatan
undangan di bidang Perlindungan dan Pengelolaan penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
Lingkungan Hidup
a. Perizinan Berusaha a. Perizinan Berusaha a. Perizinan Berusaha
terkait Persetujuan terkait Persetujuan terkait Persetujuan
Lingkungan yang Lingkungan yang Lingkungan yang
Pengawasan dilakukan berdasarkan norma, diterbitkan oleh diterbitkan oleh Pem diterbitkan oleh Pem
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan Pemerintah; atau Prov; atau Kab/Kota; atau
oleh Menteri b. Persetujuan b. Persetujuan b. Persetujuan Pemerintah
Pemerintah terkait Pemerintah terkait terkait Persetujuan
Dalam hal Perizinan Berusaha atau Persetujuan Persetujuan Persetujuan Lingkungan yang
Pemerintah terkait Persetujuan Lingkungan Lingkungan yang Lingkungan yang diterbitkan oleh Pem
mensyaratkan SLO dan belum diterbitkan, Menteri,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan
diterbitkan oleh diterbitkan oleh Pem Kab/Kota.
kewenangannya melakukan pengawasan terhadap Pemerintah. Prov.
kewajiban lainnya dalam
Persetujuan Lingkungan
KETENTUAN PENUTUP

✓ Pada saat PP ini mulai berlaku, semua


peraturan perundang-undangan yang ✓ Pada saat PP ini mulai berlaku PP 101/2014 (Lembaran
merupakan peraturan pelaksanaan dari Negara RI No 5617) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku;
PP101/ 2014 tentang Pengelolaan
✓ Seluruh keputusan Sanksi Administratif yang telah diterbitkan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tetap berlaku sampai dengan dipenuhinya kewajiban
(Lembaran Negara Republik Indonesia pengenaan Sanksi Administratif; dan
Tahun 2014 Nomor 333, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia ✓ Penurunan kandungan hidrokarbon pada Limbah B3 berupa
Nomor 5617), masih tetap berlaku serbuk bor yang akan di dumping ke laut dari hasil pemboran
sepanjang tidak bertentangan atau kegiatan eksplorasi dan/atau eksploitasi di laut yang
menggunakan lumpur bor berbahan dasar sintetis (synthetic-
belum diganti dengan peraturan yang
based mud) dari paling tinggi 5% (lima persen) menjadi 0%
baru berdasarkan PP ini; (nol persen) dilakukan paling lambat sampai dengan 31
Desember 2024.
KETENTUAN PENUTUP

✓ Pada saat PP ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan dana penjaminan
untuk pemulihan fungsi Lingkungan Hidup yang telah ada tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini;

✓ Dengan mempertimbangkan prioritas nasional, kesiapan kelembagaan,


mekanisme dan sistem pendukung, penerapan kewajiban dana penjaminan untuk
pemulihan fungsi Lingkungan Hidup dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun
sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini;

✓ Pada saat PP ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang


mengatur tentang pengawasan dan Sanksi Administratif disesuaikan dengan
ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
LANJUT KE MATERI UNIT KOMPETENSI…

69

Anda mungkin juga menyukai