Lingkungan Hidup
Oleh :
YANDI, SH., M.H
Dasar Hukum Perlindungan dan Pengelolaan LH
• UUD 1945
• Pasal 28h ayat (1) “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan”.
• Pasal 33 ayat (3) “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
PP No. 29/1986
AMDAL
Amdal bukan sebagai alat serbaguna yang dapat menyelesaikan segala persoalan lingkungan
hidup. Efektivitas amdal sangat ditentukan oleh pengembangan berbagai instrument
lingkungan hidup lainnya
Sumber: Pasal 14 UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Baku Mutu Lingkungan
Pasal 20 Konsekuensi
Izin Lingkungan
Pasal 36 - 40 Konsekuensi
Izin lingkungan diterbitkan berdasarkan Konsep AMDAL harus berubah, karena untuk
keputusan kelayakan lingkungan atau menetapkan izin lingkungan harus terdapat
rekomendasi UKL/UPL informasi teknis yang cukup detil untuk dapat
Izin lingkungan wajib mencantumkan menentukan kewajiban/larangan bagi penerima
persyaratan yang dimuat dalam keputusan izin.
kelayakan lingkungan hidup atau Izin pembuangan air limbah, izin pemanfaatan air
rekomendasi UKL-UPL limbah untuk aplikasi lahan, dan izin pengelolaan
Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk limbah B3 yang telah ada selama ini, harus
memperoleh Izin usaha dan/atau kegiatan diintegrasikan kedalam satu izin lingkungan.
Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha Usaha dan/atau kegiatan yg beroperasi tanpa izin
dan/atau kegiatan dibatalkan lingkungan dipidana paling singkat 1 tahun dan
denda paling sedikit Rp. 1 milyar.
HUBUNGAN ANTARA AMDAL, UKL DAN UPL DENGAN IZIN LINGKUNGAN
Menurut ketentuan Pasal 18 ayat 1 UULH 1997 untuk memperoleh izin usaha bagi kegiatan
yang memiliki dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, maka untuk kegiatan
itu harus lebih dahulu dilengkapi dengan Amdal.
Sejak berlakunya UUPPLH, Amdal tidak lagi menjadi prasyarat untuk memperoleh izin
usaha, tetapi sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha, tetapi sebagai prasyarat untuk
memperoleh izin lingkungan sebagai sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 37 ayat 1.
Demikian pula Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) merupakan prasyarat untuk memperoleh izin lingkungan. Bahkan pejabat pemberi
izin lingkungan yang menerbitkan izin lingkungan tanpa dilengkapi dengan Amdal atau
UKL dan UPL dapat diancam pidana sebagaimana dirumuskan dalam pasal 111 UUPPLH.
INSTANSI YANG BERWENANG dan INSTANSI yang
BERTANGGUNGJAWAB
15
MUATAN BARU … lanjutan
• Tambahan kelengkapan:
a) Penguatan peran masyarakat untuk memiliki hak &
kesempatan sama dan seluas-luasnya untuk berperan
Komisi penilai AMDAL Pusat, Propinsi, maupun Kab/Kota wajib memiliki lisensi AMDAL
[Pasal 29, Ayat (2)];
AMDAL dan UKL/UPL merupakan persyaratan untuk penerbitan izin lingkungan [Pasal
36];
Tidak memiliki dokumen AMDAL Audit LH; Tidak memiliki UKL-UPL DPLH [Pasal 121];
Kedudukan AMDAL & Izin Lingkungan
STUDI IZIN
TATA RUANG IMB
KELAYAKAN LINGKUNGAN
/REKOMENDASI
RTRWN
RTRWP
Izin Usaha dan/atau
RTRWK kegiatan
AMDAL/ RKL/RPL RINCI
UKL-UPL UKL-UPL RINCI
RDTR
Skema Pembagian AMDAL, UKL-UPL dan SPPL
Kegiatan berdampak
USAHA DAN/ATAU penting terhadap LH
KEGIATAN
WAJIB AMDAL
Pasal 22-33 UU 32/2009 Batas AMDAL Peraturan MENLH No 5/2012
Kompetensi &
Integritas
Penilai/Komisi
Pengumuman &
IZIN PPLH
konsultasi masyarakat Izin pembuangan air limbah
Izin pemanfaatan air limbah untuk aplikasi ke
tanah [land application]
Penyusunan KA-ANDAL Izin penyimpanan sementara LB3
Izin pengumpulan LB3
Izin pengangkutan LB3
Izin pemanfaatan LB3
Pemeriksaan Administrasi Izin pengolahan LB3
Izin penimbunan LB3
Izin pembuangan air limbah ke laut
Penilaian KA-ANDAL Izin dumping ke laut
Izin reinjeksi ke dalam formasi
Izin venting ke udara
Pengumuman
Pengumuman
MASALAH-MASALAH LINGKUNGAN
• Philipina, sebagai negara yg jg sedang berkembangm
maka masalah yg menyertai pembangunan dinegara
tersebut adalah, pencemaran yg diakibatkan oleh
kemiskinan, industri dan juga bencana alam.
• Singapura dan Jepang, sebagai negara yg tergolong
maju, maka persoalan lingkungan yg dihadapi tidak
sama seperti di negara-negara berkembang, dimana
dinegara-negara maju permasalahan lingkungan
disebabkan oleh industrialisasi dan kemajuan
tekhnologi.
KESADARAN LINGKUNGAN
• Perhatian terhadap masalah lingkungan ini dimulai dikalangan
dewan ekonomi dan sosial PBB pada waktu diadakan
peninjauan terhadap hasil-hasil gerakan “Dasawarsa
Pembangunan Dunia ke I (1960-1970) guna merumuskan
strategi dasawarsa pembangunan dunia ke 2 (1970-1980).
Pembicaraan tentang masalah lingkungan hidup ini diajukan
oleh wakil Swedia, pada tgl 28 Mei 1968, disertai saran untuk
kemungkinan diselenggarakan suatu konfrensi Internasional
mengenai lingkungan hidup. Yang pada akhirnya pada sidang
umum PBB tgl 15 Desember 1969, diputuskan untuk
membentuk panitia persiapan.
KESADARAN LINGKUNGAN
• Panitia persiapan konfrensi diketuai oleh “Maurice F.Strong”. Dalam
laporannya ada 6 mata acara pokok dalam konfrensi, yaitu :
Perencanaan dan pengelolaan pemukiman manusia demi kualitas
lingkungan hidup
Segi-segi lingkungan hidup dalam pengelolaan sumber-sumber daya alam
Identifikasidan pengendalian jenis-jenis pencemaran dan gangguan yg
berpengaruh internasional secara luas
Segi-segi pendidikan, penerangan, sosial dan kebudayaan dalam masalah-
masalah lingkungan hidup
Pembangunan dan lingkungan hidup
Implikasi organisasi secara internasional mengenai tindakan-tindakan yg
diusulkan konfrensi
KESADARAN LINGKUNGAN
• Disamping saran-saran tsb diatas, panitia persiapan telah
membentuk”Panitia Kerja Antar Pemerintah”, guna
menyiapkan bahan-bahan serta rancangan perumusan
mengenai :
Deklarasi tentang lingkungan hidup manusia
Pencemaran laut
Pencemaran tanah
Monitoring dan pengawasan
Konservasi alam.
• Hasil karya panitia persiapan tersebut berserta
penyempurnaan dan perubahannya disyahkan pada sidang
umum PBB tgl 20 Desember1970.
KESADARAN LINGKUNGAN
• Konfrensi PBB tentang lingkungan hidup diselenggarakan di “Stockholm”
pada tgl 5-16 Juni 1972 yang diikuti oleh 113 negara. Pada akhir sidang
konfrensi mengesahkan hasil-hasil berupa :
Deklarasi tentang lingkungan hidup manusia, terdiri atas pembukaan dan
26 asas yg biasa disebut Stockholm declaration
Rencana aksi lingkungan hidup manusia, terdiri dari 109 rekomendasi
termasuk didalamnya 18 rekomendasi tentang perncanaan dan
pengelolaan pemukiman manusia
Rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan yg menunjang
pelaksanaan rencana aksi tersebut
• Pada konfrensi tersebut ditetapkan juga bahwa tgl 5 Juni sebagai “Hari
Lingkungan Hidup Sedunia”
• Semua keputusan konfrensi disyahkan dgn sidang umum PBB tgl 15
Desember 1972.
KESADARAN LINGKUNGAN
KTT Rio, dua dasawarsa setelah berlangsungnya konfrensi
Stockholm,PBB menyelenggarakan konfrensi tingkat tinggi di
Rio de Janeiro, pada tgl 3 sampai 14 Juni 1992. Konfrensi ini
dinamakan “ United Nations Conference on Enveronment
(UNCED).
• Hasil yang dicapai dalam KTT ini adalah :
The Rio de Jeneiro Declaration on Enveronment and
Development, yg biasa disebut Deklarasi Rio.
Prinsip-prinsip tentang hutan
Agenda 21
Konvensi tentang perubahan iklim
Konvensi tentang keanekaragaman hayati.
LEMBAGA LINGKUNGAN DUNIA
• United Nations Environment Programme (UNEP),
merupakan organisasi dunia dilingkungan PBB. UNEP
tidak bersifat menyelesaikan masalah lingkungan tapi
lebih bersifat menggerakkan dunia untuk bertindak
dgn bekerja atas kemampuan sendiri
• Organization For Economic Co-operation and
Development (OECD), Organisasi ini dibentuk di Paris,
pada tgl 14 Desember 1960, yg keanggotaannya
terdiri dari negara-negara maju
LEMBAGA LINGKUNGAN DUNIA
• International Union for the Conservation of Natural
Resources (IUCN), didirikan tgl 5 Oktober 1948 di
Paris, yg kemudian berganti nama menjadi World
Conservation Union, bertujuan untuk melindungi dan
melestarikan lingkungan.
• World Wildlife Fund (WWF), berdiri tgl 11 September
1961, organisasi ini sebagai sarana penunjang IUCN,
titik berat aktivitasnya adalah konservasi satwa
langka khususnya dan sumber daya alam umumnya.
LEMBAGA LINGKUNGAN DUNIA
• World Trade Organization (WTO), pada
dasarnya WTO bukan lembaga lingkungan,
akan tetapi daloam beberapa ketentuannya
WTO berperan nyata dalam proteksi
lingkungan. WTO menetapkan setiap
anggotanya harus mempertimbangkan tujuan
dari pembangunan berkelanjutan dan
tercapainya proteksi dan pelestarian
lingkungan.
KESADARAN LINGKUNGAN HIDUP DI
INDONESIA
• Perhatian terhadap lingkungan di Indonesia dimulai
dari kalangan akademisi, Dimana dalam rangka
menyambut diselenggarakannya konfrensi
Stockholm, maka pada tgl 15 sampai 18 Mei 1972,
berlangsung seminar di Bandung yg diselenggarakan
oleh Universitas Padjadjaran,. Dihadiri para
akademisi, pejaba tinggi negara, dan tokoh
masyarakat, inilah pertama kali diselenggarakannya
seminar yg membahas masalah lingkungan tingkat
nasional.
KESADARAN LINGKUNGAN HIDUP DI
INDONESIA
• Konfrensi Stockholm 1972, disambut oleh Indonesia dengan
menyajikan sebuah dokumen resmi, yg diberi judul “National
Report of Indonesia Environmental Problem in Indonesia”.
Setelah Konfrensi Stockholm, maka Indonesia membentuk
panitia perumus dan rencana kerja pemerintah di bidang
pengembangan Lingkngan Hidup, berdasarkan KEPRES No 60
Th. 1972, hasil kerja panitia dituangkan dalam TAP MPR No IV
Th.1973 tentang GBHN, untuk selanjutnya dalam REPELITA II,
dalam BAB IV tentang Pengelolaan Sumber-Sumber Alam dan
Lingkungan Hidup.
KESADARAN LINGKUNGAN HIDUP DI
INDONESIA
• Setelah perhatian terhadap lingkungan di Indonesia
dituangkan dalam GBHN dan REPELITA, maka selanjutnya
dalam kabinet Pembangunan III di era pemerintahan
Soeharto, diangkat seorang Menteri berdasarkan Kepres
No.59 Th. 1978 untuk menangani masalah lingkungan, dengan
nama Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan
Lingkungan Hidup, yg dipercayakan kepada Prof. Emil salim.
Pada kabinet Pembangunan IV Menteri Negara PPLH berubah
menjadi Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup. Selanjutnya pada masa reformasi, diangkat seorang
menteri yg tugas dan fungsinya semata- mata mengenai
masalah lingkungan hidup,yakni Menteri Negara Lingkungan
Hidup.
KESADARAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA
39
PERTUMBUHAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT
EKONOMI (Pertumbuhan + Sustainability)
(Economic Growth)
GG
KEMAMPUAN MELAKUKAN CHECK &
BALANCE DI ANTARA 3 ELEMEN BANGSA
GSDG
NEGARA
• Eksekutif
• Legislatif
• Judikatif
MASYARAKAT
GOOD SUSTAINABLE DUNIA USAHA
• Perbankan
WARGA
• Akademisi
DEVELOPMENT • Koperasi
• BUMN
• Wartawan
• Tokoh masyarakat
GOVERNANCE • BUMD
•Private corporation
• Pengamat
• LSM
•Masyarakat sadar politik
• Pembangunan ekonomi
• Pembangunan sosial
41
PRASYARAT MUTLAK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
• Pengentasan kemiskinan
INTERDEPENDENSI
GOOD GOVERNANCE
• Perubahan pola konsumsi dan produksi
yang tidak berkelanjutan
42
KETERKAITAN ANTARA PARADIGMA PEMBANGUNAN,
KEBIJAKAN DAN PRAKTEK PENEGAKAN HUKUM
DEVELOPMENT
PARADIGM
43
43
KETERKAITAN ANTARA SUSTAINABLE DEVELOPMENT &
GOOD GOVERNANCE
(Point 4 Introduction, Plan of Implementation WSSD Johannesburg 1992)
45
45
KENDALA PENEGAKAN HUKUM
LINGKUNGAN YANG EFEKTIF
46
Sistem Penegakan Hukum Lingkungan
Terintegrasi
• Unsur – unsur utama dalam • Unsur Eksternal
pengelolaan lingkungan: – Kepemimpinan & kemauan
– One Roof Enforcement System politik yang kuat
(ORES) (pengarusutamaan GSDG dalam
– Greening the bench (i.e Ad-Hoc pengambilan keputusan politik )
Judges) – Reformasi institusional didalam
– First and second line enforcement birokrasi dan institsui
(back up system) penegakan hukum (“sapu yang
– Optimalisasi penggunaan Ijin bersih untuk membersihkan
lantai yang kotor)
sebagai alat pencegahan – Pengembangan kontrol publik
pencemaran
– Institusi pengelolaan lingkungan
hidup yang kuat (national and
regional)
– Program Penaatan Sukarela
– Environmental dedicated fund
– Sistem Pengaduan Masyarakat
47
STRATEGI “ENFORCEMENT SATU ATAP”
PENGADILAN
(3 opsi)
48
“ENFORCEMENT SATU ATAP”
• One Action Under One policy
• Memudahkan pembinaan integritas & kualitas
• Tugas dan Pekerjaan lebih terkonsentrasi sehingga lebih
MANFAAT
fokus, piawai, dan trampil
• Memudahkan perencanaan dan koordinasi
• Penggunaan anggaran tidak tercerai berai
• Memudahkan kontrol publik
LANGKAH-LANGKAH
1. MOU antara Men-LH, Kajagung dan Kapolri tentang “satu atap”
2. Mengembangkan sistem rekrutmen bagi penyidik & jaksa sebagai
penegak hukum satu atap
3. Membangun landasan hukum bagi penegakan hukum “satu atap”
dalam peraturan perundang-undangan LH/SDA yang sedang disusun
atau direvisi
49
PILIHAN MODEL PELUANG KENDALA LANGKAH
REALISASI
ENFO
RCEM Simplifikasi
Perizinan &
“Greening
the Bench” ENT & Pengembalian
sbg alat
COMP pengawasan
LIANC
Institusi PLH
First &
Second line
E Pusat-
Daerah yang
Tekanan enforcement SYSTE
Enforcement kuat
& Kontrol M
Satu Atap, P-
P-P
Publik
(3 pilar governance
& hak-hak prosedural)
51
KERANGKA HUKUM LINGKUNGAN NASIONAL MASA
DEPAN HARUS MERESPON (SETIDAKNYA) 6
PERTIMBANGAN
52
52
KERANGKA HUKUM LINGKUNGAN NASIONAL MASA
DEPAN HARUS MERESPON (SETIDAKNYA) 6
PERTIMBANGAN
53
53
KERANGKA HUKUM LINGKUNGAN NASIONAL MASA
DEPAN HARUS MERESPON (SETIDAKNYA) 6
PERTIMBANGAN
54
54
Sanksi Administratif (teoritis)
• Secara garis besar (Van den Brekel):
– Herstelsancties/reparatoir: gerict op herstel van de inbreuk op de
rechtsorde (ditujukan untuk pemulihan dari pelanggaran terhadap tertib
hukum)
• Contoh: paksaan pemerintah
– Bestraffende sancties (punitief): gericht op vergelding (extra leed
toebrengen) als reactie op normovertreding en preventief afschrikkende
werking (ditujukan sebagai pembalasan atau pemberian pendereitaan
ekstra sebagai reaksi atas pelanggaran norma dan upaya penjera)
• Contoh: denda administratif
– Regressief: terugkeer naar de oorspronkelike rechtstoestand
(pengembalian kepada keadaan hukum awal)
dapat memiliki sifat reparatoir ataupun punitief
• Contoh: pencabutan izin
©HN2011
Pengenaan Sanksi Adm
1. Paksaan Pemerintah atau tindakan paksa (
bestuursdwang=executive coercion)
2. Uang Paksa (dwangsom)
3. Penutupan tempat usaha (sluiting van een
enrichting)
4. Penghentian kegiatan mesin perusahaan
(buitengebruiksteling van ee toestel)
5. Pencabutan izin (interking van een
verguning) melalui proses teguran, paksaan
pemerintah, penutupan dan uang paksa
©HN2011
SANKSI ADMINISTRASI Pembekuan izin ,
UU 32/09 (pasal 76 sd pasal 83) pencabutan izin ,
denda keterlambatan,
dijatuhkan apabila paksaan
1. Teguran pemerintah tidak dilaksanakan
2. Paksaan Pemerintah
3. Pembekuan izin
Audit lingkungan
4. Pencabutan izin wajib bila terjadi
pelanggaran (ps.
49 ayat 1b)
oleh
Second Line Enforce
ment
Menteri dapat men
1.Menteri sanksi adm, jika pem
erapkan
erintah
2.Gubernur menganggap Pemd
sengaja tdk menera
a secara
pkan sanksi
3.Bupati/walikota adm thd pelanggara
n yang serius
Sesuai kewenangannya ©HN2011
Paksaan Pemerintah Dijatuhkan tanpa didahului
(pasal 80) teguran apabila pelanggaran
menimbulkan:
1. Ancaman yg sangat serius
1. PENGHENTIAN SEMENTARA bagi manusia & LH
KEGIATAN PRODUKSI 2. Dampak yg lebih besar &
2. PEMINDAHAN SRANA PRODUKSI lebih luas
3. PENUTUPAN SALURAN
3. Kerugian yg lebih besar
PEMBUANGAN AIR LIMBAH
ATAU EMISI bagi LH
4. PEMBONGKARAN
5. PENYITAAN
6. PENGHENTIAN SEMENTARA Paksaan melakukan tindakan
SELURUH KEGIATAN pemulihan (dapat dijalankan
7. TINDAKAN LAIN UNTUK sendiri oleh Men/Gub/Bup atau
MENGHENTIKAN PELANGGARAN oleh pihak ketiga yang ditunjuk ,
DAN PEMULIHAN. dengan biaya pencemar (ps. 82
ayat 1&2)
©HN2011
Gugatan Administratif
Pasal 93
1) Setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan tata usaha
negara apabila:
a. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan
kepada usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal tetapi tidak
dilengkapi dengan dokumen amdal;
b. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan
kepada kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi dengan
dokumen UKL/UPL;dan/atau
c. badan atau pejabat tata usaha negarayang menerbitkan izin usaha
yang tidak dilengkapi dengan izin lingkungan.
2) Tata cara pengajuan gugatan terhadapkeputusan tata usaha negara
mengacu pada Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara.
©HN2011
• Citizen Lawsuit?
• UU No. 9 thn 2004:
• Pasal 53 (1)
(1) Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya
dirugikan oleh suatu Keputusan TUN dapat mengajukan gugatan
tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar
Keputusan TUN yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak
sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau
direhabilitasi.
• Penjelasan pasal 53 (1)
– hanya orang atau badan hukum perdata yang berkedudukan sebagai subyek hukum saja
yang dapat mengajukan gugatan ke PTUN untuk menggugat Keputusan TUN.
– Badan atau Pejabat TUN tidak dapat mengajukan gugatan ke PTUN untuk menggugat
Keputusan TUN.
– Selanjutnya hanya orang atau badan hukum perdata yang kepentingannya terkena oleh
©HN2011
akibat hukum Keputusan TUN yang dikeluarkan dan karenanya yang bersangkutan
merasa dirugikan dibolehkan menggugat Keputusan TUN
Sanksi Pidana Terhadap Setiap Orang (Dalam
kaitan dengan Izin) dan Pejabat TUN
Berdasarkan UU 32/2009
©HN2011
Ketentuan Peralihan (Pasal 123)
©HN2011
Terimakasih