Anda di halaman 1dari 63

Analisis Kebijakan dan Kelembagaan

Lingkungan Hidup

(Orientasi UU No 32 Tahun 2009 dan Peraturan Perundangan yang Terkait)

Oleh :
YANDI, SH., M.H
Dasar Hukum Perlindungan dan Pengelolaan LH
• UUD 1945
• Pasal 28h ayat (1) “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan”.

• Pasal 33 ayat (1) “Perkonomian Nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi


ekonomi dengan pinsip kebersamaan, efisiensi-berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan,kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan
dan kesatuan ekonomi nasional”.

• Pasal 33 ayat (3) “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

• Pasal 33 ayat (4) “Perkonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi


ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi-berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemanjuan
dan kesatuan ekonomi nasional.”
UU No. 4/1982 UU No. 23/1997 UU No. 32/2009
UU LH UU PLH UU PPLH

PP No. 29/1986
AMDAL

PP 51/1993 PP 27/1999 PP.27/2012


AMDAL AMDAL Izin Lingkungan

Di dukung dengan peraturan pelaksanaan


PENGENDALIAN PENCEMARAN
1. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makluk
hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan yang melebihi baku mutu lingkungan hidup yang telah di
tetapkan.

2. Pengendalian pencemaran lingkungan dilaksanakan dalam rangka


Pelestarian fungsi lingkungan hidup.

3. Pengendalian pencemaran lingkungan meliputi:


a. Pencegahan
b. Penanggulangan
c. Pemulihan

4. Pengendalian pencemaran lingkungan dilaksanakan oleh Pemerintah,


Pemerintah Daerah, dan Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan sesuai
dengan kewenangan, peran dan tanggung jawab masing-masing.
Instrumen Pencegahan Pencemaran dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup (UU 32/2009)
KLHS a h Instrumen ekonomi
LH
Tata ruang b
i PUU berbasis LH
Baku mutu LH c
Anggaran berbasis
Kriteria baku j LH
kerusakan LH d
k Analisis risiko LH
AMDAL e
l Audit LH
UKL-UPL f
Perizinan g Lingkungan m Instrumen lain
sesuai kebutuhan

Amdal bukan sebagai alat serbaguna yang dapat menyelesaikan segala persoalan lingkungan
hidup. Efektivitas amdal sangat ditentukan oleh pengembangan berbagai instrument
lingkungan hidup lainnya
Sumber: Pasal 14 UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Baku Mutu Lingkungan
Pasal 20 Konsekuensi

Baku Mutu Lingkungan: Sesuai dengan definisi Pencemaran


- baku mutu air Lingkungan, maka jika suatu usaha dan/atau
- baku mutu air limbah kegiatan melanggar baku mutu air, baku mutu
- baku mutu air laut air laut dan baku mutu udara ambien
- baku mutu udara ambien dipidana dengan pidana penjara paling singkat
- baku mutu emisi 3 tahun dan paling lama 10 tahun atau dengan
- baku mutu gangguan denda paling sedikit Rp. 3 milyar dan paling
banyak Rp. 10 milyar.
Baku mutu air, air laut dan udara ambien Jika melanggar baku mutu air limbah, baku
ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah mutu emisi dan baku mutu gangguan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
Baku mutu air limbah, emisi dan gangguan tahun atau dengan denda paling banyak Rp. 3
ditetapkan dengan Peraturan MENLH milyar. Tindak pidana ini hanya dikenakan jika
. sanksi administratif telah dijatuhkan atau
pelanggaran lebih dari satu kali.
Berdasarkan pasal 30 (1) UUPPLH, keanggotaan Komisi Penilai Amdal terdiri dari atas wakil dari
unsur-unsur :
a. Instansi lingkungan hidup
b. Instansi tehniss terkait
c. Pakar di bidang pengetahuan yang tekaait dengan jenis usaha dan/atau kegiatan yang sedang di
kaji
d. Pakar dibidang terkait dengan dampak
e. Wakil dari masyarakat yang berpotensi terkena dampak;
f. Organisasi lingkungan hidup.

UKL dan UPL


Setiap usaha yang tidak termasuk dalam kriteria wajib Amdal, wajib memiliki Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL).
UUPPLH membagi kegiatan-kegiatan usaha ke dalam tiga jenis, yaitu :
1. Kegiatan usaha berdampak penting yang wajib Amdal
2. Kegiatan usaha yang tidak termasuk wajib Amdal tapi wajib UKL dan UPL
3. Kegiatan usaha yang tidak wajib UKL dan UPL, tapi wajib membuat surat pernyataan
kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
AMDAL
• Kajian AMDAL sudah harus mencakup upaya-upaya pengelolaan air limbah, emisi, dan sumber
pencemar lainnya.
• Atas dasar itu, titik penaatan, desain sistem pengendalian pencemaran, sistem pengelolaan
limbah B3, karakteristik air limbah dan limbah, serta teknologi pengelolaan sudah harus
ditentukan dalam AMDAL.

Izin Lingkungan
Pasal 36 - 40 Konsekuensi

Izin lingkungan diterbitkan berdasarkan Konsep AMDAL harus berubah, karena untuk
keputusan kelayakan lingkungan atau menetapkan izin lingkungan harus terdapat
rekomendasi UKL/UPL informasi teknis yang cukup detil untuk dapat
Izin lingkungan wajib mencantumkan menentukan kewajiban/larangan bagi penerima
persyaratan yang dimuat dalam keputusan izin.
kelayakan lingkungan hidup atau Izin pembuangan air limbah, izin pemanfaatan air
rekomendasi UKL-UPL limbah untuk aplikasi lahan, dan izin pengelolaan
Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk limbah B3 yang telah ada selama ini, harus
memperoleh Izin usaha dan/atau kegiatan diintegrasikan kedalam satu izin lingkungan.
Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha Usaha dan/atau kegiatan yg beroperasi tanpa izin
dan/atau kegiatan dibatalkan lingkungan dipidana paling singkat 1 tahun dan
denda paling sedikit Rp. 1 milyar.
HUBUNGAN ANTARA AMDAL, UKL DAN UPL DENGAN IZIN LINGKUNGAN

Menurut ketentuan Pasal 18 ayat 1 UULH 1997 untuk memperoleh izin usaha bagi kegiatan
yang memiliki dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, maka untuk kegiatan
itu harus lebih dahulu dilengkapi dengan Amdal.

Sejak berlakunya UUPPLH, Amdal tidak lagi menjadi prasyarat untuk memperoleh izin
usaha, tetapi sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha, tetapi sebagai prasyarat untuk
memperoleh izin lingkungan sebagai sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 37 ayat 1.
Demikian pula Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) merupakan prasyarat untuk memperoleh izin lingkungan. Bahkan pejabat pemberi
izin lingkungan yang menerbitkan izin lingkungan tanpa dilengkapi dengan Amdal atau
UKL dan UPL dapat diancam pidana sebagaimana dirumuskan dalam pasal 111 UUPPLH.
INSTANSI YANG BERWENANG dan INSTANSI yang
BERTANGGUNGJAWAB

Instansi yang berwenang adalah Menteri Sektoral yang berwenang


memberikan keputusan izin usaha atau kegiatan misalkan Menteri
Perindustrian untuk kegiatan industri, Menteri Kehutanan untuk
kegiatan pemanfaatan sumber daya mineral atau pertambangan atau
pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang membidangi
kegiatan yang bersangkutan, misalkan BAPETEN untuk penggunaan
radio aktif.
PROSEDUR PENILAIAN AMDAL

1. Pemrakarsa menyusun KA yang didasarkan pada pedoman yang ditetapkan oleh


Kepala Instansi yang membidangi pengendalian dampak lingkungan hidup.
2. Pemrakarsa menyampaikan KA ditingkat pusat kepada instansi yang
bertanggungjawab BAPEDAL /Kementerian lingkungan hidup melalui Komisi
Penilai Tingkat Pusat dan di daerah kepada Gubernur melalui komisi penilai
tingkat daerah.
3. KA dinilai oleh Komisi penilai dengan jangka waktu paling lama 75 hari kerja
4. Instansi yang bertanggungjawab wajib menolak KA jika lokasi kegiatan terletak
dalam kawasan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan /atau
rencana tata ruang kawasan.
5. Setelah KA disetujui, pemrakrasa menyusun ANDAL, RKL, dan RPL.
6. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL berpedoman kepada pedoman penyusunan
ANDAL, RKL, dan RPL yang ditetapkan oleh BAPEDAL.
7. Dokumen ANDAL, RKL, dan RPL ditingkat pusat diajukan kepada BAPEDAL
melalui Komisi Penilai Pusat dan ditingkat daerah diajukan kepada GUbernur.
Melalui komisi penilai daerah.
8. Dokumen ANDAL, RKL, dan RPL ditingkat pusat dinilai oleh komisi penilai
pusat dan didaerah dinilai oleh Komisi penilai daerah.
9. Atas dasar penilaian Komisi Penilai, instansi yang bertanggungjawab mengeluarkan
keputusan kelayakan lingkungan hidup dan wajib mencantumkan dasar pertimbangan,
saran, pendapat dan tanggapan masyarakat yang diajukan warga masyarakat.
10. Instansi yang bertanggungjawab wajib menerbitkan keputusan kelayakan lingkungan
hidup dalam waktu paling lama 75 hari kerja.
11. Apabila instansi yang bertanggungjawab tidak menerbitkan keputusan dalam jangka
waktu tersebut, maka rencana usaha atau kegiatan itu dianggap layak lingkungan
hidup.
12. Instansi yang bertanggungjawab mengembalikan dokumen ANDAL, RKL, dan RPL
kepada Pemrakarsa jikla kualitas dokumen-dokumen tersebut tidak sesuai dengan
pedoman penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL.
13. ANDAL, RKL, dan RPL yang ditolak dapat diajukan kembali kepada instansi yang
bertanggungjawab.
14. Jika komisi penilai berpendapat, bahwa dampak besar yang penting negatif dari
kegiatan yang direncanakan tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia,
atau biaya penanggulangannya lebih besar daripada manfaat positifnya, maka instansi
yang bertanggungjawab memberikan keputusan, bahwa rencana kegiatan itu tidak
layak lingkungan hidup.
15. Instansi yang berwenang menolak permohonan izin melakukan usaha dan / atau
kegiatan yang bersangkutan jika instansi yang bertanggungjawab (BAPEDAL)
memberikan keputusan penolakan atas ANDAL, RKL, dan RPL usaha / kegiatan yang
direncanakan.
16.Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha / kegiatan yang
dinyatakan kadarluasa jika rencana usaha/ kegiatan tidak dilaksanakan
dalam jangka waktu 3 tahun sejak penerbitan keputusan kelayakan rencana
usaha itu.

17.Keputusan kelayakan lingkungan hidup menjadi batal jika pemrakarsa


memindahkan lokasi usahanya dari yang direncanakan, mengubah desain
atau proses atau kapasitas atau bahan baku atau bahan penolong, terjadinya
perubahan lingkungan hidup mendasar akibat peristiwa alam atau akibat
lain sebelum dan pada waktu usaha kegiatan itu dilaksanakan.
MUATAN BARU
• Filosofi: sebagai tanggapan 4 hal utama:

a) Lingkungan hidup yang baik & sehat: Hak Azasi (Pasal


28H Undang-Undang Dasar Negara RI);
b) Pembangunan ekonomi nasional: mengacu prinsip
Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan
Lingkungan;
c) Otonomi Daerah (Otda): adanya perubahan hubungan
kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
d) Kualitas Lingkungan Hidup: semakin menurun &
diperparah pemanasan global akibat perubahan iklim.
MUATAN BARU ….lanjutan
• Materi Baru: mencakup 14 Substansi

1) Rencana Perlindungan & Pengelolaan LH


2) Ekoregion
3) Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
4) AMDAL Versi Baru
5) Izin Lingkungan
6) PenguatanInstrumen Ekonomi Lingkungan
7) Peraturan PUU berbasis lingkungan hidup
8) Anggaran berbasis lingkungan
9) Analisa Risiko Lingkungan
10) Pemeliharaan Lingkungan Hidup
11) Pengaturan masyarakat adat & kearifan lokal dalam perlindungan &
pengelolan lingkungan
12) Peningkatan peran PPLH dan PPNS
13) Pengenaan sanksi pidana dan denda minimal dan maksimal
14) Kewenangan  lembaga LH bukan hanya menetapkan dan melakukan
koordinasi tetapi lembaga dengan portofolio melaksanakan kebijakan PPLH

15
MUATAN BARU … lanjutan
• Tambahan kelengkapan:
a) Penguatan peran masyarakat untuk memiliki hak &
kesempatan sama dan seluas-luasnya untuk berperan

b) Penguatan kewenangan Pemerintah & Pemerintah


Daerah di bidang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang selaras dengan Kebijakan Otonomi
Daerah

c) Aspek hukum: Pengawasan & sanksi administratif,


penyelesaian hidup & ketentuan pidana
BENTUK KELEMBAGAAN
• dalam “Penjelasan”:
UU baru memuat 27 kewenangan baru:
1)perencanaan ,
2) pencegahan,
3)pengendalian,
4)pemanfaatan,
5) pemulihan,
6)pengawasan,
7)penegakan hukum
HAL-HAL PENTING TERKAIT AMDAL
AMDAL dan UKL/UPL merupakan salah satu instrumen pencegahan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup [Pasal 14];

Penyusun dokumen AMDAL wajib memiliki sertifikat kompetensi penyusun dokumen


AMDAL [Pasal 28];

Komisi penilai AMDAL Pusat, Propinsi, maupun Kab/Kota wajib memiliki lisensi AMDAL
[Pasal 29, Ayat (2)];

AMDAL dan UKL/UPL merupakan persyaratan untuk penerbitan izin lingkungan [Pasal
36];

Izin Lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai


kewenangannya [Pasal 36, Ayat (4)];

Penegakan Hukum terkait Pelanggaran AMDAL[Pasal 109, 110, 111];

Tidak memiliki dokumen AMDAL  Audit LH; Tidak memiliki UKL-UPL  DPLH [Pasal 121];
Kedudukan AMDAL & Izin Lingkungan

PERTAMA KEDUA KETIGA

STUDI IZIN
TATA RUANG IMB
KELAYAKAN LINGKUNGAN
/REKOMENDASI

RTRWN

RTRWP
Izin Usaha dan/atau
RTRWK kegiatan
AMDAL/ RKL/RPL RINCI
UKL-UPL UKL-UPL RINCI
RDTR
Skema Pembagian AMDAL, UKL-UPL dan SPPL
Kegiatan berdampak
USAHA DAN/ATAU penting terhadap LH
KEGIATAN
WAJIB AMDAL
Pasal 22-33 UU 32/2009 Batas AMDAL Peraturan MENLH No 5/2012

USAHA DAN/ATAU Kegiatan tidak


KEGIATAN berdampak penting
WAJIB UKL/UPL terhadap LH

Peraturan Gub. atau


Pasal 34 UU 32/2009
Batas dokumen UKL-UPL Bupati/Walikota

Kegiatan tidak wajib UKL/UPL & tidak


SPPL
berdampak penting serta Kegiatan
Pasal 35 UU 32/2009 usaha mikro dan kecil
Beberapa Perbedaan Filosofis Mendasar
PP 27/1999 dengan PP 27/2012
PP 27 Tahun 1999 PP No. 27/2012 tentang Izin
tentang Amdal Lingkungan
1. Durasi penilaian amdal sekitar180 hari Kemajuan Mendasarnya adalah Streamlining Proses
kerja, dokumen Amdal terdiri atas 5 Amdal
dokumen  Durasi penilaian amdal sekitar 125 hari kerja,
dokumen amdal terdiri atas 3 dokumen

2. Penilaian amdal oleh komisi penilai Kemajuan Mendasarnya adalah Mengembalikan


amdal cenderung mereduksi makna Kaidah Amdal sebagai Kajian Ilmiah
amdal sebagai kajian ilmiah  Dengan memperkuat peran dan kompetensi tim
teknis dalam penilaian amdal

3. Terdapat kesulitan terhadap upaya Kemajuan Mendasarnya adalah Memberikan Ruang


penegakan hukum atas pelanggar Amdal Penegakan Hukum atas Pelanggar Amdal-UK-UPL
& UKL-UPL (Kajian Lingkungan Hidup)  Dengan skema izin lingkungan yang merupakan
mengingat amdal & UKL-UPL adalah keputusan TUN yang enforceable dan memiliki
bukan keputusan TUN konsekuensi hukum atas pelanggarannya sesuai
dengan yang diatur dalam UU 32/2009
Lanjutan Beberapa Perbedaan Filosofis Mendasar

No PP 27 Tahun 1999 tentang Amdal PP No. 27/2012 tentang Izin Lingkungan

4. Terdapat ruang untuk keterlibatan Kemajuan Mendasarnya adalah Memperkuat


masyarakat Akses Partisipasi Masyarakat
 Dengan terdapat 3 kali pengumuman dalam
tahap perencanaan suatu usaha dan/atau
kegiatan, maka ruang masyarakat untuk
memberikan saran, tanggapan dan pendapat
akan lebih luas

5. Amdal dan UKL-UPL masih dipandang Kemajuan Mendasarnya adalah Mengubah


sebagai instrumen perlindungan dan Mindset Seluruh Pemangku Kepentingan
pengelolaan lingkungan hidup yang Dengan terbitnya PP ini maka banyak
bersifat “dibuat bagus, tidak dibuat konsekuensi hukum yang dapat diterapkan
tidak apa-apa” kepada pemerintah, pemerintah daerah, dan
pemrakarsa apabila terlibat dalam pelanggaran
amdal & UKL-UPL
Faktor Penentu AMDAL
PENEGAKAN HUKUM

Kompetensi &
Integritas
Penilai/Komisi

Kompetensi & Mutu Dokumen Implementasi


Integritas AMDAL AMDAL
Penyusun
Pandangan &
Komitmen
Pemrakarsa

KEBIJAKAN & PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Sumber: Adiwibowo, 2005


(Sumber: M. Askary, 2010) Proposal Kegiatan

Wajib AMDAL Wajib UKL/UPL

Pengumuman &
IZIN PPLH
konsultasi masyarakat Izin pembuangan air limbah
Izin pemanfaatan air limbah untuk aplikasi ke
tanah [land application]
Penyusunan KA-ANDAL Izin penyimpanan sementara LB3
Izin pengumpulan LB3
Izin pengangkutan LB3
Izin pemanfaatan LB3
Pemeriksaan Administrasi Izin pengolahan LB3
Izin penimbunan LB3
Izin pembuangan air limbah ke laut
Penilaian KA-ANDAL Izin dumping ke laut
Izin reinjeksi ke dalam formasi
Izin venting ke udara

Penyusunan ANDAL & RKL-RPL,

Permohonan Penilaian Permohonan Izin Permohonan


ANDAL & RKL-RPL Lingkungan [Persyaratan Pemeriksaan UKL/UPL
Adm & Teknis]
Pemeriksaan Administrasi Pemeriksaan Administrasi Pemeriksaan Administrasi

Pengumuman

Penilaian ANDAL & RKL-RPL Pemeriksaan UKL/UPL

SKKLH Rekomendasi UKL-UPL


Tidak
Layak Izin Lingkungan

Pengumuman
MASALAH-MASALAH LINGKUNGAN
• Philipina, sebagai negara yg jg sedang berkembangm
maka masalah yg menyertai pembangunan dinegara
tersebut adalah, pencemaran yg diakibatkan oleh
kemiskinan, industri dan juga bencana alam.
• Singapura dan Jepang, sebagai negara yg tergolong
maju, maka persoalan lingkungan yg dihadapi tidak
sama seperti di negara-negara berkembang, dimana
dinegara-negara maju permasalahan lingkungan
disebabkan oleh industrialisasi dan kemajuan
tekhnologi.
KESADARAN LINGKUNGAN
• Perhatian terhadap masalah lingkungan ini dimulai dikalangan
dewan ekonomi dan sosial PBB pada waktu diadakan
peninjauan terhadap hasil-hasil gerakan “Dasawarsa
Pembangunan Dunia ke I (1960-1970) guna merumuskan
strategi dasawarsa pembangunan dunia ke 2 (1970-1980).
Pembicaraan tentang masalah lingkungan hidup ini diajukan
oleh wakil Swedia, pada tgl 28 Mei 1968, disertai saran untuk
kemungkinan diselenggarakan suatu konfrensi Internasional
mengenai lingkungan hidup. Yang pada akhirnya pada sidang
umum PBB tgl 15 Desember 1969, diputuskan untuk
membentuk panitia persiapan.
KESADARAN LINGKUNGAN
• Panitia persiapan konfrensi diketuai oleh “Maurice F.Strong”. Dalam
laporannya ada 6 mata acara pokok dalam konfrensi, yaitu :
 Perencanaan dan pengelolaan pemukiman manusia demi kualitas
lingkungan hidup
 Segi-segi lingkungan hidup dalam pengelolaan sumber-sumber daya alam
 Identifikasidan pengendalian jenis-jenis pencemaran dan gangguan yg
berpengaruh internasional secara luas
 Segi-segi pendidikan, penerangan, sosial dan kebudayaan dalam masalah-
masalah lingkungan hidup
 Pembangunan dan lingkungan hidup
 Implikasi organisasi secara internasional mengenai tindakan-tindakan yg
diusulkan konfrensi
KESADARAN LINGKUNGAN
• Disamping saran-saran tsb diatas, panitia persiapan telah
membentuk”Panitia Kerja Antar Pemerintah”, guna
menyiapkan bahan-bahan serta rancangan perumusan
mengenai :
 Deklarasi tentang lingkungan hidup manusia
 Pencemaran laut
 Pencemaran tanah
 Monitoring dan pengawasan
 Konservasi alam.
• Hasil karya panitia persiapan tersebut berserta
penyempurnaan dan perubahannya disyahkan pada sidang
umum PBB tgl 20 Desember1970.
KESADARAN LINGKUNGAN
• Konfrensi PBB tentang lingkungan hidup diselenggarakan di “Stockholm”
pada tgl 5-16 Juni 1972 yang diikuti oleh 113 negara. Pada akhir sidang
konfrensi mengesahkan hasil-hasil berupa :
 Deklarasi tentang lingkungan hidup manusia, terdiri atas pembukaan dan
26 asas yg biasa disebut Stockholm declaration
 Rencana aksi lingkungan hidup manusia, terdiri dari 109 rekomendasi
termasuk didalamnya 18 rekomendasi tentang perncanaan dan
pengelolaan pemukiman manusia
 Rekomendasi tentang kelembagaan dan keuangan yg menunjang
pelaksanaan rencana aksi tersebut
• Pada konfrensi tersebut ditetapkan juga bahwa tgl 5 Juni sebagai “Hari
Lingkungan Hidup Sedunia”
• Semua keputusan konfrensi disyahkan dgn sidang umum PBB tgl 15
Desember 1972.
KESADARAN LINGKUNGAN
 KTT Rio, dua dasawarsa setelah berlangsungnya konfrensi
Stockholm,PBB menyelenggarakan konfrensi tingkat tinggi di
Rio de Janeiro, pada tgl 3 sampai 14 Juni 1992. Konfrensi ini
dinamakan “ United Nations Conference on Enveronment
(UNCED).
• Hasil yang dicapai dalam KTT ini adalah :
 The Rio de Jeneiro Declaration on Enveronment and
Development, yg biasa disebut Deklarasi Rio.
 Prinsip-prinsip tentang hutan
 Agenda 21
 Konvensi tentang perubahan iklim
 Konvensi tentang keanekaragaman hayati.
LEMBAGA LINGKUNGAN DUNIA
• United Nations Environment Programme (UNEP),
merupakan organisasi dunia dilingkungan PBB. UNEP
tidak bersifat menyelesaikan masalah lingkungan tapi
lebih bersifat menggerakkan dunia untuk bertindak
dgn bekerja atas kemampuan sendiri
• Organization For Economic Co-operation and
Development (OECD), Organisasi ini dibentuk di Paris,
pada tgl 14 Desember 1960, yg keanggotaannya
terdiri dari negara-negara maju
LEMBAGA LINGKUNGAN DUNIA
• International Union for the Conservation of Natural
Resources (IUCN), didirikan tgl 5 Oktober 1948 di
Paris, yg kemudian berganti nama menjadi World
Conservation Union, bertujuan untuk melindungi dan
melestarikan lingkungan.
• World Wildlife Fund (WWF), berdiri tgl 11 September
1961, organisasi ini sebagai sarana penunjang IUCN,
titik berat aktivitasnya adalah konservasi satwa
langka khususnya dan sumber daya alam umumnya.
LEMBAGA LINGKUNGAN DUNIA
• World Trade Organization (WTO), pada
dasarnya WTO bukan lembaga lingkungan,
akan tetapi daloam beberapa ketentuannya
WTO berperan nyata dalam proteksi
lingkungan. WTO menetapkan setiap
anggotanya harus mempertimbangkan tujuan
dari pembangunan berkelanjutan dan
tercapainya proteksi dan pelestarian
lingkungan.
KESADARAN LINGKUNGAN HIDUP DI
INDONESIA
• Perhatian terhadap lingkungan di Indonesia dimulai
dari kalangan akademisi, Dimana dalam rangka
menyambut diselenggarakannya konfrensi
Stockholm, maka pada tgl 15 sampai 18 Mei 1972,
berlangsung seminar di Bandung yg diselenggarakan
oleh Universitas Padjadjaran,. Dihadiri para
akademisi, pejaba tinggi negara, dan tokoh
masyarakat, inilah pertama kali diselenggarakannya
seminar yg membahas masalah lingkungan tingkat
nasional.
KESADARAN LINGKUNGAN HIDUP DI
INDONESIA
• Konfrensi Stockholm 1972, disambut oleh Indonesia dengan
menyajikan sebuah dokumen resmi, yg diberi judul “National
Report of Indonesia Environmental Problem in Indonesia”.
Setelah Konfrensi Stockholm, maka Indonesia membentuk
panitia perumus dan rencana kerja pemerintah di bidang
pengembangan Lingkngan Hidup, berdasarkan KEPRES No 60
Th. 1972, hasil kerja panitia dituangkan dalam TAP MPR No IV
Th.1973 tentang GBHN, untuk selanjutnya dalam REPELITA II,
dalam BAB IV tentang Pengelolaan Sumber-Sumber Alam dan
Lingkungan Hidup.
KESADARAN LINGKUNGAN HIDUP DI
INDONESIA
• Setelah perhatian terhadap lingkungan di Indonesia
dituangkan dalam GBHN dan REPELITA, maka selanjutnya
dalam kabinet Pembangunan III di era pemerintahan
Soeharto, diangkat seorang Menteri berdasarkan Kepres
No.59 Th. 1978 untuk menangani masalah lingkungan, dengan
nama Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan
Lingkungan Hidup, yg dipercayakan kepada Prof. Emil salim.
Pada kabinet Pembangunan IV Menteri Negara PPLH berubah
menjadi Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup. Selanjutnya pada masa reformasi, diangkat seorang
menteri yg tugas dan fungsinya semata- mata mengenai
masalah lingkungan hidup,yakni Menteri Negara Lingkungan
Hidup.
KESADARAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

• Perkembangan selanjutnya, di Indonesia pada tgl 11 Maret


1982, diundangkan sebuah produk hukum mengenai
pengelolaan lingkungan, dengan Undang-undang No.4
Th.1982, kemudian dengan banyaknya perkembangan
mengenai konsep dan pemikiran mengenai masalah
lingkungan, dan hasil KTT Rio tahun 1992, dan dirasakan UU
No.4 Th.1982 sudah tidak mampu lagi menjangkau
perkembangan yg ada sehingga perlu ditinjau, maka
diterbitkannya UU No.23 Th.1997.Dan sekarang, setelah UU
No.23 Th 1997 tidak dapat menampung berbagai berbagai
perkembangan lingkungan maka diterbitkanlah UU No.32 TH
2009
• Tahun 1977 di Fakultas Hukum Universitas
Padjajaran, diajarkan mata kuliah hukum lingkungan
untuk kalangan mahasiswa fakultas hukum, inilah
awal hukum lingkungan masuk kurikulum di fakultas
hukum di Indonesia. Hukum lingkungan
diperlukansebagai alat pergaulan sosial dalam
masalah lingkungan. Perangkat hukum diperlukan
dalam rangka menjaga agar lingkungan dan sumber
daya alam dimanfaatkan sesuai dgn daya dukung
lingkungan itu sndiri.
FRAMEWORK
HUKUM LINGKUNGAN INDONESIA MASA
DEPAN

Indonesian Center for Environmental Law


ICEL 2008

39
PERTUMBUHAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT
EKONOMI (Pertumbuhan + Sustainability)
(Economic Growth)

MENGABAIKAN EKONOMI, EKOLOGI, SOSIAL


SUSTAINABILITY

GG
KEMAMPUAN MELAKUKAN CHECK &
BALANCE DI ANTARA 3 ELEMEN BANGSA

GSDG
NEGARA
• Eksekutif
• Legislatif
• Judikatif
MASYARAKAT
GOOD SUSTAINABLE DUNIA USAHA
• Perbankan
WARGA
• Akademisi
DEVELOPMENT • Koperasi
• BUMN
• Wartawan
• Tokoh masyarakat
GOVERNANCE • BUMD
•Private corporation
• Pengamat
• LSM
•Masyarakat sadar politik

Belum tentu sensitif terhadap


GG + SD perlindungan daya dukung
40
ekosistem
KOMPONEN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
INTERDEPENDENSI DAN
SALING MEMPERKUAT

• Pembangunan ekonomi

• Pembangunan sosial

• Perlindungan daya dukung ekosistem

41
PRASYARAT MUTLAK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

• Pengentasan kemiskinan
INTERDEPENDENSI

GOOD GOVERNANCE
• Perubahan pola konsumsi dan produksi
yang tidak berkelanjutan

• Perlindungan dan pengelolaan sumber


daya alam sebagai basis pembangunan
ekonomi dan sosial

42
KETERKAITAN ANTARA PARADIGMA PEMBANGUNAN,
KEBIJAKAN DAN PRAKTEK PENEGAKAN HUKUM

DEVELOPMENT
PARADIGM

POLICY/ LAW ENFORCEMENT


PRACTICES

43
43
KETERKAITAN ANTARA SUSTAINABLE DEVELOPMENT &
GOOD GOVERNANCE
(Point 4 Introduction, Plan of Implementation WSSD Johannesburg 1992)

“…tata pemerintahan yang baik disetiap negara dan di


tingkat Internasional adalah hal yang esensial untuk
menunjang Pembangunan Berkelanjutan.. Ditingkat
domestik, keberpihakan terhadap lingkungan , sosial,
kebijakan ekonomi, institusi demokrasi yang tanggap
terhadap kebutuhan masyarakat, aturan hukum,
tindakan anti korupsi, kesetaraan gender dan investasi
yang mendukung lingkungan adalah dasar dari
Pembangunan Berkelanjutan…”
44
44
KERANGKA KERJA HUKUM LINGKUNGAN
NASIONAL

45
45
KENDALA PENEGAKAN HUKUM
LINGKUNGAN YANG EFEKTIF

• Perbedaan persepsi & rendahnya koordinasi diantara aparat


penegak hukum terkait;

• Lemahnya pengetahuan tehnis & integritas aparat penegak


hukum (judicial corruption);

• Keterbatasan kapasitas budget;

• Ketiadaan akses informasi & partisipasi yang menyebabkan


kontrol eksternal menjadi tidak efektif

46
Sistem Penegakan Hukum Lingkungan
Terintegrasi
• Unsur – unsur utama dalam • Unsur Eksternal
pengelolaan lingkungan: – Kepemimpinan & kemauan
– One Roof Enforcement System politik yang kuat
(ORES) (pengarusutamaan GSDG dalam
– Greening the bench (i.e Ad-Hoc pengambilan keputusan politik )
Judges) – Reformasi institusional didalam
– First and second line enforcement birokrasi dan institsui
(back up system) penegakan hukum (“sapu yang
– Optimalisasi penggunaan Ijin bersih untuk membersihkan
lantai yang kotor)
sebagai alat pencegahan – Pengembangan kontrol publik
pencemaran
– Institusi pengelolaan lingkungan
hidup yang kuat (national and
regional)
– Program Penaatan Sukarela
– Environmental dedicated fund
– Sistem Pengaduan Masyarakat

47
STRATEGI “ENFORCEMENT SATU ATAP”

INSTITUSI LH DI PUSAT INSTITUSI LH DI DAERAH

• Pejabat Pengawas • Pejabat Pengawas


• Penyidik (Gabungan • Penyidik (Gabungan
Polisi dan PPNS) Polisi dan PPNS)
• Jaksa Khusus • Jaksa Khusus
WORK PLAN YANG JELAS
&
ANGGARAN YANG MEMADAI

PENGADILAN
(3 opsi)
48
“ENFORCEMENT SATU ATAP”
• One Action Under One policy
• Memudahkan pembinaan integritas & kualitas
• Tugas dan Pekerjaan lebih terkonsentrasi sehingga lebih

MANFAAT
fokus, piawai, dan trampil
• Memudahkan perencanaan dan koordinasi
• Penggunaan anggaran tidak tercerai berai
• Memudahkan kontrol publik

LANGKAH-LANGKAH
1. MOU antara Men-LH, Kajagung dan Kapolri tentang “satu atap”
2. Mengembangkan sistem rekrutmen bagi penyidik & jaksa sebagai
penegak hukum satu atap
3. Membangun landasan hukum bagi penegakan hukum “satu atap”
dalam peraturan perundang-undangan LH/SDA yang sedang disusun
atau direvisi
49
PILIHAN MODEL PELUANG KENDALA LANGKAH
REALISASI

1. Hakim bersertifikat (Certified


judges) – dg SEMA/Kep.KMA
2. Model Pengadilan Niaga, dg
sistem hakim ad-hoc (special
division)
3. Pengadilan Khusus LH,
Pertanahan, SDA dan Tata
Ruang (model Pengadilan
Pajak) dg sistem hakim ad hoc

Kamar Khusus tanah & LH (MA)


50
Pembenahan
integritas
Strong dan kualitas
Institusi Peradilan,
Political will Kejaksaan,
& Kepolisian dan
Leadership INTEG Institusi PLH
Pemrosesan
Dumas &
RATE Program
Penaatan
PSLH D Sukarela

ENFO
RCEM Simplifikasi
Perizinan &
“Greening
the Bench” ENT & Pengembalian
sbg alat
COMP pengawasan

LIANC
Institusi PLH
First &
Second line
E Pusat-
Daerah yang
Tekanan enforcement SYSTE
Enforcement kuat

& Kontrol M
Satu Atap, P-
P-P

Publik
(3 pilar governance
& hak-hak prosedural)

51
KERANGKA HUKUM LINGKUNGAN NASIONAL MASA
DEPAN HARUS MERESPON (SETIDAKNYA) 6
PERTIMBANGAN

• Fisiografi, Geografi & Kondisi Demografi


– Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat resiko dan
kerentanan tertinggi di dunia terhadap bencana alam dan lingkungan
(Status Lingkungan Hidup Indonesia 2006, Kementerian Negara Lingkungan
Hidup 2007)

• Tingkat Daya Saing


– Indonesia, adalah negara dengan “mega ecological diversity” dan salah satu
negara yang memiliki hutan hujan tropis terbesar, keuntungan yang unik ini
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan memperkuat
peran diplomatik Indonesia di tingkat internasional

52
52
KERANGKA HUKUM LINGKUNGAN NASIONAL MASA
DEPAN HARUS MERESPON (SETIDAKNYA) 6
PERTIMBANGAN

• Kondisi ekonomi yang timpang


– Masyarakat yang tergantung pada SDA (masyarakat
lokal/masyarakat adat) adalah pihak yang sangat rentan dengan
adanya ancaman perubahan lingkungan

• Situasi berlanjutnya tata pemerintahan yang buruk


– Tata pemerintahan yang buruk (bad governance) secara serius akan
menghambat pembangunan berkelanjutan

53
53
KERANGKA HUKUM LINGKUNGAN NASIONAL MASA
DEPAN HARUS MERESPON (SETIDAKNYA) 6
PERTIMBANGAN

• Ketidakadilan dalam pengalokasian SDA

• Pemain aktif di arena kebijakan lingkungan internasional


– Sebagai pemain aktif di tingkat internasional, Indonesia memiliki
kewajiban moral untuk menjadi pemimpun dengan memberikan
contoh (misal: membuktikan komitmennya pada prinisip-prinsip dan
perjanjian lingkungan internasional)

54
54
Sanksi Administratif (teoritis)
• Secara garis besar (Van den Brekel):
– Herstelsancties/reparatoir: gerict op herstel van de inbreuk op de
rechtsorde (ditujukan untuk pemulihan dari pelanggaran terhadap tertib
hukum)
• Contoh: paksaan pemerintah
– Bestraffende sancties (punitief): gericht op vergelding (extra leed
toebrengen) als reactie op normovertreding en preventief afschrikkende
werking (ditujukan sebagai pembalasan atau pemberian pendereitaan
ekstra sebagai reaksi atas pelanggaran norma dan upaya penjera)
• Contoh: denda administratif
– Regressief: terugkeer naar de oorspronkelike rechtstoestand
(pengembalian kepada keadaan hukum awal)
dapat memiliki sifat reparatoir ataupun punitief
• Contoh: pencabutan izin

©HN2011
Pengenaan Sanksi Adm
1. Paksaan Pemerintah atau tindakan paksa (
bestuursdwang=executive coercion)
2. Uang Paksa (dwangsom)
3. Penutupan tempat usaha (sluiting van een
enrichting)
4. Penghentian kegiatan mesin perusahaan
(buitengebruiksteling van ee toestel)
5. Pencabutan izin (interking van een
verguning) melalui proses teguran, paksaan
pemerintah, penutupan dan uang paksa
©HN2011
SANKSI ADMINISTRASI Pembekuan izin ,
UU 32/09 (pasal 76 sd pasal 83) pencabutan izin ,
denda keterlambatan,
dijatuhkan apabila paksaan
1. Teguran pemerintah tidak dilaksanakan

2. Paksaan Pemerintah
3. Pembekuan izin
Audit lingkungan
4. Pencabutan izin wajib bila terjadi
pelanggaran (ps.
49 ayat 1b)
oleh
Second Line Enforce
ment
Menteri dapat men
1.Menteri sanksi adm, jika pem
erapkan
erintah
2.Gubernur menganggap Pemd
sengaja tdk menera
a secara
pkan sanksi
3.Bupati/walikota adm thd pelanggara
n yang serius
Sesuai kewenangannya ©HN2011
Paksaan Pemerintah Dijatuhkan tanpa didahului
(pasal 80) teguran apabila pelanggaran
menimbulkan:
1. Ancaman yg sangat serius
1. PENGHENTIAN SEMENTARA bagi manusia & LH
KEGIATAN PRODUKSI 2. Dampak yg lebih besar &
2. PEMINDAHAN SRANA PRODUKSI lebih luas
3. PENUTUPAN SALURAN
3. Kerugian yg lebih besar
PEMBUANGAN AIR LIMBAH
ATAU EMISI bagi LH
4. PEMBONGKARAN
5. PENYITAAN
6. PENGHENTIAN SEMENTARA Paksaan melakukan tindakan
SELURUH KEGIATAN pemulihan (dapat dijalankan
7. TINDAKAN LAIN UNTUK sendiri oleh Men/Gub/Bup atau
MENGHENTIKAN PELANGGARAN oleh pihak ketiga yang ditunjuk ,
DAN PEMULIHAN. dengan biaya pencemar (ps. 82
ayat 1&2)
©HN2011
Gugatan Administratif
Pasal 93
1) Setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan tata usaha
negara apabila:
a. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan
kepada usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal tetapi tidak
dilengkapi dengan dokumen amdal;
b. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan
kepada kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi dengan
dokumen UKL/UPL;dan/atau
c. badan atau pejabat tata usaha negarayang menerbitkan izin usaha
yang tidak dilengkapi dengan izin lingkungan.
2) Tata cara pengajuan gugatan terhadapkeputusan tata usaha negara
mengacu pada Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara.

©HN2011
• Citizen Lawsuit?
• UU No. 9 thn 2004:
• Pasal 53 (1)
(1) Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya
dirugikan oleh suatu Keputusan TUN dapat mengajukan gugatan
tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar
Keputusan TUN yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak
sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau
direhabilitasi.
• Penjelasan pasal 53 (1)
– hanya orang atau badan hukum perdata yang berkedudukan sebagai subyek hukum saja
yang dapat mengajukan gugatan ke PTUN untuk menggugat Keputusan TUN.
– Badan atau Pejabat TUN tidak dapat mengajukan gugatan ke PTUN untuk menggugat
Keputusan TUN.
– Selanjutnya hanya orang atau badan hukum perdata yang kepentingannya terkena oleh

©HN2011
akibat hukum Keputusan TUN yang dikeluarkan dan karenanya yang bersangkutan
merasa dirugikan dibolehkan menggugat Keputusan TUN
Sanksi Pidana Terhadap Setiap Orang (Dalam
kaitan dengan Izin) dan Pejabat TUN
Berdasarkan UU 32/2009

• Pasal 109 dan 110 (ancaman Hukuman bagi


setiap orang);
• Pasal 111 dan 112 (ancaman hukuman bagi
pejabat TUN)

©HN2011
Ketentuan Peralihan (Pasal 123)

Segala izin di bidang pengelolaan lingkungan


hidup yang telah di keluarkan oleh Menteri,
gubernur, Bupati/Walikota wajib di integrasikan
ke dalam izin lingkungan paling lama satu tahun
sejak Undang-Undang ini ditetapkan

©HN2011
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai