Anda di halaman 1dari 43

BIO DATA

Nama : Drs. Bambang Pramudyanto, M.Si


Tanggal Lahir : 31 Juli 1958 di Semarang
Pendidikan Formal Terakhir : Magister Ilmu Lingkungan dari Universitas Indonesia
Pekerjaan : PPNS-LH dan PPLH, Widyaiswara di KNLH,
Pengalaman Kerja: BBPI-Dept Perindustrian (1979), KLH (1989), Bapedal (1990).

Pendidikan Non Formal, antara lain :


Special Training Course on Water Pollution Control di Tokyo, Jepang (1990); Inspector
Training Practicum di Environment Canada-Pasific and Yukon Region, Vancouver,
Canada (1994); Management of Industrial Effluent and Waste, di Nagoya, Jepang (1996);
Investigations and Enforcement Training Course, di Environmental Protection Authority-
Victoria, Melbourne, Australia (1998); Training Course on the Apllication of the
Integrated Coastal Management System for Marine Pollution Prevention and Management
di Manila-Philipina, Xiamen-PR China, Singapore; Environmental Law Management di
Netherlands (1999); Water Supply and Sanitation di Swedia (2008) dan Zambia-Afrika
(2009), Integrated Coastal Management, Xiamen-China (2010), dll.
TINDAK LANJUT HASIL
PENGAWASAN LINGKUNGAN

Diklat Penyetaraan Pejabat Pengawas


Lingkungan Hidup
6 Mei 2011 di Batam, Prov. Kep. Riau
Penyelenggara Pusdiklat KLH

Oleh : Drs. Bambang Pramudyanto, M.Si.


TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Hasil Belajar : peserta dapat memahami dan


menerapkan tindak lanjut hasil pengawasan
lingkungan
2. Indikator keberhasilan, peserta Diklat mempunyai
kemampuan dalam : (a) menjelaskan dasar hukum
tindak lanjut pengawasan lingkungan (b)
menjelaskan hasil pengawasan lingkungan (c)
menjelaskan dan menerapkan langkah-langkah
tindak lanjut hasil pengawasan lingkungan
Review
Pengawasan Lingkungan
PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP

Kegiatan yang dilaksanakan secara langsung


atau tidak langsung oleh PPLH dan PPLHD untuk
mengetahui tingkat ketaatan Penanggung jawab
usaha dan atau kegiatan terhadap ketentuan
Peraturan perundang-undangan di bidang
pengendalian pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan hidup
TUJUAN PENGAWASAN LH

Memantau , mengevaluasi dan menetapkan status keta-


atan Penanggung jawab usaha dan atau kegiatan thd:
1. Peraturan Perundang-undangan di bidang pengendalian
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup;
2. Perijinan yang terkait dengan pengendalian pencemaran
dan perusakan lingkungan hidup;
3. Kewajiban pengelolaan dan pemantauan lingkungan yg
tercantum Dalam RKL dan RPL atau UKL dan UPL.
PERMASALAHAN PENAATAN LINGKUNGAN

Antara lain :
- Pembuangan limbah illegal
- Tidak mengelola limbah B3
- Kualitas air limbah atau emisi gas
buang/emisi udara melebihi baku mutu
- Tidak mempunyai Ijin pembuangan PENCEMARAN
air limbah DAN/ATAU
- Tidak melakukan self monitoring
- Tidak melaporkan hasil self monitoring PERUSAKAN
- Tidak melaporkan kapasitas produksi LINGKUNGAN
dan debit air limbah
- Tidak mempunyai alat ukur debit
- Tidak mempunyai ijin penyimpanan
sementara limbah B3
- dan lain-lainnya
PROPORSI KEGIATAN
PENGAWASAN LINGKUNGAN
1. KEGIATAN PERSIAPAN PENGAWASAN (30 %)

2. KEGIATAN PENGAWASAN USAHA DAN (30 %)


ATAU KEGIATAN SERTA PENGAWASAN
LINGKUNGAN (BILA PERLU)

3. KEGIATAN PASCA PENGAWASAN LINGK


(40 %)
(DI KANTOR)
TAHAPAN PENGAWASAN LINGKUNGAN

- Didalam
- Diluar
Pertemuan Melakukan
Membuat Berangkat awal dengan
Ke Lokasi Pengawasan
Perencanaan pihak
Pengawasan Lingkungan
perusahaan

Analisis
Langkah Laboratorium Pertemuan
Tindak Lanjut Dan Kembali Ke
Penutup
Pengawasan Pembuatan Kantor
Laporan
?

Tindak Lanjut Pengawasan Lingkungan


LANDASAN HUKUM TINDAK LANJUT
HASIL PENGAWASAN LINGKUNGAN

 UUPPLH N0. 32/2009


 PP 20/1990 TENTANG PENGEND. PENC. AIR
- PASAL 30 AYAT (1), (2), (3) DAN (4)
- PASAL 31 AYAT (1) DAN (2)
DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN LAINNYA YG
TERKAIT

 PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP


NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGADUAN
DAN PENANGANAN PENGADUAN AKIBAT DUGAAN
PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LINGKUNGAN
HIDUP

 PERDA/KEP-GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA TERKAIT
Hasil Pengawasan Lingkungan

1. Tidak terjadi pelanggaran persyaratan dalam izin


dan peraturan perundang-undangan
2. Terjadi pelanggaran persyaratan dalam izin dan
peraturan perundang-undangan
3. Terjadi pelanggaran izin maupun peraturan
perundang-undanagan serta diindikasikan dan/atau
telah menimbulkan kerugian masyarakat dan/atau
lingkungan
Tindak lanjut Pengawasan Lingkungan
Dalam Rangka Verifikasi Pengaduan
Pasal 19 Ayat (2) Permen No. 09 Tahun 2010

1. Pemberitahuan kepada pengadu dan pihak yg


diadukan dalam hal tidak terjadi npelanggaran izin
dan atau peraturan perundangan
2. Penerapan sanksi administrasi
3. Penyelesaian sengketa di pengadilan atau di luar
pengadilan
4. Penegakan Hukum Pidana
PENANGGUNG
JAWAB USAHA DAN MASYARAKAT
ATAU KEGIATAN
penaatan
penaatan

Peraturan perundang-undangan
bidang lingkungan hidup berkaitan
dengan pengendalian pencemaran
air

penaatan

PEMERINTAH
Sanksi
Pasal 109:
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa memiliki izin
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1), dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar) rupiah dan paling
banyak Rp. 3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah)

Pasal 76:
(1)Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif
kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan.
(2)Sanksi administratif terdiri atas: a. Teguran tertulis; paksaan pemerintah;
pembekuan izin lingkungan, atau d. Pencabutan izin lingkungan
Melanggar peraturan perundang-undangan bidang
lingkungan hidup yang berkaitan dengan
pengendalian pencemaran air dapat dikenakan
sanksi administrasi, perdata dan atau pidana yang
diatur dalam UU No. 32/Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Sanksi Administrasi : Ps. 76 s/d Ps. 83


 Sanksi Perdata : Ps. 84 s/d Ps. 93
 Sanksi Pidana : Ps. 97 s/d Ps. 120
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
UU No.32 Tahun 2009
tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

ADMINISTRASI PIDANA PERDATA

FUNGSI FUNGSI FUNGSI

Ganti Rugi dan


Pencegahan dan Efek Jera dan Pemulihan
penanggulangan Efek Derita Lingkungan
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 76 ayat (1) UUPPLH
Menteri, Gubernur atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif
kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam
pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan.

Saksi administrasi terdiri atas :


1. Teguran
2. Paksaan Pemerintah
3. Pembekuan Izin Lingkungan
4. Pencabutan Izin Lingkungan

PP 82 TAHUN 2001
Pasal 48, Memberi kewenangan Bupati/Walikota untuk menjatuhkan
sanksi administrasi
Pasal 49, Memberi kewenangan Bupati/Walikota/Menteri untuk
menerapkan paksaan pemerintahan atau uang paksa
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 77, UUPPLH
Menteri dapat menerapkan sanksi administratif
terhadap penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan jika Pemerintah menganggap
pemerintah daerah secara sengaja tidak
menerapkan sanksi administratif terhadap
pelanggaran yang serius di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup.
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 78, UUPPLH


Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76 tidak membebaskan penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan dari
tanggung jawab pemulihan dan pidana.

Pasal 79, UUPLH


Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan
atau pencabutan izin lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat
(2) huruf c dan huruf d dilakukan apabila
penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan tidak melaksanakan paksaan
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 80, Ayat (1), UUPPLH

Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal


76 ayat (2) huruf b berupa:
a. penghentian sementara kegiatan produksi;
b. pemindahan sarana produksi;
c. penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi;
d. pembongkaran;
e. penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi
menimbulkan pelanggaran;
f. penghentian sementara seluruh kegiatan; atau
g. tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan
pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi
lingkungan hidup.
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 80, Ayat (2), UUPPLH


Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan
tanpa didahului teguran apabila pelanggaran yang
dilakukan menimbulkan:
a. ancaman yang sangat serius bagi manusia dan
lingkungan hidup;
b. dampak yang lebih besar dan lebih luas jika
tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau
perusakannya; dan/atau
c. kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup
jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau
perusakannya.
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 81, UUPPLH


Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
yang tidak melaksanakan paksaan pemerintah
dapat dikenai denda atas setiap keterlambatan
pelaksanaan sanksi paksaan pemerintah.

Pasal 82 ayat (1)

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang


untuk memaksa penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan untuk melakukan pemulihan lingkungan
hidup akibat pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup yang dilakukannya.
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 82 ayat (2), UUPLH

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang atau


dapat menunjuk pihak ketiga untuk melakukan
pemulihan lingkungan hidup akibat pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup yang dilakukannya
atas beban biaya penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan.
PENEGAKAN HUKUM
ADMINISTRASI LINGKUNGAN
Sanksi
Administrasi

• Tata Ruang Pencabutan


• AMDAL izin
• Izin
– Izin usaha Tindak lanjut
– Izin pengawasan Pencabutan izin
Lingkungan sementara
• Pengawasan
• Aparat : PPLH
Paksaan
Pemerintahan
PEDOMAN PPLH/PPLHD

•KEPMEN LH
NO.56/2002
Teguran
•KEPMEN LH (dalam rangka
NO.57/2002
•KEPMEN LH pembinaan)
NO.58/2002
Sanksi

Pasal 114:
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak
melaksanakan paksaan pemerintah dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
milyar) rupiah

Pasal 100:
(1)Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi,
atau baku mutu gangguan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 3.000.000.000,00 (tiga milyar)
rupiah
(2)Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
dikenakan apabila sanksi administratif yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi
atau pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali
Pelanggaran
terhadap Izin Ps. 76 s/d Ps.83
Lingkungan UU PPLH

Menteri
Gubernur
Bupati/Walikota
PELANGGARAN PERATURAN BIDANG
LINGKUNGAN ??!!!!!!!!

Kinerja
Pengelolaan
Lingkungan Teguran !!!!

PERATURAN LINGKUNGAN HIDUP


GUGATAN PERDATA

• Dapat dilakukan melalui pengadilan atau di luar


pengadilan (sengketa lingkungan)
• Pencemar atau perusak lingkungan yang
menimbulkan kerugian orang lain harus membayar
ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu
• Selain itu, Hakim dapat menetapkan pembayaran
uang paksa atas setiap hari keterlambatan atas
putusan pengadilan (Ps. 87 ayat (3) UUPPLH)
PENEGAKAN HUKUM
PERDATA LINGKUNGAN

Penyelesaian Penyelesaian
sengketa melalui sengketa
pengadilan Di Luar Pengadilan

• Mediasi, negosiasi,
• Gugatan Biasa arbitrase
• Legal Standing LSM • Sukarela
• Legal Standing Pem • Win-win solution
• Class Actions
• Strict Liability
Penyelesaian Sengketa Lingkungan
SANKSI PIDANA

• Masyarakat/pemerintah dapat melaporkan kepada penyidik


(PPNS- LH atau Penyidik Polri) atas adanya kejadian
tindak pidana pencemaran lingkungan.
 PPNS-LH atau Penyidik Polri atau gabungan melakukan
penyelidikan dan penyidikan. Jika pemberkasan selesai,
berkas perkara diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum
dan Selanjutnya disidangkan di pengadilan sampai ada
keputusan tetap dari Hakim.
PIDANA LINGKUNGAN HIDUP

PENYIDIKAN SIDANG PUTUSAN


Dakwaan/Tuntutan

MAJELIS
JPU HAKIM

PPNS Penyidik Polri Penyidikan gabungan

KLH REGIONAL PROPINSI KAB/KOTA Bareskrim Polri Polda Polres


STRATEGI PENYIDIKAN

GABUNGAN TUNGGAL

Polri/ PPNS KLH Penyidik Penyidik PPNS PPNS PPNS PPNS


Perwira AL Polri KLH Regional Propinsi Kab/Kota
PPNS KLH PPNS Regional/
Propinsi/
Kab/Kota Back up Back up
Ahli Penyidik/ Ahli
PPNS + PPNS + PPNS +
Bareskrim Polda Polres

Back up
Ahli dari KLH
PUTUSAN PENGADILAN PERKARA PIDANA

No PERUSAHAAN Tdw Penyidik Ptsn/Thn

12 Centra Medika Depok Dir & Mngr PPNS KLH & Polres Perc/2005
13 Senayan Sandang Dir & Mngr PPNS Jabar & Polda Perc/2004
14 Multi Growth Dir & Mngr PPNS Jabr & Polda Perc/2004
15 Gladiatex Mngr Polda Jabar Perc/2003
16 Kahatex Dir PPNS Jabar & Polda Perc/2004
17 ITM Dir Polres Cibabat Bbs/2002
18 Guru Indonesia Dir Polda Metrojaya Perc/2004
19 Padjadjaran Dir & Mngr PPNS Jabar & Polda Perc/2004
20 Internusa Dir & Mngr PPNS Sumut On
21 Everbright Mngr Polda Riau slagh/02
22 Adei Plantation Dir PPNS Jabar & Polres 8 bln/2002
23 Sinar Makin Mulya Cimahi Perc/2005
 Perampasan keuntungan yang
diperoleh dari tindak pidana;
 Penutupan seluruh atau
sebagian tempat usaha
Terhadap badan dan/atau kegiatan;
usaha dapat  Perbaikan akibat tindak
dikenakan pidana pidana;
tambahan atau  Pewajiban mengerjakan apa
tindakan tata yang dilalaikan tanpa hak;
tertib berupa: dan/atau;
 Penetapan perusahaan di
bawah pengampuan paling
lama 3 (tiga) tahun.
Penutup
 Pengawasan Lingkungan dilakukan untuk mengetahui tingkat
ketaatan usaha dan/atau kegiatan terhadap peraturan LH.
 Tindak lanjut pengawasan adalah membuat surat kepada pihak
yang diawasi mengenai tingkat penaatannya. Jika ada
pelanggaran dapat ditindak lanjuti dengan pembinaan atau
penerapan saksi administrasi, pidana dan/atau gugatan perdata.
 Untuk pelanggaran baku mutu air limbah, baku mutu emisi atau
baku mutu gangguan harus dijatuhkan dahulu dengan sanksi
administrasi sebelum menerapkan sanksi pidana kecuali
pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali, . (Ps.100)
 Hasil pengawasan dapat langsung ditindak lanjuti dengan
penerapan sanksi pidana dan/atau gugatan perdata antara lain
yang berkaitan dengan B3 atau kerusakan lingkungan.
 Saran : kembangkan dahulu sanksi administrasi, kemudian jika
tidak taat baru diterapkan bentuk sanksi lainnya. Selanjutnya
buat peraturan daerah atau keputusan Gub/Bupati/Walikota
untuk mendukung pengawasan lingkungan dan tindak lanjutnya.
Kami ingin lingkungan
yang indah, bersih dan
lestari
LATIHAN
Kita akan melakukan pengawasan terhadap pabrik gula. Lokasi kegiatan
disekitar kebun tebu sebelah utara Kabupaten Martapura. Pada jarak 70 meter
dari kegiatan pabrik mengalir sungai besar bernama Sungai Matar. Pabrik Gula ini
menggunakan proses sulfitasi. Data kegiatan/usaha tersebut sbb :
-Nama Perusahaan adalah PT. SAPRON di Kabuten Martapura. Kapasitas
Produksi 150 ton produk gula per hari. Jumlah karyawan pabrik 1200 orang.
Perusahaan ini telah memperoleh ijin pembuangan air limbah ke Sungai Matar
dari Bupati Kabupaten Martapura. Dalam izin tersebut dipersyaratkan kadar air
limbah yang diizinkan di buang ke Sungai Matar : BOD 60 mg/l (0,3 kg/ton)
COD 100 mg/l (0,5 kg/ton), TSS 50 mg/l (0,25), pH 6,0 – 9,0 Debid limbah
maksimum yang boleh dibuang sebanyak 5,0 m3/ton produk gula. Catatan :
Ketentuan dalam ijin pembuangan air limbah, mengacu pada Baku Mutu
Limbah Cair No. 51/1995.
-Pada saat dilakukan pengawasan, dilakukan pengambilan sampel air limbah
yang dibuang ke Sungai Matar. Hasil analisis laboratorium, air limbah tersebut
kandungan COD 300 mg/l (1,5 kg/ton), TSS 150 mg/l (0,75 kg/ton). Hasil
pengukuran debit air limbah sebesar 8,0 m3/ton produk gula.
-Perusahan tidak pernah melaporkan catatan debit harian dan produksi
bulanan senyatanya kepada Bupati maupun kepada kepala BLH Kabupaten
Martapura. Selain itu, tidak memasang alat ukur debid limbah cair.
LATIHAN
TUGAS :
- Peserta Diklat ditugaskan melakukan pengawasan lingkungan
terhadap kegiatan ini, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
ketaatan perusahaan terhadap peraturan dibidang lingkungan hidup.
- Atas pelanggaran yang dilakukan perusahaan sarankan pada atasan
untuk dijatuhkan sanksi administrasi berupa teguran atau paksaan
pemerintahan (pilih salah satu). Selanjutnya buat Konsep Surat
Sanksi administrasi untuk teguran atau paksaan pemerintahan
tersebut.
- Dasar pengenaan sanksi administrasi adalah UUPPLH No. 32/tahun
2009, PP 82/2001, Baku Mutu Limbah Cair/ketentuan dalam izin dan
peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.
Terima Kasih
pramudyanto@menlh.go.id
Menlh.go.id
HP. 081284547635

Anda mungkin juga menyukai