Anda di halaman 1dari 16

Modul Hukum Lingkungan Fakultas Ilmu Hukum

PERTEMUAN KE 14

EKOLOGI LINGKUNGAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu :

14.1 Memahami Pengantar Ekologi Lingkungan

14.2 Menjelaskan tentang Pendelegasian Undang-Undang untuk


Mengatur tentang Izin Lingkungan di Daerah Kabupaten/Kota
14.3 Memahami Pembentukan Peraturan Daerah tentang Izin
lingkungan

B. URAIAN MATERI
14.1 Pengantar Ekologi Lingkungan
Ekologi dan lingkungan merupakan suatu hal yang berbeda
walaupun diantara keduanya memiliki kaitan yang erat. Lingkungan bisa
ada tanpa kehidupan, tetapi ekologi dasarnya berhubungan dengankedua
entitas biotik dan abiotik.
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara organisme-organisme hidup dengan lingkungannya. Ekologi adalah
dasar pokok ilmu lingkungan. Inti permasalahan lingkungan hidup pada
hakekatnya adalah ekologi yakni hubungan makhluk hidup, khususnya
manusia dengan lingkungannya. Ekologi yang berwujud empang, danau,
sungai hutan tanaman industry, kawasan tambang, perkebunan, sawah,
semak belukar, tegalan dan wujud lainnya yang memberikan penghidupan
bagi masyarakat di daerah dengan keterkaitan satu sama lainnya dalam
ekologi lingkungan sangat bergantung dengan upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.

S1 Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang 202


Modul Hukum Lingkungan Fakultas Ilmu Hukum

Keterkaitan ekologi lingkungan merupakan suatu system yang


menjadi hukum alam bagi semua manusia di bumi ini, misalkan antara
kawasan pertambangan dengan kawasan hunian memiliki hubungan
penting, apabila kawasan pertambangan tidak memerhatikan pada aspek
penataan lingkungan dengan managemen pertambangan akan
mengakibatkan ketergantungan ekosistem kawasan hunian begitu pula
dengan ekosistem lainnya yang memberikan sumber penghidpan, bagi
masyarakat. Demikian pula misalnya untuk kawasan pertokoan dengan
pertumbuhan usahanya apabila tidak memerhatikan pada aspek ekologi
lingkungan akan mengakibatkan terganggunya ekosistem lingkungan
bahkan dapat mengakibatkan kerugian besar bagi masyarakat pada aspek
kesehatan, aspek perolehan sumber kehidupan dan lain sebagainya.
Masyarakat saat ini menggantungkan kebutuhan pangan pada
sector pertanian seperti tanaman pangan, sayuran, buah-buahan sector
perkebunan dan perternakan serta perikanan, pada lingkungan lainnya
pemerintah daerah mendapatkan inkam di sector pertambangan melalui
pelaku usaha yang bekerja di wilayah daerah, Apabilasektor
pertambangan tidak diatur oleh Pemerintah melalui pengendalian (izin)
tentunya akan terjadi perusakan lingkungan yang sangat signifikan
berakibat kerugian bagi daerah. Dengan demikian pula dengan pelaku
usaha di sector pertambangan dengan produksi barang akan
mengakibatkan adanya gangguan lingkungan akibat pembuangan limbah,
proses produksi yang mengganggu lingkungan. Semuanya jelas
diperlukan adanya pengendalian lingkungan, agar asas lingkungan berupa
lingkungan berkelanjutan (environmental sustainable), tidak merubah
menjadi ganguan lingkungan dan terputusnya mata rantai kehidupan
(environmental security). Intinya segala usaha pengendalian berwujud
izin merupakan satu-satunya instrument pemerintahan dalam upaya
menjaga lingkungan agar tetap ramah dan bersahabat.
Dalam suasana pembangunan akan terus meningkat sarana
bangunan gedung berupa perkantoran dan atau perumahan. Selain itu
dipastikan munculnya hotel, pabrik besar industry, pertokoan/mall dan

S1 Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang 203


Modul Hukum Lingkungan Fakultas Ilmu Hukum

lainnya. Semua itu perlu mendapat perhatian dini agar lingkungan tidak
mengalami degradasi yang sangat tajam melalui perlindungan dan
pengelolaan lingkungan.

14.2 Pendelegasian Undang-Undang untuk Mengatur


tentang Izin Lingkungan di Daerah Kabupaten/Kota
1. Pengendalian dan Pencegahan Pencemaran
UUPPLH Pasal 13 menyatakan:
1. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.
2. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
sebagaimana di maksud ayat (1) meliputi:
a. Pencegahan
b. Penanggulangan
c. Pemulihan
3. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
sebagaimana di maksud pada ayat(1) di laksanakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan
tanggung jawab masing-masing.

Pasal 14 menyatakan:

Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan


hidup terdiri atas:

a. KLHS;
b. Tata Ruang;
c. Buku mutu lingkungan hidup;
d. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup;
e. Amdal;
f. UKL-UPL;
g. Perizinan;

S1 Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang 204


Modul Hukum Lingkungan Fakultas Ilmu Hukum

h. Instrumen ekonomi lingkungan hidup;


i. Peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup;
j. Anggaran berbasis lingkungan hidup;
k. Analisis resiko lingkungan hidup;
l. Audit lingkungan hidup; dan
m. Instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan
ilmu pengetahuan.

Penting untuk di perhatikan dengan izin lingkungan adalah


ketentuan tentang amdal, UKL-UPL dan perizinan.

2. Amdal
Amdal dalam hal ini merupakan instrument kebijakan
lingkungan yang penting bagi proses pengambilan keputusan izin
oleh instansi yang bertanggung jawab terhadap rencana kegiatan
yang memunyai dampak penting terhadap lingkungan sebagai mana
disebutkan rumusan Amdal dalam pasal 1 angka 11 UUPPLH bahwa
yang di maksud dengan analisis mengenai dampak lingkungan hidup
adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang di
perlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Dalam rumusan pasal
pada UUPPLH menyatakan sebagai berikut:

Pasal 22:

(1) Setiap usaha dan atau kegiatan yang berdampak penting


terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal.
(2) Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria:
a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. Luas wilayah penyebaran dampak;
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan
terkena dampak;

S1 Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang 205


Modul Hukum Lingkungan Fakultas Ilmu Hukum

e. Sifat kumulatif dampak;


f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
g. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

Pasal 23:

(1) Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang


wajib di lengkapi dengan amdal terdiri atas:
a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. Eksoloitasi sunber daya alam, baik yang terbaru maupun
yang tidak terbaru;
c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat
menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam
dalam pemanfaatannya;
d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat memengaruhi
lingkungan lingkungan alam, lingkungan buatan, serta
lingkungan sosial dan budaya;
e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi
pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau
perlindungan cagar budaya;
f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan dan jasad renik;
g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;
h. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan/atau
memengaruhi pertahanan Negara; dan/atau
i. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi
besar untuk memengaruhi lingkungan hidup.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan
yang wajib di lengkapi dengan amdal sebagaimana di maksud
pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.

S1 Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang 206


Modul Hukum Lingkungan Fakultas Ilmu Hukum

Pasal 24:

Dokumen amdal sebagaimana di maksud dalam Pasal 22 merupakan


dasar penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup.

Pasal 25:

Dokumen amdal memuat:

a. Pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau kegaitan;


b. Evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan;
c. Saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana
usaha dan /atau kegiatan;
d. Prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak
yang terjadi jika rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut
dilaksanakan;
e. Evaluasi secara holistic terhadap dampak yang terjadi untuk
menentukan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan hidup;
dan
f. Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Sebagaimana di tentukan dalam Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24


UUPPLH ketentuan amdal merupakan syarat perizinan dan di
ketahui jenis dan prosedur perizinan beraneka ragam, maka di
perlukan koordinasi wewenang dan keterpaduan prosedur. Hal ini
penting selain mempercepat penyelesaian izin dan amdal menjamin
persesuaian dan mewujudkan tindakan yang terkoordinasi.

Terhadap rencana kegiatan yang memunyai dampak penting


terhadap lingkungan, keputusan, pemberian izin usaha diberikan
setelah menempuh prosedur Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL). Keterkaitan ini ditegaskan dalam pasal 3 Peraturan
Pemerintah No.27 Tahun 2012 tentang izin lingkungan yang
menyatakan:

S1 Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang 207


Modul Hukum Lingkungan Fakultas Ilmu Hukum

Setiap usaha dan/.atau kegiatan yang berdampak penting terhadap


lingkungan hidup wajib memiliki amdal.

Berdasarkan hasil somposium Nasional AMDAL 1 di Bogor,


tanggal 20-22 Pebruari 1990 amdal merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari perzinan dengan demikian terdapat hubungan
prosedural antara peraturan-peraturan yang memuat ketentuan
mengenai perizinan lingkungan di bidang industri dengan prosedur
amdal.

3. UKL/UPL
Pasal 1 angka 12 UUPPP berbunyi:
Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan
lingkungan hidup, yang selanjutnya di sebut UKL-UPL,
adalah pengelolaan dan pemantaunan terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Kedudukan UKL/UPL dama UUPPLH:

Pasal 34 berbunyi:

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam


kriteria wajib amdal sebagaimana di maksud dalam pasal 23
ayat (1) wajib memiliki UKKL-UPL.
(2) Gubernur atau bupati/walikota menetapkan jenis usaha dan/atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL.

Pasal 25 berbunyi:

(1) Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) wajib membuat
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.

S1 Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang 208


Modul Hukum Lingkungan Fakultas Ilmu Hukum

(2) Penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kriteria:
a. Tidak termasuk dalam kategoti berdampak penting
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1); dan
b. Kegiatan usaha mikro dan kecil.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPL dan surat
pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup di atur dengan peraturan menteri.

14.3 Pembentukan Peraturan Daerah tentang Izin


lingkungan
Proses pembangunan yang di lakukan oleh bangsa Indonesia harus
diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan sesuai dengan amanah Pasal 33 ayat (4) Undang-
Undang Dasar Negara Repubril Indonesia Tahun 1945. Dengan
diadakannya perizinan lingkungan akan memberikan perlindungan
terhadap lingkungan hidup yang lestari dan berkelanjutan, meningkatkan
upaya pengendalian usaha dan/atau kegiatan yang berdampak negatif
pada lingkungan hidup, memberikan kejelasan prosedur, mekanisme dan
koordinasi antar-instansi dalam penyelenggaraan perizinan untuk usaha
dan/atau kegiatan.
Pemanfaatan sumber daya alam masih menjadi modal dasar
pembangunan di Indonesia saat ini dan masih diandalkan di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, penggunaan sumber daya alam tersebut
harus di lakukan secara bijak, Pemanfaatan sumber daya alam tersebut
hendaknya dilandasi oleh tiga pilar pembangunan berkelanjutan, yaitu
menguntungkan secara ekonomi (economicallyviable), di terima secara
social (sosiality acceptable) dan ramah lingkungan (environmentally
sound). Proses pembangunan yang di selenggarakan dengan cara tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraaan dan kualitas kehidupan
generasi masa kini dan yang akan datang.

S1 Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang 209


Modul Hukum Lingkungan Fakultas Ilmu Hukum

Aktivitas pembangunan yang dilakukan dalam berbagai bentuk


usaha dan/atau kegiatan pada dasarnya akan menimbulkan dampak
terhadap lingkungan. Dengan di terapkannya prinsip berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan dalam proses pelaksanaan pembangunan,
dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh berbagai aktivita
pembangunan tersebut dianalisi sejak awal perencanaannya, sehimgga
langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif
dapat disiapkan sedini mungkin. Perangkat atau instrument yang dapat
digunakan untuk melakukan hal tersebut adalah Amdal dan UKL-UPL.
Pasal 22 UUPPLH menetapkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan
yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki
Amdal. Amdal tidak hanya mencangkup kajian terhadap aspek
biogeofisik dan kimia saja, tetapi juga aspek sisioal ekonomi, social
budaya, dan kesehatan masyarakat. Sedangkan untuk setiap usaha
dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting, sesuai dengan ketentuan
Pasal 34 UUPPLH diwajibkan untuk memiliki UKL-UPL. Pelaksanaan
Amdal dan UKL-UPL harus lebih sederhana dan bermutu, serta menuntut
profesinalisme, akuntabilitas, dan integritas semua pihak terkait, agar
instrument ini dapat digunakan sebagai perangkat pengambilan keputusan
yang efektif.
Amdal dan UKL-UPL juga merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan izin lingkungan. Pada dasarnya proses penilaian Amdal atau
pemeriksaan UKL-UPL merupakan satu kesatuan dengan proses
permohonan dan penerbitan izin lingkungan. Dengan di masukannya
Amdal dan UKL-UPL dalam proses perencanaan usaha/kegiatan ,
menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
mendapatkan informasi yang luas dan mendalam terkait dengan dampak
lingkungan yang mungkin terjadi dari suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan tersebut dan langkah-langkah pengendaliannya, baik dari aspek
teknologi, social dan kelembagaan. Berdasarkan informasi tersebut,
pengambilan keputusan dapat mempertimbangkan dan menetapkan
apakah suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut layak, tidak layak,

S1 Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang 210


Modul Hukum Lingkungan Fakultas Ilmu Hukum

disetujui, atau di tolak, dan izin lingkungannya dapat di terbitkan.


Masyarakat juga di libatkan dalam proses pengambilan keputusan dan
penerbitan izin lingkungan.
Dengan mengacu pada ketentuan Pasal 36 UUPPLH dan Pasal 2
ayat (1) Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2012 tentang izin lingkungan,
pembentukan Peraturan Daerah tentang Izin Lingkungan jangkauan dan
arah pengaturannya adalah:
Rumusan Pasal:
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-
UPL wajib memiliki Izin Lingkungan.

Jangkauan:
Kegiatan usaha = Izin Usaha

Setiap pelaku usaha tidak dapat emlakukan kegiatan usahanya jika


belum memiliki izin lingkungan.

Arah pengaturan:
Mengubah kondisi dari system kebijakan Amdal atau UKL-UPL, yang
dulunya di berikan Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan (SKKL),
sekarang kedudukannya SKKL, Amdal atau Surat Persetujuan UKL-UPL
menjadi dasar penerbitan izin lingkungan.

Materi muatan peraturan daerah mengacu pada rumusan Pasal berikut:


1. Usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki izin lingkungan
terdapat pada Pasal 36 UUPPLH berbunyi:
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau
UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan.
(2) Izin lingkungan sebagimana di maksud pada ayat (1) di terbitkan
berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagai
mana di maksud dalam Pasal 31 atau rekomendasi UKL-UPL.

S1 Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang 211


Modul Hukum Lingkungan Fakultas Ilmu Hukum

(3) Izin lingkungan sebagaimana di maksud pada ayat (1) wajib


mencantumkan persyaratan yang di muat dalam keputusan
kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.
(4) Izin lingkungan di terbitkan oleh menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
2. Tugas dan wewenang pemerintah daerah kabupaten/ kota terdapat
pada Pasal 63 UUPPLH berbunyi:
(1) Tingkat pusat
(2) Tingkat propinsi
(3) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
pemerintah kabupaten/kota bertugas dan berwenang:
a. Menetapkan kebijakan kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat
kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH
kabupaten/kota.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai Amdal
dan UKL-UPL.
e. Menyelenggarakan infentarisasi sumber daya alam dan
emisi gas rumah kaca pada tingkat kabupaten/kota.
f. Mengembangkan dan melaksanakan kerjasama dan
kemitraan
g. Mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan
hidup
h. Memfasilitasi penyelesaian sengketa
i. Melakukan pembinaan dan pengawan ketaatan penaggung
jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan
lingkungan dan peraturan perundang-undangan.
j. Melaksanakan standar kelayakan minimal
k. Melaksanakan kebijakan mengenai tata cara pengakuan
keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak
masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan

S1 Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang 212


Modul Hukum Lingkungan Fakultas Ilmu Hukum

dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat


kabupaten/kota.
l. Mengelola informasi lingkungan hidup kabupaten/kota.
m. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan system
informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota.
n. Memeberikan pendidikan pelatihan, pembinaan dan
penghargaan.
o. Menerbitkan izin lingkungan pada tingkat kabupaten/kota,
dan
p. Melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada
tingkat kabuaten/kota.
3. Kedudukan izin lingkungan dengan izin usaha terdapat pada Pasal
40 UUPPLH berbunyi:
(1) Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin
usaha dan/atau kegiatan.
(2) Dalam hal izin lingkungan di cabut, ijin usaha dan/atau kegiatan
di batalkan.
(3) Dalanm hal usaha dan/atau kegiatan mengalami perubahan,
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib
memperbaharui izin lingkungan.
4. Permohonan izin lingkungan dan pihak yang menerbitkannya
terdapat pada :
Pasal 42 (1) PP Nomor 27 tahun 2012 berbunyi:
(1) Permohonan izin lingkungan di ajukan secara tertulis oleh
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan selaku pemprakarsa
kepada menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai dengan
kewenangannya.

Pasal 39 berbunyi:

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan


kewenangannya wajib mengumumkan setiap permohonan dan
keputusan izin lingkungan.

S1 Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang 213


Modul Hukum Lingkungan Fakultas Ilmu Hukum

(2) Pengumunan sebagaimana di maksud pada ayat (1) dilakukan


dengan cara yang mudah di ketahui oleh masyarakat.

Pasal 47 ayat (1) PP nomor 27 tahun 2012 berbunyi:

(1) Izin lingkungan di terbitkan oleh:


a. Menteri, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
atau rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan oleh menteri.
b. Gubernur, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
atau rekomendasi UKL-UPL yang di terbitkan oleh
gubernur, dan
c. Bupati/walikota untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup atau rekomendasi UKL-UPL yang di terbitkan oleh
bupati/walikota.

Berdasarkan ketentuan tersebut, jelas mendelegasikan kewenangan


untuk skala kabupaten/kota perihal pemberian izin lingkungan sesuai
dengan batasan yang di tentukan dalam pembagian urusan
pemerintahan.

5. Permohonan izin yang tidak memenuhi syarat terdapat pada:


Pasal 37 yang berbunyi:
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya wajib menolak permhonan izin lingkungan
apabila permohonan izin tidak lengkap dengan Amdal atau UKL-
UPL.
(2) Izin lingkungan sebagaimana di maksud dalam pasal 36 (4) dapat
di batalkan apabila:
a. Persyaratan yang di ajukan dalam permohonan ijin
mengandung cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan serta
ketidak benaran dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau
informasi.
b. Penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana
tercantum dalam keputusan komisi tentang kelayakan
lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL, atau

S1 Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang 214


Modul Hukum Lingkungan Fakultas Ilmu Hukum

c. Kewajiban yang di tetapkan dalam dokumen Amdal atau


UKL-UPL tidak dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan.

Presisi ayat (2) menguatkan bahwa sebagaimana fakta saat ini


terkait dengan banyaknya gugatan tata usaha Negara perihal
pencabutan izin oleh pemerintah yang memenangkan para
pemohonan kurang dipahaminya keputusan-keputusan hakim
yang mempergunakan alat hukum penilaian berupa asas-asas
umum pemerintahan yang baik dengan menyatakan pejabat dalam
mencabut izin karena tidak cermat dalam membuat keputusan
sangat bertolak belakang dengan maksud dari hukum administrasi
tentang penarikan ijin sebagai bentuk sanksi tampaknya oleh
pembuat undang-undang harus di antisipasi dengan kehadiran
presisi aturan sebagaimana di maksud pada ayat (2) di atas. Dari
segi hukum administrasi keberadaan ayat (2) mesti di pahami
dalam konteks penyimpangan data yang tidak benar di berikan
pemohon dapat merupakan alasan menarik kembali izin dengan
berkaku surut (ex.tunc) atau maksudnya bahwa izin itu
sebenarnya tidak pernah ada. Jadi sebenarnya dalam penegakan
hukum lingkungan sangat bergantung dengan sifat objek izin,
karena pada izin tertentu misalnya pemberian izin itu di lakukan
pada suatu tindakan yang akan berakhir seperti izin mendirikan
bangunan tentu berbeda sekali dengan penarikan izin lingkungan
dikemudian hari tetapi berlakunya sejak di terbitkan izin pada
belakangan hari yang telewat atau bukan kedepan (ex.nunc).
Tampaknya persoalan ini perlu di sosialisasikan bahwa konsep
hukum administrasi Indonesia membedakan sifat objek izin.

Pasal 38 berbunyi:

S1 Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang 215


Modul Hukum Lingkungan Fakultas Ilmu Hukum

Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 (2), izin


lingkungan dapat di batalkan melalui keputusan pengadilan tata
usaha Negara.

Presisi pasal 38 ini memang agak sulit di pahami dalam konteks


pemerintahan dimana izin diterbitkan oleh pemerintah dan
pembatalannya di lakukan oleh pemerintah. Izin merupakan
keputusan tata usaha Negara (beschikking) yang bersifat
konstitusional, sebuah keputusan tata usaha Negara dinyatakan batal
apabila dibuat keputusan pembatalannya oleh pejabat yang membuat
keputusan (aza kotrarius actus) kenapa presisi pasal 38 demikian
bunyinya, tentunya ada alasan dari pembuat undang-undang dimana
ketentuan di maksud ditujukan bukan pada persoalan pencabutan
izin yang di lakukan oleh pejabat tata usaha Negara melainkan
sebuah keputusan pemberian izin kepada subjek tertentu yang di
gutat oleh subjek lainnya yang merasa di rugikan dengan di
terbitkannya izin oleh pejabat tata usaha Negara tersebut dengan
demikian hakim dapat menyatakan bahwa izin yang di keluarkan di
nyatakan batal.

Ketentuan UU no 32 tahun 2009 dan PP no.27 tahun 2012


merupakan salah satu sarana Hukum administrasi untuk
mengendalikan pencemaran lingkungan dilakukan melalui perizinan
lingkungan. UU no.32 tahun 2009 memuat instrument hukum yang
di kenal dengan Baku Mutu Lingkungan, analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL) dan perizinan.

C. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan dampak dari pembangunan industri terhadap ekologi lingkungan?
2. Usaha dan/atau kegiatan yang bagaimana wajib memiliki izin lingkungan?

D. DAFTAR PUSTAKA

S1 Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang 216


Modul Hukum Lingkungan Fakultas Ilmu Hukum

Faishal, Achmad. 2016. Hukum Lingkungan. Pengaturan /limbah dan


Paradigma Industri Hijau. Jakarta: PT BUKU SERU.

S1 Fakultas Ilmu Hukum Universitas Pamulang 217

Anda mungkin juga menyukai