Disampaikan Oleh :
Iyan Suwargana
Widyaiswara Ahli Madya - KLHK
2018
BIODATA
Nama : Drs. Iyan Suwargana, MSi
Tempat/Tgl.Lahir : Bandung, 05 Pebruari 1966
Hp/E-mail : Hp. 087770175466 / iyanplb3@yahoo.com
Pendidikan : - Sarjana (S1) Kimia ITB
- Pasca Sarjana (S2) Pengelolaan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan - IPB
Riwayat Pekerjaan :
• Staf Dit Pengelolaan Limbah B3 Bapedal sejak tahun 1992 sampai tahun 1995
• Kepala Bidang Pengelolaan Limbah antar Negara, Direktorat Pengelolaan Limbah B3
BAPEDAL, 1999-2001.
• Kepala Bidang Pengelolaan Limbah Padat, Pusat Pengelolaan Limbah Padat dan B3
BAPEDAL, 2001-2002.
• Kepala Bidang Pengembangan Asdep Urusan Manufaktur, Prasarana dan Jasa KLH, 2002-2005.
• Kepala Bidang Agro Industri pada Asdep Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Manufaktur dan Agro
Industri KLH dan Koordinator PROPER, 2005 - 2009.
• Kepala Bidang Pemanfaatan Limbah B3 Pada Asdep Administrasi Pengendalian Limbah B3 KLH,
2009 – 2010
• Asisten Deputi Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 Pada Deputi Bidang Pengelolaan B3,
Limbah B3 dan sampah KLH, 2010 - 2011
• Widyaiswara Ahli Madya KLHK, 2013 - Sekarang
Pengelolaan Lingkungan di Indonesia
Perubahan dari End-of-pipe ke Produksi Bersih
Tidak ada peraturan
Tidak ada institusi pemerintah 1
yang menangani masalah LH
Kesenjangan antara
pemerintah dan pengusaha 2
1982
End of pipe management
3
UU Lingkungan Hidup
1995
4
Produksi Bersih
Penyebarluasan Informasi
kepada Masyarakat
Instrumen Ekonomi
Larangan
Setiap orang dilarang:
melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup;
Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara
Tingkat Pusat
• Menyusun dan melaksanakan kebijakan teknis pengendalian
pencemaran udara secara nasional (oleh Kepala Instansi yang
bertanggungjawab : Meneg LH).
• Melakukan peninjauan secara priodik terhadap kebijaksanaan
teknis dan pelaksanaannya
• Membuat pedoman penyusunan dan pelaksanaan operasional
pengendalian pencemaran udara yang dapat digunakan oleh
daerah.
Daerah
• Melaksanakan operasional pengendalian pencemaran udara di
daerah (oleh : Bupati / Walikota Kepala Daerah Tingkat II.
• Melaksanakan Koordinasi operasional pengendalian
pencemaran udara di daerah (oleh ; Gubernur)
• Menyusun dan menetapkan program kerja daerah dibidang
pengendalian pencemaran udara
Pengendalian Pencemaran Udara
Referensi Regulasi Rujukan Kegiatan Pengendalian Pencemaran Udara
Sumber Tidak Bergerak
Sumber emisi
tidak bergerak
Proses
Utilitas
Produksi
• KEPMENLHNo. 13/1995;
• KEPMENLHNo. 129/2003
KEPMENLH PERMENLH PERMENLH
BME Migas; No. 13/1995 No.07 tahun 2007 No.13 tahun 2009
• KEPMENLH No. 133/2004
BME industri Pupuk;
• PERMENLH No.17/2008
BME Keramik;
• PERMENLH No. 21/2008
BME PTLT
• PERMENLH No. 13/2009
BME MIGAS
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
Penetapan baku mutu udara ambien dan baku mutu emisi yang digunakan
sebagai tolak ukur pengendalian pencemaran udara;
Pemantauan kualitas udara baik ambien dan emisi yang diikuti dengan evaluasi
dan analisis;
• Peraturan 5 Pelaporan
pelaksanaan Manual / CEM
(Kepmen/Permen LH)
Data Primer KLH
6 (Data Pemantauan KLH)
Implementasi Peraturan dalam Penaatan Parameter, Baku Mutu
dan Ketentuan Teknis Bagi Industri Manufaktur, Prasarana dan Jasa
Catatan :
1. Untuk sektor yang mempunyai Baku Mutu Spesifik mengacu kepada BM Emisi Spesifik.
2. Untuk sektor yang belum mempunyai BM Spesifik mengacu kepada BM Lampiran VB
Kepmen 13/1995,
3. Genset mengacu kepada PerMenLH 21 Tahun 2008 Lampiran IVA (BM Pembangkit Termal)
4. Boiler mengacu kepada Permen LH No. 07/2007
A B
KUALITAS UDARA YANG KITA INGIKAN
KOMPONEN TINDAKAN
FASILITAS
Sumber Emisi Periksa kondisi fisik sumber emisi pada penanganan bahan baku, proses produksi, dan utilitas.
Contoh :
Sumber emisi dari Utilitas : Boiler
Catat jumlah dan jenis boiler (oil boiler/termo boiler atau steam boiler) serta kapasitas masing
masing boiler.
Jenis bahan bakar yang digunakan
Catat jumlah cerobong emisi yang dimiliki.
Alat pengendali Periksa apakah memiliki alat pengendalian pencemaran udara pada cerobong.
udara emisi Periksa jenis alat pengendali dan apakah alat pengendali berfungsi dengan baik.
Continuous Periksa apakah memiliki alat CEM (Continuous Emission Monitoring) pada cerobong..
Emission Periksa kinerja alat pemantau pencemaran udara/CEM dari control room.
Monitoring (CEM) Periksa parameter apa saja yang dapat dimonitor oleh CEM dan periksa data CEM untuk harian,
bulanan dan 3 bulanan serta berapa kali melebihi Baku Mutu Emisi Udara.
KEPMEN LH NO. 13 TAHUN 1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
Pasal 2
(1) Baku mutu emisi sumber tidak bergerak untuk jenis kegiatan :
a. Industri besi dan baja sebagaimana tersebut dalam Lampiran IA
dan Lampiran IB;
b. Industri pulp and paper sebagaimana tersebut dalam Lampiran
IIA dan Lampiran IIB;
c. Pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batubara
sebagaimana tersebut dalam Lampiran IIIA dan Lampiran IIIB
d. Industri semen sebagaimana tersebut dalam Lampiran IVA
dan Lampiran IVB
Pasal 3
(2) Selama baku mutu emisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum
ditetapkan, maka jenis kegiatan di luar jenis kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) berlaku baku mutu emisi sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran V Keputusan ini.
BAKU MUTU EMISI DAERAH
(Kepmen LH No. 13/1995 BME Sumber Tidak Bergerak)
Pasal 5
(1) Apabila diperlukan, Gubernur dapat menetapkan
parameter tambahan diluar parameter sebagaimana
dimaksud dalam lampiran keputusan ini dengan
persetujuan Menteri;
Logam
10. Air Raksa (Hg) 10
11. Arsen (AS 25
12. Antimon (Sb) 25
13. Kadmium (Cd) 15
14. Seng (Zn) 100
15. Timah Hitam (Pb) 25
Catatan :
- Volume Gas dalam keadaan standar (25 o C dan tekanan 1 atm)
Peraturan Menteri Negara LH Nomor 07 Tahun 2007 Tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap
(2) Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap dalam
Peraturan Menteri ini tidak berlaku untuk industri besi dan baja,
industri pulp dan kertas, industri semen, pembangkit listrik
tenaga uap, industri pupuk, dan usaha dan/atau kegiatan minyak
dan gas bumi.
Peraturan Menteri Negara LH Nomor 07 Tahun 2007 Tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap
Pasal 6
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang mengoperasikan
ketel uap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) wajib:
a. membuang emisi gas melalui cerobong yang dilengkapi dengan sarana pendukung
dan alat pengaman sesuai peraturan yang berlaku;
b. melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 2
(dua) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi ketel uap yang beroperasi
selama 6 (enam) bulan atau lebih;
c. melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 1
(satu) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi ketel uap yang beroperasi
kurang dari 6 (enam) bulan;
d. menggunakan laboratorium yang terakreditasi dalam pengujian emisi sebagaimana
dimaksud dalam huruf b dan huruf c;
e. melakukan pengujian emisi setelah kondisi proses pembakaran stabil;
f. menyampaikan laporan hasil analisis pengujian emisi sebagaimana dimaksud dalam
huruf b atau huruf c kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan Gubernur dan
Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan sesuai format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VIII Peraturan Menteri ini;
g. melaporkan kejadian tidak normal dan/atau keadaan darurat yang mengakibatkan
baku mutu emisi dilampaui serta rincian upaya penanggulangannya kepada
Bupati/Walikota, dengan tembusan Gubernur dan Menteri.
Baku Mutu Emisi STB Bagi Ketel Uap Menggunakan Bahan
Bakar Biomassa berupa Serabut dan/atau Cangkang
(Lampiran I)
No. Parameter Baku Mutu
1. Partikulat 300 mg/Nm3
2. Sulfur dioksida (SO2) 600 mg/Nm3
3. Nitrogen Oksida (NO2) 800 mg/Nm3
4. Hidrogen Klorida (HCl) 5 mg/Nm3
5. Gas Klorin (Cl2) 5 mg/Nm3
6. Ammonia (NH3) 1 mg/Nm3
7. Hidrogen Fluorida (HF) 8 mg/Nm3
8. Opasitas 30 %
Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
- Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen.
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan partikulat.
Baku Mutu Emisi STB Bagi Ketel Uap Menggunakan
Bahan Bakar Biomassa berupa Ampas dan/atau Daun
Tebu Kering (Lampiran II)
No. Parameter Baku Mutu
4. Opasitas 30 %
Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
- Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen.
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan partikulat.
Baku Mutu Emisi STB Bagi Ketel Uap Menggunakan Bahan
Bakar Biomassa berupa Serabut dan/atau Cangkang
(Lampiran III)
No. Parameter Baku Mutu
Bukan Logam
1. Partikulat 300 mg/Nm3
2. Sulfur dioksida (SO2) 600 mg/Nm3
3. Nitrogen Oksida (NO2) 800 mg/Nm3
4. Hidrogen Klorida (HCl) 5 mg/Nm3
5. Gas Klorin (Cl2) 5 mg/Nm3
6. Ammonia (NH3) 1 mg/Nm3
7. Hidrogen Fluorida (HF) 8 mg/Nm3
8. Opasitas 30 %
Logam
1. Air Raksa (Hg) 5 mg/Nm3
2. Arsen (As) 8 mg/Nm3
3. Antimon (Sb) 8 mg/Nm3
4. Kadmium (Cd) 8 mg/Nm3
5. Seng (Zn) 50 mg/Nm3
6. Timah Hitam (Pb) 12 mg/Nm3
Baku Mutu Emisi STB Bagi Ketel Uap Menggunakan
Bahan Bakar Batubara (Lampiran IV)
No. Parameter Baku Mutu
4. Opasitas 20 %
Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
- Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen.
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan partikulat.
Baku Mutu Emisi STB Bagi Ketel Uap Menggunakan
Bahan Bakar Minyak (Lampiran V)
No. Parameter Baku Mutu
4. Opasitas 15 %
Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
- Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 3 % Oksigen.
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan partikulat.
Baku Mutu Emisi STB Bagi Ketel Uap Menggunakan
Bahan Bakar Gas (Lampiran VI)
No. Parameter Baku Mutu
Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
2xD PERSYARATAN
8xD CEROBONG
Untuk cerobong yang berbentuk lingkaran, penentuan titik
lubang sampling adalah berada diantara minimal 8 x
diameter stack (ds) untuk down stream dan 2x diameter
stack (Ds) untuk upstream
2D 2De 2D 2De
8D
8D 8De
8De
D W
L
8D
PENEMPATAN SAMPLING 2D
HOLE
Cerobong Bagian Tengah Diameter mengecil
8D
D =Diameter Dalam Cerobong
Bag House
Filter
PENEMPATAN SAMPLING L 2 De
W
HOLE
Cerobong Berbentuk Persegi
De = 2 x L x W__
L+W
8 De
De = 2 x D x d__
D+d
8 De
ESP
2D
8D
Silentser
2D 8D
Silentser
Genset / Genset /
Boiler Boiler
10 cm DIAMETER LUBANG SAMPLE DAN
PENUTUPNYA (FLANGE)
Ø : 10 cm / 4 Inchi
Alat Pengendali Pencemaran
Udara
• Electrostatic Precipitator, bekerja berdasarkan medan magnet.
Efisiensi 99.9% untuk seluruh ukuran partikel.
• Siklon, Penangkap debu yang bekerja berdasarka sentrifugal
• Wet Process Collector,
– Wet Scrubber, kelembaban debu dikumpulkan pada settling
pond
– Pengumpul cair, berakumulasi kemudia dicurahkan kedalam
dasar precipitator
• Catridge Collector, menggunakan lipatan filter sekitar 2-3 pasang
• Bag house, pengumpul debu kering (fabric filter collector)
Persyaratan Sarana Pendukung
Sarana pendukung sampling emisi diantaranya tangga, lantai kerja, pagar
pengaman, aliran listrik dengan persyaratan sebagai berikut:
Terima Kasih