Anda di halaman 1dari 45

Habib Sholeh Tanggul,

Waliyullah yang Doanya Makbul.

Rusman Siregar Jum'at, 09 Maret 2018 - 05:00 WIB Habib Sholeh


Tanggul, Waliyullah yang Doanya Makbul A A A DERAJAT kewalian
Al-Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid tidak diragukan lagi.
Kewaliannya telah mencapai tingkatan Qutub, yakni pemimpin dan
pemuka bagi para aulia di masanya. Habib Abdul Qadir bin Ahmad
bin Abdurrahman Assegaf pernah berkata bahwa Habib Sholeh
adalah orang yang doanya selalu terkabul dan orang yang sangat
dicintai dan disegani. Cerita Pagi kali ini akan menyuguhkan kisah
dan karomah Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid. Dari banyak
referensi tentang karomah beliau, penulis sengaja mengambil
kisahnya dari Managib Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid yang
ditulis Shohibul Fadhilah Sayyidiy Al-Habib Muhammad Rafiq Al-Kaff
yang dipublish pada 6 Juli 2017. Dalam Managib tersebut diceritakan
beberapa karomah dan perjalanan dakwah Habib Sholeh bin Muhsin
Al Hamid. Habib Sholeh lahir di Korbah Ba Karman, Wadi ‘Amd,
sebuah desa di Hadramaut, Yaman, pada tahun 1313 Hijriyah. Ayah
beliau Habib Muhsin bin Ahmad Al-Hamid terkenal dengan sebutan
Al-Bakry Al-Hamid, ulama yang sangat dihormati. Ibundanya
seorang wanita salehah bernama ‘Aisyah, dari keluarga Al-Abud Ba
Umar dari Masyaikh Al-‘Amudi. Beliau mempelajari Alquran dari
seorang guru bernama Syaikh Said Ba Mudhij, di Wadi ‘Amd.
Sedangkan ilmu fiqih dan tasawuf beliau pelajari dari ayahnya Al-
Habib Muhsin bin Ahmad Al-Hamid. Pada usia 26 tahun, bertepatan
tahun 1921 Masehi, Al-Habib Sholeh meninggalkan Hadramaut dan
hijrah ke Indonesia ditemani Syeikh Fadli Sholeh Salim bin Ahmad
Al-Asykariy. Setibanya di Indonesia, beliau singgah di Jakarta
beberapa hari. Mendengar kedatangan Habib Sholeh, sepupu beliau
Habib Muhsin bin Abdullah Al-Hamid, meminta Habib Sholeh untuk
tinggal sementara di kediamannya di Kota Lumajang. Setelah
menetap beberapa hari, beliau pindah ke Tanggul, Jember, Jawa
Timur. Dan akhirnya menetap di Tanggul, hingga akhir hayat beliau.
Sebelum memulai dakwahnya di Jember, Habib Sholeh pernah
mengasingkan diri lebih dari tiga tahun. Beliau berkhalwat dengan
membaca Alqur’an, bersalawat dan berdzikir. Guru besarnya Al-
Imam Al-Qutub Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf mengajak
beliau keluar dari khalwatnya, lalu meminta Habib Sholeh datang ke
kediamannya di Kota Gresik. Sesampainya di rumah Al-Habib
Abubakar, Habib Sholeh mendapat mandat dan ijazah dengan
memakaikan jubah imamah dan sorban hijau dari gurunya sebagai
pertanda kewalian quthb (kutub) yang akan diembannya. Setelah itu,
Habib Sholeh mendapat isyarat untuk datang ke Makkah dan
Madinah. Usai berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW, beliau
kembali ke Indonesia untuk berdakwah. Dakwah Habib Sholeh
diawalinya dengan membangun musalla di tempat kediamannya.
Habib Sholeh mengisinya dengan salat berjamaah dan
menghidupkan Quran antara magrib dan Isya. Beliau juga memberi
tausiyah dan pengajian yang membahas seputar ilmu syariat dan
ilmu fiqih. Setiap selesai salat Ashar, beliau membacakan kitab An-
Nashaihud Dinniyah, karangan Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad,
yang diuraikannya ke dalam bahasa keseharian masyarakat sekitar,
yakni bahasa Madura. Halaman : 1234 show all cerita pagiulama
Berita Terkait Pocut Baren, Ulama Wanita dari Aceh yang Gigih
Melawan Belanda Bersama Cut Nyak Dhien Kiai Bisri Syansuri
Pelopor Pendidikan Santriwati di Indonesia Kisah Kiai Sholeh Darat,
Ulama Semarang yang Mampu Ubah Bongkahan Batu Jadi Emas
Karomah Bambu Runcing Kiai Ahmad Fauzan Mampu Usir Tentara
Jepang dan Belanda dari Pati Mari Longa, Pejuang asal Flores yang
Pantang Menyerah Kisah Wali Pitu, Penyebar Islam Pertama di Bali
Berita TerkiniMore Tragis! Siswa SMA di Lampung Utara Tewas
Gantung Diri di Rumahnya 6 menit yang lalu Kabur Usai Tawuran,
Puluhan Pelajar Ditangkap di Gudang Amankan Sabuk dan Tali Gir
30 menit yang lalu Autopsi Ulang Brigadir J Dilakukan 7 Dokter Ahli
Forensik selama 6 Jam 31 menit yang lalu Autopsi Rampung,
Jenazah Brigadir J Akhirnya Dilepas secara Militer 1 jam yang lalu
Tersinggung Ditatap, Pria Bitung Ini Aniaya Korban hingga Babak
Belur 1 jam yang lalu 3 Tersangka Kasus Bullying di Tasikmalaya
Tak Ditahan, Ini Alasan Polisi 1 jam yang lalu Komentar Terpopuler 1
Tewas di Rumah Jenderal Polisi, Tetangga Tak Menyangka Brigadir
J Jadi Ajudan 2 Detik-detik Penggerebekan Perwira Polisi saat Asyik
Berduaan dengan Istri TNI 3 Asyik Berduaan dengan Istri TNI di
Rumah yang Terkunci Rapat, Perwira Polisi Diamuk Warga 4
Sakera, Pejuang Kaum Tertindas dari Madura yang Dikhianati
Teman Seperguruan 5 Geger Anggota TNI Ribut dengan Brimob di
Stadion Kanjuruhan, Ternyata Ini Penyebabnya Infografis Skuad
Lengkap Tim Bulu Tangkis Indonesia di Kejuaraan Dunia 2022 85
Shares
Kisah Kewalian KH. Hamid Pasuruan,
Ulama Terkenal yang Makamnya Tidak
Pernah Sepi
Berikut ini kisah kewalian KH. Hamid Pasuran yang makamnya tidak pernah
sepi dari para peziarah kubur hingga saat ini.

Kisah kewalian KH. Hamid Pasuran memang sudah tidak asing dan
seringkali dicerita oleh sesepuh pesantren hingga para santrinya.

Kisah kewalian ulama KH. Hamid Pasuran dalam artikel ini sebagaimana
dikutip dari berbagai sumber yang terpecaya kevalidannya.

Sosok ulama yang akrab disapa Mbah Hamid adalah seorang waliayallah
asal Pasuruan Jawa Timur yang tidak asing di telinga kita.

Adapun bukti kewaliannya, yakni makam Mbah Hamid hingga saat ini tidak
pernah sepi dari para peziarah kubur.

Ada beberapa kisah ulama Mbah Hamid yang masih teringat dan seringkali
diceritakan hingga saat ini yakni tentang seorang yang meminta ijazah.

Seseorang tersebut bernama Habib Bakirpergi menemui Mbah Hamid untuk


meminta doa. Beliau pun mendoakan Ustadz Imam Al-Habr.

Betapa terkejutnya setelah ia temui bukanlah sosok Mbah Hamid, melainkan


sosok makhluk yang menyerupainya.

Ada juga cerita Mbah Hamid ketika ada seorang orang Kendal bertemu
dengan beliau dan hendak pamit pulang ke rumah.

Ulama Pasuruan tersebut menitipkan salam yang ditujukan kepada orang gila
yang berada di pasar Kendal saat itu.

Selang beberapa lama, orang Kendal pun menemui pesan atau amanah dari
KH. Hamid Pasuruan yakni menyampaikan salam kepada orang gila.

Setelah menemuinya, orang gila tersebut bukan justru senang, melainkan


marah marah karena identitasnya seorang wali Allah terbongkar.

Akhirnya, dia memanjatkan doa kepada Allah agar segera dicabut nyawanya
dan orang gila tersebut meninggal dunia.

Itulah kisah kewalian KH. Hamid Pasuran yang makamnya tidak pernah sepi
dari para peziarah kubur hingga saat ini.
SUNAN AMPEL – Selamat datang di portal Informazone, pada
kesempatan kali ini kita akan membahas tentang biografi singkat
tentang  Sunan Ampel. Sebelumnya kami telah membahas mengenai
sejarah semua Wali Songo yang berjasa menyebarkan ajaran agam
Islam di nusantara.
Secara khusus pada artikel kali ini kami ingin membahas biografi salah
satu wali yang termasuk dalam Wali Songo. Seorang Wali Allah yang
memiliki peran besar dalam penyebaran Islam di tanah Jawa
khususnya Surabaya, Jawa Timur. Langsung saja, berikut penjelasan
mengenai biografi Wali Allah yang mulia Sunan Ampel.
Daftar Isi [Buka]

Nama Asli Sunan Ampel

informazone.com
Sunan Ampel ketika di waktu kecilnya diberi Sayyid Muhammad ‘Ali
Rahmatullah, sesudah pindah ke Jawa Timur diberi panggilan oleh
masyarakat dengan panggilan Raden Rahmat atau Sunan Ampel. lahir
di tahun 1401 Masehi di “Champa”

Tempat Kelahiran
wisatajatim.info
Terdapat 2 pendapat terkait lokasi Champa ini. menurut Encyclopedia
Van Nederlandesh Indie menerangkan kalau Champa merupakan satu
negeri kecil yang lokasinya di “Kamboja”. Menurut Pendapat lain,
“Raffles” mengatakan bahwa Champa berada di “Aceh” yang saat
sekarang dinamakan “Jeumpa”.
Asal muasal pemberian nama Ampel sendiri, disangkut pautkan
dengan nama tempat yang mana dia dalam waktu lama bermukim Di
sebuah daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang saat sekarang
sudah termasuk dari bagian kota Surabaya tepatnya di daerah
Wonokromo.

Nasab Sunan Ampel


matakota.id
Sunan Ampel bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain
bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi
Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin
Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin
Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad
Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-
Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah

Istri dan Anak Sunan Ampel

pariwisata.id
Sunan Ampel memiliki dua orang istri, dari istri pertama lahir 5 orang
anak dan dari istri kedua lahir 6 orang anak. Berikut nama kedua istri
Sunan Ampel dan anak-anaknya:

Isteri Pertama
Istri pertama beliau bernama Dewi Condrowati alias Nyai Ageng
Manila binti Aryo Tejo Al-Abbasyi, berputera:
1. Maulana Mahdum Ibrahim/Raden Mahdum Ibrahim/ Sunan
Bonang
2. Syarifuddin/Raden Qasim/ Sunan Derajat
3. Siti Syari’ah/ Nyai Ageng Maloka/ Nyai Ageng Manyuran
4. Siti Muthmainnah
5. Siti Hafsah
Istri Kedua
Istri kedua beliau adalah Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning,
berputera:
1. Dewi Murtasiyah/ Istri Sunan Giri
2. Dewi Murtasimah/ Asyiqah/ Istri Raden Fattah
3. Raden Husamuddin (Sunan Lamongan)
4. Raden Zainal Abidin (Sunan Demak)
5. Pangeran Tumapel
6. Raden Faqih (Sunan Ampel 2)

Dakwah Sunan Ampel


mapio.net
Ulama adalah pewaris para nabi. Sebuah pengakuan sekaligus
penegasan resmi Rasulullah saw. tentang penerus perjuangan Islam
untuk memimpin umat dan membimbing mereka kepada jalan agama
Allah swt serta mengarahkan mereka menuju kebaikan.

Raden Rahmatullah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan


Ampel adalah satu dari sekian banyak waratsatul anbiya’ yang
dipercaya oleh Allah swt. untuk meneruskan estafet perjuangan
Rasulullah Saw. Beliau adalah sosok ulama teladan sekaligus waliyyun
min auliyaillah’.
Tipe pemimpin ideal ada di sini: muballigh ulung, cendekiawan sejati,
dan penuh perhitungan dalam setiap langkah menapaki terjalnya jalan
dakwah dan menghadapi tantangan dalam masyarakat. Dimana
kebanyakan dari mereka sebelumnya telah mempunyai keyakinan yang
membumi dan bertentangan dengan ajaran Islam.
Sebagai contoh adalah faham budhisme, hinduisme dan kepercayaan
“isme-isme” yang lain. Semua faham itu telah ada jauh sebelum Sunan
Ampel datang menebarkan ajaran rahmatan lil alamin.
Sebuah langkah tepat beliau lakukan sebagai strategi awal dalam
metodologi dakwahnya, yaitu pembauran dengan masyarakat akar
rumput yang merupakan titik sentral dari sasaran dakwahnya. Saat
itulah kecendekiaan dan intlektualitasnya benar-benar teruji.
Tidak mudah tentunya, di tempat yang sangat asing, jumud dan kolot,
seorang pendatang dari negeri Campa berusaha untuk beradaptasi
dengan kultur-sosial yang tidak pernah dikenal sebelumnya. Dengan
diplomasinya yang gemilang, Kanjeng Sunan Ampel berhasil
mensejajarkan kaum Muslimin kala itu dengan kalangan “elite”.
Karena pada saat itu masyarakat terbagi ke dalam kasta-kasta
mesyarakat dan pemerintahan Majapahit. Pemerintahan Majapahit pun
sangat menghormati dan menghargai hak-hak dan kewajiban orang
Islam, bahkan tidak sedikit dari punggawa kerajaan yang akhirnya
memeluk agama Islam sebagai way of life-nya.
Cara Berdakwah Sunan Ampel
syefry.wordpress.com
Kalau metodologi dakwah Sunan Ampel dengan masyarakat akar
rumput dilakukan dengan cara pembauran dan pendekatan, beda
halnya dengan metode yang ditempuh ketika menghadapi orang-orang
cerdik dan cendekia. Pendekatan intelektual dengan memberikan
pemahaman logis adalah alternatif yang beliau tempuh.
Hal ini sebagaimana tercermin dalam dialognya dengan seorang biksu
Budha.
Suatu ketika, seorang biksu datang menemui Sunan Ampel. Kemudian
terjadilah percakapan seputar akidah berikut:
Biksu: Setiap hari Tuan sembahyang menghadap ke arah kiblat.
Apakah Tuhan Tuan ada di sana?”
Sunan Ampel: Setiap hari Anda memasukkan makanan ke dalam perut
agar Anda bisa bertahan hidup. Apakah hidup Anda ada di dalam
perut?”
Biksu itu diam tidak menjawab. Tapi dia bertanya lagi, “Apa maksud
tuan berkata begitu?”
“Saya sembahyang menghadap kiblat, tidak berarti Tuhan berada di
sana. Saya tidak tahu Tuhan berada di mana. Sebab, kalau manusia
dapat mengetahui keberadaan tuhannya, lantas apa bedanya manusia
dengan Tuhan? Kalau demikian buat apa saya sembahyang?!”
Cerita berakhir. Dan si biksu kemudian masuk Islam karena ia gamang
akan kemurnian ajaran agamanya. Satu ending yang sangat
memuaskan. Tidak hanya bagi si pelaku cerita, tapi juga untuk kita:
sebuah pelajaran tentang metodologi dakwah di hadapan orang yang
tidak menganggap Allah SWT sebagai Tuhan.
Perbandingan Dakwah Sunan
Ampel & Sunan Kalijaga
forummuslim.org
Beliau adalah satu dari sekian banyak wali Allah yang menghabiskan
hidupnya hanya untuk berdakwah di jalan-Nya. Metodologi dakwahnya
memang tidak sama dengan metodologi ala Sunan Kalijaga atau Sunan
Muria, yang menggunakan pendekatan seni-budaya Jawa sebagai
media dakwahnya.
Sunan Ampel lebih menggunakan pendekatan intelektual dengan
memberikan pemahaman tentang Islam melalui wacana intelektual dan
diskusi yang cerdas dan kritis serta dapat dinalar oleh akal. Cerita di
atas adalah bukti sejarahnya.
Dialog Sunan Ampel-biksu telah mengingatkan kita kepada jawaban
Nabi Ibrahim as. yang dilontarkan kepada raja Namrud ketika beliau
dituduh menghancurkan tuhan-tuhan mereka. Saat itu Nabi Ibrahim
berkata “Bahwa, Tuhan yang paling besar inilah yang melakukannya”.
Bedanya, Namrud tidak pernah mau menerima kebenaran itu meski dia
mengetahuinya. Kemudian kita bertanya, mungkinkah orang sekelas
biksu dapat ditaklukkan hanya dengan melalui pendekatan budaya?
Bisa jadi, tapi mungkin sulit.
Urgensitas budaya sebagai media dakwah alternatif memang tak bisa
dibantah. Sejarah juga membuktikan bahwa pendekatan kultur-budaya
yang dimainkan oleh Sunan Kalijaga berhasil dengan sangat gemilang.
Tapi, sejatinya, pendekatan kultur-budaya hanya relevan untuk
komunitas masyarakat kelas menengah ke bawah.
Sedangkan untuk obyek intelektual kelas atas mungkin sangat pas bila
menggunakan jalur seperti yang ditempuh Sunan Ampel. Hasil dari dua
metodologi yang dipakainya adalah beliau telah berhasil menciptakan
harmoni antara ulama dan umara, antara akar rumput dan kalangan
pemerintahan.
Walaupun masih terdapat sekat-sekat tertentu antara masyarakat atas
dan bawah. Hal itu bisa tercapai karena beliau merupakan da’i yang
mempertaruhkan hidupnya untuk berdakwah dan mengayomi umat.
Juga tetap indipenden dan konsisten dengan posisinya sebagai ulama.
Beliau tidak pernah dan memang tidak sudi menggunakan alat
kekuasaan sebagai kendaraan dakwahnya. Maka tidak berlebihan jika
beliau mendapat prototype sebagai wali sejati, wali dalam pengertian
“kekasih Allah” di dunia.
Bukan wali dengan arti penguasa setempat sebagaimana mispersepsi
sebagian pemerhati sejarah yang mungkin juga tidak mengakui adanya
wali Allah yang lain. Karena kalau kita merunut sejarah, maka akan
menghasilkan sebuah hipotesa sebagaimana di atas. Terbukti, beliau,
sekali lagi, tidak mau menggunakan kendaraan kekuasaan sebagai
piranti memuluskan dakwahnya.

Lokasi Makan Sunan Ampel


dongengterbaru.blogspot.com
Sunan Ampel Wafat di Surabaya, tahun 1425 M. Makamnya terletak di
daerah Ampel Denta, Kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
Alhamdulillah semoga para pembaca dapat memahami sejarah, latar
belakang, dan metode dakwah Sunan Ampel. Sebagai seorang Wali
Allah, dakwa Beliau melengkapi strategi dakwah Wali Songo secara
umum. Sehingga bisa menjadi satu kesatuan yang nyaris sempurna
guna memuluskan misi mulia yang mereka emban.
Yaitu Sebuah misi untuk menyebarkan luaskan risalah Agama Islam di
tanah jawa. Dan berkat jasa-jasa mulia Beliau inilah, ribuan atau
bahkan jutaan doa senantiasa mengalir, setiap saat, di setiap denyut
doa umat Islam, hingga dunia enggan meneruskan sejarahnya.
Sunan Giri : Biografi, Sejarah, Metode
Dakwah, Makam, Peninggalan, dan
Kisahnya Lengkap
Sunan Giri merupakan salah satu orang yang pernah berjasa di tanah Jawa dalam
syiar agama Islam. Beliau memiliki nama lain seperti Sultan Abdul Faqih, Raden
Ainul Yaqin, Prabu Satmata, Raden Paku, dan Joko Samudra.

Beliau merupakan salah satu Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam di daerah


Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Untuk lebih jelasnya lagi, silahkan simak ulasan lengkap dari Sudut
Nusantara berikut ini.
Nama Asli Raden Paku

Nama Lain Prabu Satmata, Raden Ainul Yaqin, Sultan Abdul Faqih, Joko Samudro

Nama Ayah Syekh Maulana Ishaq

Nama Ibu Dewi Sekardadu

Tahun Lahir 1443 M

Tahun Wafat 1506 M

Tempat Syiar Desa Giridento, Gresik, Jawa Timur

Tempat Makam Giri, Kebomas, Gresik, Jawa Timur


Sunan Giri merupakan putra dari pasangan Maulana Ishaq dan Dewi Sekardadu.
Menurut masyarakat Sunan Giri juga masih keturunan Rasulullah SAW. Pendapat
tersebut diambil berdasarkan dari riwayat pesantren-pesantren yang ada di Jawa
Timur dan catatan nasab Sa’adah Balawi Handramaut.

Karena garis keturunannya tersebut, beliau sangat dikenal dalam berdakwah ajaran
agama Islam di pulau Jawa.

Sunan Giri lahir pada tahun 1443 M dan wafat di tahun 1506 M. Selama hidupnya
beliau melakukan syiar agama islam di wilayah Giri, Gresik, Jawa Timur. Setelah
meninggal, beliau juga dimakamkan di daerah tersebut.

Baca juga artikel mengenai penjelasan lengkap tentang Teks Biografi

Asal Usul Sunan Giri


Sunan Giri terlahir dari seorang ibu yang bernama Dewi Sekardadu dan ayah yang
bernama Maulana Ishaq. Maulana Ishaq merupakan salah satu tokoh mubaligh Islam
yang berasal dari wilayah Asia Tengah.
Pada awalnya ayah dari Sunan Giri yaitu Syekh Maulana Ishaq memiliki sebuah
ketertarikan untuk berdakwah di daerah Jawa Timur. Kemudian disana ia bertemu
Sunan Ampel yang masih memiliki hubungan darah dengannya.

Sunan Ampel kemudian memberikan saran kepada Syekh Maulana Ishaq untuk
berdakwah di daerah Blambangan, Banyuwangi.

Setelah Syekh Maulana Ishaq sampai di daerah Blambangan, ternyata masyarakat di


daerah tersebut sedang terkena wabah penyakit yang tidak kunjung sembuh.

Penyakit dan wabah tersebut ternyata juga dirasakan oleh putri raja. Kemudian sang
raja yang berkuasa di daerah tersebut membuat sebuah sayembara, dimana jika
seorang pria bisa menyembuhkan putrinya maka akan dinikahkan dengannya. Namun
jika perempuan, maka akan diangkat sebagai anak dan keluarga kerajaan.

Akhirnya sang raja memerintahkan prajuritnya untuk mencari orang yang bisa
menyembuhkan penyakit tersebut. Para prajurit tersebut kemudian bertemu dengan
Resi Kandayana seorang pertapa sakti, kemudian ia memberitahu kepada prajurit raja
mengenai informasi keahlian yang dimiliki oleh Maulana Ishaq.

Sang raja kemudian bertemu dengan Syekh Maulana Ishaq, beliau mau
menyembuhkan wabah penyakit sang putri yang bernama Dewi Sekardadu namun
dengan syarat semua anggota keluarga harus mau memeluk ajaran agama Islam.

Setelah Maulana Ishaq berhasil mengobati penyakit sang putri, akhirnya beliau
dinikahkan dengan putri Dewi Sekardadu dan semua anggota keluarga harus
berpindah kepercayaan ke agama Islam.

Namun sang raja menolak untuk memeluk agama Islam dan merasa iri hati dengan
keberhasilan Syekh Maulana Ishaq.

Meski Syekh Maulana Ishaq tetap dinikahkan dengan Dewi Sekardadu, namun raja
masih membencinya dan memerintahkan pasukannya untuk membunuh Maulana
Ishaq.

Dengan begitu beliau merasa tidak nyaman di Blambangan lalu memilih untuk
kembali ke Pasai, Aceh.

Setelah kembali ke Aceh, ternyata sang istri Dewi Sekardadu sedang mengandung
bayi.

Setelah bayi tersebut lahir, raja Blambangan memerintahkan untuk membunuh bayi
itu dan menghanyutkannya ke selat Bali.
Bayi terebut kemudian terkatung-katung di samudra yang luas, akhirnya bayi tersebut
ditemukan oleh kapal saudagar kaya dari Gresik yakni Nyai Ageng Pinatih.

Nyai Ageng Pinatih kemudian memungut dan mengangkat bayi tersebut menjadi
anaknya dan diberi nama Joko Samudro.

Sejarah Lengkap Sunan Giri


Sunan Giri memiliki nama julukan atau nama lain yang cukup banyak. Nama tersebut
bukan sembarang nama, karena julukan atau nama-nama lain dari Sunan Giri sesuai
dengan kejadian yang terjadi di dalam kehidupannya.

Beberapa nama tersebut yaitu Raden Paku, Jaka Samudra, Prabu Satmata, Sultan
Abdul Faqih, dan Muhammad Ainul Yaqin.

Dari jalur keturunan ayahnya, beliau masuh keturunan Rasulullah Muhammad SAW
ke-23.

Beliau merupakan seorang putra dari ibunya yang berama Dewi Sekardadu yang
merupakan putri dari Prabu Menak Sembuyu (Raja Blambangan), dan seorang ayah
bernama Maulana Ishaq bin Maulana Akbar yang merupakan seorang mubaligh
ternama dari Asia Tengah.

Saat beliau berumur belasan tahun, beliau diasuh oleh seorang kaya raya dari Gresik
yang kemudian menjadi ibu angkatnya yaitu Nyai Ageng Pinatih.

Beliau kemudian disekolahkan di sebuah pesantren yang didirikan oleh Sunan Ampel
(Raden Ahmad). Beliau belajar di pesantren tersebut selama 7 tahun dan lulus dengan
gelar Ainul Yaqin.

Sunan Giri kemudian mendirikan sebuah pesantren di daerah perbukitan Sidomukti,


Gresik pada tahun 1481 M. Pesantren tersebut berhasil berkembang dengan pesat
hingga menjadi sebuah kerajaan bernama Kerajaan Giri Kedaton.

Karena kewibawaan dan kecerdasan yang dimilikinya, beliau kemudian diangkat


menjadi Ahlul Halli Wal Aqdi yang merupakan seorang penentu kebijakan
pemerintah untuk menyebarkan Agama Islam di Pulau Jawa oleh Sultan Demak
Bintaro pada tahun 1485 M.

Setelah peristiwa tersebut, kemudian Raden Paku atau Sunan Giri diangkat oleh
Raden Fatah yeng merupakan Sultan Demak 1 menjadi Raja Giri Kedaton pada tahun
9 Maret 1487. Tanggal tersebut kemudian dijadikan sebagai hari jadi atau hari
lahirnya Kota Gresik.
Dalam ilmu agama, Muhammad Ainul Yaqin atau Sunan Giri sangat terkenal dengan
ilmu pengetahuannya yang sangat luas, terutama dalam bidang ilmu fiqih, oleh karena
itu beliau juga diberi julukan Sultan Abdul Faqih.

Selain itu, beliau juga berperan dalam menghasilkan berbagai karya seni, seperti
tembang ilir-ilir, cublak-cublak suweng, asmarandhana, dan pucung.

Meski tembang tersebut bernuansa dan berbahasa Jawa, namun isi atau lirik
didalamnya mengandung pesan dan ajaran Islam.

Sebagai Waliyullah yang juga termasuk ke dalam jajaran Walisongon, beliau tidak
hanya menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa saja, namun juga ke beberapa daerah
di luar Jawa.

Terdapat sebuah riwayat dimana beliau juga berdakwah sekaligus berdagang di


wilayah Kalimantan Barat, tepatnya yaitu di kota Banjarmasin pada tahun 1462 M.
Bahkan disana beliau tidak hanya menjual barang dagangan saja, namun bahkan
membagikan dagangan tersebut secara gratis pada kaum dhuafa, orang-orang yang
membutuhkan, dan fakir miskin.

Bahkan saat beliau pulang menuju kembali ke Kota Gresik dengan menggunakan
kapal, beliau mengisi kapal tersebut dengan bebatuan dan kerikil dengan tujuan agar
kapal tersebut tidak oleng atau terombang-ambing saat berlayar.

Namun dengan kuasa Allah, bebatuan dan kerikil tersebut kemudian berubah menjadi
barang-barang yang dibutuhkan oleh masyarakat Gresik.

Dalam sebuah riwayat, beliau pernah melangsungkan pernikahan 2 kali. Dimana pada
saat pagi hari beliau menikahi seorang gadis bernama Dewi Murthosiyah yang
merupakan seorang putri dari Sunan Ampel. Lalu pada sore harinya, Sunan Giri
menikah lagi dengan seorang wanita bernama Dewi Wardah yang merupakan putri
dari Ki Ageng Bungkul (Sunan Bungkul).

Baca juga tentang apa itu Teks Cerita Sejarah

Kisah Pertemuan Sunan Giri dengan


Ayahnya
Nama asli Sunan Giri adalah Raden Paku. Selain Raden Paku, beliau juga dikenal
dengan beberapa lain, salah satunya yaitu Joko Samudra, nama tersebut diberikan
oleh seorang saudagar bernama Nyai Ageng Pinatih yang menemukannya dan
mengangkatnya menjadi seorang anak.
Beliau kemudian tumbuh besar di sebuah Pesantren milik Sunan Ampel, beliau
sangatlah cerdas dan terlihat paling mencolok dari santri lain. Oleh karena itu Sunan
Ampel kemudian membernya nama Maulana Ainul Yaqin. Pada saat itu, Sunan
Ampel juga telah mengetahui bahwa Sunan Giri merupakan putra kandung dari
Maulana Ishaq.

Setelah kurang lebih 7 tahun beliau berlajar di pesantren Sunan Ampel, Sunan Ampel
mengutusnya beserta putranya sendiri yang bernama Makhdum Ibrahim (Sunan
Bonang) untuk menuntut ilmu ke Mekkah. Namun sebelum mereka pergi ke Mekkah
mereka harus terlebih dahulu singgah di Pesai, Aceh untuk bertemu dengan Syekh
Maulana Ishaq.

Cara tersebut Sunan Ampel lakukan untuk mempertemukan Sunan Giri dengan
ayahnya. Pada akhirnya mereka bertemu dan memutuskan untuk menimba ilmu
bersama ayahnya Syekh Maulana Ishaq selama 7 tahun.

Setelah 7 tahun menuntut ilmu di Pesai, kemudian mereka berdua kembali ke pulau
Jawa. Namun sebelum mereka pergi, Syekh Maulana Ishaq mebekali Sunan Giri
dengan segenggam tanah.

Syekh Maulana Ishaq kemudian memberikan amanat kepada Maulana Ainul Yaqin
untuk mendirikan sebuah pesantren di tempat yang warna dan bau tanahnya sama
dengan tanah yang diberikannya tersebut.

Setelah Sunan Giri bertagakur kepada Allah selama 40 hari dan memohon untuk
diberikan petunjuk, akhirnya Raden Paku atau Sunan Giri mendirikan sebuah
pesantren di wilayah Sidomukti, Gresik.

Meski pesantren tersebut berada di wilayah perbukitan namun banyak santri dari
berbagai daerah yang menuntut ilmu di pesantren tersebut.

Kisah Perjuangan Dakwah Sunan Giri


Puncak perjuangan dakwah Sunan Giri yaitu saat beliau berhasil mendirikan sebuah
pesantren yang diamanahkan oleh ayahnya.

Pesantren tersebut dibangun di perbukitan Desa Sidomukti, Gresik, Jawa Timur.


Seiring berjalannya waktu, pesantren tersebut semakin dikenal di Pulau Jawa bahkan
di seluruh nusantara. Baru 3 bulan saja pesantren ini sudah memiliki banyak santri
yang ingin menimba ilmu bersama Sunan Giri.

Saking banyaknya santri yang menuntut ilmu agama Islam di pesantren tersebut,
membuat pesantren itu semakin terkenal. Hal tersebut yang membuat perjuangan
dakwah beliau di Pulau Jawa semakin mudah.
Beliau juga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kerajaan-kerajaan Islam
yang ada di Pulau Jawa bahkan di luar Pulau Jawa.

Sunan Giri selanjutnya juga mendirikan sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Giri
Kedaton, dimana kerajaan ini mampu bertahan selama 200 tahun.

Setelah beliau meninggal, kedudukannya kemudian digantikan oleh beberapa


keturunannya. Diantaranya yaitu Sunan Dalem, Sunan Giri Prapen, Sunan Sedo
Margi, Sunan Kawis Guwa, Panembahan Ageng Giri, dan Panembahan Mas Witana
Sideng Rana.

Kemudian dilanjutkan kembali oleh Pangeran Sidonegoro (bukan keturunan Sunan


Giri), dan dilanjutkan lagi oleh Pangeran Singosari.

Pada masa kepemimpinan Pangeran Singosari, terjadi sebuah serangan dari Sunan
Amangkurat II yang ingin merebut kerajaan tersebut. Pangeran Singosari dari
pasukannya berjuang keras demi mempertahankan Kerajaan yang dibuat oleh Sunan
Giri.

Pada saat itu, beliau kemudian dibantu oleh Kapten Jonker dan juga VOC. Pada
akhirnya Pangeran Singosari berhasil mempertahankan Kerajaan Sunan Giri tersebut.

Namun setelah Pangeran Singosari meninggal pada tahun 1679 M, kemudian


kerajaan Giri Kedaton tersebut ikut hancur.

Meski begitu, nama Raden Paku atau Sunan Giri masih tetap dikenang hingga saat
ini, karena beliau merupakan seseorang yang sangat mulia.

Metode Dakwah Sunan Giri


Pusat kegiatan dakwah Sunan Giri berada di Kerajaan Giri Kedaton yang beliau
dirikan, sehingga di wilayah kerajaan tersebut mayoritas penduduknya memeluk
ajaran agama Islam.

Salah satu metode efektif untuk menyebarkan agama Islam di Indonesia adalah
dengan mendirikan pondok pesantren. Metode tersebut juga dipergunakan oleh Sunan
Giri, beliau mendirikan sebuah pesantren untuk memberikan pendidikan agama
Islam.

Dalam melakukan dakwahnya, beliau menciptakan beberapa lagu atau tembang untuk
anak-anak. Lagu tersebut dibuatnya dengan tujuan agar anak-anak atau santri yang
ada di pesantren tersebut lebih mudah untuk menyerap ilmu ajaran agama Islam.
Beberapa lagu yang beliau ciptakan yaitu Lir-ilir dan Dolanan Bocah, lirik lagu
tersebut berisi tentang berbagai nilai-nilai atau pesan yang diambil dari ajaran Islam.
Bahkan lagu tersebut juga masih banyak dinyanyikan hingga saat ini.

Selain melalui lagu, beliau juga menciptakan berbagai permainan seperti Jelungan
atau Jitungan yang hingga saat ini masih banyak dimainkan oleh masyarakat Jawa
Timur.

Permainan tersebut diciptakan dengan tujuan untuk mengajarkan seseorang untuk


bisa selamat dalam hidup di dunia dan di akhirat. Caranya yaitu dengan berpegang
teguh terhadap ajaran agama Islam.

Peran Sunan Giri dalam Dakwah


Dalam perjuangan dakwahnya, Sunan Giri memiliki berbagai peran penting dalam
menyebarkan agama Islam di Nusantara. Berikut ini beberapa peran besar beliau
dalam berdakwah di Pulau Jawa.

1. Peran di Blambangan, Jawa Timur


Setelah Raden Paku atau Sunan Giri melaksanakan ibadah haji di Mekah, beliau
kemudian diberi amanat oleh Sunan Ampel untuk melakukan dakwah di daerah
Blambangan, Jawa Timur.

Blambangan, Jawa Timur merupakan tempat kelahiran ibu kandungnya dan daerah
yang dipimpin oleh kakeknya yaitu Prabu Minak Sembuyu yang dulu pernah
membuang Sunan Giri ke samudera.

Meski begitu, saat Sunan Giri datang ke daerah tersebut, Prabu Minak Sembuyu
sangat senang. Bahkan ia juga mengizinkan Sunan Giri untuk berdakwah dan
menyebarkan agama Islam di daerah tersebut.

Hingga agama Islam di daerah tersebut berkembang dengan pesat, dan pada akhirnya
agama Hindu dan Buddha mulai tersisih dari daerah tersebut dan bergeser ke Pulau
Bali yang sampai saat ini masih berkembang.

2. Peran di Kota Gresik, Jawa Timur


Pada suatu ketika Sunan Ampel juga pernah menugaskan Sunan Giri untuk
mendatangi ibu angkatnya yaitu Nyai Ageng Pinatih di Kota Gresik. Namun maksud
dari Sunan Ampel bukanlah itu saja, dimana Sunan Giri juga ditugaskan untuk
membantu kegiatan berdagang ibunya tersebut sembari berdakwah.

Sunan Giri tentu selalu melakukan dakwah ajaran Islam pada saat sedang membantu
ibunya berdagang. Pernah pada suatu ketika keajaiban terjadi, dimana karung yang
tadinya berisi pasir dan batu berubah menjadi berisi emas, damar, rotan, dan berbagai
benda yang dibutuhkan saat itu.
Selain itu, Sunan Giri juga berhasil mengubah ibu angkatnya yang semula tidak
pernah bersedekah menjadi orang yang sangat suka berzakat dan bersedekah.

Hal tersebut kemudian menjadikan Kota Gresik mengalami perkembangan yang


sangat pesat terkait agama Islam.

3. Membuat Sebuah Pesantren


Setelah menikah, beliau tetap melaksanakan kegiatan dakwah dan tetap membantu
ibunya untuk berdagang yang membuat beliau semakin dikenal secara luas.

Dengan begitu banyak orang-orang berdatangan untuk belajar ilmu agama Islam
dengan beliau.

Agar bisa fokus untuk berdakwah dan mengajarkan agama Islam dengan sempurna,
beliau kemudian meminta izin kepada ibunya untuk berhenti dari dunia perdagangan.

Kemudian setelah mendapatkan izin dari ibu angkatnya, Sunan Giri kemudian pergi
ke sebuah goa yang ada di Desa Kembangan, Kota Gresik untuk melakukan tafakur
selama 40 hari 40 malam. Selepas itu beliau kemudian teringan dengan segenggam
tanah yang pernah diberikan ayahnya untuk mendirikan sebuah pesantren di tanah
Jawa.

Hal tersebut yang kemudian mendasari pendirian pesantren yang dibantu oleh
masyarakat sekitar dan ibu angkatnya.

4. Peresmian Masjid Demak


Saat peresmian Masjid Demak yang diresmikan oleh Sunan Kalijaga
mempersembahkan sebuah pertunjukan wayang, ternyata Sunan Giri ikut berperan
dalam peristiwa besar tersebut.

Pada awalnya pertunjukan wayang yang ingin dipersembahkan merupakan wayang


rupa seperti wajah manusia atau yang disebut juga dengan wayang beber.

Namun hal tersebut ditentang oleh Sunan Giri karena kurang sesuai dengan ajaran
Islam. Pada akhirnya Sunan Kalijaga berpikir dan mengganti hal tersebut dengan
menggunakan bentuk wayang karikatur, yang saat ini dikenal dengan wayang kulit.

Peresmian Masjid Demak dibuka untuk umum secara gratis. Namun sebagai
gantinya, persyaratan untuk bisa melihat pertunjukan tersebut adalah dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk agama Islam.

Hal tersebut membuat banyak orang yang masuk ke agama Islam.

Jasa-Jasa Sunan Giri


Jasa terbesar dari Sunan Giri yaitu dalam menyebarkan ajaran agama Islam di
Nusantara khususnya di tanah Jawa.

Selain itu beliau juga pernah menjadi hakim dalam perkara Syekh Siti Jenar yang
merupakan seorang wali yang dianggap murtad karena meremehkan syariat Islam
yang telah disebarkan oleh para wali dan juga menyebarkan faham pahteisme.

Dengan adanya kejadian tersebut, Sunan Giri kemudian mengambil tindakan untuk
menghambat tersebarnya aliran yang bertentangan dengan faham Ahlusunnah Wal
Jama’ah.

Keteguhan dan pendirian Sunan Giri dalam menyiarkan syariat Islam membawa
dampak positif bagi generasi Islam selanjutnya. Beliau terus berpegang dengan
syariat Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad tanpa mencampurinya dengan
adat istiadat.

Selain di bidang dakwah agama secara langsung, Sunan Giri juga sangat berjasa
dalam bidang kesenian dengan membuat lagu Pucung dan Asmarandhana.

Dimana setiap tembang yang beliau ciptakan mengandung unsur-unsur dan ajaran
agama Islam didalamnya. Sehingga anak-anak bisa dengan mudah mempelajari
ajaran Islam.

Selain itu, beliau juga menciptakan berbagai permainan anak yang juga mengandung
nilai-nilai Islam di setiap liriknya, yaitu Jithungan, Jamuran, Delikan, dan Cublak-
Cublak Suweng.

Karomah Sunan Giri


Sebagai seorang wali, Sunan Giri memiliki berbagai karomah ayng sangat luar biasa.
Berikut ini beberapa karomah Sunan Giri.

1. Mengubah Batu dan Kerikil Menjadi Barang Berharga


Pernah suatu saat, Sunan Giri membantu ibunya untuk berdagang hingga ke
Kalimantan beserta beberapa orang rombonganya.

Sesampainya di Kalimantan, Sunan Giri menjual barang dagangan tersebut tidak


secara kontan, melainkan boleh dicicil oleh pembelinya tanpa bunga sedikitpun.
Bahkan sebagian dari barang dagangan tersebut juga dibagikan kepada orang yang
membutuhkan, fakir miskin, dan dhuafa.

Melihat hal yang dilakukan oleh Sunan Giri, Abu Hurairah yang merupakan orang
kepercayaan dari ibu angkat Sunan Giri yaitu Nyai Ageng Pinatih memprotesnya.
Menurutnya jika hal tersebut terus dilakukan maka saat pulang tidak akan membawa
keuntungan bahkan dengan tangan hanmpa.
Hal tersebut benar adanya, setelah 10 hari di Kalimantan akhirnya rombongan
tersebut pulang ke Jawa. Dimana orang-orang yang mencicil barang dagangan
tersebut belum sempat membayarnya hingga penuh.

Dengan demikian maka kapal yang dipimpin oleh Abu Hurairah itu pulang ke tanah
Jawa tanpa membawa keuntungan sedikitpun. Mereka juga tidak bisa membawa
barang lain dari Kalimantan karena tidak ada modal untuk membelinya.

Abu Hurairah juga menuturkan jika kapal berlayar tanpa muatan barang maka bisa
membahayakan proses pelayaran. Karena tanpa adanya muatan akan membuat kapal
tersebut terombang-ambing oleh angin dan ombak di laut lepas.

Dengan alasan tersebut kemudian Sunan Giri memerintahkan anggota kapal untuk
mengisi karung-karung dengan bebatuan dan pasir agar kapal memiliki muatan.

Sesampainya di tanah Jawa tepatnya di Kota Gresik, Abu Hurairah langsung


menyampaikan kejadian yang terjadi di Kalimantan kepada Nyai Ageng Pinatih.
Dengan begitu otomatis SUnan Giri mendapatkan marah besar dari ibu angkatnya itu.

Namun Sunan Giri tetap tenang dan meminta ibu angkatnya dan Abu Hurairah untuk
memeriksa kapal yang digunakan untuk berlayar ke Kalimantan itu.

Betapa terkejutnya Abu Hurairah dan Nyai Ageng Pinatih setelah mengecek dan
melihat apa yang terdapat pada kapal tersebut.

Bawaan kapal yang sebelumnya berupa batu dan pasir kemudian berubah menjadi
barang dagangan dari Kalimantan, seperti rotan dan damar.

Dengan kejadian tersebut, Nyai Ageng Pinatih semakin sadar bahwa anak angkatnya
tersebut bukan orang sembarangan dan memiliki karomah yang luar biasa dari Allah.
Ia kemudian semakin tertarik untuk belajar ilmu agama Islam.

2. Adu Kesaktian dengan Begawan Minto Semeru


Kisah para wali yang ditantang adu kesaktian hampir terjadi di semua Walisongo.
Salah satunya yaitu Sunan kudus yang ditantang oleh Ki Ageng Kedu dan Sunan
Bonang yang ditantang oleh Brahmana dari India.

Sunan Giri juga mengalami hal yang sama, dimana beliau ditantang adu kesaktian
oleh tokoh Hindu yang cukup terkenal pada masa itu yakni Begawan Mintu Semeru.

Begawan Mintu Semeru memiliki sebuah padepokan di lereng gunung Lawu,


Jogorogo, Ngawi, Jawa Timur. Ia memiliki kesaktian yang cukup tinggi, dengan
adanya Sunan Giru yang berdakwah ajaran agama Islam membuat Begawan Mintu
Semeru naik pitam dan menantang Sunan Giri untuk beradu kesaktian.
Ia kemudian datang ke Gresik untuk mencari dan menantang Sunan Giri. Pada
akhirnya Sunan Giri menerima tantangan dari Begawan Mintu Semeru.

Dalam adu kesaktian tersebut terjadi 4 pertarungan, diantaranya yaitu:

 Adu kesaktian jubah dan ikat kepala


 Menumpuk ribuan butir telur
 Tempayang melayang di udara
 Merubah angsa menjadi singa
Dari semua itu, Sunan Giri berhasil memenangkannya dan Begawan Minto Semeru
mengakui kekalahannya itu.

Pada akhirnya Begawan Minto Semeru menjadi santri di pesantren Sunan Giri.
Setelah beberapa bulan belajar di pesantren tersebut, Begawan Minto Semeru
memutuskan untuk kembali ke padepokannya itu dan mengajak murid-muridnya
untuk memeluk agama Islam.

Makam Sunan Giri


Sunan Giri meninggal pada usia 63 tahun, beliau meninggal di malam Jumat tanggal
24 Rabiul Awal 913 Hijriah (1506 Masehi / 1428 Saka). Sehingga pada hari Jumat
terakhir di bulan Rabiul Awal di setiap tahunnya diperingati oleh umat muslim di
Kota Gresik dan sekitarnya dengan melakukan Haul Sunan Giri.

Sunan Giri dimakamkan di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa
Timur. Untuk menuju ke makam Sunan Giri tidaklah sulit, karena letaknya berada di
perbatasan Kota Gresik dan Surabaya.

Untuk menuju ke makam tersebut hanya berjarak sekitar 2 km ke arah selatan dari
pusat Kota Gresik. Komplek makam tersebut tepatnya berada di Puncak Bukit Giri.

Letak makam Sunan Giri juga hanya berjarak sekitar 10 menit perjalanan dari makam
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim).

Sebelum memasuki makam Sunan Giri, akan diawali dengan sebuah pintu gapura
dengan bentuknya yang menyerupai candi Bentar. Dimana terdapat 2 patung kepala
naga sebagai simbol tanggal wafat beliau.

Pada pelataran makam Sunan Giri juga terdapat cukup banyak makam. Makam-
makam tersebut diantaranya merupakan makam Bupati, tokoh, atau pemimpin
wilayah Gresik zaman dahulu.

Peninggalan Sunan Giri


Sepeninggal beliau, Sunan Giri meninggalkan beberapa peninggalan yang masih
terjaga hingga kini. Berikut ini beberapa peninggalan dari Sunan Giri.

1. Masjid
Peninggalan Sunan Giri yang pertama yaitu sebuah masjid. Masjid tersebut lokasinya
berada di sebelah makam beliau. Masjid asli peninggalan beliau yaitu bangunan yang
berada di bagian tengah.

Masjid tersebut memiliki gaya arsitektur yang cukup unik, karena mengkombinasikan
antara gaya arsitektur Islam, Jawa, dan Hindu.

2. Giri Kedaton
Salah satu peninggalan Sunan Giri yang paling terkenal yaitu Giri Kedaton. Giri
sendiri memiliki arti bukit, dan kedaton berarti keraton.

Giri Kedaton tersebut dahulu digunakan sebagai pusat pemerintahan kerajaan Giri
yang dipimpin oleh Sunan Giri, Giri Kedaton tersebut juga merupakan sebuah
pondok pesantren.

Menurut sejarah, kerajaan Giri tersebut mampu bertahan sekitar 200 tahun dan telah
melewati beberapa generasi.

Lokasi Giri Kedaton sangatlah strategis, dimana Giri Kedaton terletak di tempat
paling tinggi di Gresik yaitu di Desa Sidomukti.

3. Museum
Semua peninggalan beliau juga tersimpan rapi di sebuah Museum Sunan Giri.
Museum tersebut terletak di area terminal bus Maulana Malik Ibrahim yang juga
tidak jauh dari alun-alun Kota.

Di dalam museum tersebut bisa ditemukan berbagai benda peninggalan dari Sunan
Giri.

4. Telogo Pegat
Peninggalan Sunan Giri yang terakhir yaitu Telogo Pegat. Telaga ini memiliki bentuk
yang sangat besar seperti danau.

Telogo Pegat ini terdapat di kawasan Giri, Kebomas, Gresik. Menurut warga
setempat, telaga ini tidak pernah surut meskipun sedang terjadi kemarau panjang.

Demikian artikel lengkap mengenai Sunan Giri, semoga bisa menambah wawasan
dan keimanan kalian dalam beragama.
Biografi Lengkap Sunan Maulana
Malik Ibrahim Beserta Ajarannya
 

Table of contents: [Hide]
 Perjalanan Hidup Maulana Malik Ibrahim

Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M) adalah tokoh pertama yang


memperkenalkan Islam di Jawa. Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum
Ibrahim As-Samarkandy lahir di Samarkand, Asia Tengah. Babad Tanah Jawi
versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa
terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi.

Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian
rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana
Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden
Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama
Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro
diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi
Muhammad saw.

Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja,


selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang
memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan
Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup
menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim
hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.

Perjalanan Hidup Maulana Malik Ibrahim


Sunan Gresik atau yang lebih dikenal dengan Maulana Malik Ibrahim adalah
salah satu dari sembilan wali (Walisongo). Menurut para sejarawan, beliau
dianggap sebagai wali pertama yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Beliau dimakamkan di Desa Gapurosukolilo, Gresik, Jawa Timur.

Tidak terdapat bukti sejarah yang meyakinkan mengenai asal keturunan


Maulana Malik Ibrahim, meskipun pada umumnya disepakati bahwa ia
bukanlah orang Jawa asli. Sebutan Syekh Maghribi yang diberikan masyarakat
kepadanya, kemungkinan menisbatkan asal keturunannya dari wilayah Arab
Maghrib di Afrika Utara. Babad Tanah Jawi versi J.J. Meinsma menyebutnya
dengan nama Makhdum Ibrahim as-Samarqandy, yang mengikuti pengucapan
lidah Jawa menjadi Syekh Ibrahim Asmarakandi. Ia memperkirakan bahwa
Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal
abad 14.

Dalam buku The History of Java, mengenai asal mula dan perkembangan kota


Gresik, Raffles menyatakan bahwa menurut penuturan para penulis lokal,
Maulana Malik Ibrahim merupakan seorang Pandita terkenal berasal dari
Arabia, keturunan dari Jenal Abidin, dan sepupu raja Chermen (sebuah negara
Sabrang), yang menetap bersama para Mahomedans lainnya di Desa Leran di
Jang’gala. Namun, kemungkinan pendapat yang terkuat adalah berdasarkan
pembacaan J.P. Moquette atas baris kelima tulisan pada prasasti makamnya di
Desa Gapura Wetan, Gresik; yang mengindikasikan bahwa beliau berasal dari
Kashan, suatu tempat di Persia (sekarang Iran).

Adapun dalam berdakwah, para sejarawan menyatakan bahwa Maulana Malik


Ibrahim dianggap sebagai wali pertama yang menyebarkan agama Islam di
tanah Jawa. Beliau datang ke Nusantara (Jawa) tidak sendirian, disertai
beberapa orang. Dan, daerah yang pertama kali disinggahinya ialah Desa
Sembalo yang terletak di daerah Leran, Kecamatan Manyar, sembilan
kilometer dari Kota Gresik. Beliau menyebarkan agama Islam dimulai dari
Jawa bagian timur, dengan mendirikan masjid pertama di Desa Pasucinan,
Manyar.

Dalam berdakwah, pertama-tama yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim 


adalah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah dan
santun diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang
secara tajam agama dan kepercayaan hidup dari penduduk pribumi, melainkan
hanya memperlihatkan keindahan dan kebaikan yang dibawa oleh agama
Islam. Berkat keramah-tamahannya serta sifatnya yang lembut tersebut
membuat masyarakat tertarik untuk memeluk agama Islam.

Setelah berhasil memikat hati masyarakat sekitar, aktivitas selanjutnya yang


dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di tempat
pelabuhan terbuka (sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar). Akivitas
berdagang ini membuat beliau dapat berinteraksi dan lebih dekat dengan
masyarakat luas, khususnya dengan orang-orang dari kerajaan dan para
bangsawan yang ikut serta dalam kegiatan perdagangan baik sebagai pelaku
jual-beli, pemilik kapal, maupun pemodal.
Setelah dakwahnya (diterima) oleh masyarakat, Maulana Malik Ibrahim
kemudian melakukan kunjungan ke daerah Trowulan, ibukota Majapahit.
Meskipun raja Majapahit tidak masuk Islam, namun kehadiran Maulana Malik
Ibrahim disambut dengan baik, bahkan beliau diberikan sebidang tanah di
pinggiran Kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama
desa Gapura.

Selanjutnya, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan


perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim
membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka
agama Islam pada masa selanjutnya. Setelah selesai membangun dan menata
pondokan tempat belajar agama di Leran, Syeh Maulana Malik Ibrahim wafat
tahun 1419. Makamnya kini terdapat di desa Gapura, Gresik, Jawa Timur.

KH. Kholil Bangkalan: Sejarah,


Karomah, Dan Kata Bijaknya
Penulis
 Luthfiyah Yasmin
 -
9 Agustus 2020
6233

KH. Kholil Bangkalan, tidak ada satu orang pun di Indonesia yang
tidak mengenal beliau. Ulama Kharismatik dari pulau garam Madura
yang sangat kesohor sejak jaman kolonial hingga saat ini.

Bahkan kuburan beliau di Bangkalan tidak pernah sepi dari


pengunjung. Baik pengunjung dari pulau Madura sendiri maupun yang
dari luar daerah.

Mencermati ketokohan KH Muhammad Kholil, penting kiranya kita


mengabadikan kisah-kisah hidup beliau dalam bentuk biografi singkat.

Tujuannya tidak lain adalah untuk memperkenalkan sosok ulama NU


terkemuka ini kepada generasi-generasi mendatang, supaya namanya
tetap harum sepanjang masa.

Sejarah KH. Kholil Bangkalan

A. Masa Kelahiran

1. Lahirnya Muhammad Kholil Kecil


KH Kholil lahir di Bangkalan. Ini dia sejarah ringkasnya tentang
kelahiran beliau. Tepat pada hari selasa 11 Jumadil Akhir 1253 H atau
bertepatan dengan tanggal 27 Januari 1820 M, seorang Kyai salaf
yang berasal dari  Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan
Bangkalan, Kabupaten Bangkalan yang bernama Abdul Lathif sedang
“bhunga”. Dalam bahasa Indonesia bermakna sedang berbahagia. Hal
ini dikarenakan beliau dikaruniai seorang putra laki-laki yang sehat
dan gagah. Oleh beliau sang putra di beri nama Muhammad Kholil
yang kelak akan menyandang nama besar sebagai Mbah Kholil
atau KH Kholil.

KH Abdul Lathif sangat menginginkan putranya tersebut menjadi


penerus nenek moyangnya yaitu sebagai pemimpin umat. Nadzar ini
beliau ungkapkan dalam sebuah doa pasca mengadzani telinga
putranya (Muhammad Kholil).
2. Silsilah Muhammad Kholil Bernasab Kepada Sunan Gunung
Jati
Jika dicermati dari aspek historis atau sejarah sesuai yang termaktub
pada KH Kholil silsilah yaitu Muhammad Kholil atau KH Kholil
Bangkalan Madura bernasab kepada para ulama. Bahkan sang ayah,
KH Abdul Lathif masih memiliki hubungan darah degan kanjeng Sunan
Gunung Jati.

Ayah KH Abdul Lathif atau kakek dari Muhammad Kholil bernama Kyai
Hamim. Beliau adalah putra dari seorang ulama bernama Kyai Abdul
Karim.

Kyai Abdul Karim inilah yang bernasab langsung kepada Sunan


Gunung Jati melalui jalur cucunya yang bernama Sayyid Sulaiman.

Karena faktor silsilah inilah, KH Abdul Lathif berharap Muhammad


Kholil bisa mencontoh jejak Sunan Gunung Jati sebagai pemimpin
spiritual umat.

Pendidikan yang diberikan ayahnya kepada Muhammad Kholil Kecil


sangat ketat. Hasilnya pun sangat luar biasa.

Muhammad Kholil atau Mbah Kholil kecil mampu menunjukkan rasa


cinta kepada ilmu pengetahuan yang begitu tinggi. Terutama ilmu
dalam bidang Fiqh dan Nahwu.

Bakat belajar beliau juga sangat luar biasa. Bahkan di usianya yang
masih belia, Mbah Kholil sudah mampu menghafal seribu bait ilmu
Nahwu yang dikenal dengan mata pelajaran Nazham Alfiyah dari Ibnu
Malik.

Karena kemampuan dan bakat beliau yang luar biasa itulah, kedua
orang tuanya pun memasukkan Mbah Kholil Kecil ke pondok pesantren
untuk memperdalam ilmu agama terlebih tentang kaidah ilmu Fiqh
dan Nahwu.

B. Masa Menuntut Ilmu

1. Belajar Ke Pondok Pesantren


Pada tahun 1850, tepatnya pada usia yang ke dua puluh, Muhammad
Kholil mulai memasuki pondok pesantren, dan pondok pesantren
pertama yang beliau masuki adalah Ponpes Langitan yang diasuh oleh
Kyai Muhammad Nur yang lokasinya ada di Tuban Jawa Timur.
Selepas dari Ponpes Langitan, beliau mondok di ponpes Cangaan
Bangil Pasuruan dan dilanjutkan ke pondok pesantren Keboncandi.

Sejak Muhammad Kholil mondok di Ponpes Keboncandi itulah, gairah


belajarnya semakin tinggi. Bahkan beliau tidak ragu untuk belajar
secara personal kepada salah satu keluarganya sendiri yaitu Kyai Nur
Hasan yang ada di daerah Sidogiri.

Padahal jarak Sidogiri dari Ponpes Keboncandi sangat jauh, kurang


lebih berjarak 7 kilometer.  Akan tetapi beliau tetap melakukannya
dengan semangat sekalipun harus menempuh jarak nan jauh dengan
berjalan kaki.

Ternyata, yang menjadi kekuatan beliau ketika berjalan kaki yang


cukup jauh dari Keboncandi ke Sidogiri adalah mengkhatamkan Surat
Yasin. Salah satu surat Al Quran yang ia baca dari awal perjalanan
hingga sampai ke tempat tujuan.

2. Kemandirian Syaikh Khona Kholil


Sesungguhnya, Muhammad Kholil tidak perlu melakukan perjalanan
bolak-balik dari Keboncandi ke Sidogiri.

Karena ia masih bisa menetap di Sidogiri dan tinggal di sana dengan


nyaman sembari mengaji kepada Kyai Nur Hasan. Namun, ada alasan
kuat yang membuat beliau memilih berjalan kaki setiap hari dari
Keboncandi ke Sidogiri, Yaitu untuk belajar kemandirian.

Jika beliau memilih berdomisili di Sidogiri tentu biaya yang harus


dikeluarkan oleh kedua orang tuanya sangat besar.

Sedangkan Muhammad Kholil Kecil tidak ingin membebani orang tua


yang beliau hormati dan takdzimi dengan hal tersebut.

Sedangkan jika beliau masih tinggal di Keboncandi, beliau masih


memiliki kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya
tanpa bantuan orang tuanya.

Karena pada waktu itu, Muhammad Kholil mondok sembari bekerja


sebagai buruh batik.

Dari pengalaman beliau mondok di beberapa pondok pesantren itulah,


banyak sekali ilmu yang beliau dapatkan.

Diantaranya adalah mampu membaca Al-Qur’an dengan Qira’at Sab’ah


serta hafal Matan Alfiyah atau tata Bahasa Arab. Selain itu, beliau juga
seorang penghafal Al Qur’an hingga mendapat gelas hafidz.
3. Cita-Cita Muhammad Kholil Belajar di Mekah
Pada suatu waktu, timbul keinginan Muhammad Kholil untuk menuntut
ilmu agama di kota Mekah. Karena di masa itu, belajar di kota suci
umat islam tersebut merupakan impian seluruh santri. Namun, yang
unik dari beliau adalah, beliau ingin mondok di Mekah tanpa harus
membebani orang tuanya dengan biaya dan bekal.

Untuk merealisasikan impiannya tersebut, Muhammad Kholil pun pergi


ke Pondok Pesantren yang cukup populer di daerah Banyuwangi.
Alasannya adalah karena pengasuh ponpes tersebut adalah seorang
Kyai yang juga memiliki kebun kelapa cukup lebar. Jadi di sana,
Muhammad Kholil bisa belajar agama sekaligus bekerja sebagai buruh
pemetik kelapa dengan gaji sebesar 2.5 sen perpohon.

Seluruh uang hasil memetik buah kelapa beliau tabung dengan baik
dan istiqomah.  Sedangkan untuk biaya makan sehari-hari beliau ikut
membantu pengasuh mengisi bak mandi, mencuci dan beberapa kali
juga menjadi koki untuk kawan-kawan santrinya.

Akhirnya tepat pada tahun 1859 Masehi, pasca menikah dengan putri
dari Lodra Putih yang bernama Nyai Asik, beliau pun berangkat ke
Mekah untuk menuntut ilmu di sana dengan biaya dari tabungan
sendiri.

4. Saat-Saat Menuntut Ilmu Di Mekah


Di Mekah, Muhammad Kholil belajar kepada Syekh atau tuan guru
yang memang memiliki kapasitas ilmu cukup mumpuni. Berikut
beberapa rilis guru-guru beliau yang masyhur yaitu :

1. Syeikh Nawawi Al-Bantani (Guru Ulama Indonesia dari


Banten).
2. Syeikh Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi
3. Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan
4. Syeikh Mustafa bin Muhammad Al-Afifi Al-Makki
5. Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud Asy-Syarwani.

Namun, studi sanad hadist, KH Kholil Bangkalan belajar kepada ulama


terkemuka Syeikh Nawawi Al-Bantani dan Abdul Ghani bin Subuh bin
Ismail Al-Bimawi yang keduanya merupakan guru besar Mekah yang
berasal dari Indonesia tepatnya dari kota Bima Sumbawa Indonesia.

Di kala itu, para guru di Mekah sudah multi mahdzab. Apalagi yang
mengajar di Masjidil Haram. Sehingga Muhammad Kholil juga belajar
tentang perbandingan mahdzab kepada para gurunya di atas. 
Walaupun begitu, Muhammad Kholil atau Mbah kholil lebih condong
kepada mahdzab Syafi’i sehingga  guru yang ia jadikan rujukan lebih
banyak dari kalangan syafi’iyah.

Mbah Kholil menuntut ilmu di Mekah seangkatan dengan para ulama


besar di indonesia seperti:

1. Syeikh Nawawi Al-Bantani


2. Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi
3. Syeikh Muhammad Yasin Al-Fadani

Luar biasanya, diantara teman-teman yang tenar diatas, Mbah Kholil


cukup disegani. Bahkan beliau dituakan dan dimuliakan.

5. Lahirnya Huruf Pegon


Huruf Pegon pertama kali muncul dimulai dari kreativitas Muhammad
Kholil beserta dua rekannya yaitu Syeikh Nawawi Al-Bantani dan
Syeikh Shaleh As-Samarani (Semarang). Kreatifitas itu muncul di
Mekah, kabarnya mendapatkan ilham untuk mengarang kaidah tanda
aksara tersebut.

Huruf Pegon sendiri merupakan tulisan Arab yang diadopsikan ke


dalam bahasa Jawa (jawi).  Bahkan beberapa di antaranya juga
diserap ke dalam bahasa Madura dan Sunda.

Akhirnya setelah beberapa tahun mengenyam pendidikan di Mekah,


Mbah Kholil kembali ke tanah air dengan segudang ilmu diantaranya
adalah menjadi pakar Nahwu, Fiqh, Ilmu Tariqat dan yang lainnya.
Bukan itu saja, demi perkembangan islam di nusantara, Muhammad
Kholil atau Mbah Kholil ikut membangun pondok pesantren yang
terletak di desa Cengkebuan yang berdekatan dengan tanah
kelahirannya yaitu Bangkalan Madura.

6. Kembali ke Tanah Air


Pasca mendirikan pondok pesantren di Cengkuban, pamor KH
Muhammad Kholil sebagai tokoh ulama kharismatik semakin kuat.

Bahkan, semakin hari, santri yang mondok di ponpes tersebut terus


bertambah yang sebagian besar berasal dari daerah sekitar Madura.

Akan tetapi pasca putri beliau yang bernama Siti Khatimah menikah
dengan sang keponakan yaitu Kyai Muntaha, pondok pesantren pun
diberikan kepada sang menantu untuk diurus dengan baik. Sedangkan
KH Muhammad Kholil sendiri membangun pesantren baru yang berada
di kota Bangkalan.
Tepatnya di daerah Kademangan, 200 meter ke arah barat alun-alun
Bangkalan. Pesantren yang baru ini hanya berjarak 1 kilo meter saja
dari pesantren yang lama.

Sama dengan pondok pesantren yang lama, Ponpes yang baru ini,
perkembangannya juga sangat cepat. Bahkan, santri yang mondok
tidak hanya dari daerah Bangkalan dan Madura saja tetapi juga ada
yang dari seberang Pulau Jawa.

Menurut Sejarahnya di masa inilah, KH Hasyim Asyari pendiri


Nahdlatul Ulama dari Jombang ikut mondok di pesantren KH
Muhammad Kholil.

Intinya, sejak KH Muhammad Kholil kembali ke tanah air, beliau


benar-benar menjadi ulama yang luar biasa. Selain dianggap pakar
ilmu Fiqh dan Nahwu Shorrof, beliau juga dianggap
memiliki waskita atau karomah yang luar biasa.

C. Masa Perjuangan KH Muhammad Kholil Melawan


Penjajah
KH Muhammad Kholil merupakan ulama sekaligus patriot bangsa.
Bahkan beliau ikut berjuang untuk meruntuhkan kekuasan kolonial di
bumi nusantara.

Sekalipun  metode yang beliau gunakan tidak secara langsung dengan


agresi bersenjata tetapi dengan kekuatan di balik layar.

Langkah pertama perjuangan KH Muhammad Kholil adalah melalui


pendidikan.  Di bidang ini, beliau tidak pernah putus asa
menggembleng para santrinya untuk menjadi pemimpin bangsa yang
tangguh dan berkualitas.

Usaha beliau akhirnya berhasil dengan banyaknya pemimpin umat


yang luar biasa, adil, berintegritas serta berani memperjuangkan
kebenaran. Bahkan dari tangannyalah pendiri pesantren Tebu Ireng
Hasyim Asyari dilahirkan.

Langkah perlawanan KH Muhammad Kholil yang kedua adalah


melalui transfer ilmu kanuragan. Bahkan beliau tidak segan membekali
para santrinya tenaga dalam agar bisa ikut berjuang melawan
penjajah di medan perang.

Bahkan di beberapa peristiwa perjuangan, pondok pesantren KH


Muhammad Kholil dijadikan tempat persembunyian para laskar.
Karena hal itulah beberapa kali KH Muhammad Kholil di penjara oleh
penjajah.

Usaha KH Muhammad Kholil dalam mencetak putra terbaik bangsa


memang patut diteladani.  Bahkan di antara mereka ada yang terkenal
sebagai ulama kharismatik yang tetap populer sampai saat ini, seperti:

1. KH. Hasyim Asy’ari (pengasas Nahdlatul Ulama/NU)


2. KH. Abdul Wahab Chasbullah (pendiri Pondok Pesantren
Tambak Beras, Jombang)
3. KH. Bisri Syansuri (pendiri Pondok Pesantren Denanyar,
Jombang)
4. KH. Ma’shum (pendiri Pondok Pesantren Lasem, Rembang)
5. KH. Bisri Mustofa (pendiri Pondok Pesantren Rembang),
6. KH. As’ad Syamsul `Arifin (pengasuh Pondok Pesantren
Asembagus, Situbondo).

Karomah KH Muhammad Kholil


Karomah memiliki arti Mulia. Sedangkan definisi berbeda diungkapkan
oleh Syeikh Thahir bin Shaleh Al-Jazairi, ulama pengarang kitab
Jawahirul Kalamiyah. Menurut beliau makna karomah adalah peristiwa
luar biasa yang muncul karena sosok kewalian seorang manusia.
Namun standar karomah ini tidak seperti mukjizat pada nabi dan
rosul.

KH Muhammad Kholil juga memiliki karomah diantaranya adalah:

1. Mampu Membelah Diri


Ilmu kanuragan KH Muhammad Kholil sangat luar biasa. Bahkan beliau
mampu “mecah raga” atau membelah diri.  Dengan kemampuannya
tersebut, beliau mampu tinggal di dua tempat berbeda dalam waktu
bersamaan.

Pernah pada suatu waktu beliau mengajar sekaligus sedang menolong


orang yang perahunya pecah.  Para santri keheranan karena busana
beliau basah kuyup. Baru satu bulan kemudian, para santri
mengetahui penyebab basahnya busana beliau manakala nelayan
yang ditolong tersebut mengucapkan terima kasih kepada KH
Muhammad Kholil.
Baca Juga:  Biografi Tokoh-Tokoh Pendiri NU, Lengkap
dengan Kontribusinya

2. Menyembuhkan Orang Lumpuh


Salah satu murid KH Muhammad Kholil Bangkalan menulis buku yang
berjudul “Tindak Lampah Romo Yai Syeikh Ahmad Jauhari Umar”. Di
dalam buku tersebut, si penulis yaitu Syeikh Ahmad Jauhari Umar
sendiri menyatakan kalau guru beliau KH Muhammad Kholil Bangkalan
merupakan sosok ulama yang memiliki karomah luar biasa.

Menurutnya, KH Muhammad Kholil pernah menyembuhkan orang


lumpuh seketika dengan cara yang unik. Kebetulan orang tersebut
adalah keturunan Cina. Karena berbagai pengobatan tidak mempan,
akhirnya dia dibawa ke Bangkalan untuk berobat ke KH Muhammad
Kholil.

Namun tak dinyana, ketika si sakit ini baru sampai di halaman rumah
beliau, KH Muhammad Kholil langsung keluar dengan menghunus
pedang. Akhirnya si sakit pun lari ketakutan. Anehnya akibat rasa
takut itulah, penyakitnya menjadi sembuh.

3. Kisah Pencuri Timun Tidak Bisa Duduk


Pada suatu waktu, ada peristiwa di mana para petani khususnya
petani Bangkalan mengeluh. Sebabnya, hasil panen mentimun mereka
mengalami kerugian akibat banyak diambil oleh pencuri. Karena kasus
ini terus terjadi, akhirnya para petani ini pun sowan ke KH Muhammad
Kholil Bangkalan.  Akhirnya mereka diberikan doa-doa penangkal
supaya pencuri tidak lagi mengganggu hasil panen mereka.

Keesokan harinya ketika semua petani pergi ke sawah, terlihat


pemandangan mengejutkan. Semua pencuri timun yang meresahkan
tersebut, terlihat berdiri di sawah-sawah mereka dengan wajah
ketakutan. Mereka tidak bisa duduk dan akan merasa kesakitan jika
akan duduk. Akhirnya pencuri timun tersebut bisa ditangkap oleh
warga.

Petani tersebut akhirnya bisa duduk kembali ketika dibawa ke hadapan


KH Muhammad Kholil.  Mereka pun disembuhkan oleh beliau dengan
syarat tidak akan mengulangi perbuatannya melakukan pencurian
hasil panen milik warga.

4. Kisah Ketinggalan Kapal Laut


Kisah karomah KH Muhammad Kholil yang lainnya adalah cerita
ketinggalan kapal laut. Peristiwa ini terjadi saat musim haji. Yang
mana di kala itu, transportasi ke Mekah hanya menggunakan kapal
laut.

Ketika kapal sudah bersiap untuk berangkat, tiba-tiba ada penumpang


perempuan yang berpesan kepada suaminya agar dibelikan buah
anggur. Karena si suami merasa kasihan akhirnya dia turun dari kapal
untuk membeli buah tersebut.

Karena sulitnya menemukan buah anggur, akhirnya pencarian si suami


memakan waktu cukup lama. Baru ketika menemukan sebuah pasar
yang cukup besar, dia bisa mendapatkan buah pesanan istrinya dan
dia pun kembali ke kapal untuk menemui istrinya. Sayang ketika si
suami sampai di pelabuhan, ternyata kapal yang ditumpangi sang istri
sudah berangkat.

Akhirnya atas usulan beberapa orang, dia pun pergi menemui KH


Muhammad Kholil. Dengan karomah beliau, si suami yang ketinggalan
kapal ini bisa langsung berada di atas kapal tanpa orang
disekelilingnya menyadari. Seakan tidak ada peristiwa luar biasa yang
sedang terjadi.

Itulah Karomah dari ulama kharismatik Madura KH. Muhammad Kholil


Bangkalan yang terus dikenang hingga beliau, KH Kholil Bangkalan
wafat berpulang ke Rahmatullah.

Kata Bijak KH Muhammad Kholil Bangkalan


Setelah mengetahui sejarah dan karomah KH Muhammad Kholil
Bangkalan, berikut kami juga rilis beberapa kata bijak beliau yang bisa
dijadikan sebagai bekal dalam menjalani kehidupan yang baik, yaitu:

1. Dalam menuntut ilmu kita harus melakukan perilaku prihatin,


tidak bermewah-mewahan dan menyia-nyiakan waktu.
2. Beragam cara guru dalam mendidik santrinya agar menjadi
santri yang sukses dalam meraih ilmu yang bermanfaat
3. Perintah seorang guru harus kita patuhi selagi masih dalam
koridor yang tidak bertentangan dengan syariat
4. Ketika di pesantren kita harus berusaha untuk tidak
membebani orang tua dan mengecewakan atas jerih
payahnya mengongkosi kita saat di pesantren.
5. Sikap tawadhu’ dan kehidupan sederhana harus kita jalani,
baik kita saat di pesantren maupun saat berada di rumah.
6. Dalam hidup bermasyarakat kita harus bisa mengayomi
masyarakat dan membantu atas kesusahan dan keluhan
mereka.

Itulah sejarah, karomah dan kata bijak KH Kholil. Semoga artikel ini
bisa menjadi pengetahuan kita bersama, bahwa pernah lahir seorang
ulama besar kharismatik Indonesia asal pulau Garam Madura dengan
berbagai kearifan dan kerendahan hatinya. Semoga  bisa memotivasi
untuk meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada
Allah Subhanahu Wa Taala.
Doa Perjalanan dan Bepergian:

ِ‫س ِم هللاِ تَ َو َّك ْلتُ َعلَى هللاِ الَ َحو َل َوالَ قُ َّوةَ اِالَّ بِا هلل‬
ْ ِ‫ب‬
“Bismillaahi, tawakkaltu ‘alallaahi laa haula wa laa quwwata illaa billaah”

Artinya :

“Dengan menyebut nama Allah, aku menyerahkan diriku kepada Allah dan tidak ada
daya dan kekuatan selain Allah”.

Doa Naik Kendaraan

‫س َّخ َر لَنَا َه َذا َو َما ُكنَّا لَهُ ُم ْق ِر نِ ْي َن‬ ْ ‫ان الَّ ِذ‬
َ ‫ي‬ َ ‫س ْب َح‬
ُ
‫وَِإنَّا ِإلَى َربِّنَا لَ ُم ْنقَلِبُ ْو َن‬
“Subhaanalladzii sakhkhara lanaa hadzaa wamaa kunnaa lahuu muqriniin, wa
innaa ilaa rabbinaa lamunqolibuun.”

Artinya:

“Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami
sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali
kepada Tuhan kami (di hari kiamat).”

Selain doa naik kendaraan seperti yang tertulis diatas, berikut terdapat
alternatif doa naik kendaraan yang dapat diamalkan ketika hendak bepergian
dengan kendaraan.

‫ ا ْل َح ْم ُد‬،ِ ‫ ا ْل َح ْم ُد هَّلِل‬.. َ‫ َوِإنَّا ِإلَى َربِّنَا لَ ُم ْنقَلِبُ ْون‬. َ‫س َّخ َر لَنَا َه َذا َو َما ُكنَّا لَهُ ُم ْق ِرنِيْن‬ ُ ..ِ ‫ ا ْل َح ْم ُد هَّلِل‬،ِ‫س ِم هللا‬
ْ ‫س ْب َحانَ الَّ ِذ‬
َ ‫ي‬ ْ ِ‫ب‬
َّ‫الذنُ ْو َب ِإال‬ُّ ‫ فَِإنَّهُ الَ يَ ْغفِ ُر‬،‫س ْي فَا ْغفِ ْر لِ ْي‬ ْ َ َ َ ِّ َّ
ِ ‫س ْب َحان َك الل ُه َّم ِإن ْي ظل ْمتُ نف‬ َ ْ ‫َأ‬ ْ ‫َأ‬ ْ ‫َأ‬
ُ ،‫ هللاُ كبَ ُر‬،‫ هللاُ كبَ ُر‬،‫ هللاُ كبَ ُر‬،ِ ‫ ال َح ْم ُد‬،ِ ‫هَّلِل‬
‫هَّلِل‬ ْ
َ‫َأ ْنت‬

“Bismillah , al’hamdulillah . Sub’haanalladzii sakhoro lanaa hadzaa wa maa


kunnaa lahu muqriniin. Wa innaa ila rabbinaa lamunngqolibuun…
al’hamdulillaah, al’hamdulillaah, al’hamdulillaah, allaahuakbar, allaahuakbar,
allaahuakbar.. Sub’haanakallaahumma innii dzholamtu nafsii faghfirlii, fa
innahu laa yaghfirudz dzunuuba illaa annta”

Artinya:

“Dengan menyebut nama Allah, segala puji bagi Allah, Maha Suci Tuhan yang
menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. Segala
puji bagi Allah, Segala puji bagi Allah, Segala puji bagi Allah, Maha besar Engkau
ya Allah, Maha besar Engkau ya Allah, Maha besar Engkau ya Allah…
Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya
tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.”

Doa Ketika Naik Kendaraan Laut/Udara

‫ساهَا ۚ ِإنَّ َربِّي لَ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬


َ ‫س ِم هللاِ َم ْج َراهَا َو ُم ْر‬
ْ ِ‫ب‬

“Bismillaahi  majreehaa wa mursaahaa inna rabbi laghafuurur rahiim”

Artinya:

“Dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya


Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

TopViz

Doa Perjalanan atau Bepergian Jauh

ٰ ٰ
‫ب‬
ُ ‫اح‬
ِ ‫ص‬َّ ‫سفَ َرنَا َه َذا َوا ْط ِو َعنَّابُ ْع َدهُ اَللّ ُه َّم اَ ْنتَ ال‬
َ ‫اَللّ ُه َّم َه ِّونْ َعلَ ْينَا‬
‫سفَ ِر َوا ْل َخلِ ْيفَةُفِى ااْل َه ِْل‬
َّ ‫فِى ال‬
“ Allaahumma hawwin ‘alainaa safaranaa hadzaa wathwi ‘annaa bu’dahu
allaahumma anta ashshoohibu fissafari walkholiifatu fil-ahl”

Artinya :

“Ya Allah, mudahkanlah kami berpergian ini, dan dekatkanlah kejauhannya. Ya


Allah yang menemani dalam berpergian, dan Engkau pula yang melindungi
keluarga”.

Doa Ketika Memasuki Suatu Wilayah

Berikut bacaan doa ketika memasuki suatu wilayah yang dapat diamalkan.

‫اح‬
ِ َ‫الري‬
ِّ ‫ب‬ ْ ‫اطي ِن َو َما َأ‬
َّ ‫ضلَ ْلنَ َو َر‬ ِ َ‫شي‬ َّ ‫ب ال‬َّ ‫س ْب ِع َو َما َأ ْقلَ ْلنَ َو َر‬ ِ ‫ب اَأل َر‬
َّ ‫ضي ِن ال‬ َّ ‫س ْب ِع َو َما َأ ْظلَ ْلنَ َو َر‬
َّ ‫ت ال‬
ِ ‫س َم َوا‬ َّ ‫ب ال‬َّ ‫اللَّ ُه َّم َر‬
‫َأ‬
‫ش ِّر ْهلِ َها َوش َِّر َما فِي َها‬ َ ‫ش ِّرهَا َو‬ ُ َ ‫َأ‬ َ َ ْ
َ ْ‫س ل َك خ ْي َر َه ِذ ِه الق ْريَ ِة َوخ ْي َر ْهلِ َها َون ُعوذ بِ َك ِمن‬ َ ُ ‫َأ‬ ْ ‫َو َما َذ َريْنَ فِإنا ن‬
َ َّ َ

Artinya:

“Ya Allah Rabb pemilik tujuh lapis langit dan apa yang dinaunginya, Rabb tujuh
lapis bumi dan apa yang dikandungnya, Rabb para syetan dan apa yang
disesatkannya dan Rabb angin dan apa yang dihembuskannya, aku mohon kepadaMu
kebaikan daerah ini, kebaikan penduduknya, serta kebaikan yang ada di dalamnya.
Aku berlindung kepadaMu dari keburukan daerah ini, keburukan penduduknya serta
keburukan yang ada di dalamnya.” (HR. Hakim, Ibnu Hikam dan Baihaqi;
shahih).

Doa Ketika Singgah ke Suatu Tempat

َ َ‫ش ِّر َما َخل‬


‫ق‬ َ ْ‫ت ِمن‬ ِ ‫َأعُو ُذ بِ َكلِ َما‬
ِ ‫ت هَّللا ِ التَّا َّما‬
“A’uudzu bikalimaatillaahittaammaati min-syarri maa kholaq”

Artinya:

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan


makhlukNya” (HR. Muslim).

Doa Ketika Sampai Tujuan

‫ش ْم َل بِ ْي‬ ْ ‫سلَّ َمنِ ْي َوالَّ ِذ‬


َّ ‫ي آ َوانِ ْي َج َم َع ال‬ ْ ‫اَ ْل َح ْم ُدهللِ الَّ ِذ‬
َ ‫ي‬
“Alhamdu lillaahil-ladzii sallamanii wal-ladzii aawaanii wal-ladzii jama’asy-
syamla bii”

Artinya:

“Segala puji milik Alloh yang telah menyelamatkan aku dan yang telah melindungiku
dan yang mengumpulkan aku dengan keluargaku.”

Demikian beberapa doa perjalanan dan bepergian yang dapat diamalkan


ketika hendak melakukan perjalanan, semoga bermanfaat!

Tata Cara Ziarah Kubur


Ilustrasi Orang Sedang Ziarah Kubur. (Foto: Shutterstock)
Dengan mengetahui tata cara ziarah kubur sesuai sunnah, beserta bacaan doa menurut
Islam, diharapkan iman terhadap Allah makin bertambah.

Dream - Ziarah kubur merupakan amalan sunah yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Apalagi makam orangtua sendiri.

Namun banyak di antara kita yang terkadang jarang ziarah kubur. Padatnya aktivitas
menjadi salah satu alasan tidak ziarah kubur.

Dalam tata cara ziarah kubur, ada adab yang harus dan tidak harus dilakukan. Salah
satu adab dalam tata cara ziarah kubur menurut Islam adalah mendoakan orang yang
dimakamkan di hadapan kita.

Sementara menaburkan bunga atau menyiramkan air di atas makam bukan menjadi
bagian wajib dari tata cara ziarah kubur sesuai sunnah.

Di Indonesia, orang kebanyakan melakukan ziarah kubur saat bulan Ramadan atau
Idul Fitri. Padahal, ziarah kubur dapat dilaksanakan kapan saja dan tidak terikat
waktu tertentu.

Tetapi, meski sudah jadi kebiasaan di Indonesia, hukum ziarah kubur bukan ibadah
yang bersifat wajib dan tidak berdosa jika tidak melakukannya.

Ziarah kubur menurut Islam hanyalah salah satu sarana agar seorang Muslim selalu
beriman dan mengingat kematian. Dengan ziarah kubur, umat Islam akan mengingat
bahwa kematian itu nyata.

Mereka akan makin beriman karena percaya adanya hari Kiamat, di mana amal
ibadah akan dihisab atau dihitung oleh Allah SWT.
Jadi, ziarah kubur sesuai sunnah sama sekali tidak ada kaitannya dengan minta doa
atau pertolongan pada arwah yang sudah meninggal.

Dengan mengetahui tata cara ziarah kubur menurut Rasulullah, kita terhindar dari
musyrik. Karena kuburan bukan tempat atau benda yang memiliki nilai khusus.

Sebelum mempelajari tata cara ziarah kubur menurut Islam, kita harus memahami
hukumnya. Dengan memahami hukum ziarah kubur seusai sunnah, kita menjadi lebih
mantap  mendoakan orang yang meninggal di hadapan kita.

1 dari 2 halaman

Hukum Ziarah Kubur Menurut Islam

Dikutip dari NU Online, ziarah kubur adalah salah satu ritual yang awalnya
diharamkan lalu dibatalkan (manshukh) oleh Rasulullah. Namun ziarah kubur
akhirnya menjadi suatu anjuran yang disunnahkan untuk dilakukan.

Rasulullah bersabda dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah mengatakan,
yang artinya, " (Dulu) Aku melarang kalian ziarah kubur, maka (sekarang)
berziarahlah kalian ke kuburan, sesungguhnya ziarah kubur membuat kalian zuhud
di dunia dan mengingatkan kalian pada akhirat" . (HR. Ibnu Majah)

Namun saat ziarah kubur, peziarah harus mendoakan orang yang berada dalam kubur,
bukan minta doa atau pertolongan.

Sebab doa dan zikir yang dibacakan oleh peziarah dengan niat pahalanya ditujukan
pada orang yang telah meninngal, menurut kesepakatan para ulama pasti sampai pada
orang yang meninggal.

Imam Nawawi berkata dalam kitabnya, Al-Adzkar, bahwa para ulama sepakat bahwa
doa kepada orang yang meninggal, bermanfaat dan sampai pada mereka.
" Diriwayatkan dari Nabi Muhammad bahwa sesungguhnya beliau bersabda, 'Tidak
ada perumpamaan mayit di kuburnya kecuali seperti orang tenggelam yang ingin
ditolong. Mayit menunggu doa yang ditujukan padanya baik dari anaknya,
saudaranya ataupun temannya. Ketika doa itu telah tertuju padanya, maka doa itu
lebih ia cintai daripada dunia dan seisinya'." (Syekh Nawawi Al-Bantani, Nihayat al-
Zain, hal. 281)

Demikianlah hukum yang perlu dipahami sebelum kita sampai pada pembahasan
tentang tata cara ziarah kubur sesuai sunnah, lengkap dengan bacaan doa menurut
Islam

2 dari 2 halaman

Tata Cara Ziarah Kubur Sesuai Sunnah, Lengkap Dengan Bacaan


Doa Menurut Islam

Dalam Islam, terdapat ajaran mengenai adab dan tata cara ziarah kubur. Ini
dimaksudkan agar orang tidak berbuat seenaknya lantaran menganggap mereka yang
dimakamkan merupakan benda mati.

Untuk itu, Rasulullah menganjurkan bagi para peziarah untuk mengucapkan salam
saat memasuki area pemakaman. Ucapan salam itu ditujukan kepada para jenazah
yang dimakamkan di sana.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini adab dan tata cara ziarah kubur sesuai sunnah:

1. Sebaiknya Berwudhu
Sebelum pergi ziarah kubur, hendaknya peziarah berwudhu terlebih dahulu.

2. Mengucapkan Salam
Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk mengucapkan salam yang juga sekaligus
doa ketika masuk ke dalam area pemakaman. Berikut ini lafal salam saat masuk area
pemakaman:
" ASSALAMU ’ALAIKUM AHLAD-DIYAAR MINAL MU’MINIINA WAL
MUSLIMIIN. YARHAMULLOOHUL MUSTAQDIMIINA MINNAA WAL
MUSTA’KHIRIIN. WA INNA INSYAA ALLOOHU BIKUM LA-
LAAHIQUUN. WA AS ALULLOOHA LANAA WALAKUMUL ‘AAFIYAH."

Artinya:

" Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari
(golongan) orang-orang beriman dan orang-orang Islam, semoga Allah merahmati
orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang datang belakangan.
Kami insya Allah akan menyusul kalian, saya meminta keselamatan untuk kami dan
kalian."

2. Menghadap Kiblat Saat Akan Mendoakan Mayit


Saat akan mendoakan mayit, hendaknya menghadap kiblat.

3. Membaca Doa Untuk Mayit


Setelah itu membaca tasbih, takbir, tahmid, zikir dan doa yang dikhususkan untuk
mayit. Kemudian mendoakan mayit yang diakhir dengan bacaan al-Fatihah sebagai
penutup.

Berikut bacaan doa ziarah kubur sesuai Islam:

A'udzubillahi minasyaithoonir rojim. Bismillahirrohmannirrohim.


Alhamdullilahi robbil 'alamin, hamdan syakiriin, hamdannaa'imiin, hamdan
yuwaafiini'amahu wayukaafii mazidah, yaa robbanaa lakal hamdu kamaa
yanbaghi lijalali wajhika wa'adzimi sultonik, allohumma shoolli wasalim 'ala
sayyidina muhammad wa'ala alii sayyidina muhammad.

Alloh humma taqobal wa ausil sawaaaba maa qoro, nahu minal qur'anil 'adzim,
wa maa halalna wa maa sabahna wamastaghfarnaa wamaa sholaina
'atsayyidina muhammad sollallohu'alaihi wasallam, hadiyatan wasilatan,
warohmatan najilatan wa barokatan samilatan ilaa hadoroti habibina wasafi'ina
waquroti a'ayuninaa sayyidina wamaulanaa muhammadin sollallohu 'alaihi wa
sallam, wa ila jami'ii ikhwanihi minal anbiyaai walmursaliina wal auliyaai,
wassuhadai, wassolihina, wassohabati wattabi'ina wal'ulamail 'alimina wal
mushonnafiinal mukhlisiina wa jami'il mujaa-hidiina fi sabilillahi robbil
'alaminn, wal malaikatil muqorrobina khusushan ila sayyidina syaih abdul
qodir zailanii.

Summa ilaa jami'i ahlil qubur, minal muslimiina wal muslimati, wal mu miniina
wal mu minaati, min masaarikil ardhi ila magooribiha barriha wabahriha
khusushan ila aabaaina wa ummahaa tiinaa, wa ajdaadina, wanakhussu
khusushan manijtam'anaa hahunaa bisababihi waliajlihi.

Alloh hummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu anhu wa akrim nujulahu


wawasi' madholahu, waghsilhu bilmai wassalji wal barodi wanaqihi minal
khotooya, kama yunaqqo saubul abyadu minaddannasi wa abdilhu, darron
khoiron min daarihi wa ahlan khoiron min ahlihi wa jaujan khoiron min jauzihi
wa adhilhul jannata wa 'aidhu min 'adzabil qobri wa fitnatihi wa min
'adzabinnar, allohhumaghfir lihayyina wa mayyitina wa sahhidiina wa ghoniina
washogiirona wa kaabirona wadakirona wa ansana, allohumma man ahyaitahu
minna fa ahyihi 'alal islami wa man tawafaitahu minna fatawafahu alal iiman
allohumma la tuhrimna azrohu wa laa tudillanaa ba'dahu birohmatikayaa
arhamarroohimiin, wal hamdu lillahi robbil 'aalamiin.

Artinya:

Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Dengan menyebut
nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah penguasa alam semesta, sebagaimana orang-orang yang
bersyukur dan orang-orang yang mendapat banyak kenikmatan memuji-Nya. Dengan
pujian yang sepadan dan nikmat-Nya dan memungkinkan pertambahannya. Wahai
Tuhan kami, pujian hanyalah untuk-Mu, sebagaimana yang layak akan kemuliaan
Dzat-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu. Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan
keselamatan kepada Nabi Muhammad junjungan kami dan kepada keluarga beliau.
Ya Allah, terimalah dan sampaikanlah pahala Alquran yang kami baca, tahlil kami,
tasbih kami, istighfar kami dan shalawat kami kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai hadiah yang menjadi penyambung, sebagai rahmat yang turun dan sebagai
berkah yang menyebar kepada kekasih kami, penolong kami dan buah hati kami,
pemuka dan pemimpin kami, yaitu Nabi Muhammad SAW, juga kepada seluruh
kawan-kawan beliau dari kalangan para Nabi dan Rasul, para wali, para syuhada',
orang-orang shalih, para sahabat, para tabi'in, para ulama yang mengamalkan
ilmunya, para pengarang yang ikhlas dan orang-orang yang berjihad di jalan Allah
Tuhan semesta alam, serta para malaikat yang selalu beribadah, khususnya
ditujukan kepada Syekh Abdul Qadir Jailani.

Kemudian kepada seluruh penghuni kubur dari kalangan orang-orang Islam laki-laki
dan perempuan, orang mukmin laki-laki dan perempuan, dari belahan bumi timur
dan barat, di laut dan di darat, terutama kepada bapak-bapak dan ibu-ibu kami,
kakek dan nenek kami, lebih utamakan lagi kepada orang yang menyebabkan kami
berkumpul di sini.

Wahai Allah, ampunilah, rahmatilah, bebaskanlah dan lepaskanlah dia. Dan


muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah dia. Dan muliakanlah tempat tinggalnya,
luaskanlah jalan masuknya, cucilah dia dengan air yang jernih lagi sejuk, dan
bersihkanlah dia dari segala kesalahan bagaikan baju putih yang bersih dari
kotoran, dan gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada yang
ditinggalkannya, dan keluarga yang lebih baik, dari yang ditinggalkan, serta suami
(istri) yang lebih baik dari yang ditinggalkannya pula. Masukkanlah dia kedalam
surga, dan lindungilah dari siksanya kubur serta fitnahnya, dan dari siksa api
neraka. Wahai Allah berikanlah ampun, kami yang masih hidup dan kami yang telah
meninggal dunia, kami yang hadir, kami yang ghoib, kami yang kecil-kecil kami yang
dewasa, kami yang pria maupun wanita. Wahai Allah, siapapun yang Engkau
hidupkan dari kami, maka hidupkanlah dalam keadaan iman. Wahai Allah janganlah
Engkau menghalangi kami, akan pahala beramal kepadanya dan janganlah Engkau
menyesatkan kami sepeninggal dia dengan mendapat rahmat-Mu wahai Tuhan lebih
belas kasihan. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

4. Hukum Membaca Yasin Saat Ziarah Kubur


Dalam satu hadisnya, Rasulallah bersabda yang artinya, " Barangsiapa berziarah ke
kuburan kedua orang tuanya setiap Jumat, lalu membacakan di sisinya Surat Yasin,
niscaya akan diampuni sebanyak jumlah ayat dan huruf yang dibaca."

Hadis riwayat Ibnu ‘Adi dari Abu Bakar ini masih diperselisihkan para pakar ahli
hadis. Dalil membaca surat Alquran di kuburan memang tidak ada yang shahih dari
Rasulullah. Semuanya dhaif seperti yang dijelaskan al-Mubarakfuri dalam kitab
Tuhfah al-Ahwadzi Syarah Sunan at-Tirmidzi.

Namun, bukan berarti hadis dhaif tersebut tidak boleh diamalkan. Apalagi hadis
tersebut di atas dikuatkan pendapat para ulama.

Seperti riwayat al-Marwazi dari Ahmad bin Hanbal, beliau mengatakan: " Bila kalian
masuk ke dalam taman makam (kuburan), maka bacalah al-Fatihah, Surat Ikhlash dan
al-Muawwidzatain (al-Falaq dan an-Naas). Jadikanlah pahalanya untuk mayit-mayit
kuburan tersebut, karena sungguh pahalanya sampai kepada mereka."

Riwayat Abu Hurairah juga mengatakan bahwa Rasulallah bersabda, " Siapa saja
yang masuk kuburan kemudian membaca al-Fatihah, al-Ikhlash dan at-Takatsur dan
lalu berdoa ’Aku jadikan pahala kalam-Mu yang telah aku baca untuk penduduk
kuburan muslimin dan muslimat'. Maka mereka (ahli kubur) akan memintakan
syafaat kepada Allah untuk orang tersebut."

5. Tidak Duduk dan Menginjak Bagian Atas Kuburan


" Janganlah kalian sholat (berdoa) kepada kuburan, dan janganlah kalian duduk di
atasnya." (HR. Muslim). Hadis ini mengatakan bahwa manusia tidak boleh meminta
sesuatu kepada kuburan karena itu adalah perbuatan syirik. Selain itu, peziarah juga
tidak boleh duduk di atasnya.

6. Tidak Melakukan Hal-hal yang Berlebihan


Salah satu contoh bentuk sikap yang berlebihan dalam konteks kuburan adalah
menjadikan makam seperti masjid. Padahal melakukan ritual sholat di kuburan sangat
dilarang karena akan mengikis makna ibadah yaitu menyembah hanya pada Allah
SWT.
Hal berlebihan lainnya saat ziarah kubur adalah mencium batu nisan atau menangis
sambil meratapi makam di depannya.

Bersikap berlebihan dalam urusan agama adalah hal yang terlarang, termasuk dalam
melaksanakan ritual ziarah kubur ini. Rasulullah bersabda:

" Waspadalah kalian pada sikap berlebihan. Sesungguhnya binasanya orang-orang


sebelum kalian disebabkan berlebihan dalam urusan agama." (HR. Ahmad)

Demikianlah tata cara ziarah kubur sesuai sunnah, lengkap dengan bacaan doa
menurut Islam. Semoga informasi ini bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai