Kisah kewalian KH. Hamid Pasuran memang sudah tidak asing dan
seringkali dicerita oleh sesepuh pesantren hingga para santrinya.
Kisah kewalian ulama KH. Hamid Pasuran dalam artikel ini sebagaimana
dikutip dari berbagai sumber yang terpecaya kevalidannya.
Sosok ulama yang akrab disapa Mbah Hamid adalah seorang waliayallah
asal Pasuruan Jawa Timur yang tidak asing di telinga kita.
Adapun bukti kewaliannya, yakni makam Mbah Hamid hingga saat ini tidak
pernah sepi dari para peziarah kubur.
Ada beberapa kisah ulama Mbah Hamid yang masih teringat dan seringkali
diceritakan hingga saat ini yakni tentang seorang yang meminta ijazah.
Ada juga cerita Mbah Hamid ketika ada seorang orang Kendal bertemu
dengan beliau dan hendak pamit pulang ke rumah.
Ulama Pasuruan tersebut menitipkan salam yang ditujukan kepada orang gila
yang berada di pasar Kendal saat itu.
Selang beberapa lama, orang Kendal pun menemui pesan atau amanah dari
KH. Hamid Pasuruan yakni menyampaikan salam kepada orang gila.
Akhirnya, dia memanjatkan doa kepada Allah agar segera dicabut nyawanya
dan orang gila tersebut meninggal dunia.
Itulah kisah kewalian KH. Hamid Pasuran yang makamnya tidak pernah sepi
dari para peziarah kubur hingga saat ini.
SUNAN AMPEL – Selamat datang di portal Informazone, pada
kesempatan kali ini kita akan membahas tentang biografi singkat
tentang Sunan Ampel. Sebelumnya kami telah membahas mengenai
sejarah semua Wali Songo yang berjasa menyebarkan ajaran agam
Islam di nusantara.
Secara khusus pada artikel kali ini kami ingin membahas biografi salah
satu wali yang termasuk dalam Wali Songo. Seorang Wali Allah yang
memiliki peran besar dalam penyebaran Islam di tanah Jawa
khususnya Surabaya, Jawa Timur. Langsung saja, berikut penjelasan
mengenai biografi Wali Allah yang mulia Sunan Ampel.
Daftar Isi [Buka]
informazone.com
Sunan Ampel ketika di waktu kecilnya diberi Sayyid Muhammad ‘Ali
Rahmatullah, sesudah pindah ke Jawa Timur diberi panggilan oleh
masyarakat dengan panggilan Raden Rahmat atau Sunan Ampel. lahir
di tahun 1401 Masehi di “Champa”
Tempat Kelahiran
wisatajatim.info
Terdapat 2 pendapat terkait lokasi Champa ini. menurut Encyclopedia
Van Nederlandesh Indie menerangkan kalau Champa merupakan satu
negeri kecil yang lokasinya di “Kamboja”. Menurut Pendapat lain,
“Raffles” mengatakan bahwa Champa berada di “Aceh” yang saat
sekarang dinamakan “Jeumpa”.
Asal muasal pemberian nama Ampel sendiri, disangkut pautkan
dengan nama tempat yang mana dia dalam waktu lama bermukim Di
sebuah daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang saat sekarang
sudah termasuk dari bagian kota Surabaya tepatnya di daerah
Wonokromo.
pariwisata.id
Sunan Ampel memiliki dua orang istri, dari istri pertama lahir 5 orang
anak dan dari istri kedua lahir 6 orang anak. Berikut nama kedua istri
Sunan Ampel dan anak-anaknya:
Isteri Pertama
Istri pertama beliau bernama Dewi Condrowati alias Nyai Ageng
Manila binti Aryo Tejo Al-Abbasyi, berputera:
1. Maulana Mahdum Ibrahim/Raden Mahdum Ibrahim/ Sunan
Bonang
2. Syarifuddin/Raden Qasim/ Sunan Derajat
3. Siti Syari’ah/ Nyai Ageng Maloka/ Nyai Ageng Manyuran
4. Siti Muthmainnah
5. Siti Hafsah
Istri Kedua
Istri kedua beliau adalah Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning,
berputera:
1. Dewi Murtasiyah/ Istri Sunan Giri
2. Dewi Murtasimah/ Asyiqah/ Istri Raden Fattah
3. Raden Husamuddin (Sunan Lamongan)
4. Raden Zainal Abidin (Sunan Demak)
5. Pangeran Tumapel
6. Raden Faqih (Sunan Ampel 2)
Nama Lain Prabu Satmata, Raden Ainul Yaqin, Sultan Abdul Faqih, Joko Samudro
Karena garis keturunannya tersebut, beliau sangat dikenal dalam berdakwah ajaran
agama Islam di pulau Jawa.
Sunan Giri lahir pada tahun 1443 M dan wafat di tahun 1506 M. Selama hidupnya
beliau melakukan syiar agama islam di wilayah Giri, Gresik, Jawa Timur. Setelah
meninggal, beliau juga dimakamkan di daerah tersebut.
Sunan Ampel kemudian memberikan saran kepada Syekh Maulana Ishaq untuk
berdakwah di daerah Blambangan, Banyuwangi.
Penyakit dan wabah tersebut ternyata juga dirasakan oleh putri raja. Kemudian sang
raja yang berkuasa di daerah tersebut membuat sebuah sayembara, dimana jika
seorang pria bisa menyembuhkan putrinya maka akan dinikahkan dengannya. Namun
jika perempuan, maka akan diangkat sebagai anak dan keluarga kerajaan.
Akhirnya sang raja memerintahkan prajuritnya untuk mencari orang yang bisa
menyembuhkan penyakit tersebut. Para prajurit tersebut kemudian bertemu dengan
Resi Kandayana seorang pertapa sakti, kemudian ia memberitahu kepada prajurit raja
mengenai informasi keahlian yang dimiliki oleh Maulana Ishaq.
Sang raja kemudian bertemu dengan Syekh Maulana Ishaq, beliau mau
menyembuhkan wabah penyakit sang putri yang bernama Dewi Sekardadu namun
dengan syarat semua anggota keluarga harus mau memeluk ajaran agama Islam.
Setelah Maulana Ishaq berhasil mengobati penyakit sang putri, akhirnya beliau
dinikahkan dengan putri Dewi Sekardadu dan semua anggota keluarga harus
berpindah kepercayaan ke agama Islam.
Namun sang raja menolak untuk memeluk agama Islam dan merasa iri hati dengan
keberhasilan Syekh Maulana Ishaq.
Meski Syekh Maulana Ishaq tetap dinikahkan dengan Dewi Sekardadu, namun raja
masih membencinya dan memerintahkan pasukannya untuk membunuh Maulana
Ishaq.
Dengan begitu beliau merasa tidak nyaman di Blambangan lalu memilih untuk
kembali ke Pasai, Aceh.
Setelah kembali ke Aceh, ternyata sang istri Dewi Sekardadu sedang mengandung
bayi.
Setelah bayi tersebut lahir, raja Blambangan memerintahkan untuk membunuh bayi
itu dan menghanyutkannya ke selat Bali.
Bayi terebut kemudian terkatung-katung di samudra yang luas, akhirnya bayi tersebut
ditemukan oleh kapal saudagar kaya dari Gresik yakni Nyai Ageng Pinatih.
Nyai Ageng Pinatih kemudian memungut dan mengangkat bayi tersebut menjadi
anaknya dan diberi nama Joko Samudro.
Beberapa nama tersebut yaitu Raden Paku, Jaka Samudra, Prabu Satmata, Sultan
Abdul Faqih, dan Muhammad Ainul Yaqin.
Dari jalur keturunan ayahnya, beliau masuh keturunan Rasulullah Muhammad SAW
ke-23.
Beliau merupakan seorang putra dari ibunya yang berama Dewi Sekardadu yang
merupakan putri dari Prabu Menak Sembuyu (Raja Blambangan), dan seorang ayah
bernama Maulana Ishaq bin Maulana Akbar yang merupakan seorang mubaligh
ternama dari Asia Tengah.
Saat beliau berumur belasan tahun, beliau diasuh oleh seorang kaya raya dari Gresik
yang kemudian menjadi ibu angkatnya yaitu Nyai Ageng Pinatih.
Beliau kemudian disekolahkan di sebuah pesantren yang didirikan oleh Sunan Ampel
(Raden Ahmad). Beliau belajar di pesantren tersebut selama 7 tahun dan lulus dengan
gelar Ainul Yaqin.
Setelah peristiwa tersebut, kemudian Raden Paku atau Sunan Giri diangkat oleh
Raden Fatah yeng merupakan Sultan Demak 1 menjadi Raja Giri Kedaton pada tahun
9 Maret 1487. Tanggal tersebut kemudian dijadikan sebagai hari jadi atau hari
lahirnya Kota Gresik.
Dalam ilmu agama, Muhammad Ainul Yaqin atau Sunan Giri sangat terkenal dengan
ilmu pengetahuannya yang sangat luas, terutama dalam bidang ilmu fiqih, oleh karena
itu beliau juga diberi julukan Sultan Abdul Faqih.
Selain itu, beliau juga berperan dalam menghasilkan berbagai karya seni, seperti
tembang ilir-ilir, cublak-cublak suweng, asmarandhana, dan pucung.
Meski tembang tersebut bernuansa dan berbahasa Jawa, namun isi atau lirik
didalamnya mengandung pesan dan ajaran Islam.
Sebagai Waliyullah yang juga termasuk ke dalam jajaran Walisongon, beliau tidak
hanya menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa saja, namun juga ke beberapa daerah
di luar Jawa.
Bahkan saat beliau pulang menuju kembali ke Kota Gresik dengan menggunakan
kapal, beliau mengisi kapal tersebut dengan bebatuan dan kerikil dengan tujuan agar
kapal tersebut tidak oleng atau terombang-ambing saat berlayar.
Namun dengan kuasa Allah, bebatuan dan kerikil tersebut kemudian berubah menjadi
barang-barang yang dibutuhkan oleh masyarakat Gresik.
Dalam sebuah riwayat, beliau pernah melangsungkan pernikahan 2 kali. Dimana pada
saat pagi hari beliau menikahi seorang gadis bernama Dewi Murthosiyah yang
merupakan seorang putri dari Sunan Ampel. Lalu pada sore harinya, Sunan Giri
menikah lagi dengan seorang wanita bernama Dewi Wardah yang merupakan putri
dari Ki Ageng Bungkul (Sunan Bungkul).
Setelah kurang lebih 7 tahun beliau berlajar di pesantren Sunan Ampel, Sunan Ampel
mengutusnya beserta putranya sendiri yang bernama Makhdum Ibrahim (Sunan
Bonang) untuk menuntut ilmu ke Mekkah. Namun sebelum mereka pergi ke Mekkah
mereka harus terlebih dahulu singgah di Pesai, Aceh untuk bertemu dengan Syekh
Maulana Ishaq.
Cara tersebut Sunan Ampel lakukan untuk mempertemukan Sunan Giri dengan
ayahnya. Pada akhirnya mereka bertemu dan memutuskan untuk menimba ilmu
bersama ayahnya Syekh Maulana Ishaq selama 7 tahun.
Setelah 7 tahun menuntut ilmu di Pesai, kemudian mereka berdua kembali ke pulau
Jawa. Namun sebelum mereka pergi, Syekh Maulana Ishaq mebekali Sunan Giri
dengan segenggam tanah.
Syekh Maulana Ishaq kemudian memberikan amanat kepada Maulana Ainul Yaqin
untuk mendirikan sebuah pesantren di tempat yang warna dan bau tanahnya sama
dengan tanah yang diberikannya tersebut.
Setelah Sunan Giri bertagakur kepada Allah selama 40 hari dan memohon untuk
diberikan petunjuk, akhirnya Raden Paku atau Sunan Giri mendirikan sebuah
pesantren di wilayah Sidomukti, Gresik.
Meski pesantren tersebut berada di wilayah perbukitan namun banyak santri dari
berbagai daerah yang menuntut ilmu di pesantren tersebut.
Saking banyaknya santri yang menuntut ilmu agama Islam di pesantren tersebut,
membuat pesantren itu semakin terkenal. Hal tersebut yang membuat perjuangan
dakwah beliau di Pulau Jawa semakin mudah.
Beliau juga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kerajaan-kerajaan Islam
yang ada di Pulau Jawa bahkan di luar Pulau Jawa.
Sunan Giri selanjutnya juga mendirikan sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Giri
Kedaton, dimana kerajaan ini mampu bertahan selama 200 tahun.
Pada masa kepemimpinan Pangeran Singosari, terjadi sebuah serangan dari Sunan
Amangkurat II yang ingin merebut kerajaan tersebut. Pangeran Singosari dari
pasukannya berjuang keras demi mempertahankan Kerajaan yang dibuat oleh Sunan
Giri.
Pada saat itu, beliau kemudian dibantu oleh Kapten Jonker dan juga VOC. Pada
akhirnya Pangeran Singosari berhasil mempertahankan Kerajaan Sunan Giri tersebut.
Meski begitu, nama Raden Paku atau Sunan Giri masih tetap dikenang hingga saat
ini, karena beliau merupakan seseorang yang sangat mulia.
Salah satu metode efektif untuk menyebarkan agama Islam di Indonesia adalah
dengan mendirikan pondok pesantren. Metode tersebut juga dipergunakan oleh Sunan
Giri, beliau mendirikan sebuah pesantren untuk memberikan pendidikan agama
Islam.
Dalam melakukan dakwahnya, beliau menciptakan beberapa lagu atau tembang untuk
anak-anak. Lagu tersebut dibuatnya dengan tujuan agar anak-anak atau santri yang
ada di pesantren tersebut lebih mudah untuk menyerap ilmu ajaran agama Islam.
Beberapa lagu yang beliau ciptakan yaitu Lir-ilir dan Dolanan Bocah, lirik lagu
tersebut berisi tentang berbagai nilai-nilai atau pesan yang diambil dari ajaran Islam.
Bahkan lagu tersebut juga masih banyak dinyanyikan hingga saat ini.
Selain melalui lagu, beliau juga menciptakan berbagai permainan seperti Jelungan
atau Jitungan yang hingga saat ini masih banyak dimainkan oleh masyarakat Jawa
Timur.
Blambangan, Jawa Timur merupakan tempat kelahiran ibu kandungnya dan daerah
yang dipimpin oleh kakeknya yaitu Prabu Minak Sembuyu yang dulu pernah
membuang Sunan Giri ke samudera.
Meski begitu, saat Sunan Giri datang ke daerah tersebut, Prabu Minak Sembuyu
sangat senang. Bahkan ia juga mengizinkan Sunan Giri untuk berdakwah dan
menyebarkan agama Islam di daerah tersebut.
Hingga agama Islam di daerah tersebut berkembang dengan pesat, dan pada akhirnya
agama Hindu dan Buddha mulai tersisih dari daerah tersebut dan bergeser ke Pulau
Bali yang sampai saat ini masih berkembang.
Sunan Giri tentu selalu melakukan dakwah ajaran Islam pada saat sedang membantu
ibunya berdagang. Pernah pada suatu ketika keajaiban terjadi, dimana karung yang
tadinya berisi pasir dan batu berubah menjadi berisi emas, damar, rotan, dan berbagai
benda yang dibutuhkan saat itu.
Selain itu, Sunan Giri juga berhasil mengubah ibu angkatnya yang semula tidak
pernah bersedekah menjadi orang yang sangat suka berzakat dan bersedekah.
Dengan begitu banyak orang-orang berdatangan untuk belajar ilmu agama Islam
dengan beliau.
Agar bisa fokus untuk berdakwah dan mengajarkan agama Islam dengan sempurna,
beliau kemudian meminta izin kepada ibunya untuk berhenti dari dunia perdagangan.
Kemudian setelah mendapatkan izin dari ibu angkatnya, Sunan Giri kemudian pergi
ke sebuah goa yang ada di Desa Kembangan, Kota Gresik untuk melakukan tafakur
selama 40 hari 40 malam. Selepas itu beliau kemudian teringan dengan segenggam
tanah yang pernah diberikan ayahnya untuk mendirikan sebuah pesantren di tanah
Jawa.
Hal tersebut yang kemudian mendasari pendirian pesantren yang dibantu oleh
masyarakat sekitar dan ibu angkatnya.
Namun hal tersebut ditentang oleh Sunan Giri karena kurang sesuai dengan ajaran
Islam. Pada akhirnya Sunan Kalijaga berpikir dan mengganti hal tersebut dengan
menggunakan bentuk wayang karikatur, yang saat ini dikenal dengan wayang kulit.
Peresmian Masjid Demak dibuka untuk umum secara gratis. Namun sebagai
gantinya, persyaratan untuk bisa melihat pertunjukan tersebut adalah dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk agama Islam.
Selain itu beliau juga pernah menjadi hakim dalam perkara Syekh Siti Jenar yang
merupakan seorang wali yang dianggap murtad karena meremehkan syariat Islam
yang telah disebarkan oleh para wali dan juga menyebarkan faham pahteisme.
Dengan adanya kejadian tersebut, Sunan Giri kemudian mengambil tindakan untuk
menghambat tersebarnya aliran yang bertentangan dengan faham Ahlusunnah Wal
Jama’ah.
Keteguhan dan pendirian Sunan Giri dalam menyiarkan syariat Islam membawa
dampak positif bagi generasi Islam selanjutnya. Beliau terus berpegang dengan
syariat Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad tanpa mencampurinya dengan
adat istiadat.
Selain di bidang dakwah agama secara langsung, Sunan Giri juga sangat berjasa
dalam bidang kesenian dengan membuat lagu Pucung dan Asmarandhana.
Dimana setiap tembang yang beliau ciptakan mengandung unsur-unsur dan ajaran
agama Islam didalamnya. Sehingga anak-anak bisa dengan mudah mempelajari
ajaran Islam.
Selain itu, beliau juga menciptakan berbagai permainan anak yang juga mengandung
nilai-nilai Islam di setiap liriknya, yaitu Jithungan, Jamuran, Delikan, dan Cublak-
Cublak Suweng.
Melihat hal yang dilakukan oleh Sunan Giri, Abu Hurairah yang merupakan orang
kepercayaan dari ibu angkat Sunan Giri yaitu Nyai Ageng Pinatih memprotesnya.
Menurutnya jika hal tersebut terus dilakukan maka saat pulang tidak akan membawa
keuntungan bahkan dengan tangan hanmpa.
Hal tersebut benar adanya, setelah 10 hari di Kalimantan akhirnya rombongan
tersebut pulang ke Jawa. Dimana orang-orang yang mencicil barang dagangan
tersebut belum sempat membayarnya hingga penuh.
Dengan demikian maka kapal yang dipimpin oleh Abu Hurairah itu pulang ke tanah
Jawa tanpa membawa keuntungan sedikitpun. Mereka juga tidak bisa membawa
barang lain dari Kalimantan karena tidak ada modal untuk membelinya.
Abu Hurairah juga menuturkan jika kapal berlayar tanpa muatan barang maka bisa
membahayakan proses pelayaran. Karena tanpa adanya muatan akan membuat kapal
tersebut terombang-ambing oleh angin dan ombak di laut lepas.
Dengan alasan tersebut kemudian Sunan Giri memerintahkan anggota kapal untuk
mengisi karung-karung dengan bebatuan dan pasir agar kapal memiliki muatan.
Namun Sunan Giri tetap tenang dan meminta ibu angkatnya dan Abu Hurairah untuk
memeriksa kapal yang digunakan untuk berlayar ke Kalimantan itu.
Betapa terkejutnya Abu Hurairah dan Nyai Ageng Pinatih setelah mengecek dan
melihat apa yang terdapat pada kapal tersebut.
Bawaan kapal yang sebelumnya berupa batu dan pasir kemudian berubah menjadi
barang dagangan dari Kalimantan, seperti rotan dan damar.
Dengan kejadian tersebut, Nyai Ageng Pinatih semakin sadar bahwa anak angkatnya
tersebut bukan orang sembarangan dan memiliki karomah yang luar biasa dari Allah.
Ia kemudian semakin tertarik untuk belajar ilmu agama Islam.
Sunan Giri juga mengalami hal yang sama, dimana beliau ditantang adu kesaktian
oleh tokoh Hindu yang cukup terkenal pada masa itu yakni Begawan Mintu Semeru.
Pada akhirnya Begawan Minto Semeru menjadi santri di pesantren Sunan Giri.
Setelah beberapa bulan belajar di pesantren tersebut, Begawan Minto Semeru
memutuskan untuk kembali ke padepokannya itu dan mengajak murid-muridnya
untuk memeluk agama Islam.
Sunan Giri dimakamkan di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa
Timur. Untuk menuju ke makam Sunan Giri tidaklah sulit, karena letaknya berada di
perbatasan Kota Gresik dan Surabaya.
Untuk menuju ke makam tersebut hanya berjarak sekitar 2 km ke arah selatan dari
pusat Kota Gresik. Komplek makam tersebut tepatnya berada di Puncak Bukit Giri.
Letak makam Sunan Giri juga hanya berjarak sekitar 10 menit perjalanan dari makam
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim).
Sebelum memasuki makam Sunan Giri, akan diawali dengan sebuah pintu gapura
dengan bentuknya yang menyerupai candi Bentar. Dimana terdapat 2 patung kepala
naga sebagai simbol tanggal wafat beliau.
Pada pelataran makam Sunan Giri juga terdapat cukup banyak makam. Makam-
makam tersebut diantaranya merupakan makam Bupati, tokoh, atau pemimpin
wilayah Gresik zaman dahulu.
1. Masjid
Peninggalan Sunan Giri yang pertama yaitu sebuah masjid. Masjid tersebut lokasinya
berada di sebelah makam beliau. Masjid asli peninggalan beliau yaitu bangunan yang
berada di bagian tengah.
Masjid tersebut memiliki gaya arsitektur yang cukup unik, karena mengkombinasikan
antara gaya arsitektur Islam, Jawa, dan Hindu.
2. Giri Kedaton
Salah satu peninggalan Sunan Giri yang paling terkenal yaitu Giri Kedaton. Giri
sendiri memiliki arti bukit, dan kedaton berarti keraton.
Giri Kedaton tersebut dahulu digunakan sebagai pusat pemerintahan kerajaan Giri
yang dipimpin oleh Sunan Giri, Giri Kedaton tersebut juga merupakan sebuah
pondok pesantren.
Menurut sejarah, kerajaan Giri tersebut mampu bertahan sekitar 200 tahun dan telah
melewati beberapa generasi.
Lokasi Giri Kedaton sangatlah strategis, dimana Giri Kedaton terletak di tempat
paling tinggi di Gresik yaitu di Desa Sidomukti.
3. Museum
Semua peninggalan beliau juga tersimpan rapi di sebuah Museum Sunan Giri.
Museum tersebut terletak di area terminal bus Maulana Malik Ibrahim yang juga
tidak jauh dari alun-alun Kota.
Di dalam museum tersebut bisa ditemukan berbagai benda peninggalan dari Sunan
Giri.
4. Telogo Pegat
Peninggalan Sunan Giri yang terakhir yaitu Telogo Pegat. Telaga ini memiliki bentuk
yang sangat besar seperti danau.
Telogo Pegat ini terdapat di kawasan Giri, Kebomas, Gresik. Menurut warga
setempat, telaga ini tidak pernah surut meskipun sedang terjadi kemarau panjang.
Demikian artikel lengkap mengenai Sunan Giri, semoga bisa menambah wawasan
dan keimanan kalian dalam beragama.
Biografi Lengkap Sunan Maulana
Malik Ibrahim Beserta Ajarannya
Table of contents: [Hide]
Perjalanan Hidup Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian
rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana
Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden
Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama
Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro
diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi
Muhammad saw.
KH. Kholil Bangkalan, tidak ada satu orang pun di Indonesia yang
tidak mengenal beliau. Ulama Kharismatik dari pulau garam Madura
yang sangat kesohor sejak jaman kolonial hingga saat ini.
A. Masa Kelahiran
Ayah KH Abdul Lathif atau kakek dari Muhammad Kholil bernama Kyai
Hamim. Beliau adalah putra dari seorang ulama bernama Kyai Abdul
Karim.
Bakat belajar beliau juga sangat luar biasa. Bahkan di usianya yang
masih belia, Mbah Kholil sudah mampu menghafal seribu bait ilmu
Nahwu yang dikenal dengan mata pelajaran Nazham Alfiyah dari Ibnu
Malik.
Karena kemampuan dan bakat beliau yang luar biasa itulah, kedua
orang tuanya pun memasukkan Mbah Kholil Kecil ke pondok pesantren
untuk memperdalam ilmu agama terlebih tentang kaidah ilmu Fiqh
dan Nahwu.
Seluruh uang hasil memetik buah kelapa beliau tabung dengan baik
dan istiqomah. Sedangkan untuk biaya makan sehari-hari beliau ikut
membantu pengasuh mengisi bak mandi, mencuci dan beberapa kali
juga menjadi koki untuk kawan-kawan santrinya.
Akhirnya tepat pada tahun 1859 Masehi, pasca menikah dengan putri
dari Lodra Putih yang bernama Nyai Asik, beliau pun berangkat ke
Mekah untuk menuntut ilmu di sana dengan biaya dari tabungan
sendiri.
Di kala itu, para guru di Mekah sudah multi mahdzab. Apalagi yang
mengajar di Masjidil Haram. Sehingga Muhammad Kholil juga belajar
tentang perbandingan mahdzab kepada para gurunya di atas.
Walaupun begitu, Muhammad Kholil atau Mbah kholil lebih condong
kepada mahdzab Syafi’i sehingga guru yang ia jadikan rujukan lebih
banyak dari kalangan syafi’iyah.
Akan tetapi pasca putri beliau yang bernama Siti Khatimah menikah
dengan sang keponakan yaitu Kyai Muntaha, pondok pesantren pun
diberikan kepada sang menantu untuk diurus dengan baik. Sedangkan
KH Muhammad Kholil sendiri membangun pesantren baru yang berada
di kota Bangkalan.
Tepatnya di daerah Kademangan, 200 meter ke arah barat alun-alun
Bangkalan. Pesantren yang baru ini hanya berjarak 1 kilo meter saja
dari pesantren yang lama.
Sama dengan pondok pesantren yang lama, Ponpes yang baru ini,
perkembangannya juga sangat cepat. Bahkan, santri yang mondok
tidak hanya dari daerah Bangkalan dan Madura saja tetapi juga ada
yang dari seberang Pulau Jawa.
Namun tak dinyana, ketika si sakit ini baru sampai di halaman rumah
beliau, KH Muhammad Kholil langsung keluar dengan menghunus
pedang. Akhirnya si sakit pun lari ketakutan. Anehnya akibat rasa
takut itulah, penyakitnya menjadi sembuh.
Itulah sejarah, karomah dan kata bijak KH Kholil. Semoga artikel ini
bisa menjadi pengetahuan kita bersama, bahwa pernah lahir seorang
ulama besar kharismatik Indonesia asal pulau Garam Madura dengan
berbagai kearifan dan kerendahan hatinya. Semoga bisa memotivasi
untuk meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada
Allah Subhanahu Wa Taala.
Doa Perjalanan dan Bepergian:
ِس ِم هللاِ تَ َو َّك ْلتُ َعلَى هللاِ الَ َحو َل َوالَ قُ َّوةَ اِالَّ بِا هلل
ْ ِب
“Bismillaahi, tawakkaltu ‘alallaahi laa haula wa laa quwwata illaa billaah”
Artinya :
“Dengan menyebut nama Allah, aku menyerahkan diriku kepada Allah dan tidak ada
daya dan kekuatan selain Allah”.
س َّخ َر لَنَا َه َذا َو َما ُكنَّا لَهُ ُم ْق ِر نِ ْي َن ْ ان الَّ ِذ
َ ي َ س ْب َح
ُ
وَِإنَّا ِإلَى َربِّنَا لَ ُم ْنقَلِبُ ْو َن
“Subhaanalladzii sakhkhara lanaa hadzaa wamaa kunnaa lahuu muqriniin, wa
innaa ilaa rabbinaa lamunqolibuun.”
Artinya:
“Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami
sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali
kepada Tuhan kami (di hari kiamat).”
Selain doa naik kendaraan seperti yang tertulis diatas, berikut terdapat
alternatif doa naik kendaraan yang dapat diamalkan ketika hendak bepergian
dengan kendaraan.
ا ْل َح ْم ُد،ِ ا ْل َح ْم ُد هَّلِل.. َ َوِإنَّا ِإلَى َربِّنَا لَ ُم ْنقَلِبُ ْون. َس َّخ َر لَنَا َه َذا َو َما ُكنَّا لَهُ ُم ْق ِرنِيْن ُ ..ِ ا ْل َح ْم ُد هَّلِل،ِس ِم هللا
ْ س ْب َحانَ الَّ ِذ
َ ي ْ ِب
َّالذنُ ْو َب ِإالُّ فَِإنَّهُ الَ يَ ْغفِ ُر،س ْي فَا ْغفِ ْر لِ ْي ْ َ َ َ ِّ َّ
ِ س ْب َحان َك الل ُه َّم ِإن ْي ظل ْمتُ نف َ ْ َأ ْ َأ ْ َأ
ُ ، هللاُ كبَ ُر، هللاُ كبَ ُر، هللاُ كبَ ُر،ِ ال َح ْم ُد،ِ هَّلِل
هَّلِل ْ
ََأ ْنت
Artinya:
“Dengan menyebut nama Allah, segala puji bagi Allah, Maha Suci Tuhan yang
menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. Segala
puji bagi Allah, Segala puji bagi Allah, Segala puji bagi Allah, Maha besar Engkau
ya Allah, Maha besar Engkau ya Allah, Maha besar Engkau ya Allah…
Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya
tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.”
Artinya:
TopViz
ٰ ٰ
ب
ُ اح
ِ صَّ سفَ َرنَا َه َذا َوا ْط ِو َعنَّابُ ْع َدهُ اَللّ ُه َّم اَ ْنتَ ال
َ اَللّ ُه َّم َه ِّونْ َعلَ ْينَا
سفَ ِر َوا ْل َخلِ ْيفَةُفِى ااْل َه ِْل
َّ فِى ال
“ Allaahumma hawwin ‘alainaa safaranaa hadzaa wathwi ‘annaa bu’dahu
allaahumma anta ashshoohibu fissafari walkholiifatu fil-ahl”
Artinya :
Berikut bacaan doa ketika memasuki suatu wilayah yang dapat diamalkan.
اح
ِ َالري
ِّ ب ْ اطي ِن َو َما َأ
َّ ضلَ ْلنَ َو َر ِ َشي َّ ب الَّ س ْب ِع َو َما َأ ْقلَ ْلنَ َو َر ِ ب اَأل َر
َّ ضي ِن ال َّ س ْب ِع َو َما َأ ْظلَ ْلنَ َو َر
َّ ت ال
ِ س َم َوا َّ ب الَّ اللَّ ُه َّم َر
َأ
ش ِّر ْهلِ َها َوش َِّر َما فِي َها َ ش ِّرهَا َو ُ َ َأ َ َ ْ
َ ْس ل َك خ ْي َر َه ِذ ِه الق ْريَ ِة َوخ ْي َر ْهلِ َها َون ُعوذ بِ َك ِمن َ ُ َأ ْ َو َما َذ َريْنَ فِإنا ن
َ َّ َ
Artinya:
“Ya Allah Rabb pemilik tujuh lapis langit dan apa yang dinaunginya, Rabb tujuh
lapis bumi dan apa yang dikandungnya, Rabb para syetan dan apa yang
disesatkannya dan Rabb angin dan apa yang dihembuskannya, aku mohon kepadaMu
kebaikan daerah ini, kebaikan penduduknya, serta kebaikan yang ada di dalamnya.
Aku berlindung kepadaMu dari keburukan daerah ini, keburukan penduduknya serta
keburukan yang ada di dalamnya.” (HR. Hakim, Ibnu Hikam dan Baihaqi;
shahih).
Artinya:
Artinya:
“Segala puji milik Alloh yang telah menyelamatkan aku dan yang telah melindungiku
dan yang mengumpulkan aku dengan keluargaku.”
Dream - Ziarah kubur merupakan amalan sunah yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Apalagi makam orangtua sendiri.
Namun banyak di antara kita yang terkadang jarang ziarah kubur. Padatnya aktivitas
menjadi salah satu alasan tidak ziarah kubur.
Dalam tata cara ziarah kubur, ada adab yang harus dan tidak harus dilakukan. Salah
satu adab dalam tata cara ziarah kubur menurut Islam adalah mendoakan orang yang
dimakamkan di hadapan kita.
Sementara menaburkan bunga atau menyiramkan air di atas makam bukan menjadi
bagian wajib dari tata cara ziarah kubur sesuai sunnah.
Di Indonesia, orang kebanyakan melakukan ziarah kubur saat bulan Ramadan atau
Idul Fitri. Padahal, ziarah kubur dapat dilaksanakan kapan saja dan tidak terikat
waktu tertentu.
Tetapi, meski sudah jadi kebiasaan di Indonesia, hukum ziarah kubur bukan ibadah
yang bersifat wajib dan tidak berdosa jika tidak melakukannya.
Ziarah kubur menurut Islam hanyalah salah satu sarana agar seorang Muslim selalu
beriman dan mengingat kematian. Dengan ziarah kubur, umat Islam akan mengingat
bahwa kematian itu nyata.
Mereka akan makin beriman karena percaya adanya hari Kiamat, di mana amal
ibadah akan dihisab atau dihitung oleh Allah SWT.
Jadi, ziarah kubur sesuai sunnah sama sekali tidak ada kaitannya dengan minta doa
atau pertolongan pada arwah yang sudah meninggal.
Dengan mengetahui tata cara ziarah kubur menurut Rasulullah, kita terhindar dari
musyrik. Karena kuburan bukan tempat atau benda yang memiliki nilai khusus.
Sebelum mempelajari tata cara ziarah kubur menurut Islam, kita harus memahami
hukumnya. Dengan memahami hukum ziarah kubur seusai sunnah, kita menjadi lebih
mantap mendoakan orang yang meninggal di hadapan kita.
1 dari 2 halaman
Dikutip dari NU Online, ziarah kubur adalah salah satu ritual yang awalnya
diharamkan lalu dibatalkan (manshukh) oleh Rasulullah. Namun ziarah kubur
akhirnya menjadi suatu anjuran yang disunnahkan untuk dilakukan.
Rasulullah bersabda dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah mengatakan,
yang artinya, " (Dulu) Aku melarang kalian ziarah kubur, maka (sekarang)
berziarahlah kalian ke kuburan, sesungguhnya ziarah kubur membuat kalian zuhud
di dunia dan mengingatkan kalian pada akhirat" . (HR. Ibnu Majah)
Namun saat ziarah kubur, peziarah harus mendoakan orang yang berada dalam kubur,
bukan minta doa atau pertolongan.
Sebab doa dan zikir yang dibacakan oleh peziarah dengan niat pahalanya ditujukan
pada orang yang telah meninngal, menurut kesepakatan para ulama pasti sampai pada
orang yang meninggal.
Imam Nawawi berkata dalam kitabnya, Al-Adzkar, bahwa para ulama sepakat bahwa
doa kepada orang yang meninggal, bermanfaat dan sampai pada mereka.
" Diriwayatkan dari Nabi Muhammad bahwa sesungguhnya beliau bersabda, 'Tidak
ada perumpamaan mayit di kuburnya kecuali seperti orang tenggelam yang ingin
ditolong. Mayit menunggu doa yang ditujukan padanya baik dari anaknya,
saudaranya ataupun temannya. Ketika doa itu telah tertuju padanya, maka doa itu
lebih ia cintai daripada dunia dan seisinya'." (Syekh Nawawi Al-Bantani, Nihayat al-
Zain, hal. 281)
Demikianlah hukum yang perlu dipahami sebelum kita sampai pada pembahasan
tentang tata cara ziarah kubur sesuai sunnah, lengkap dengan bacaan doa menurut
Islam
2 dari 2 halaman
Dalam Islam, terdapat ajaran mengenai adab dan tata cara ziarah kubur. Ini
dimaksudkan agar orang tidak berbuat seenaknya lantaran menganggap mereka yang
dimakamkan merupakan benda mati.
Untuk itu, Rasulullah menganjurkan bagi para peziarah untuk mengucapkan salam
saat memasuki area pemakaman. Ucapan salam itu ditujukan kepada para jenazah
yang dimakamkan di sana.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adab dan tata cara ziarah kubur sesuai sunnah:
1. Sebaiknya Berwudhu
Sebelum pergi ziarah kubur, hendaknya peziarah berwudhu terlebih dahulu.
2. Mengucapkan Salam
Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk mengucapkan salam yang juga sekaligus
doa ketika masuk ke dalam area pemakaman. Berikut ini lafal salam saat masuk area
pemakaman:
" ASSALAMU ’ALAIKUM AHLAD-DIYAAR MINAL MU’MINIINA WAL
MUSLIMIIN. YARHAMULLOOHUL MUSTAQDIMIINA MINNAA WAL
MUSTA’KHIRIIN. WA INNA INSYAA ALLOOHU BIKUM LA-
LAAHIQUUN. WA AS ALULLOOHA LANAA WALAKUMUL ‘AAFIYAH."
Artinya:
" Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari
(golongan) orang-orang beriman dan orang-orang Islam, semoga Allah merahmati
orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang datang belakangan.
Kami insya Allah akan menyusul kalian, saya meminta keselamatan untuk kami dan
kalian."
Alloh humma taqobal wa ausil sawaaaba maa qoro, nahu minal qur'anil 'adzim,
wa maa halalna wa maa sabahna wamastaghfarnaa wamaa sholaina
'atsayyidina muhammad sollallohu'alaihi wasallam, hadiyatan wasilatan,
warohmatan najilatan wa barokatan samilatan ilaa hadoroti habibina wasafi'ina
waquroti a'ayuninaa sayyidina wamaulanaa muhammadin sollallohu 'alaihi wa
sallam, wa ila jami'ii ikhwanihi minal anbiyaai walmursaliina wal auliyaai,
wassuhadai, wassolihina, wassohabati wattabi'ina wal'ulamail 'alimina wal
mushonnafiinal mukhlisiina wa jami'il mujaa-hidiina fi sabilillahi robbil
'alaminn, wal malaikatil muqorrobina khusushan ila sayyidina syaih abdul
qodir zailanii.
Summa ilaa jami'i ahlil qubur, minal muslimiina wal muslimati, wal mu miniina
wal mu minaati, min masaarikil ardhi ila magooribiha barriha wabahriha
khusushan ila aabaaina wa ummahaa tiinaa, wa ajdaadina, wanakhussu
khusushan manijtam'anaa hahunaa bisababihi waliajlihi.
Artinya:
Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Dengan menyebut
nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah penguasa alam semesta, sebagaimana orang-orang yang
bersyukur dan orang-orang yang mendapat banyak kenikmatan memuji-Nya. Dengan
pujian yang sepadan dan nikmat-Nya dan memungkinkan pertambahannya. Wahai
Tuhan kami, pujian hanyalah untuk-Mu, sebagaimana yang layak akan kemuliaan
Dzat-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu. Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan
keselamatan kepada Nabi Muhammad junjungan kami dan kepada keluarga beliau.
Ya Allah, terimalah dan sampaikanlah pahala Alquran yang kami baca, tahlil kami,
tasbih kami, istighfar kami dan shalawat kami kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai hadiah yang menjadi penyambung, sebagai rahmat yang turun dan sebagai
berkah yang menyebar kepada kekasih kami, penolong kami dan buah hati kami,
pemuka dan pemimpin kami, yaitu Nabi Muhammad SAW, juga kepada seluruh
kawan-kawan beliau dari kalangan para Nabi dan Rasul, para wali, para syuhada',
orang-orang shalih, para sahabat, para tabi'in, para ulama yang mengamalkan
ilmunya, para pengarang yang ikhlas dan orang-orang yang berjihad di jalan Allah
Tuhan semesta alam, serta para malaikat yang selalu beribadah, khususnya
ditujukan kepada Syekh Abdul Qadir Jailani.
Kemudian kepada seluruh penghuni kubur dari kalangan orang-orang Islam laki-laki
dan perempuan, orang mukmin laki-laki dan perempuan, dari belahan bumi timur
dan barat, di laut dan di darat, terutama kepada bapak-bapak dan ibu-ibu kami,
kakek dan nenek kami, lebih utamakan lagi kepada orang yang menyebabkan kami
berkumpul di sini.
Hadis riwayat Ibnu ‘Adi dari Abu Bakar ini masih diperselisihkan para pakar ahli
hadis. Dalil membaca surat Alquran di kuburan memang tidak ada yang shahih dari
Rasulullah. Semuanya dhaif seperti yang dijelaskan al-Mubarakfuri dalam kitab
Tuhfah al-Ahwadzi Syarah Sunan at-Tirmidzi.
Namun, bukan berarti hadis dhaif tersebut tidak boleh diamalkan. Apalagi hadis
tersebut di atas dikuatkan pendapat para ulama.
Seperti riwayat al-Marwazi dari Ahmad bin Hanbal, beliau mengatakan: " Bila kalian
masuk ke dalam taman makam (kuburan), maka bacalah al-Fatihah, Surat Ikhlash dan
al-Muawwidzatain (al-Falaq dan an-Naas). Jadikanlah pahalanya untuk mayit-mayit
kuburan tersebut, karena sungguh pahalanya sampai kepada mereka."
Riwayat Abu Hurairah juga mengatakan bahwa Rasulallah bersabda, " Siapa saja
yang masuk kuburan kemudian membaca al-Fatihah, al-Ikhlash dan at-Takatsur dan
lalu berdoa ’Aku jadikan pahala kalam-Mu yang telah aku baca untuk penduduk
kuburan muslimin dan muslimat'. Maka mereka (ahli kubur) akan memintakan
syafaat kepada Allah untuk orang tersebut."
Bersikap berlebihan dalam urusan agama adalah hal yang terlarang, termasuk dalam
melaksanakan ritual ziarah kubur ini. Rasulullah bersabda:
Demikianlah tata cara ziarah kubur sesuai sunnah, lengkap dengan bacaan doa
menurut Islam. Semoga informasi ini bermanfaat.