Anda di halaman 1dari 9

Biografi Sunan Ampel

Silahkan simak asal usul dan Biografi singkat sunan Ampel berikut ini :

Asal usul Sunan Ampel

Ayah sunan Ampel yang bernama Ibrahim Asmarakandi berasal dari negeri Samarkand. Beliau
ditugaskan oleh kerajaan Turki untuk menyebarkan agama Islam ke Asia.

Dan akhirnya beliau sampai ke negara Champa untuk menjalankan tugasnya dalam dakwah agama
islam agar agama islam bisa diterima disana.

Dan beliau akhirnya menikah dengan Dewi Candrawulan. Dewi Candrawulan adalah putri raja
Champa Prabu Singhawarman.

Dari hasil pernikahan antara Ibrahim Asmarakandi dan dewi Candrawulan inilah akhirnya terlahir
Raden Rahmat dan Raden Santri Ali.

Keduanya kelak menjadi orang tersohor di tanah Jawa sebagai sunan yang menyebarkan agama
Islam di Jawa.

Biografi Sunan Ampel

Sunan Ampel memiliki nama ketika masih kecil adalah Sayyid Muhammad Ali Rahmatullah. Saat
beliau memilih pindah ke daerah Jawa Timur, masyarakat sekitar memanggilnya Raden Rahmat.

Simak tabel biografi sunan Ampel berikut ini :

BIOGRAFI

Keterangan

Nama Asli : Raden Rahmat

Nama Lain : Sayyid Muhammad Ali Rahmatullah

Nama Ibu : Dewi Candrawulan

Nama Ayah Maulana Ibrahim Al-Ghazi (Ibrahim Asmarakandi)

Tahun Lahir 1401 Masehi

Tahun Wafat 1481 Masehi

Tempat Syiar : Ampel Surabaya

Tempat Makam : Ampel Denta Surabaya

Beliau lahir di Champa pada tahun 1401 Masehi. Hingga kini banyak yang berpendapat mengenai
letak lokasi Champa tersebut.
Sebagian orang menyebutkan bahwa lokasi tersebut berada di Kamboja. Ada lagi yang berpendapat
bahwa lokasi tersebut berada di Aceh.

Selain banyaknya pendapat mengenai lokasi lahirnya sang Sunan, masyarakat banyak mengira
bahwa nama Ampel diberikan dengan alasan beliau tinggal lama di daerah Ampel Denta.

Daerah tersebut kini berada di daerah Wonokromo, Kota Surabaya. Namun hingga kini belum ada
pernyataan mengenai kebenaran dari Sunan.

Raden Rahmat memiliki dua orang istri dan 11 orang anak. Istri pertama beliau bernama Dewi
Condrowati atau biasa dikenal dengan Nyai Ageng Manila.

Dari istri pertama ini, beliau memiliki 5 orang anak yang bernama :

Maulana Mahdum Ibrahim (Sunan Bonang)

Syarifuddin (Sunan Drajat)

Siti Syarifah (Istri Sunan Kudus)

Siti Muthmainnah

Siti Hafsah

Sedangkan Istri keduanya bernama Dewi Karimah.

Dengan istri keduanya ini beliau memiliki 6 orang anak yang bernama :

Dewi Murtasiyah

Dewi Murtasimah

Raden Husamuddin

Raden Zainal Abidin

Pangeran Tumapel

Raden Faqih

Metode Dakwah yang Dilakukan Sunan Ampel

Raden Rahmat membagi metode dakwah dengan beberapa cara kepada masyarakat menengah
kebawah dan juga pada masyarakat cendikia yang memiliki pemikiran luas.
Metode penyebaran Islam beliau dinilai berbeda dari metode dakwah Sunan lainnya.

Hampir semua Sunan menggunakan metode berupa pendekatan seni budaya, namun Raden Rahmat
menggunakan pembauran dan juga pendekatan intelektual dengan diskusi kritis dan cerdas di
dalamnya.

Metode pertama beliau adalah dengan membaur dalam pergaulan dengan masyarakat menengah ke
bawah. Dalam proses pembauran tersebut diselipkan sedikit demi sedikit tentang ajaran Agama
Islam.

Saat proses penyebaran, pengetahuannya tentang Agama Islam sangatlah diuji oleh masyarakat
sekitar. Masyarakat tersebut memiliki banyak pertanyaan mengenai Agama Islam.

Proses penyebaran Agama Islam terbilang cukup sulit. Hal ini karena keadaan masyarakat sekitar
yang pada saat itu tergolong jumud, sangat asing, dan juga kolot.

Dengan begitu Raden Rahmat dengan segala kemampuan dan ilmunya mencoba beradaptasi dengan
keadaan sosial budaya yang ada di daerah sekitar. Akhirnya kala itu beliau dapat mensejajarkan
kalangan elite dengan kaum muslim.

Pada saat penyebaran Agama Islam, pemerintahan berada di bawah Kerajaan Majapahit. Meski
demikian Pemerintah kerajaan tidak melarang adanya penyebaran Agama Islam tersebut.

Bahkan mereka sangat menghargai dan menghormati hak dan kewajiban yang telah diajarkan oleh
sunan Ampel. Sehingga lambat laun punggawa kerajaan memilih untuk memegang teguh
kepercayaanya pada Agama Islam.

Metode kedua yang dilakukan Raden Rahmat adalah dengan pendekatan intelektual dengan diskusi
kritis dan cerdas di dalamnya yang dapat diterima oleh akal manusia.

Metode pendekatakan ini digunakan untuk menyebarkan Agama Islam kepada masyarakat yang
tergolong cendekia atau cerdik.

Ajaran Moh Limo Oleh Sunan Ampel


Sunan Ampel memiliki falsafah dakwah yang bertujuan untuk memperbaiki moral buruk pada
masyarakat sekitar.

Dalam dakwah yang dilakukan, beliau mengajarkan “Moh Limo” kepada masyarakat sekitar.

Kata “Moh” berasal dari bahasa Jawa yang artinya tidak, dan “Limo” artinya Lima. Jadi Moh Limo
adalah “Tidak melakukan lima hal atau perbuatan yang dilarang oleh Allah”.

Isi dari ajaran Moh Limo adalah:

Moh Mabuk (Tidak mabuk atau minum-minuman).

Moh Main (Tidak main atau tidak berjudi).

Moh Madon (Tidak main perempuan).

Moh Madat (Tidak memakai obat-obatan).

Moh Maling ( Tidak Mencuri).

Bahkan ajaran Moh Limo ini sampai sekarang masih menjadi ajaran yang dipegang umat muslim
hingga saat ini. Dalam masyarakat sekarang dikenal dengan istilah 5M.

Adanya ajaran yang dilakukan oleh Raden Rahmat, disambut baik oleh Prabu Brawijaya. Bahkan dia
menganggap ajaran Agama Islam adalah yang mulia.

Akan tetapi Prabu Brawijaya tidak mau mamemluk Agama Islam karena ingin menjadi Raja
Majapahit terakhir yang memeluk Agama Budha.

Pada saat itu juga raja memberikan izin untuk menyebarkan Agama Islam di sekitar Kerajaan
Majapahit dan juga di Surabaya, namun dengan catatan tidak boleh di paksa.

Karomah Sunan Ampel

Hampir semua aggota Walisongo memiliki karomah yang luar biasa, begitu juga dengan sunan
Ampel.

Simak karomah sunan Ampel berikut ini :


1. Sunan Ampel Bisa Berjalan di Atas Air

Karomah-Sunan-Ampel

Karomah Sunan Ampel Bisa Berjalan di Atas Air

Dalam perjalanan dakwahnya beliau bertemu dengan pertapa di pinggir sungai. Pertapa tersebut
sedang berusaha untuk menyeberangi sungai tanpa menggunakan media apapun alias hanya
berjalan di permukaan air.

Akan tetapi ia selalu gagal dan jatuh ke air. Melihat hal ini sunan Ampel memberitahukan kalau
usaha pertapa ini sia-sia. Namun sang pertapa tidak mengindahkan kata-kata sunan Ampel dan
meminta beliau pergi untuk tidak mengganggunya.

Kemudian sunan Ampel pergi meninggalkan sang pertapa dengan berjalan di atas air untuk
menyeberangi sungai tersebut.

Melihat hal ini sang pertapa sangat terkejut dan mengejar sang sunan untuk memohon agar diajari
bagaimana cranya agar bisa berjalan di atas air seperti kanjeng sunan.

Setelah sunan mengajarinya akhirnya sang pertapa dapat berjalan diatas air juga. Namun sunan
berpesan agar kemampuannya dipergunakan dengan baik. Selalu mensyukuri nikmat-Nya dalam
rangka ibadah kepada-Nya.

2. Mbah Sholeh yang Hidup 9 Kali

Ada salah satu murid beliau yang banyak dikenal masyarakat yaitu Mbah Sholeh. Mbah Sholeh
merupakan marbot Masjid Ampel yang selalu bersih dalam menyapu lantai tanpa ada debu
sedikitpun.

Mbah Sholeh memiliki keistimewaan yang tergolong luar biasa. Sehingga tidak heran bila dia banyak
disayangi oleh orang orang.

Pernah suatu ketika Raden Rahmat tidak sengaja berbicara bahwa Mbah Sholeh akan hidup
sebanyak 9 kali.

Dari pernyataan tersebut ternyata terjadi di kemudian hari. Saat dia wafat tidak ada orang satupun
yang bisa membersihkan masjid hingga bersih tanpa ada debu sedikitpun.
Saat itu juga Raden Rahmat mengatakan bahwa bila Mbah Sholeh masih hidup, pasti masjid menjadi
sangat bersih.

Kemudian Mbah Sholeh berada di dalam masjid sedang bersih bersih. Alhasil masjid menjadi bersih
kembali.

Bahkan banyak orang yang bertanya tanya alasan Mbah Sholeh hidup kembali. Setelah beberapa
bulan, Mbah Sholeh wafat kembali. Lalu Sunan kembali mengatakan hal serupa yang membuat
Mbah Sholeh hidup kembali.

Kejadian Mbah Sholeh berlangsung terus menerus. Untuk yang ke 8 kalinya, Raden Rahmat wafat.
Kemudian beberapa hari setelah beliau wafat, disusul oleh Mbah Sholeh.

Alhasil dia memiliki 9 makam yang letaknya berada di samping Raden Rahmat. Dengan adanya hal
tersebut membuat kisah Mbah Sholeh banyak dikenal oleh masyarakat luas.

Bahkan hingga kini cerita tersebut masih banyak diceritakan oleh warga sekitar ketika berkunjung ke
masjid sunan Ampel di Surabaya tersebut.

Penerus Dakwah Sunan Ampel

Setelah berjuang untuk menyebarkan Agama Islam, kini Raden Rahmat memiliki murid. Murid murid
beliau berasal dari berbagai kalangan antara lain rakyat jelata, Pangeran Majapahit, bangsawan
hingga anggota Walisongo sendiri.

1. Raden Paku atau Sunan Giri

Joko Samudro adalah pemuda yang berasal dari Gresik putra angkat dari Nyai Ageng Pinatih yaitu
saudagar wanita yang kaya raya.

Joko Samudro merupakan salah satu santri di pesantren sunan Ampel yang cerdas dan pintar dalam
menguasai ajaran-ajaran di pesantrennya sunan Ampel.

Joko Samudro ini ternyata masih keponakannya sunan Ampel yang merupakan putra dari pamannya
yang bernama Syekh Maulana Ishaq.
Pamannya menikah dengan putri Majapahit yaitu Dewi Sekardadu yang sebelumnya sakit parah dan
dapat disembuhkan oleh Syekh Maulana Ishaq.

Setelah mengetahui kalau Joko Samudro adalah keponakannya, maka sesuai dengan pesan
pamannya untuk memberi nama Raden Paku kepadanya.

Sejak itu Joko Samudro dikenal sebagai Raden Paku. Dan setelah lulus dalam belajar agama Islam
kepada sunan Ampel, Raden Paku diutus oleh sunan Ampel untuk belajar Islam ke Champa.

Setelah memilki ilmu Agama yang sangat luas, akhirnya Raden Paku pulang ke Jawa dan mendirikan
pesantren di Giri Kedathon. Untuk itu akhirnya Raden Paku dikenal sebagai sunan Giri.

Sunan Giri menjadi penerus dakwah sunan Ampel dengan mendirikan pesantren di Gresik dan santri-
santrinya berasal dari berbagai wilayah di Nusantara.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang bigrafi, sejarah, karomah sunan Giri, silahkan simak dan baca
juga : Biografi Sunan Giri

2. Maulana Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang

Maulana Makhdum Ibrahim adalah putranya sunan Ampel sekaligus sebagai santri yang belajar
agama Islam di pesantrennya.

Dari kecil Maulana Makhdum Ibrahim ini sudah digembleng oleh sunan Ampel untuk terus diajari
dengan berbagai ilmu sastra, sejarah, tauhid, agama Islam.

Bersama dengan sahabatnya raden Paku sebagai santri di Ampel, Maulana Makhdum Ibrahim juga
diutus untuk belajar agama islam ke Champa.

Kurang lebih selama 3 tahun mereka berdua belajar agama di sana. Setelah mendapatkan banyak
ilmu pengetahuan islam dari Champa, akhirnya mereka kembali ke Jawa.

Maulana Makhdum Ibrahim menyiarkan dan dakwah agama islam di daerah Bonang, Tuban Jawa
Tinur. Dan karena di Bonang inilah, maka beliau dikenal sebagai sunan Bonang.
Sunan Bonang menjadi penerus dakwah ayahnya sendiri yaitu sunan Ampel. Beliau membangun
pesantren di daerah Bonang, Tuban, Jawa Timur.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang bigrafi, sejarah, karomah sunan Bonang, silahkan simak dan
baca juga : Biografi Sunan Bonang

3. Raden Qasim atau Sunan Derajat

Raden Qasim adalah putra dari sunan Ampel dan merupakan adik dari Maulana Makhdum Ibrahim
(sunan Bonang).

Sunan Derajat adalah putra dari sunan Ampel dengan istri pertamanya yaitu Dewi Condrawati.

Sunan Derajat belajar agama islam dari ayahnya di pondok pesantren yang ada di Ampel Denta.
Beliau terkenal dengan jiwa sosial yang tinggi dan tema-tema dakwahnya yang selalu berorientasi
pada gotong-royong.

Beliau selalu terbuka untuk menolong orang-orang yang yang membutuhkan, mengasihi anak yatim
dan menyantuni fakir miskin.

Sunan Derajat menjadi penerus dakwah islam sunan Ampel. Sunan Derajat mendirikan pesantren di
daerah Lamongan Jawa Timur.

Sampai sekarang di sekitar wilayah kompleks sunan Drajat masih menjadi pusat syiar dan pendidikan
islam.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang bigrafi, sejarah, karomah sunan Derajat, silahkan simak dan
baca juga : Biografi Sunan Drajat

4. Raden Fatah Sebagai Raja Demak

Raden Fatah adalah raja atau sultan Demak Bintara yang pertama. Beliau adalah sultan Demak yang
diangkat oleh para Walisongo.

Raden Fatah adalah muris seklaigus menantu dari sunan Ampel yang menjadi sultan kerajaan islam
yang berada di Demak.
Beliau menjadi penerus dakwah sunan Ampel dengan mengajak rakyatnya untuk memeluk islam dan
menerapkan hukum-huku islam di kerajaannya.

Makam Sunan Ampel

Makam-Sunan-Ampel

Makam Sunan Ampel dan Istrinya Nyai Condrowati

Wafatnya sunan Ampel tidak ada sumser yang pasti, dan di makam sunan Ampel tidak tercatat
kapan tahun beliau wafat. Namun berdasarkan dari Babad Gresik sunan Ampel wafat pada tahun
1481 Masehi.

Beliau di makamkan di Ampel Denta, Surabaya. Hingga kini banyak pengunjung dari berbagai daerah
yang mengunjungi makam beliau.

Demikian ulasan mengenai sejarah Sunan Ampel. Ajaran Agama Islam yang telah disebarkan, harus
tetap dijaga dan diterapkan dengan sebaik baiknya. Perlu diingat bahwa dalam mengajarkan Agama
Islam harus dilakukan dengan sikap dan perilaku lembut serta tanpa adanya pemaksaan.

Anda mungkin juga menyukai