Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

SUNAN AMPEL

DISUSUN OLEH:

REFIKA AYU ANGGRAINI

MA DARUL FALAH PACINAN

TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang mayoritasnya pemeluk agama islam, dan juga di negara
yang penduduk Muslim terbesar di dunia. Ini tadak lepas dari peran para ulama yang
menyebarkan islam di tanah Nusantara mereka adalah Wali Songo, yang mendakwakan ajara
islam dengan cara toleran tidak dengan cara peperangan, tidak dengan menghapus budaya
masyarkat Nusantara, akan tetapi merangkul menjaga dan merawat budaya itu sendiri.

Ada beberapa fase di perkembangan Islam di Nusantara dan teriternalisasi dalam


masyarakat nusantara , karna memiliki tiga kemampuan yaitu Hamengku (budaya baru di jaga)
Hangemot (budaya baru masuk di berikan tempat) Hengemong (budaya dapat di bina).

Itu semua tidak lepas dari para Wali Songo Khususnya Sunan Ampel, beliau adalah
ulama atau Sunan yang mempunyi cara dakwah yang berbeda dengan wali yang lain, pendidikan
moral adalah metode dakwah yang di gunakan Sunan Ampel. istilah moh limo dari bahasa Jawa
yang berarti tidak mengerjakan lima hal tercela. Di antaranya, moh main (tidak berjudi), moh
ngombe (tidak mabuk-mabukan), moh maling (tidak mencuri),moh madat (tidak mengisap
candu), dan moh madon (tidak berzina) adalah salah satu ajaran yang di gunakannya.

Pendidkan pesantren adalah awal mula yang di bentuk oleh Sunan Ampel, pesantren
adalah basis dakwah untuk mendidik nilai-nilai keagamaan dan spiritual. Tidak heran beberapa
anak dan muridnya menjadi ulama dan wali seperti Maulana Mahdum atau Raden Mahdum
Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Qasim (Sunan Drajat), Raden Zainal Abidin (Sunan
Demak),bahkan Sunan Kalija pun adalah murid dari beliau, seorang wali yang sangat populer
deng dari bebrapa wali lainya dengan metode wayang dan budaya lainya menjadi media
dakwahnya.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Biografi Sunan Ampel

Sayyid Muhammad ‘Ali Rahmatullah yang lahir pada tahun 1401 M di Champa. adalah
salah seorng wali yang meyebarkan islam di nusantara seorang wali yang termasuk dalam wali
songo yang memiliki peran besar dalam menyebrkan islam di nusantara khususnya di tanah jawa,
Surabaya. Sesudah pindah ke jawa timur ia di beri nama Raden Rahmat atau Sunan Ampel oleh
masyarkat setempat, Sedangkan nama Ampel, berasal dari nama tempat Raden Rahmat
bermukim, yaitu Ampel Denta yang kini termasuk kawasan Surabaya. Kawasan Ampel Denta.
Sunan ampel adalah putra dari Syakh Maulana Malik Ibrahim seorang ulama dari Samarkand,
Asia Tengah, yang menikah dengan putri Raja Campa (Kamboja), Dewi Candrawulan.

Syekh Jamaluddin Qubra mempunyai seorang putra yang bernama Maulana Malik
Ibrahim (Sunan Gresik), karena berasal dari samarqad masyarakat menyebutnya dengan sebutan
Syekh Maulana Malik Ibrahim as-Samarqandi. Saat itu, Syekh Maulan Malik Ibrahim
diperintahkan oleh ayahnya untuk berdakwah ke Asia.

Dengan adanya perintah tersebut, kemudian beliau di ambil menantu oleh Raja Champa, yang
kemudian dinikahkan dengan putrinya yaitu Dwi Condrowulan. Dari perkawinannya, lahirlah
Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan Raden Rasyid Ali Murtdha (Raden Santri). Sedangkan adik
Dewi Condrowulan atau Dewi Dwarawati diperistri oleh Prabu Brawijaya Majapahit.

Dengan demikian, Raden Rahmat dan Raden Ali Murtadha merupakan keponakan dari Ratu
Majapahit dan tergolong sebagai putera kerajaan atau bangswan kerajaan, dan pada waktu itu
mendapatkan gelar Rahadian yang artinya tuanku, atau disebut dengan Raden. Selain itu, beliau
memiliki posisi yang cukup kuat di kalangan bangsawan Majapahit.

Istri dan Anak Sunan Ampel

Sunan Ampel meiliki dua istri. Dari istri pertama beliau memiliki lima orang aak dari istri
kedua beliau memiliki enam orang anak.

Istri pertama

Istri pertama bernama Dewi Condrowati alias nyai Ageng Manila binti Aryo tejo Al-
abbasyyi, berputra :

1. Maulana Mahdum atau Raden Mahdum Ibrahim (Sunan Bonang)

2. Syarifuddin/Raden Qasim (Sunan Drajat)

3. Siti Syari’ah/Nyai Ageng Maloka


4. Siti hafsah

Istri kedua

Istri kedua Sunan Ampel adalah Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, Berputera:

1. Dewi Murtasyiah (Istri Sunan Giri)

2. Dewi Murtasimah (Istri Raden Fatah)

3. Raden Zainal Abidin (Sunan Demak)

4. Raden Husamuddin (Sunan Lamongan)

5. Pangeran Tumpel

6. Raden Faqih (Sunan Ampel 2)

2 Dakwah Sunan Ampel

Pada tahun 1443 M bersama dengan ayah dan saudaranya, Sunan Ampel datang ke pulau
Jawa. kemudian menjadi bupati Surabaya menggantikan Arya Lembu Sura putra dari mertuanya
Arya Teja. Membangun keakraban dengan penguasa guna mempermudah proses penyebaran
Islam dengan cara menikahkan para penyebar Islam dengan penguasa setempat.

Selanjutnya, mengganti nilai-nilai keagungan dan penaklukan yang dianut oleh orang-
orang Majapahit yang jika diurai meliputi : adhigana, adhigung, adhiguna, rajas, niratisaya, jaya
dan nirbhaya, dengan mengenalkan nilai-nilai Islam yang meliputi : kesabaran, keikhlasan,
kerendah-hatian, keadilan, guyup rukun, rilo, kesederhanaan, nrimo, ngalah, pasrah, ojo dumeh,
dan sebagainya.

Beliau juga mengubah kebiasaan dan tradisi keagamaan yang dilakukan oleh Sunan
Ampel antara lain dapat kita lihat dengan adanya bedug maupun kentongan pada sebagian masjid
atau mushola. Bedug adalah alat bunyi-bunyian yang pada masa itu disukai oleh orang-orang
Budha dan kentongan adalah alat bunyi-bunyian yang disukai oleh orang-orang Hindu.

Usaha untuk mengembangkan agama Islam tidak dilakukan sendiri oleh Sunan Ampel
namun Sunan Ampel menugaskan putera-putera dan kerabatnya untuk mendakwahkan agama
Islam di Pulau Jawa. Usaha lainnya yang dilakukan oleh Sunan Ampel yakni dengan
membumikan Islam sesuai budaya setempat seperti peribadatan Islam pun diambil dari bahasa
setempat, sebagai contoh istilah sembahyang untuk mengganti sholat, langgar untuk mengganti
mushola, pasa (upawasa) untuk mengganti shaum, neraka untuk mengganti naar, swarga untuk
mengganti jannah, bahkan nama Allah SWT diganti dengan menyebut pangeran, serta
menambahkan kata kanjeng di depan nama Nabi Muhammad Saw yang bermakna Junjungan.

Metode dakwah yang di lakukan oleh Sunan Ampel memang sangat berbeda dengan wali
yang lain, metode dakwah dengan masyarakat kelas mengeha ke bawah di lakukan dengan
pembaruan dan pendekatan, sedangkan ketika menghdapai orang-orang yang cerdik dan cendikia
dengan pendekatakan intelektual dan penalaran logis.

Beberapa para wali lainnya rata-rat menggunakan metode dakwah dengan menggunakan
pendekatan seni dan Budaya sebagai media dakwahnya. Namun, Sunan Ampel lebih memilih
menggunakan pendekatan intelektual dengaan memberikan pemahaman wacana intelektual dan
diskusi cerdas, kritis dan di terima oleh akal manusia.

Pada dasarnya urgentitas budaya sebagai media dkawah alternatif memang tidak bisa
untuk di bantah dan dilupakan, karena sejarah juga membuktikan bahwa pendekatan kultur
budaya yang dimainkan sunan Kalijaga berhasil membuat ketertarikan tersendiri bagi
masyarakatnya, namun pendekatan kultur budaya di nilai lebih releven pada kalangan
masyarakat kelas menengah.

Sedangkan untuk obyek intelektual kelas atas, di nilai pas dengen menggunakan jalur
yang di tempuh oleh Sunan Ampel. Meski terlihat tersekat- sekat antara masyarakat kelas atas
dan bawah, hal tersebut tetap bisa tercapai karena beliau merupakan da’i yang mempertaruhkan
hidupnya untuk mengayomi umat.

Selain itu, beliau tetap independen dan konsisten dengan posisinya sebagai ulama’.
Karena memang beliau tidak pernah menggunakan alat atau media apapun sebagai kendaraan
dakwahnya. Walaupun demikian, inilah keunikan metode dakwah dari Sunan Ampel. Selain itu
metode dakwahnya di kenal dengan istilah “ Moh Limo”.

Dalam metode ini dakwah Sunan Ampel, dikenal ada istilah moh limo dari bahasa Jawa
yang berarti tidak mengerjakan lima hal tercela. Di antaranya, moh main (tidak berjudi), moh
ngombe (tidak mabuk-mabukan), moh maling (tidak mencuri),moh madat (tidak mengisap
candu), dan moh madon (tidak berzina).

Metode dakwah ini terbukti dapat memperbaiki moralitas masyarakat yang konon saat itu
telah merosot sampai pada level yang memprihatinkan. Inilah salah satu alasan mengapa Prabu
Sri Kertawijaya memberikan keleluasaan kepada Sunan Ampel, menyebarkan Islam kepada
semua tingkatan sosial masyarakat. Di Ampel, beliau mendirikan sarana ibadah yang kini
menjadi Masjid Sunan Ampel dan sarana pendidikan untuk menunjang internalisasi ajaran dan
nilai-nilai keislaman, menggantikan keyakinan lama.

Anda mungkin juga menyukai