sejarah desa bulus kecamatan gebang kabupaten purworejo / Sejarah dan silsilah
Sayyid Ahmad Muhammad Alim Basaiban Bulus Purworejo Pustaka Bangun
Sejarah dan Silsilah Kyai Sayyid Ahmad Muhammad Alim Basaiban Bulus
Purworejo
1.
R. Dalem Agung / RA. Nyai Dalem Agung , Mojotengah Garung Wonosobo, ibni
6.
Kisah Masa Muda Kyai Sayyid Ahmad Muhammad Alim Basaiban, Bulus
Purworejo
Saat muda, Beliau pergi menuntut ilmu ke Pekalongan. Beliau mengaji pada ulama
besar di sana sampai beberapa lama, kemudian meneruskan menuntut ilmu di
Mekah dalam waktu yang cukup lama pula hingga Beliau menjadi seorang ulama
besar. Di Mekah Sayyid Ahmad Muhammad Alim mempelajari Tarekat Satariyah.
Sepulang dari Mekah, Beliau kemudian menetap di kampung Krapyak, kota
Pekalongan bagian utara, menggantikan gurunya sampai beliau menikah dan
mempunyai keturunan di sana.
Atas permintaan para murid yang berasal dari Wonosobo, Beliau kemudian pindah
ke Wonosobo. Pertama kali bermukim adalah di desa Cekelan kecamatan Kepil. Di
sana beliau mendirikan pondok pesantren dan masjid yang hingga sekarang masih
ada dan berkembang pesat. Pembuatannya dibantu olehbesan Beliau yang bernama
R. Tumenggung Bawad ( pensiunan ) pembesar dari Kraton Yogyakarta yang
bernama Wiradhaha / ayah Kyai Tolabudin ( makam di Blimbing Bruno Purworejo
) dibantu juga oleh Kyai Karangmalang ( ayah Kyai Imam Puro ) yang telah
mengangkat saudara. Dikisahkan mereka membawa pohon Aren dan Pohon jambe
/ Pinang. Dari desa Cekelan, Beliau kemudian pindah ke desa Gunung Tawang,
kecamatan Selomerto Wonosobo . Di sana pun Sayyid Ahmad Muhammad Alim
mendirikan pondok dan masjid.
Setelah bermukim di desa Gunung Tawang, beliau pindah ke arah utara, sampai di
dekat dukuh Kendal Mangkang, petilasan Kyai Ageng Gribig dari Klaten Surakarta
sewaktu membuat pertahanan saat memerangi Belanda di Batavia ( Jakarta ). Dari
tempat tersebut, beliau pindah ke arah timur sampai di Candiroto, akan tetapi tidak
dikisahkan hal pendirian masjid dan pondok di sana. Perpindahan selanjutnya
adalah di desa Traji, yang berada di sebelah utara Parakan Temanggung, dekat
desa Mandensari. Di sana didirikan pula pondok yang sampai sekarang masih ada.
Dari desa Traji, Sayyid Ahmad Muhammad Alim bermukim sebentar di desa Bulu,
Salaman Magelang. Di sana didirikan pula pondok dengan dibantu oleh Kyai
Muhyi Bulu. Pesantren tersebut hingga sekarang pun masih. Rute perpindahan
selanjutnya adalah di desa Paguan Kaliboto Purworejo, dan seperti yang sudah –
sudah, di sana pun didirikan pondok yang hingga kini pesantren itu masih. Dari
Kaliboto, atas permintaan salah seorang murid setianya yakni seorang mantri polisi
Beliau pindah ke Pancalan dan mendirikan pesantren sehingga daerah itu menjadi
aman. Pondok pesantren tersebut hingga sekarang masih, kemudian Beliau pindah
ke desa Nglegok Baledono Purworejo, mendiami bekas pondok Kyai Asnawi ( R.
Tumenggung Djoyomenduro, putra kyai Syamsyiah Pengulu Landrat/ Ketua
Pengadilan Negeri jaman kejawen yang makamnya terletak di Pangenjurutengah ).
Kyai Asnawi mempunyai banyak pondok pesantren.
Dari Baledono, Sayyid Ahmad Muhammad Alim pindah ke Kali Kepuh Beji.
Masjid digotong oleh para santri yang jumlahnya sangat banyak. Perpindahan ke
Kali Kepuh beji pada awalnya atas perintah Bupati Purworejo yang pertama pada
jaman Belanda yang bernama Raden Mas Cokrojoyo, dikarenakan ketakutan
Belanda akan adanya penyerangan sewaktu – waktu yang akan dilakukan oleh
Sayyid Ahmad Muhammad Alim dan para santrinya. Begitu juga dengan
perpindahan Beliau ke Bulus yang merupakan perintah dari Bupati, yang tujuan
sebenarnya adalah agar Sayyid Ahmad Muhammad Alim mati dimangsa
Brekasakan Hutan ( sejenis hewan dan mahluk halus ), lelembut, harimau, celeng /
babi hutan dan warak ( sejenis badak ), sebab di sana terdapat sebuah beji (
semacam mata air ) yang di dalamnya terdapat sepasang bulus ( sejenis kura – kura
) berwarna putih yang merupakan mahluk halus. Maka daerah Bulus saat itu
terkenal dengan sebutan Jalma Mara Jalma Mati yang artinya manusia mendekat,
manusia mati. Sayyid Ahmad Muhammad Alim tetap selamat dan bahkan
kemudian tempat tersebut menjadi desa yang makmur dan pesantrennya
berkembang pesat hingga menyebar menjadi cikal bakal lahirnya pesantren –
pesantren yang ada di Purworejo dan sekitarnya. Bulus yang tadinya hutan yang
sangat angker beliau ubah menjadi desa yang makmur bersama para muridnya
yang berasal dari berbagai daerah antara lain dari Pekalongan, Semarang, Salatiga,
Magelang dan lain – lain. Jumlah murid Beliau lebih dari seribu orang. Sayyid
Ahmad Muhammad alim mengajarkan tarekat Satariyah. Setelah mengaji, para
murid ada yang diperintahkan untuk bekerja membuka hutan, ada yang
diperintahkan membuat tempat tinggal ada juga yang bekerja seperti biasanya.
Murid – murid yang berasal dari Pekalongan bekerja membuat sinjang ( jarit / kain
), sehingga kemudian daerah Bulus pada waktu itu terkenal dengan sebutan daerah
Bang – bangan sinjang ( penghasil jarit / kain ). Mereka yang berasal dari
Banjarmasin bekerja membuat aneka perhiasan dari emas dan ada juga yang
bekerja sebagai tukang jam.
Sayyid Ahmad Muhammad Alim selalu melakukan sholat sunnah sehari semalam
sebanyak 35 rokaat. Ketika Sholat Awabin sampai 20 rokaat. Sebelum tidur, seusai
membaca wirid, beliau selalu bersahadat 3 kali, memohon ampun pada Tuhan
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sayyid Ahmad Muhammad Alim
selalu memintakan dan mendoakan agar para keturunannya juga murid – muridnya
bisa menjadi orang yang soleh. Beliau juga menjalankan tapa pendhem 40 hari 40
malam, seperti layaknya jenazah yang dikubur, hanya pada bagian atas tepat di
bagian kepala diberi sebilah bambu sebagai jalan nafas saat di dalam kubur.
Ditengah – tengah lubang tersebut diberi benang yang digunakan untuk isyarat
bahwa Beliau masih hidup. Setiap sore benang ditarik yang menandakan bahwa
Sayyid masih hidup di dalam kubur. Menurut riwayat, di dalam tapa pendhemnya,
Sayyid Ahmad Muhammad Alim mendapatkan isyarat gaib seperti berikut.
Beliau diperintahkan untuk memilih salah satu dari 3 bendera. Bendera tersebut
berwarna putih, hijau dan merah. Ada suara gaib yang kemudian memerintahkan
untuk memeilih salah satu. Pilihen Kyai ( pilihlah Kyai ) ?. Kyai Sayyid Ahmad
Muhammad Alim kemudian memilih bendera yang berwarna putih. Setelah
memilih salah satu, kemudian suara gaib itu menerangkan sebagai berikut.
Bahwa putih tadi perlambang amal soleh: hijau perlambang materi keduniawian
sedangkan merah perlambang dari kekuatan fisik.
“ Anak turunku ora usah tirakat, asal gelem mantep anggone ngaji, bakal diparingi
dadi wong mulya dunya tekan akherat.” ( anak turunku tidak perlu tirakat, asal
mantap mengaji akan menjadi orang mulya dunia dan akherat ).
Sayyid Ahmad Muhammad Alim Ahli Nahwu, Fiqih dan Tafsir. Tiap malam
sering dijaga oleh harimau singga 5 ekor. Sering juga dijaga oleh Warak ( sejenis
badak ). sehingga rumah dan tanaman Beliau menjadi aman. Di mana tempat yang
dianggap angker oleh masyarakat umum, apabila telah ditempati oleh Beliau
menjadi aman.Orang yang jahat sekali pun apabila telah bertemu dengan beliau,
maka akan menjadi orang soleh. Maka banyak yang menjadi pengikut kemana pun
Beliau pindah karena tidak bisa berpisah dengan Sayyid Ahmad Muhammad Alim.
Sayyid Ahmad Muhammad Alim sering juga menghilang, terutama malam Jumat,
akan tetapi di dalam masjid terdengar ada suara bergema jamaah dzikir Satariyah,
yang dijaga pula oleh brekasakan hutan.
Setengah riwayat diceritakan bahwa suara dzikir tersebut hingga sekarang masih
terdengar saat malam Jumat di makam Beliau. Ada yang bisa melihat, berujud haji
sejumlah 40 orang yang rupawan. Untuk melihatnya harus dengan menjalankan
sholat sunah dan membaca surat Yaasin terlebih dahulu.
Tarekat Satariyah setelah Sayyid Ahmad Muhammad Alim wafat diteruskan oleh
Kyai Guru Loning Mukhidinirofingi dan Kyai Muhammad Alim Maron. Kyai
Muhammad Alim Maron juga pernah ditangkap Belanda sebab menjalankan
tarekat Satariyah, karena dicurigai akan seperti Kyai Sayyid Ahmad Muhammad
Alim.
1.
Ngumar
2.
Haji Toha
Akan tetapi setelah wafatnya Sayyid Ahmad Muhammad Alim, Haji Toha
kemudian pergi ke Kelang Singapura, dan mungkin mengajarkan Tarekat Satariyah
di sana. Para murid juga banyak yang pulang keasalnya masing – masing setelah
Beliau wafat, sehingga Bulus pada waktu itu kosong hingga 3 tahunan.
Atas pertolongan Yang Maha Kuasa, ada seorang yang bernama Raden Mas
Cokrojoyo ( bupati Purworejo yang pertama ) memerintahkan kepada Ulama yang
bertempat tinggal di kampung Madiyokusuman Purworejo bernama R. Syarif Ali
untuk menempati daerah Bulus. Keturunannya hingga saat ini masih. Tanah
pesantren kemudian diwakafkan kepada yang memimpin di situ untuk meneruskan.
Masa Perjuangan
Sayyid Ahmad Muhammad Alim Basaiban Bulus berjiwa pejuang. Pada waktu
Kanjeng Sultan Agung Hanyakrakusuma Mataram memerangi Belanda di Batavia
( Jakarta ), yang memberangkatkan Kyai Ageng Gribig Klaten Surakarta, Kyai
Sayyid Muhammad Alim menyerahkan para murid pemudanya untuk dijadikan
prajurit, yang dipimpin oleh Kyai Ageng Gribig.
Jaman Pangeran Diponegoro ( R.M. Ontowiryo ), Beliau juga dengan sangat halus
tanpa diketahui Belanda menyerahkan para santri mudanya untuk dijadikan
prajurit. Agar tidak diketahui Belanda, maka Beliau berpindah – pindah tempat.
Murid – murid diserahkan pada pertahanan Magelang dan Bagelen, yang dipimpin
oleh R. Tumenggung Djoyomustopo yang makamnya di Sindurejan., juga pada R.
Syamsyiah ( Pengulu Landrat Pangenjurutengah ).
1.
Orang yang ditangkap kemudian dihukum dengan disalib dan dijemur di terik
matahari, kemudian dicor timah panas hingga mati (seperti yang terjadi di Kedung
Lo, sebelah barat Tanggung Purworejo)
Hukuman Gantung
Peringatan Haul Sayyid Ahmad Muhammad Alim Basaiban Bulus dilakukan rutin
setiap tahun di Bulus Purworejo oleh seluruh anak turunnya.
1.
2.
3.
1.
1.
1.
1.
1.
1.
Kyai Sayyid Taslim / Fatimah peputra : (garwanipun Kyai Taslim saking Luning,
Bulus, Kaliwatu lan satunggal dereng dipun mangertosi asalipun )
1.
6.
1. Sayyid Nawawi
14.
1. Sayyid Malik
3. Kyai Machfudz kaliyan Nyai Rufingah lan Nyai Maryatun mboten peputra
lajeng mundhut putra angkat ;
1.
3. Sayyid R. Beni
2. Sayyid R. Arif
4. Sayyid R. Mamas
3. Sayyid R. Sanusi bin Roikhanah Plumbon peputra;
1. Sayyidah RA. Sol ? Peputra ;
2. Sayyidah RA. Fatimah binti Abdurrahman Tirip bin Sayyid Taslim /Fatimah
peputra ;
1.
Sayyid R. Yazid
3.
Sayyid R. Zahrowardi
4.
Sayyid R. Zarnuji
Kyai Sayyid R. Abdurrohim bin Kyai Sayyid Taslim ( kagungan garwa kalih
inggih punika RA. Baingah binti RM. H. Muhammad Nur bin Kyai Guru Luning
kaliyan garwa Alang – alang Amba lan RA. Nafingah binti RM. Chamid Triris bin
Kyai Guru Luning kaliyan garwa Putri Lurah Kroyo, ananging dereng dipun
sumerepi pundi ingkang garwa sepindah lan pundi garwa ingkang kaping kalih ) :
1.
Sayyid R. Mahasin
2.
Sayyid R. Khojin
4.
Sayyid R. Baedowi
5.
Sayyid R. Abdullah
3. Sayyid R. Mudatsir
6. Sayyid R. Muzamil
2. Sayyid R. Sairu
3. Sayyid R. Khamami
4. Sayyid R. Jami'ah
5. Sayyid R. Jauhar
6. Sayyid R. Halimi
Kyai Sayyid R. Azhad alm. Perangan Purwoharjo Banyuwangi peputra :
kaliyan garwa Nyai Muntofingah binti Kyai Abdul Mungid Pacalan mboten
peputra
Kaliyan Garwa Nyai Sultoniyah binti Kyai Abdul Mungid Pacalan peputra ;
5. Sayyidah RA. Umi Salamah
6. Sayyid R. Bun Yamin
4. Sayyid R. Ahmadi
5. Sayyid R. Sangid
3. Sayyid R. Gufron
1.
1.
1.
1.
2.
1.
Sayyid Muhammad Zein Solotiyang bin Sayyid Muhammad Alim Bulus peputra ;
1.
2.
Kyai Sayyid Rofingi Sorogenen bin Sayyid Muhammad Alim Bulus peputra :
Demikian riwayat serta silsilah Sayyid Ahmad Muhammad Alim Basaiban Bulus.
Harapan penulis, riwayat ini bisa berguna bagi keturunan Sayyid Ahmad
Muhammad Alim Bulus agar bisa mempererat tali persaudaraan kembali,
ngumpulake balung pisah....dan juga bagi pembaca sekalian. Tentunya meski telah
sangat berhati – hati dalam penulisannya, banyak sekali terdapat kekurangan –
kekurangannya. Atas hal ini penulis memohon maaf sedalam – dalamnya.
Penulis sangat mengharap sumbangan riwayat dari keturunan Sayyid Ahmad
Muhammad Alim yang lain demi terciptanya riwayat yang baik.