Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PERCOBAAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR SECARA ADSORBSI


(Mata kuliah Praktikum Pengolahan Limbah)

OLEH KELOMPOK 1 KELAS 3C :

Aditia Fian Nugraha NIM 1841420089


Emmaria Eunike Rappitawati NIM 1841420008
Hana Isabella NIM 1841420097
Jamilatus Sa’diyah NIM 1841420006
Sonia Amelia Sriambarwati NIM 1841420026
Surya Wati Oktaviani NIM 1841420015
LABORATORIUM PENGELOLAAN LIMBAH
D-IV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020

2
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan : Pengolahan Limbah Cair secara Adsorpsi


Jenis Limbah Cair : Limbah CaCO3
Tanggal Praktikum : .... - ...... ................ 2020
Tempat Praktikum : Laboratorium Pengelolaan Limbah
Dosen Pengampu / NIDN : Susanto, S.Pd., M.Sc / 0620118901
Kelas / Kelompok : 3C-D4 / 1
Program Studi : D-IV Teknologi Kimia Industri
Jurusan : Teknik Kimia
Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Malang
Personil Kelompok :
No. Nama Mahasiswa NIM
1 Aditia Fian Nugraha 1841420089
2 Emmaria Eunike Rappitawati 1841420008
3 Hana Isabella 1841420097
4 Jamilatus Sa’diyah 1841420006
5 Sonia Amelia Sriambarwati 1841420026
6 Surya Wati Oktaviani 1841420015

Malang,....................... 2020
Mengetahui,

Dosen Pengampu Ketua Kelompok 1

Susanto, S.Pd., M.Sc. Aditia Fian Nugraha


NIP 198911202019031014 NIM 1841420089

i
ABSTRAK

Limbah cair adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil dari
berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin meningkatnya jumlah
penduduk dengan segala kegiatannya,maka jumlah air limbah juga mengalami
peningkatan. Pada umumnya limbah cair dibuang kedalam tanah, sungai,
danau, dan laut. Pengolahan limbah cair secara adsorpsi merupakan salah satu
metode pengolahan limbah yang digunakan untuk menurunkan tingkat
pencemaran air limbah di lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah
mendapatkan suatu system pengolahan liimbah cair berskala laboratorium
dengan menggunakan sampel berupa larutan CaCO 3 dengan menggunakan
adsorben berupa karbon aktif dengan adanya pengaruh penambahan massa
adsorben dan pengaruh flowrate terhadap turbidity dan kesadahan, serta untuk
mengetahui kondisi optimum pada hasil pengolahan limbah cair. Proses
adsorpsi dilakukan dengan memvariasikan laju alir dan massa adsorben.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan semakin besar massa adsorben,
semakin kecil flowrate dan semakin lama waktu maka nilai kesadahan dan nilai
turbidity semakin kecil. Dari data percobaan diperoleh kondisi optimum dengan
massa adsorben 500 gr, flowrate 0,06 L/menit, dan waktu selama 60 menit nilai
kesadahan sebesar 105,7237 mg CaCO3/L dan nilai turbidity sebesar 120 NTU.

Kata Kunci: Adsorpsi, Karbon Aktif, Kesadahan, Turbiditas


ABSTRACT

Liquid waste is water that is no longer used, which is the result of various
daily human activities. With the increasing number of people with all their
activities, the amount of wastewater has also increased. In general, liquid waste
is disposed of into the soil, rivers, lakes and seas. Adsorption of wastewater
treatment is one of the waste treatment methods used to reduce the level of
waste water pollution in the environment. The purpose of this study was to
obtain a laboratory-scale liquid waste processing system using a sample in the

ii
form of a CaCO3 solution using an adsorbent in the form of activated carbon
with the effect of increasing the mass of adsorbent and the effect of flowrate on
turbidity and hardness, and to determine the optimum conditions for the results
of liquid waste treatment. The adsorption process is carried out by varying the
flow rate and mass of the adsorbent.Based on the experimental results, it was
found that the greater the adsorbent mass, the smaller the flowrate and the
longer the time, the lower the hardness and turbidity values. From the
experimental data, the optimum conditions were obtained with an adsorbent
mass of 500 gr, a flowrate of 0.06 L / minute, and a time of 60 minutes of
hardness value of 105.7237 mg CaCO3 / L and a turbidity value of 120 NTU.

Keywords: Adsorption, Activated Carbon, Hardness, Turbidit

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii

iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I.....................................................................................................................6
PENDAHULUAN...................................................................................................6
1.1 Latar Belakang............................................................................................6
1.2 Tujuan......................................................................................................7
Tujuan yang akan dicapai dari praktikum ini, adalah :......................................7
1.3 Manfaat....................................................................................................7
BAB II....................................................................................................................8
DASAR TEORI......................................................................................................8
2.1 Pengertian CaCO3.......................................................................................8
2.2 Pengolahan Secara Adsorpsi.....................................................................8
2.2 Karbon aktif...............................................................................................12
2.3 Analisis Adsorbsi dengan Kesadahan Total dan Turbidity.......................13
BAB III.................................................................................................................18
PROSEDUR PERCOBAAN................................................................................18
3.1 Alat............................................................................................................18
3.2 Bahan........................................................................................................19
3.3 Prosedur Kerja..........................................................................................20
BAB IV.................................................................................................................24
HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................24
4.1 Prosedur Percobaan.................................................................................24
4.2 UJI KESADAHAN......................................................................................25
4.3 UJI TURBIDITY.........................................................................................26
BAB V..................................................................................................................28
KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................28
5.1 Kesimpulan................................................................................................28
5.2 Saran.........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah laboratorium merupakan salah satu limbah yang banyak mengandung


senyawa organik maupun anorganik. Penggunaan bahan-bahan kimia dalam kegiatan
praktikum atau penelitian di dalam laboratorium akan menghasilkan limbah.. Aktifitas
penelitian maupun pengujian di laboratorium yang padat menghasilkan volume limbah
cair laboratorium yang cukup signifikan. Dari sisi jumlah, sebenarnya limbah cair yang
dihasilkan oleh suatu laboratorium umumnya memang relatif sedikit, akan tetapi limbah
cair ini tercemar berat oleh berbagai jenis bahan kimia toxic. Artinya, limbah cair
laboratorium memiliki zat pencemar yang sangat variatif sehingga secara kolektif dalam
jangka waktu yang lama dapat membahayakan lingkungan. Limbah cair laboratorium
dapat dijumpai dalam berbagai jenis, misalnya berupa pelarut organik, halogen dan non
halogen, residu bahan anorganik beracun, bahkan garam logam berat dalam
larutannya. Jenis logam berat yang tergolong memiliki tingkat toksisitas tinggi
Pemanfaatan limbah ini bertujuan untuk mendapatkan produk yang lebih berguna,
produk yang dapat meningkatkan nilai jual dan dan dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Pemanfaatan limbah juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
Adsorpsi merupakan metode yang efektif untuk mengatasi masalah pencemaran
lingkungan. Metode adsorpsi bergantung pada kemampuan permukaan adsorben untuk
menarik molekul-molekul gas, uap atau cairan. Berbagai jenis adsorben karbon aktif
telah berhasil dikembangkan dan terbukti mampu mengadsorpsi ion logam berat, hanya
saja tergolong mahal dan sulit untuk diproduksi. Untuk itu, selama sepuluh tahun
terakhir penelitian secara ekstensif diarahkan untuk mencari jenis adsorben yang relatif
lebih murah dan mudah didapatkan.

6
1.2 Tujuan

Tujuan yang akan dicapai dari praktikum ini, adalah :


a. Mengetahui pengaruh penggunaan karbon aktif granular atau batu apung
(bentonite) pada proses adsorpsi.
b. Mengetahui pengaruh penambahan berat adsorben terhadap penurunan
konsentrasi kekeruhan dan kesadahan total yang terkandung dalam limbah cair
larutan CaCo3 dengan metode adsorpsi.
c. Menentukan efektivitas pada metode adsorpsi dengan berbagai variabel jenis dan
ukuran adsorben, flowrate umpan dan waktu sampling dalam kadar limbah larutan
CaCO3 yang diolah berupa kekeruhan dan kesadahan total pada setiap sampel
yang diambil.
d. Mengetahui pengaruh variasi penambahan berat adsorben dan variasi laju alir
terhadap nilai Turbidity yang terkandung dalam limbah cair larutan CaCo3 dengan
metode adsorpsi

1.3 Manfaat

Manfaat yang akan didapat dari praktikum ini, adalah :


a. Bagi Praktikan
- Mengetahui cara mengatasi permasalahan limbah cair larutan CaCO3 dengan
motode pengolahan limbah secara adsorpsi.
- Mengetahui dan menambah wawasan tentang cara pengolahan limbah cair
larutan CaCO3 dengan menggunakan metode adsorpsi.
b. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber informasi bagi masyarakat dan industri dalam mengolah limbah
cair larutan CaCO3 sehingga tidak berdampak buruk bagi lingkungan sekitarnya.

7
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian CaCO3

Kalsium karbonat ialah senyawa kimia dengan formula CaCO3. Senyawa ini


merupakan bahan yang umum dijumpai pada batu di semua bagian dunia, dan
merupakan komponen utama cangkang organisme laut, siput, bola arang, mutiara,
dan kulit telur. Kalsium karbonat ialah bahan aktif di dalam kapur pertanian, dan tercipta
apabila ion Ca di dalam air keras bereaksi dengan ion karbonat menciptakan limescale.
Ini biasanya digunakan dalam pengobatan sebagai tambahan kalsium atau
sebagai antasida, tetapi konsumsi berlebihan bisa berbahaya.
Larutan CaCO3 merupakan percampuran antara CaCO3 dengan air. Dimana
kalsium karbonat ini merupakan bahan yang sesuai dalam penghilangan senyawa
toksik seperti limbah logam dikarenakan CaO yang merupakan komponen pengaktif
untuk pengadsorbsi senyawa beracun tersebut dapat dihasilkan dari senyawa CaCO 3.

2.2 Pengolahan Secara Adsorpsi

Adsorpsi
Salah satu metode yang digunakan untuk menghilangkan zat pencemar dari air
limbah adalah adsorpsi (Rios et al. 1999 dan saiful et al. 2005). Adsorpsi merupakan
terjerapnya suatu zat (molekul atau ion) pada permukaan adsorben. Mekanisme
penjerapan tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu, jerapan secara fisika
(fisiosorpsi) dan jerapan secara kimia (kemisorpsi). Pada proses fisiosorpsi gaya yang
mengikat adsorbat oleh adsorben adalah gaya-gaya van der waals. Molekul terikat
sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20
kj/mol (Castellan 1982). Sedangkan pada proses adsorpsi kimia, interaksi adsorbat
dengan adsorben melalui pembentuk-an ikatan kimia. Kemisorpsi terjadi diawali dengan
adsorpsi fisik, yaitu partikel-partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorben melalui
gaya van der waals atau melalui ikatan hidrogen. Kemudian diikuti oleh adsorpsi kimia
yang terjadi setelah adsorpsi fisika. Dalam adsorpsi kimia partikel melekat pada

8
permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen) dan cenderung
mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat (Atkins,
1999). Mekanisme proses adsorpsi dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul
meninggalkan larutan dan menempel pada permukaan zat adsorben secara kimia dan
fisika.
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun
gas) terikat kepada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis)
pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi, dimana fluida terserap
oleh fuida lainnya dengan membentuk suatu larutan. Dalam adsorbsi digunakan istilah
adsorbat dan adsorben, dimana adsorbat adalah substansi yang terjerap atau substansi
yang akan dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorben merupakan suatu media
penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon.
Menurut Webber (1972) adsorpsi dibatasi terutama oleh proses film diffusion atau pore
diffusion, tergantung besarnya pergolakan dalam sistem. Jika pergolakan yang terjadi
relatif kecil maka lapisan film yang mengelilingi partikel akan tebal sehingga adsorpsi
berlangsung lambat. Apabila dilakukan pengadukan yang cukup maka kecepatan difusi
film akan meningkat.
Menurut Reynold (1982) adsorpsi adalah reaksi eksoterm. Maka dari itu tingkat
adsorpsi umumnya meningkat seiring dengan menurunnya suhu. Waktu kontak
merupakan hal yang menentukan dalam proses adsorpsi. Gaya adsorpsi molekul dari
suatu zat terlarut akan meningkat apabila waktu kontaknya dengan karbon aktif makin
lama. Waktu kontak yang lama memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul
zat terlarut yang teradsorpsi berlangsung lebih baik
Permukaan padatan yang kontak dengan suatu larutan cenderung untuk
menghimpun lapisan dari molekul-molekul zat terlarut pada permukaannya akibat
ketidakseimbangan gaya-gaya pada permukaan. Adsorpsi kimia menghasilkan
pembentukan lapisan monomolekular adsorbat pada permukaan melalui gaya-gaya dari
valensi sisa dari molekul-molekul pada permukaan. Adsorpsi fisika diakibatkan
kondensasi molekular dalam kapiler-kapiler dari padatan. Secara umum, unsur-unsur
dengan berat molekul yang lebih besarakan lebih mudah diadsorpsi.

9
Terjadi pembentukan yang cepat sebuah kesetimbangan konsentrasi antarmuka,
diikuti dengan difusi lambat ke dalam partikel-partikei karbon. Laju adsorpsi
keseluruhan dikendalikan oleh kecepatan difusi dari molekul-molekul zat terlarut dalam
pori-pori kapiler dari partikel karbon. Kecepatan itu berbanding terbalik dengan kuadrat
diameter partikel, bertambah dengan kenaikan konsentrasi zat terlarut, bertambah
dengan kenaikan temperatur dan berbanding terbalik dengan kenaikan berat molekul
zat terlarut. Morris dan Weber menemukan bahwa laju adsorpsi bervariasi seiring
dengan akar pangkat dua dari waktu kontak dengan adsorben. Kecepatan ini juga
meningkat dengan menurunnya pH sebab perubahan muatan pada permukaan karbon.
Kapasitas adsorpsi dari karbon terhadap suatu zat terlarut tergantung pada dua-
duanya, karbon dan zat terlarutnya. Kebanyakan limbah cair adalah kompleks dan
bervariasi dalam hal kemampuan adsopsi dari campuran-campuran yang ada. Struktur
molekul, kelarutan dan sebagainya, semuanya berpengaruh terhadap kemampuan
adsorpsi. Derajat I kemungkinan adsorpsi akan terjadi dan menghasilkan hubungan
kesetimbangan berkorelasi menurut hubungan empiris dari Freundlich, dan turunan
Langmuir.
Berbagai macam adsorben (butiran jugaseperti bubuk halus) termasuk karbon
aktif, tanah liat,bentonit, abu tly, alumina, magnesium oksida, besioksida, silika, serbuk
gergaji, zeolit, dan aktiftanah abu vulkanik antrasit digunakan dalam air
limbahpengobatan untuk menghilangkan logam berat, dansenyawa organik terlarut
yang menghasilkanpengurangan COD, BOD, dan warna. Untuk mengobatiair limbah
dari pabrik kimia multiprodukmengandung zat kimia organik dalam berbagai
variasikomposisi dan konsentrasi, yang sulitmenurunkan secara biologis, proses
adsorpsi Idikombinasi dengan proses lain dianggap sangatefektif dalam mengurangi
COD dan warna.Adsorben dalam pengolahan air limbah industridengan sifat adsorptif
dari adsorben, diaktifkankarbon, adsorben anorganik dan efisienaplikasi proses
adsorpsi karbon aktif telah ditinjau. Penggunaan karbon aktif dalam air dan pengolahan
air limbah, termasuk yang semakin meningkatperan penting adsorpsi "untuk
menghilangkan spesifiksenyawa target atau kelas senyawa dari. air dan air limbah yang
mengandung organik komplekscampuran zat juga telah ditinjau. Ituair limbah diolah
secara biologis, dan sisaBOD dan COD dihapus lebih lanjut dengan diaktifkankarbon.

10
Karbon aktif bubuk dan butirankarbon aktif) digunakan untuk perawatan tersierair
limbah dari pabrik petrokimia. Dulumenyimpulkan bahwa COD rendah dan
penghilangan warnaefisiensi itu karena adanya organikkoloid. yang tidak terserap oleh
karbon.Karbon butiran menghasilkan limbah tidak berwarna daricairan berwarna
kuning.
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah sebagai
berikut:
1. Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang teradsorpsi. Luas
permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari adsorben.
2. Jenis adsorbat
Peningkatan polarisabilitas adsor-bat akan meningkatkan kemampu-an adsorpsi
molekul yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi (polar) memiliki kemampuan tarik
menarik terhadap molekul lain dibdaningkan molekul yang tidak dapat membentuk dipol
(non polar);
Peningkatan berat molekul adsorbat dapat meningkatkan kemampuan adsorpsi.
Adsorbat dengan rantai yang bercabang biasanya lebih mudah diadsorbsi dibandingkan
rantai yang lurus.
3. Struktur molekul adsorbat
Hidroksil dan amino mengakibatkan mengurangi kemampuan penyisihan sedangkan
Nitrogen meningkatkan kemampuan penyisihan.
4. Konsentrasi Adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah
substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben.
5. Temperatur
Pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan daya serap adsorben
terhadap adsorbat menyebabkan pori-pori adsorben lebih terbuka pemanasan yang
terlalu tinggi menyebabkan rusaknya adsorben sehingga kemampuan penyerapannya
menurun.
6. pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi pada biosorben
dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi.

11
7. Kecepatan pengadukan
Menentukan kecepatan waktu kontak adsorben dan adsorbat. Bila pengadukan terlalu
lambat maka proses adsorpsi berlangsung lambat pula, tetapi bila pengadukan terlalu
cepat kemungkinan struktur adsorben cepat rusak, sehingga proses adsorpsi kurang
optimal.
8. Waktu Kontak
Penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi maksimum terjadi
pada waktu kesetimbangan.
9. Waktu kesetimbangan dipengaruhi oleh:
 tipe biomasa (jumlah dan jenis ruang pengikatan),
 ukuran dan fisiologi biomasa (aktif atau tidak aktif),
 ion yang terlibat dalam sistem biosorpsi
 konsentrasi ion logam.
Porositas adsorben juga mempengaruhi daya adsorbsi dari suatu adsorben.
Adsorben dengan porositas yang besar mempunyai kemampuan menyerap yang lebih
tinggi dibandingkan dengan adsorben yang memiliki porositas kecil. Untuk
meningkatkan porositas dapat dilakukan dengan mengaktivasi secara fisika seperti
mengalirkan uap air panas ke dalam pori-pori adsorben atau mengaktivasi secara
kimia.

2.2 Karbon aktif.

Selain zeolit, adsorben yang digunakan dalam proses adsorpsi pada pengolahan
limbah Laboratorium adalah karbon aktif. Karbon aktif yang diaktivasi secara fisik yaitu
dengan pencucian dan pemanasan mempunyai pori-pori yang terbuka dan memiliki
rongga, dimana rongga tersebut mampu menjerap sejumlah molekul-molekul yang
ukurannya lebih kecil atau sama dengan ukuran rongga karbon aktif tersebut
(Khimayah, 2015). Proses adsorpsi yang terjadi pada karbon aktif yaitu proses adsorpsi
secara fisika, dimana proses penjerapan ion logam Fe2+ terjadi pada permukaan
karbon aktif. Dengan adanya gaya Van Der Waals pada pori-pori karbon aktif maka
partikel pencemar yang terdapat pada limbah tertarik dan terperangkap pada pori-pori
karbon aktif (Hendra, 2008), sehingga ion logam Fe2+ pada limbah menjadi berkurang.

12
Berdasarkan penelitian Fajarwati (2012) karbon akif mampu menurunkan logam Fe
pada pengolahan air tanah sebesar 59,64% dari 3,03 mg/l menjadi 1,22 mg/l,
sedangkan pada penelitian ini penurunan logam Fe terjadi sebesar 62,25% dari 19,4
menjadi 7,324 mg/l. Hal ini dikarenakan pada penelitian Fajarwati (2012) sistem yang
digunakan pada pengolahan adalah sistem continue sehingga waktu kontak air dengan
adsorben tidak lama. Sedangkan pada penelitian ini, menggunakan sistem batch,
dimana waktu kontak antara limbah dan adsorben lebih lama dibandingkan penelitian
Fajarwati (2012), karena suatu adsorben memerlukan waktu untuk mencapai
kesetimbangan dalam menjerap beban pencemar. Sedikitnya jumlah karbon aktif yang
digunakan dalam proses adsorpsi merupakan faktor yang menyebabkan logam Fe pada
limbah masih berada di atas baku mutu yang telah ditentukan. Selain itu ukuran karbon
aktif yang digunakan pada penelitian ini tidak sama juga dapat mempengaruhi luas
permukaan pori-pori karbon aktif. Semakin besar pori-pori karbon aktif, maka semakin
banyak pula partikel yang teradsorpsi. Hal ini yang menyebabkan nilai COD, logam Fe,
dan logam Pb pada limbah masih berada di atas baku mutu.
2.3 Analisis Adsorbsi dengan Kesadahan Total dan Turbidity

2.3.1 Pengertian Kesadahan


Pengertian Kesadahan Kesadahan atau hardness adalah salah satu sifat kimia
yang dimiliki oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ionion Ca2+,
Mg2+ dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam
bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat,klorida dan
bikarbonat dalam jumlah kecil.
Pengertian kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun, dimana
sabun ini diendapkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+ tersebut. Karena penyebab
dominan/utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+ , khususnya Ca2+, maka arti
kesadahan dibatasi sebagai sifat/karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi
jumlah dari ion Ca2+ d a n M g2+ , yang dinyatakan sebagai CaCO3.
Sifat kesadahan seringkali ditemukan pada air yang menajdi sumber baku air
bersih yang berasal dari air tanah atau daerah yang tanahnya mengandung deposit
garam mineral dan kapur (Sumantri, 2010).

13
Tingkatan kesadahan di berbagai tempat berbeda-beda, pada umumnya air
tanah mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi, hal ini terjadi karena air tanah
memiliki kontak dengan batuan kapur yang ada pada lapisan tanah yang dilalui air. Air
permukaan tingkat kesadahnnya rendah (air lunak), kesadahan non karbonat dalam air
permukaan bersumber dari kalsium sulfat yang terdapat dalam tanah liat dan endapan
lainnya.
 Jenis Kesadahan

Kesadahan pada prinsipnya terdiri dari dua jenis, yaitu:


a. Air sadah sementara Air sadah sementara adalah air sadah yang
mengandung ion bikarbonat (HCO3-), atau boleh jadi air tersebut
mengandung senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau
magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air yang mengandung ion atau
senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena
kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air
tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Dengan jalan pemanasan
senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel. Reaksi yang
terjadi adalah :
Ca(HCO3)2 (aq)  CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
b. Air sadah tetap Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion
selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-.
Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2),
kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida
(MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air
yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap,
karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara
pemanasan. Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus
dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan
zat-zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah larutan karbonat,
yaitu Na2CO3 (aq) atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan karbonat
dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan atau Mg2+. CaCl2 (aq) +
Na2CO3 (aq)  CaCO3 (s) + 2NaCl (aq) Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3 (aq) 
14
MgCO3 (s) + 2KNO3 (aq) Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau
MgCO3 berarti air tersebut telah terbebas dari ion Ca2+ atau Mg2+ atau
dengan kata lain air tersebut telah terbebas dari kesadahan.

 Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Air Sadah

MenurutWHO air yang bersifat sadah akan menimbulkan dampak:


a. Terhadap kesehatan dapat menyebabkan cardiovascular desease
(penyumbatan pembuluh darah jantung) dan urolithiasis (batu ginjal).
b. Menyebabkan pengerakan pada peralatan logam untuk memasak sehingga
penggunaan energi menjadi boros.
c. Penyumbatan pada pipa logam karena endapan CaO3
d. Pemakaian sabun menjadi lebih boros karena buih yang dihasilkan sedikit.
 Penanggulangan Kesadahan

Salah satu upaya penanggulangan kesadahan adalah dengan pelunakan air


sadah. Pelunakan adalah penghapus ion-ion tertentu yang ada dalam air dan dapat
bereaksi dengan zat-zat lain hingga distribusi air dan penggunaannya terganggu. Air
sadah menyebabkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya hubungan kimiawi
antara ion kesadahan dengan molekul sabun menyebabkan sifat deterjen hilang.
Kegunaan pelunakan air sadah yakni untuk mencegah pemakaian sabun lebih
banyak dan juga berfungsi mencegah terbentuknya kerak pada dinding pipa yang
disebabkan oleh endapan kalsium karbonat (CaCO3).
Secara teoritis pengurangan atau pelunakan kesadahan air terdiri atas
bermacam-macam proses yang ada dalam proses pelunakan air sadah antara lain:
a. Pemanasan
b. Proses pengendapan senyawa Ca2+ dan Mg2+
c. Proses pertukaran Ion Ca2+, Mg2+ dengan ion Na+ , K+ atau H+
d. Proses kontak air dengan pasir, batu, atau kapur.
e. Pertukaran ion (ion exchange)

2.3.2 Pengertian Turbidity ( Kekeruhan )

15
Kekeruhan pada suatu cairan biasanya disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya yaitu partikel-partikel mikroskopis seperti mikro organisme yang ada pada
cairan tersebut, zat padat terlarut dan lainya.

Kekeruhan dilihat pada konsentrasi ketidaklarutan, keberadaan partikel pada


suatu cairan yang diukur dalam satuan Nephelometric Turbidity Units(NTU). Penting
untuk diketahui bahwa kekeruhan adalah ukuran kejernihan sampel, bukan warna.

kekeruhan yang tinggi, sementara air yang jernih atau tembus pandang pasti
memiliki kadar kekeruhan lebih rendah. Nilai kekeruhan yang tinggi dapat disebabkan
oleh partikel yang terlarut dalam air seperti lumpur, tanah liat, mikroorganisme, dan
material organik. Berdasarkan keterangan diatas, kekeruhan bukan merupakan ukuran
langsung dari partikel-partikel akan tetapi merupakan suatu ukuran bagaimana sebuah
partikel menghamburkan cahaya dalam suatu cairan.

 Penyebabnya kekeruhan air


Turbidity atau kekeruhan air dapat disebabkan oleh clay pasir, zat organik dan
anorganik yang halus, plankton dan mikroorganisme lainnya. Standar kekeruhan air
ditetapkan antara 5-25 NTU (Nephelometric Turbidity Unit) dan bila melebihi batas yang
telah ditetapkan akan menyebabkan :
1.      Mengganggu estetika
2.      Mengurangi efekifitas desinfeksi air
Ada beberapa metode pengukuran kekeruhan yaitu :
a. Nephelometric method, nephelometric turbidity unit prinsip kekeruhan air dengan
cara ini adalah didasarkan pada perbandingan intensitas cahaya yang disebabkan
oleh suatu larutan standard dalam kondisi sama, semakin tinggi intensitas yang
terserap makin tinggi kekeruhan alat yang digunakan beberapa turbidi meter sampel
tube.
b. Visual method, Jakson Turbidity Unit. Yang dimaksud dengan visual method
adalah pengukuran kekeruhan air dengan menggunakan cadle turbidi meter. prinsip
pengukuran adalah didasarkan pada panjangnya cahaya melalui suatu susspensi

16
yang dihitung tepat pada saat bayangan nyala lilin (candle) hilang. Makin panjang
jalan candle turbidimeter, botol untuk membandingkan kekeruhan secara visual.
c. Turbiditer holigne, digunakan untuk mengukur kekeruhan 0-15 unit. Prinsip
kerjanya adalah penerangan efek tundal dalam penyusunan sumber cahaya
terhadap sampel air. Dalam hal ini tidak digunakan suspensi standar.

 Pentingnya Menganalisa Tingkat Kekeruhan

Pengukuran atau analisa kekeruhan dan kejernihan pada air sangat penting
dalam proses industri, seperti pada produksi air minum atau minuman, pengolahan
makanan, dan instalasi pengolahan air minum. Serta dalam pengolahan sumber air
bersih. Dalam proses pengolahan dan produksi air minum, nilai kekeruhan dapat
dijadikan sebagai indikator keberadaan bakteri patogen, atau partikel yang dapat
melindungi organisme berbahaya dari proses desinfeksi. Oleh sebab itu, pengukuran
tingkat kekeruhan sangat berguna untuk instalasi pengolahan air untuk memastikan
kebersihan nya. Pada proses industri, kekeruhan dapat menjadi bagian dari Quality
Control untuk memastikan efisiensi dalam pengolahan atau proses industri terkait.

17
BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat

Peralatan untuk percobaan beserta analisis :

a. Peralatan Percobaan Adsorpsi :

 Kolom Adsorbsi 2 buah


 Pompa air 1 buah
 Statif 2 buah
 Klem Penjepit 2 set
 Beaker Glass 50 ml 10 buah
 Erlenmeyer 250 ml 3 buah
 Buret 50 ml 1 buah
 Labu Takar 1000 ml 1 buah
 Labu Takar 50 ml 10 buah
 Gelas Arloji 1 buah
 Spatula 1 buah
 Botol Semprot 1 buah
 Corong 1 buah
 Timbangan Analitik 1 buah
 Pipet ukur 10 ml 1 buah
 Pipet Seukuran 25 ml 1 buah
 Ball Pipet 1 buah

18
 Pipet Tetes 1 buah

b. Peralatan Analisis Kesadahan Total

 Labu Takar 250 ml 1 buah


 Erlenmeyer 500 ml 1 buah
 Ball Pipet 1 buah
 Labu Takar 1000 ml 1 buah
 Corong 1 buah
 Gelas Ukur 100 ml 1 buah
 Piringan Pemanas 1 buah
 Buret 50 ml 1 buah
 Pipet ukur 100 ml, 50 ml, 25 ml, da 1 ml

c. Peralatan Analisis Turbidity

 Turbidimeter
 Pipet tetes
 Gelas Ukur

3.2 Bahan

a. Bahan yang diperlukan pada percobaan adsorpsi:

 Larutan CaCO3
 Larutan MgCO3
 Sampel air limbah
 Adsorbent: Karbon aktif granular, Bentonite / Batu Apung.

b. Bahan yang diperlukan untuk analisis Kesadahan :

 Larutan Buffer pH 10 ± 0,1 M


Larutkan 1,179 gram EDTA dihidrat dan 780 mg MgSO 4.7H2O atau 644 mg
MgCl2.6H2O dalam 50 ml aquadest. Tambahkan larutan tersebut pada 16,9

19
gram NH4Cl dan 143 ml NH4OH pekat di labu takar 250ml. Kocok dan encerkan
dengan aquadest.
 Larutan Standar EDTA 0,01 M
Menimbang 4 gr Na2EDTA.2H2O dan 0,1 gr MgCl.6H2O larutkan sampuran
tersebut dengan aquadest lalu pindahkan ke labu ukur 1000ml dan encerkan
dengan aquadest.
 Larutan Standar Primer Ca2+
Menimbang 0,08 gr standar primer CaCO3 yang sudah dikeringkan selama 1
jam pada suhu 100oC. Masukkan dalam labu ukur 100ml lalu tambahlan 20 ml
aquadest. Campurkan HCl 1:1 tetes demi tetes sampai larutan jernih dan
encerkan
 Indikator EBT dan NaCl
Campurkan antara 200 mg EBT dan 100 gram NaCl lalu giling sampai mulus.
Jika ingin digunakan encerkan dengan aquadest
 Indikator Murexid dan NaCl
Campurkan 200 mg murexid dan 100 gram NaCl lalu digiling sampai halus.

c. Bahan yang diperlukan untuk analisis Turbidity

 Larutan sampel limbah yang dianalisis


 Aquadest

3.3 Prosedur Kerja

a. Prosedur pada Pengolahan Limbah secara Adsorpsi :

1) Periksa kelengkapan peralatan yang ada di kolom adsorbsi.


2) Isi kolom dengan bahan adsorbenr dengan berat dan diameter yang diinginkan.
3) Isi bak dengan air limbah atau larutan yang mengandung CaCO 3, MgCO3 dengan
konsentrasi yang telah ditentukan.
4) Masukkan pompa submerge (celup) ke dalam bak yang berisi air limbah serta
nyalakan pompa dan atur flowrate nya dengan cara mengatur bukaan valve,
sehingga larutan mengalir ke dalam kolom adsorbent.

20
5) Tampung air keluaran kolom (effluent) pada beaker glass sebagai sampel setiap
periode waktu tertentu (menit) t1, t2, t3..... dst (ditentukan pembimbing)
6) Analisa kekeruhan dan kesadahan total atau kadar CaCO3 / MgCO3 di setiap
sampel yang diambil.
7) Hentikan percobaan dengan cara mematikan pompa (cabut colokan listrik
pompa).
8) Ulangi percobaan pada point 2 dan 5 dengan mengubah variabel praktikum,
antara lain: jenis adsorbent, ukuran adsorbent, flowrate umpan dan waktu
sampling.
9) Hentikan praktikum dan bersihkan peralatan seperti pada kondisi semula serta
kembalikan peralatan seperti semula.

b. Prosedur pada Analisa Kesadahan

1) Standarisasi EDTA
a) Pipet 25 ml larutan standar Ca2+ kedalam erlenmeyer lalu tambahkan 5 ml
larutan buffer pH 10, tambahkan 3 tetes indikator EBT.
b) Titrasi dengan larutan EDTA sampai berubah warna dari merah anggur
menjadi biru.
c) Lakukan pengulangan titrasi 2 -3 kali.
2) Analisa Kesadahan Total
a) Ambil sampel sebanyak 25 ml.
b) Tambahkan 10 ml larutan buffer dengan pH 10 dan beri indikator EBT .
c) Titrasi dengan larutan standar EDTA.
3) Analisa Kesadahan Ca2+
a) Ambil sampel sebanyak 50 ml, tambahkan HCl hingga pH nya menjadi ± 3
(dicek dengan kertas pH). Didihkan selama 1 menit lalu didinginkan sebelum
dititrasi.
b) Tambahkan larutan NaOH 1 N ke dalam 50 ml sampel hingga pHnya menjadi
12-13 (dicek denga kertas pH).
c) Tambahkan 0,1 – 0,2 gram indikator murexid-NaCl.

21
d) Titrasi dengan EDTA hingga tercapai titik ekivalen dan berubah warna dari
merah muda menjadi ungu. Untuk memastikannya tambahkan sedikit
indikator murexid setelah tercapai titik ekivalensi sampai warnanya tidak
berubah lagi.
e) Ulangi analisa untuk kepastian hasil (duplo)

c. Prosedur pada Analisa Turbidity

1) Persiapan
a) Nyalakan alat dengan menekan tombol power, biarkan menyala selama 5
menit.
b) Tuangkan ± 5 ml sample ke dalam kuvet dan tutup rapat.
c) Miringkan kuvet untuk membersihkan bagian tutup dan bagian dalam
kuvet
d) Buang cairan sample yang ada di dalam alat, ulangi 1x lagi pencucian
kuvetnya.
e) Isi kuvet dengan sampel
f) Tutup kuvet dengan rapat sebelum membersihkan bagian luar kuvet.
g) Bersihkan bagian luar kuvet pada bagian bawah tanda batas, karena bisa
mempengaruhi pembacaan.

2) Kalibrasi dengan Standar Primer


a) Set tombol range pada 0-20 NTU. Siapkan kuvet dengan standar primer
0,5 NTU.
b) Biarkan terlebih dahulu alat menyala selama 5 menit
c) Tuangkan sampel
3) Kalibrasi dengan Standar Sekunder
a) Set tombol ‘range’ pada range yang diinginkan
b) Masukkan botol sampel ke dalam tempat uji dan tutup dengan tabung
penghalang cahaya. Set tombol “range” pada 0-2 NTU.

22
c) Gunakan tombol SET/CAL untuk mengeset nilai sesuai nilai kalibrasi yang
tercatat.
d) Keluarkan standar.
4) Penentuan Sampel
a) Sampel dikocok dengan baik dan biarkan gelembung udara menghilang
terlebih dahulu.
b) Tuang cairan sampel dengan melalui dinding kuvet untuk menghindari
terjadinya gelembung udara
c) Isi sampel hingga tanda batas lalu tutup kuvet rapat-rapat.
d) Jika memungkinkan, setelah menuang sampel ke dalam kuvet, taruh
kuvet pada ultrasonic bath selama 1-2 detik untuk menghilangkan semua
gelembung udara yang ada.
e) Bersihkan bagian luar kuvet dengan tissue atau kain dan alkohol. Hindari
memegang bagian kuvet dibawah tanda batas supaya tidak
mempengaruhi pembacaan.
f) Set range 0-200 NTU, masukkan kuvet sampel pada lubang sampel dan
tutup dengan tabung perisai cahaya. Putar tombol ke range yang terkecil
jika pembacaan yang ada dilayar muncul dan catat nilai NTU sampel.

23
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Prosedur Percobaan

Percobaan kali ini adalah proses adsorpsi dengan bahan CaCO 3 dan karbon
aktif. Sedangkan bahan untuk analisis turbidity adalah EDTA, buffer pH 10, indikator
EBT, HCl 1:1, dan aquades. Tujuan percobaan adalah untuk memahami proses
adsorpsi menggunakan karbon aktif, mengetahui pengaruh massa terhadap proses
adsorpsi, mengetahui pengaruh flowrate terhadap proses adsorpsi. Pertama, pengisian
air dalam bak. Kemudian timbang CaCO 3 lalu dimasukkan ke dalam beaker glass +
aquades sebanyak petunjuk dari pembimbing lalu diaduk. Kemudian tahap homogensi
CaCO3. Masukkan ke dalam bak berisi air. Sisa CaCO3 dalam beaker glass dibersihkan
dengan air yang ada dalam bak. Tahap pengisian karbon aktif ke dalam kolom dengan
massa karbon aktif sesuai petunjuk pembimbing. Lalu tutup kolom dengan rapat
dengan selang. Mengatur flowrate sesuai petunjuk pembimbing. Tahap running caranya
adalah dengan menghidupkan saklar bersamaan dengan stopwatch dimulai. Tahap
pengambilan sampel dimana data yang disediakan bervariasi dengan pengambilan data
setiap menit lalu lalu menitrasi dan mengecek turbidity.

Memasuki tahap analisis turbidity. Pertama, ambil CaCO3 dari desikator lalu
timbang sesuai petunjuk pembimbing. Masukkkan ke beaker glass + aquades sebanyak

24
petunjuk pembimbing kemudian aduk. Masukkan ke labu ukur . Tambahkan HCl 1:1 ke
dalam labu ukur. Tambah aquades sampai tanda batas lalu kocok. Kemudian
masukkan ke beaker glass. Lalu ambil sebanyak petunjuk pembimbing untuk titrasi.
Masukkan ke erlenmeyer lalu tambahkan buffer pH 10 sebanyak petunjuk pembimbing.
Lalu tambah indikator EBT 3 tetes hingga berwarna keunguan . Lalu titrasi dengan
EDTA sampai warna berubah menjadi biru. Lalu analisis turbidity dengan alat
turbidimeter dengan menekan tombol “READ” tunggu hingga muncul angka.

4.2 UJI KESADAHAN

PENGARUH BERAT ADSORBEN, WAKTU, DAN FLOWRATE TERHADAP ANALISA


LIMBAH CAIR UJI KESADAHAN
Setelah dilakukan pengujian turbidity, dilakukan pula pengujian kesadahan air
limbah. dalam pengujian inidibandingkan antara pengaruh berat adroben dan flowrate
terhadap nilai kesahadan pada limbah. Pada grafik yang membandingkan antara waktu
dengan nilai kesadahan yang divariasikan dengan perbedaan berat adsobennya dapat
dilihat bahwa semakin lama waktu yang digunakan maka semakin kecil pula nilai dari
kesadahan pada air limbah. begitupun juga dengan variasi adsorben, jumlah adsorben
disini juga berpengaruh karena dilihat dari grafik bahwa pada adsorben yang beratnya
lebih besar mampu menurunkan nilai kesadahan hingga 105 pada waktu 60 menit.
Tidak menutup kemungkinan terjadi penurunan pada adsorben yang beratnya kecil
yaitu 250g. Pada adsorben 250g juga mampu menurunkan kesadahan air limbah
hingga 166 dalam waktu 60 menit. Hal ini berarti waktu dan berat adsorben berbanding
terbalik dengan nilai kesadahan. Dimana jika waktu dan jumlah adroben besar maka
nilai kesadanannya akan semakin kecil.
Percobaan adsorpsi ini dilakukan pula perbandingan antara flowrate 1 dan
flowrate 2 untuk membandingkan niai kesadahannya. Dimana dalam flowrate 1
dilakukann dengan kecepatan alir 50ml/50detik atau bida diartikan 0,06L/menit. Pada
flowrate 2 digunakan kecepatan 50ml/30detik atau dapat diartikan 0,1L/menit.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan adsorben yang sama yaitu 500g dan

25
waktu yang sama yaitu 60 menit. Hasil dari percobaan kali ini dapat dilihat pada tabel
perhitungan dan juga grafik yang ada. Dapat dilihat bahwa pada flowrate 1 mempunyai
nilai kesadahan awal yang lebih rendah dibandingkan dengan flowrate 2. Seiring
berjalanya waktu percobaan juga terjadi penurunan kesadahan tetapi tetap saja pada
flowrate 2 masih menduduki nilai kesadahan di atas flowrate 1. Pada waktu 60 menit
dapat dilihat bahwa flowrate 1 mempunyai nilai kesadahan 105 yang tentunya lebih
kecil dibandingkan dengan flowrate 2 yang mana mempunyai nilai kesadaha 202. Hal
ini berarti lajualir dari influent bisa mempengaruhi nilai kesadahan. Dimana lebih besar
laju alir influent maka lebih besar pula nilai kesadahan pada air limbah.
Dari kedua percobaan tersebut diketahui bahwa faktor – faktor yang dapat
menurunkan kesadahan antara lain: waktu, berat adsorben, dan flowrate. Dimana lebih
lama waktu yang digunakan maka nilai kesadahan akan semakin kecil. Begitupun juga
dengan berat adsorben, semakin berat nilai adsorben yang digunakan maka nilai
kesadahan akan semakin kecil. Yang terakhir yaitu perbandingan anatara flowrate
dengan kesadahan, dimana jika flowrate yang digunakan semakin kecil maka nilai
kesadahan akan semakin kecil. Hal ini sudah sesuai dengan dasar teori yang ada.

4.3 UJI TURBIDITY

Grafik pengaruh variasi massa adsorbent terhadap nilai turbidity

Variabel berat adsorbent pertama pada grafik diatas adalah 250 gram terlihat
dari grafik yang tertulis bahwa terjadi penurunan nilai turbidity secara bertahap dan

26
signifikan dari 968 NTU ke 606 NTU pada menit ke-10 sampai menit ke-60. Lalu untuk
massa adsorbent 500 gram juga terjadi penurunan yang sedikit tidak stabil dan kurang
signifikan dari nilai turbidity 280 NTU ke-120 NTU dari menit 10 sampai 60. Jika
dibandingkan dengan literature yaitu dengan massa adsorbent yang kecil akan didapat
nilai turbidity yang kecil pula sudah mendekati dengan hasil grafik yang didapat.

Turbidity
Flowrate 1 Flowrate 2

1200
Nilai Turbidity

1000
800
600
400
Grafik 200
0
pengaruh 0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu
variasi laju
alir
terhadap nilai Turbidity.

Variabel massa yang dipakai untuk grafik diatas sama yaitu 500 gram dengan
variasi laju alir yaitu yang cepat dan lambat. Pada proses laju alir yang semakin cepat
didapat bahwa penurunan nilai turbidiy terlihat turun sedikit secara bertahap dengan
turun yang langsung signifikan pada menit k 50-60. Lalu untuk proses dengan laju alir
yang semakin lambat terlihat bahwa terjadi penurunan nilai turbidity yang sedikit kurang
besar secara bertahap sampai akhir dan tidak ada penurunan signifikan pada akhir
seperti pada laju alir cepat. Tetapi dengan nilai turbidity didapat untuk proses laju alir
lambat lebih baik. Hal ini sudah sesuai dengan teori literature bahwa dengan semakin
rendah flowrate didapat juga nilai turbidity yang rendah juga.

27
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diambil dari praktikum ini, adalah:


a) Pengaruh penggunaan karbon aktif pada proses adsorpsi yang dilakukan yaitu
jika jumlah karbon aktif yang tidak sama dapat mempengaruhi luas permukaan
pori-pori karbon aktif sehingga semakin besar pori-pori karbon aktif semakin
banyak pula partikel yang terabsorpsi.

b) Pengaruh penambahan berat adsorben terhadap kesadahan larutan yaitu


semakin berat adsorben maka nilai kesadahan yang dihasilkan semakin kecil
diikuti juga dengan semakin sedikitnya EDTA yang ditambahkan dan waktu yang
digunakan. Pada data didapat nilai kesadahan percobaan 1 dengan flowrate
influent 1 dan menggunakan variasi massa absroben pada menit ke 60, dengan
EDTA 15,1 ml jumlah kesadahan berat adsorben 250gr sebesar 166,2945 ,

28
sedangkan pada berat absorben 500gr dengan EDTA sebesar 9.6 ml pada
waktu 60 menit sebesar 105,7237. Hal ini bearti waktu dan berat adsorben
berbanding terbalik dengan nilai kesadahan sehingga jika waktu dan jumlah
absorben besar maka nilai kesadahannya pun semakin kecil.

c) Variasi Laju alir pada nilai kesadahan juga berpengaruh, walaupun memiliki berat
absorben yang sama tetapi nilai kesadahan dan banyaknya EDTA yang
ditambahkan dapat berpengaruh. Pada data yang didapat nilai kesadahan pada
flowrate 1 sebesar 0,06 L/menit diwaktu 60 menit dengan EDTA sebesar 9,6 ml
nilai kesadahan sebesar 105,72. Pada table dengan flowrate 2 sebesar 0.1
L/menit dengan EDTA sebanyak 18,4 ml selama 60 menit nilai kesadahan
sebesar 202,6370. Jadi semakin besar laju alir influent maka semakin besar pula
nilai kesadahan pada air limbah.

d) Pada parktikum mendapatkan hasil pengujian pada analisa turbidity. Yang


pertama adalah nilai turbidity pada percobaan variasi massa adsorben yaitu,
pada flowrate 1 nilai turbidity 60 menit berubah sebesar 367 NTU sedangkan
pada flowrate 2 nilai tubidity selama 60 menit menjadi sebesar 120 NTU.
Pengaruh nilai Turbidity. Sehingga yaitu dengan massa adsorbent yang kecil
akan didapat nilai turbidity yang kecil pula sudah mendekati dengan hasil grafik
yang didapat.

e) Pada praktikum yang variasi laju alir yang semakin lambat terlihat terjadi
penurunan nilai turbidity yang sedikit kurang besar sampai akhir. Data yang
didapat pada laju alir 1 nilai turbidity selama 60 menit sebesar 120 NTU dan
pada laju alir 2 selama 60 menit sebesar 606 NTU. Sehingga semakin rendah
flowrate didapat maka nilai turbidity yang dihasilkan juga rendah.

29
5.2 Saran

Adapun saran pada percobaan pengolahan limbah secara adsorpsi sebagai berikut:
1. Bagi peneliti : Setelah dilakukan pengolahan limbah cair secara Adsopsi nilai
parameter yang diujikan bandingkan dengan nilai parameter yang ada di Baku
Mutu agar mengetahui limbah tersebut perlu dilakukan uji lanjutan atau t

DAFTAR PUSTAKA

Parera, M. J., Supit, W. and Rumampuk, J. F. (2013) ‘Analisis Perbedaan Pada Uji
Kualitas Air Sumur Di Kelurahan Madidir Ure Kota Bitung Berdasarkan
Parameter Fisika’, Jurnal e-Biomedik, 1(1), pp. 466–472. doi:
10.35790/ebm.1.1.2013.4584.

Rachmansyah, F., Utomo, S. B. and Sumardi (2014) ‘Perancangan dan Penerapan Alat
Ukur Kekeruhan Air Menggunakan Metode Nefelometrik Pada Instalasi
Pengolahan Air Dengan Multi Media Card (MMC) Sebagai Media
Penyimpanan (Studi Kasus di PDAM Jember)’, Jurnal Berkala Sainstek, 2(1),
pp. 17–21.

Rahma, B. (2013) ‘Pengaruh ketebalan arang tempurung kelapa terhadap tingkat


kesadahan air di wilayah kerja puskesmas sudu kabupaten enrekang’.

30
Rathi, A. K. A. and Puranik, S. A. (2002) ‘Chemical industry wastewater treatment using
adsorption’, Journal of Scientific and Industrial Research, 61(1), pp. 53–60.

Sulistyanti, D., Antoniker, A. and Nasrokhah, N. (2018) ‘Penerapan Metode Filtrasi dan
Adsorpsi pada Pengolahan Limbah Laboratorium’, EduChemia (Jurnal Kimia
dan Pendidikan), 3(2), p. 147. doi: 10.30870/educhemia.v3i2.2430.

Syauqiah, I., Amalia, M. and Kartini, H. A. (2011) ‘INFO TEKNIK, Volume 12 No. 1, Juli
2011’, Info Teknik, 12(1), pp. 11–20.

31

Anda mungkin juga menyukai