Anda di halaman 1dari 31

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA PERAIRAN

Disusun oleh:

Dr. Uun Yanuhar, S.Pi., M.Si

Septi Anitasari, S.Pi., MP

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2023

1
ADSORPSI NH4+ DAN ALKIL BENZENE SULFONAT (LAS) OLEH
ADSORBEN DAN BIODEGRADASI NH4+ DAN ALKIL BENZENE
SULFONAT (LAS) DI LINGKUNGAN PERAIRAN

Disusun oleh:

Dr. Uun Yanuhar, S.Pi., M.Si

Septi Anitasari, S.Pi., MP

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2023

2
LEMBAR PENGESAHAN

Modul Praktikum Biokimia Perairan materi Adsorpsi NH4+ dan Alkil

Benzene Sulfonat (LAS) oleh Adsorben dan Biodegradasi NH4+ dan Alkil

Benzene Sulfonat (LAS) di Lingkungan Perairan disusun sebagai pembantu

dalam jalannya praktikum.

Malang, 10 September 2023

Menyetujui,

PJMK Biokimia Perairan Dosen Pembimbing

Dr. Uun Yanuhar, S.Pi., M.Si Septi Anitasari, S. Pi, MP

NIP. 19730404 2002121 2 001 NIP. 198609242019032008

3
TATA TERTIB PRAKTIKAN
1. Praktikan Wajib datang 15 menit sebelum praktikum berlangsung

2. Memakai pakaian sopan dan rapi, dilarang memakai kaos oblong atau

pakaian tanpa kerah

3. Menggunakan sepatu tertutup dan memakai kaos kaki di atas mata kaki

4. Memakai jas laboratorium dengan rapi, hand glove dan masker

5. Menjaga ketertiban dan ketenangan selama praktikum berlangsung

6. Dilarang makan, minum, dan merokok ataupun membawa makanan dan atau

minuman ke dalam laboratorium

7. Dilarang menggunakan Handphone saat praktikum berlangsung kecuali untuk

dokumentasi

8. Praktikan wajib untuk mematuhi peraturan yang telah dibuat

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena dengan rahmatnya akhirnya tim penyusun bias menyelesaikan

Buku Panduan Praktikum Biokimia Perairan yang bertema Adsorpsi NH4+

dan Alkil Benzene Sulfonat Linear (LAS) oleh Adsorben dan Biodegradasi

NH4+ Alkil Benzene Sulfonat Linear (LAS) di Lingkungan Perairan ini

dengan baik dan tepat pada waktunya.

Rasa terima kasih hendak kami ucapkan kepada semua pihak

yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak

langsung sehingga modul praktikum ini bisa selesai pada waktu yang

telah ditentukan. Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi

untuk menunjang penyusunan laporan ini, namun kami menyadari bahwa

di dalam modul praktikum yang telah disusun masih terdapat kesalahan

serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan

dari para pembaca demi tersusunnya modul praktikum lain yang lebih baik

lagi. Akhir kata, kami berharap agar buku panduan praktikum bisa

memberikan banyak manfaat.

Malang, 10 September 2023

Penyusun

5
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... 3


TATA TERTIB PRAKTIKAN................................................................................ 4
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 5
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 6
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 7
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 7
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................................... 8
2. ADSORPSI ................................................................................................... 9
2.1 NH4+ dan Alkil Benzena Sulfonat Linear (LAS) ....................................... 9
2.2 Adsorpsi .............................................................................................. 10
2.3 Agen Adsorpsi ..................................................................................... 10
2.3.1 Jerami padi ........................................................................................ 10
2.3.2 Serabut Kelapa .................................................................................. 14
2.3.3 Ampas Tebu ................................................................................. 17
3. BIODEGRADASI ........................................................................................ 22
3.1 Biodegradasi ....................................................................................... 22
3.2 Skema Kerja ........................................................................................ 23

6
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air adalah salah satu materi yang paling esensial bagi manusia. Dewasa
ini masalah pemenuhan kebutuhan air bersih dan air layak minum menjadi
masalah yang mendesak untuk diselesaikan. Meningkatnya berbagai aktivitas
manusia seperti aktivitas industri, pertambangan, transportasi maupun
kebutuhan sehari-hari membawa berbagai dampak yang merugikan bagi
lingkungan perairan dan manusia itu sendiri. Berbagai usaha untuk
mengembangkan teknologi yang bisa digunakan untuk mengatasi
pencemaran air telah dilakukan oleh berbagai pihak. Teknologi yang banyak
digunakan sekarang antara lain adalah penggunaan resin penukar ion (ion
exchange resin), presipitasi kimia maupun ekstraksi pelarut. Akan tetapi
teknologi-teknologi ini mempunyai banyak kelemahan seperti proses yang relatif
sulit dilakukan, biaya yang mahal, dan seringkali justru menimbulkan
pencemaran lain di lingkungan perairan.

Belakangan ini bahan-bahan yang sudah terpakai seperti jerami padi,


serabut kelapa dan ampas tebu telah dilaporkan memiliki kemampuan untuk
menyerap bahan pencemar di lingkungan perairan. Kemampuan ini telah
menarik perhatian dari peneliti dan praktisi di bidang bioteknologi lingkungan
perairan, terutama yang berkaitan dengan water treatment technology, untuk
meneliti dan mengembangkan pengunaan bahan-bahan tersebut sebagai agen
Adsorpsi dalam teknologi penanganan pencemaran perairan. Di lingkungan

perairan, ion NH4+ atau amonia selalu ada karena amonia merupakan hasil
metabolisme dari organisme yang ada di dalamnya. Secara umum, biosorbsi
adalah penyerapan senyawa kimia dengan menggunakan agen hayati,
sedangkan pengertian dari adsorben itu sendiri adalah agen biosorbsi yang
memiliki kemampuan mengurangi konsentrasi ion amonia dalam perairan
dengan cara menjerap.

Secara umum Adsorpsi dapat dimengerti sebagai proses fisika-kimia


yang terjadi secara alami dalam biomassa atau mahluk hidup tertentu yang
memungkinkan bahan pencemar untuk terkonsentrasi kedalam struktur selular
biomass atau mahluk hidup tersebut. Pemahaman prinsip-prinsip dasar biokimia

7
dan proses fisika-kimia di lingkungan perairan merupakan hal penting untuk
dipahami dalam mengembangkan teknologi water treatment yang ramah
lingkungan dan menguntungkan dari sisi ekonomi. Upaya untuk pemulihan
kembali ke kondisi semula di lingkungan yang telah tercemar dapat dilakukan
dengan cara bioremediasi yaitu pemulihan melalui bantuan bakteri yang hidup
di daerah tercemar (indigeneous). Ketersediaan akan nutrien seperti N, C dan
P dapat membuat bakteri tumbuh dengan baik. Nitrogen pada amonia merupakan
nutrien yang berfungsi untuk pertumbuhan dan reproduksi bakteri sehingga
pemberian nutrien dengan kadar lebih tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan
bakteri (Rahmanto, et al., 2016).

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum ini adalah mempelajari proses penyerapan


ammonium dan Alkil Benzena Sulfonat Linear (LAS) oleh bahan-bahan yang
sudah tidak terpakai yaitu jerami padi, ampas tebu dan serabut kelapa dengan
penambahan bakteri sebagai agen biodegradasi.

Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah:

 Mempelajari karakteristik proses penjerapan NH4+ dan Alkil Benzena


Sulfonat Linear (LAS) oleh bahan alam (jerami padi, ampas tebu, serabut
kelapa)
 Mempelajari karakteristik proses biodegradasi NH4+ dan Alkil Benzena
Sulfonat Linear (LAS) oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa
 Mempelajari kapasitas penjerapan NH4+ dan Alkil Benzena Sulfonat
Linear (LAS) dari air
 Mempelajari efektivitas biodegradasi NH4+ dan Alkil Benzena Sulfonat
Linear (LAS)

8
2. ADSORPSI

2.1 NH4+ dan Alkil Benzena Sulfonat Linear (LAS)

Amonia merupakan salah satu senyawa yang mudah larut dalam air. Senyawa
amonia yang larut kedalam air akan menghasilkan ion amonium. Menurut
Prasetyo (2016), pada konsentrasi 1 mg NH3/liter, ada berbagai jenis ikan yang
akan mati lemas karena adanya amonia yang dapat mengurangi konsentrasi
oksigen dalam air. Untuk mengurangi konsentrasi amonia yang yang ada
diperairan, maka perlu adanya suatu pengolahan lebih lanjut. Penurunan
konsentrasi amonia dalam perairan dapat dilakukan dengan beberapa cara
pengolahan, yaitu dengan dengan pengolahan secara fisik/kimiawi, biologis,
ataupun gabungan keduanya.

Menurut Branch (2018), amonia merupakan salah satu senyawa yang mudah
larut dalam air. Ketika senyawa amonia larut kedalam air maka akan
menghasilkan ion amonium. Kelarutan senyawa amonia tergantung pada ph dan
suhu. Semakin optimal pH dan suhu maka kelarutan juga akan banyak
menghasilkan ion amonium. Ion amonium merupakan senyawa yang dominan
didalam air dengan konsentrasi amonia <0,25% dari total konsentrasi nitrogen
amonia. Untuk standar rehabilitasi amonia pada nitrogrn amonia berdasarkan hasil
laboratorium yakni 0,4 mg/L. Nilai tersebut setara dengan nilai pedoman kualitas
air amonia nasional / regional Uni Eropa (2006) sebesar 0,2 mg / L total amonia
nitrogen pada pH 7 dan 20 °C.

Linear alkilbenzena sulfonat adalah salah satu surfaktan anionik yang berwujud
cair. Linear alkilbenzena sulfonat adalah salah satu produk intermediet yang
digunakan sebagai bahan baku pembuatan detergen, Linear Alkylbenzene
Sulfonat (LAS) merupakan surfaktan anionik yang banyak digunakan dalam
detergen dengan konsentrasi berkisar antara 22–30%. Penggunaan LAS
merupakan penyebab dari penumpukan limbah rumah tangga di sungai maupun di
laut . Bahan baku penyusun utama deterjen yaitu surfaktan yang berbahan aktif.
Detrerjen memiliki sifat sukar diurai oleh mikroorganisme sehingga dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan. Surfaktan merupakan komponen utama
dalam deterjen yang memiliki rantai kimia yang sukar diuraikan alam (Novitasai et
al., 2015).

9
Detergen umumnya menggunakan Linear Alkylbenzena Sulfonate (LAS)
sebagai surfaktan. Setelah detergen digunakan senyawa ini akan terbawa bersama
air ke pembuangan limbah cair. Berdasarkan penelitian, air buangan tanpa
pengolahan limbah memiliki konsentrasi LAS sekitar 1-15 mg/L (Hera, 2009).
Surfaktan anionik LAS memiliki toksisitas akut dan kronis terhadap alga
invertebrata dan ikan antara 0 – 1 mg/L (Cramer, 2010). Konsentrasi LAS tersebut
dapat menimbulkan efek toksik pada organism akuatik, manusia, serta dapat
mencemari tanah yang kemudian berakibat tercemarnya sumber air bagi makhluk
hidup.

2.2 Adsorpsi

Menurut Jufrianto, et al. (2014), adsorpsi adalah kejadian fisik yaitu molekul-
molekul fluida (zat cair) menempel pada permukaan padatan. Padatan tersebut
yang digunakan untuk menyerap dan melepaskan cairan disebut adsorben.
Kejadian ini dapat menimbulkan lapisan tipis. Molekul yang terserap tetapi tidak
menempel ke permukaan adsorben disebut adsorptive, sedangkan yang menempel
disebut adsorbat.

Menurut Asnawati, et al. (2017), secara umum terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi adsorpsi fisika dan kimia yaitu: suhu, sifat pelarut, area permukaan
adsorben, struktur pori adsorben dan pH larutan. Ada pula beberapa parameter
berupa senyawa organik yang mempengaruhi proses adsorpsi, namun tergantung
pada karakteristik senyawa organik tersebut. Jenis senyawa organik yang dapat
mempengaruhi proses adsorpsi di antaranya adalah massa adsorben, struktur
molekul, dan pH larutan. Parameter tersebut mempengaruhi besarnya kapasitas
suatu adsorben dalam menyerap adsorbat. Kapasitas adsorpsi menunjukkan
banyaknya adsorbat yang mampu terakumulasi pada permukaan adsorben. Dan
setelah melakukan optimasi pada parameter yang mempengaruhi adsorpsi, maka
akan diperoleh kapasitas adsorpsi maksimum.

2.3 Agen Adsorpsi

2.3.1 Jerami padi

Jerami adalah limbah pertanian dari tanaman padi yang yang telah diambil
buahnya (gabah) untuk produksi gabah kering sehingga tersisa batang dan
daunnya yang belum banyak dimanfaatkan. Menurut Hanafi (2008), produksi jerami

10
yang dihasilkan dari produksi gabah panen adalah sekitar 50%. Jerami memiliki
komponen utama berupa karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa), lignin dan silica.

Menurut Dewi (2002), jerami mengandung selulosa sebesar 37,71%.


Selulosa adalah unsur yang berlimpah dan menyusun utama dinding sel tumbuhan.
Selulosa mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi logam berat. Adsorpsi
merupakan gaya ikatan yang bekerja pada permukaan adsorben padat yang
berfungsi menarik bahan yang harus dipisahkan dari campurannya sehingga dapat
terjadi suatu proses pemisahan bahan dari campuran gas atau cair (Kwartiningsih
dan Setiarini, 2005). Menurut Fazil, et al. (2017), pemakaian jerami padi dalam
perairan yakni memperbaiki kualitas perairan dan laju pertumbuhan ikan.
Keefektivitasan bahan filter di perairan menggunakan jerami padi sangat baik.
Jerami padi digunakan sebagai filter air pada pemeliharan ikan mas koki
dikarenakan dapat mempertahankan parameter kekeruhan pada media air. Selain
itu kandungan amonia pada perairan menunjukkan masih dalam kisaran optimal.
Hal ini karena jerami padi memiliki daya serap air dan kelembapan yang tinggi.

a. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami padi adalah
sebagai berikut :
 Jerami Padi : sebagai adsorben yang akan diteliti tingkat penyerapannya
 Air : sebagai pencuci dan merendam jerami dengan campuran
zat kontaminan
 NH4Cl : sebagai zat kontaminan yang akan diukur kadar ion
amonium (NH4 )
 Deterjen : sebagai zat kontaminan yang akan diukur kadar Linear
Alkylbenzene Sulfonat (LAS)
 NaOH 1 N : sebagai penetralkan pH dan untuk standarisasi larutan.
 CHCl3 : sebagai pelarut
 metilen blue : sebagai reagen
 fenolftalein : sebagai indicator
 Alufo : sebagai penutup larutan
 Kertas label : sebagai penanda sampel
 Tisu : sebagai pembersih alat dan bahan
 Kertas saring : sebagai penyaring air sampel

11
b. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami adalah sebagai
berikut:

 Akuarium : untuk wadah pengamatan


 Aerator : untuk mengaduk polutan dan adsorben
 Timbangan digital : untuk menimbang berat absorden yang diperlukan
 Pipet volume : untuk memindahkan polutan
 Tabung reaksi : untuk wadah larutan
 Spatula : untuk menghomogenkan adsorben dengan larutan
 pH meter : untuk mengukur kadar keasaman
 Stopwatch : untuk mengukur waktu
 Spektrofotometer : untuk mengukur kadar NH4
 Koran : untuk alas menjemur bahan
 Nampan : untuk wadah alat dan bahan
 Gunting : untuk memotong bahan
 Termometer Hg : untuk mengukur suhu
c. Metode

Metode yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami padi dengan
polutan (NH4+) dan Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS) adalah sebagai berikut :

 Jerami di cuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan debu yang


menempel dan di keringkan di bawah sinar matahari selama 2 hari.
 Kemudian dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 1 cm
 Untuk perlakuan polutan (NH4 + ) masukkan jerami padi 83 gram pada
wadah berisi air yang telah bercampur amonium klorida (NH4Cl)
sebanyak 5 liter, dan untuk perlakuan Linear Alkylbenzene Sulfonat
(LAS) masukkan jerami padi 83 gram pada wadah berisi air sebanyak 5
liter
 Diukur kadar amonium (NH4+ ) dan Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS)
pada jam ke 0, 3, 6 dan 9 untuk mengetahui kadar penjerapannya.

12
d. Skema Kerja

Skema kerja yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami


padi dengan polutan (NH4+ ) adalah sebagai berikut :

Jerami Padi
 Jerami cuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan debu
yang menempel dan dikeringkan di bawah sinar matahari
selama 2 hari
 Kemudian dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 1 cm
 Masukkan jerami pada 83 gr pada bak berisi air yang telah
bercampur ammonium sebayak 5 liter
 Diukur kadar ammonium (NH4+) pada jam ke 0,3,6 dan 9
menggunakan spektrofotometer untuk mengetahui kadar
penjerapannnya
Hasil
 Catat hasilnya

Skema kerja yang digunakan pada praktikum dengan adsorben


jerami padi dengan polutan Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS) adalah
sebagai berikut :
Jerami Padi
 Jerami cuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan debu
yang menempel dan dikeringkan di bawah sinar matahari
selama 2 hari
 Kemudian dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 1 cm
 Masukkan jerami pada 83 gr pada bak berisi air yang telah
bercampur ammonium sebayak 5 liter
 Diukur kadar Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS) pada jam ke
0,3,6 dan 9 menggunakan spektrofotometer untuk
mengetahui kadar penjerapannnya
Hasil
 Catat hasilnya

13
Kelebihan :

1. Memiliki kadar selulosa 37,71% yang berpotensi dalam menurunkan


kadar logam berat seperti Pb.
2. Jerami merupakan bahan organik yang tersedia dalam
jumah yang signifikan bagi petani padi. Memiliki kandungan tetap
yaitu 40% N, 30-35% P, 80-85% K dan 40-50% Merupakan
sumber hara mikro penting seperti seng (Zn) dan silikon (Si).

Kekurangan :

1. Sapat dicari hanya saat musim panen padi


2. Hanya dapat digunakan untuk sekali penyerapan

2.3.2 Serabut Kelapa

Menurut Pino, et al. (2005), Sabut kelapa adalah salah satu biomassa
yang mudah didapatkan dan merupakan hasil samping pertanian.
Komposisi sabut dalam buah kelapa sekitar 35% dari berat keseluruhan
buah kelapa. Sabut kelapa terdiri dari serat (fiber) dan gabus (pitch) yang
menghubungkan satu serat dengan serat yang lainnya. Sabut kelapa
terdiri dari 75% serat dan 25% gabus. Potensi penggunaan serat sabut
kelapa sebagai biosorben untuk menghilangkan logam berat dari perairan
cukup tinggi karena serat sabut kelapa mengandung lignin (35% – 45%) dan
selulosa (23%–43%) (Carrijo, et al., 2002).

Serat sabut kelapa sangat berpotensi sebagai biosorben karena


mengandung selulosa yang di dalam struktur molekulnya mengandung
gugus karboksil serta lignin yang mengandung asam phenolat yang ikut
ambil bagian dalam pengikatan logam. Selulosa dan lignin adalah
biopolimer yang berhubungan dengan proses pemisahan logam logam
berat.

a. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami padi adalah
sebagai berikut :
 Jerami Padi : sebagai adsorben yang akan diteliti tingkat penyerapannya
 Air : sebagai pencuci dan merendam jerami dengan campuran
zat kontaminan

14
 NH4Cl : sebagai zat kontaminan yang akan diukur kadar ion
amonium (NH4 )
 Deterjen : sebagai zat kontaminan yang akan diukur kadar Linear
Alkylbenzene Sulfonat (LAS)
 NaOH 1 N : sebagai penetralkan pH dan untuk standarisasi larutan.
 CHCl3 : sebagai pelarut
 metilen blue : sebagai reagen
 fenolftalein : sebagai indicator
 Alufo : sebagai penutup larutan
 Kertas label : sebagai penanda sampel
 Tisu : sebagai pembersih alat dan bahan
 Kertas saring : sebagai penyaring air sampel

b. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami adalah sebagai
berikut:

 Akuarium : untuk wadah pengamatan


 Aerator : untuk mengaduk polutan dan adsorben
 Timbangan digital : untuk menimbang berat absorden yang diperlukan
 Pipet volume : untuk memindahkan polutan
 Tabung reaksi : untuk wadah larutan
 Spatula : untuk menghomogenkan adsorben dengan larutan
 pH meter : untuk mengukur kadar keasaman
 Stopwatch : untuk mengukur waktu
 Spektrofotometer : untuk mengukur kadar NH4
 Koran : untuk alas menjemur bahan
 Nampan : untuk wadah alat dan bahan
 Gunting : untuk memotong bahan
 Termometer Hg : untuk mengukur suhu

15
c. Metode

Metode yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami padi dengan
polutan (NH4+) dan Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS) adalah sebagai berikut :

 Jerami di cuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan debu yang


menempel dan di keringkan di bawah sinar matahari selama 2 hari.
 Kemudian dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 1 cm
 Untuk perlakuan polutan (NH4+ ) masukkan jerami padi 83 gram pada
wadah berisi air yang telah bercampur amonium klorida (NH4Cl)
sebanyak 5 liter, dan untuk perlakuan Linear Alkylbenzene Sulfonat
(LAS) masukkan jerami padi 83 gram pada wadah berisi air sebanyak 5
liter
 Diukur kadar amonium (NH4+ ) dan Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS)
pada jam ke 0, 3, 6 dan 9 untuk mengetahui kadar penjerapannya.
d. Skema Kerja

Skema kerja yang digunakan pada praktikum dengan adsorben serabut


kelapa dengan polutan (NH4+) adalah sebagai berikut :

Serabut kelapa
 Serabut cuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan debu
yang menempel dan dikeringkan di bawah sinar matahari
selama 2 hari
 Kemudian dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 1 cm
 Masukkan serabut kelapa pada 83 gr pada bak berisi air yang
telah bercampur ammonium sebayak 5 liter
 Diukur kadar ammonium (NH4+) pada jam ke 0,3,6 dan 9
menggunakan spektrofotometer untuk mengetahui kadar
penjerapannnya
Hasil
 Catat hasilnya

16
Skema kerja yang digunakan pada praktikum dengan adsorben serabut
kelapa dengan polutan Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS) adalah sebagai
berikut :

Serabut kelapa

 Serabut kelapa cuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan


debu yang menempel dan dikeringkan di bawah sinar matahari
selama 2 hari
 Kemudian dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 1 cm
 Masukkann jerami pada 83 gr pada bak berisi air yang telah
bercampur ammonium sebanyak 5 liter
 Diukur Linear Alkylbensene Sulfonat (LAS) pada jam ke 0,3,6
dan 9 menggunakan spektrofotometer untuk mengetahui kadar
Hasil penjerapannnya
 Catat hasilnya
Kelebihan:

1. Harga serabut kelapa yang relatif murah


2. Serabut kelapa mudah didapatkan
3. Ramah lingkungan

Kekurangan:
1. Pada pengaplikasiannya cukup susah.
2. Daya penyerapan limbah membutuhkan waktu yang cukup lama

2.3.3 Ampas Tebu

Ampas tebu adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman


tebu (Saccharum oficinarum) setelah diekstrak atau dikeluarkan niranya pada
Industri pemurnian gula sehingga diperoleh hasil samping sejumlah besar
produk limbah berserat yang dikenal sebagai ampas tebu. Pada proses
penggilingan tebu, terdapat lima kali proses penggilingan dari batang tebu
sampai dihasilkan ampas tebu.

Pada penggilingan pertama dan kedua dihasilkan nira mentah yang


berwarna kuning kecoklatan, kemudian pada proses penggilingan ketiga,
keempat dan kelima dihasilkan nira dengan volume yang tidak sama.
Setelah proses penggilingan awal yaitu penggilingan pertama dan kedua

17
dihasilkan ampas tebu basah. Dalam beberapa penelitian ampas tebu telah
digunakan sebagai bahan penyerapan ion, senyawa bahkan logam berat
sekalipun.

a. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami padi adalah
sebagai berikut :
 Jerami Padi : sebagai adsorben yang akan diteliti tingkat penyerapannya
 Air : sebagai pencuci dan merendam jerami dengan campuran
zat kontaminan
 NH4Cl : sebagai zat kontaminan yang akan diukur kadar ion
amonium (NH4 )
 Deterjen : sebagai zat kontaminan yang akan diukur kadar Linear
Alkylbenzene Sulfonat (LAS)
 NaOH 1 N : sebagai penetralkan pH dan untuk standarisasi larutan.
 CHCl3 : sebagai pelarut
 metilen blue : sebagai reagen
 fenolftalein : sebagai indicator
 Alufo : sebagai penutup larutan
 Kertas label : sebagai penanda sampel
 Tisu : sebagai pembersih alat dan bahan
 Kertas saring : sebagai penyaring air sampel

b. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami adalah sebagai
berikut:

 Akuarium : untuk wadah pengamatan


 Aerator : untuk mengaduk polutan dan adsorben
 Timbangan digital : untuk menimbang berat absorden yang diperlukan
 Pipet volume : untuk memindahkan polutan
 Tabung reaksi : untuk wadah larutan
 Spatula : untuk menghomogenkan adsorben dengan larutan
 pH meter : untuk mengukur kadar keasaman
 Stopwatch : untuk mengukur waktu

18
 Spektrofotometer : untuk mengukur kadar NH4
 Koran : untuk alas menjemur bahan
 Nampan : untuk wadah alat dan bahan
 Gunting : untuk memotong bahan
 Termometer Hg : untuk mengukur suhu

c. Metode

Metode yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami padi dengan
polutan (NH4+) dan Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS) adalah sebagai berikut :

 Jerami di cuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan debu yang


menempel dan di keringkan di bawah sinar matahari selama 2 hari.
 Kemudian dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 1 cm
 Untuk perlakuan polutan (NH4 + ) masukkan jerami padi 83 gram pada
wadah berisi air yang telah bercampur amonium klorida (NH4Cl)
sebanyak 5 liter, dan untuk perlakuan Linear Alkylbenzene Sulfonat
(LAS) masukkan jerami padi 83 gram pada wadah berisi air sebanyak 5
liter
 Diukur kadar amonium (NH4 ) dan Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS)
pada jam ke 0, 3, 6 dan 9 untuk mengetahui kadar penjerapannya.
d. Skema Kerja

Skema kerja yang digunakan pada praktikum dengan adsorben ampas


tebu dengan polutan (NH4+ ) adalah sebagai berikut :

Ampas tebu

 Ampas tebu cuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan


debu yang menempel dan dikeringkan di bawah sinar matahari
selama 2 hari
 Kemudian dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 1 cm
 Masukkan ampas tebu pada 83 gr pada bak berisi air yang telah
bercampur ammonium sebayak 5 liter

Hasil

19
 Diukur kadar ammonium (NH4+) pada jam ke 0,3,6 dan 9
menggunakan spektrofotometer untuk mengetahui kadar
penjerapannnya
 Catat hasilnya

Skema kerja yang digunakan pada praktikum dengan adsorben


ampas tebu dengan polutan Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS) adalah
sebagai berikut :

Ampas tebu  Ampas tahu cuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan
debu yang menempel dan dikeringkan di bawah sinar matahari
selama 2 hari
 Kemudian dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 1 cm
 Masukkan ampas tebu pada 83 gr pada bak berisi air yang telah
bercampur Linear Alkylbensene Sulfonat (LAS) sebayak 5 liter
 Diukur kadar Linear Alkylbensene Sulfonat (LAS) pada jam ke
Hasil 0,3,6 dan 9 menggunakan spektrofotometer untuk mengetahui
kadar penjerapannnya dan catat hasil
Kelebihan :

1. Memiliki kadar selulosa atau serat yang tinggi


2. Dapat menyerap dalam jumlah banyak
3. Mudah didapatkan

Kekurangan :

1. Pengeringan memerlukan waktu yang lama

20
Perhitungan Kapasitas Adsorpsi

Perhiytungan jumlah NH4+ dan Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS) yang


diserap oleh bahan dengan menggunakan rumus berikut ini

Q = V (Ci – Cf) / X

Keterangan :

q (mg/l) : kapasitas Adsorpsi

V (L) : volume sampel

Ci (mg/l) : konsentrasi awal ion

Cf (mg/l) : konsentrasi final ion

X (gram) : berat basah dari biofilm dalam sistem.

Kadar LAS dihitung berdasarkan rumus berikut :

Kadar MBAS (mg/L) = C x fp

Dimana : C = (Absorbansi – intersep) / Slope

Fp = Faltor Pengencer

21
3. BIODEGRADASI

3.1 Biodegradasi

Biodegradasi adalah proses penguraian zat organik oleh mikroorganisme


(terutama bakteri aerob) menjadi zat yang lebih sederhana seperti karbon
dioksida, air dan ammonia. Biodegradasi yang diharapkan adalah degradasi
yang melibatkan senyawa mikroba, sehingga mikroba mempunyai kemampuan
untuk menggunakan senyawa LAS tersebut sebagai sumber karbon dan sumber
energi untuk petumbuhannya.

Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS) bersifat mudah dibiodegradasi hingga


95-99,9%, Linear Alkylbenzene Sulfonat mampu dibiodegradasi di bawah kondisi
aerobik dalam media mengandung air, dan sebagian besar dapat dihilangkan
dengan pengelolaan limbah cair, namun sejumlah fraksi penting (sebanyak 20-
25%) terimobilisasi dalam limbah padat dan persisten dalam kondisi aerobik.
Terdapat 90 genus mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk
mendegradasi, salah satunya adalah Pseudomonas spp. Telah dilaporkan
bahwa Pseudomonas spp. sanggup untuk tumbuh pada beberapa aromatik
sulfonat. Pseudomonas spp. resisten terhadap kelaparan dan dapat tetap hidup
saat periode lama dalam ekosistem yang mengandung populasi mikrobial alami.

Bakteri Pseudomonas termasuk dalam golongan bakteri gram negatif, tidak


membentuk spora, berbentuk rod (batang), motil dengan satu atau lebih flagela
pada bagian tepi. Jenis bakteri obligat aerob, tetapi beberapa jenis spesies dapat
tumbuh secara anaerob dalam kondisi lingkungan yang terdapat nitrat di
dalamnya. Termasuk dalam bakteri katalase positif, yakni dengan metabolisme
gula secara oksidatif. Pseudomonas merupakan mikroorganisme yang mudah
ditemukan di alam, baik hidup secara bebas maupun berasosiasi dengan
tumbuhan dan hewan. Di dalam tanah bakteri ini berperan dalam proses
dekomposisi material hara di lingkungan. (Zago et al., 2009). Pseudomonas
merupakan genus organisme yang dapat ditemukan dimanapaun dan hidup
bebas, hal ini berkaitan dengan kebutuhan nutrisi dan range senyawa karbon
yang mereka gunakan cukup sederhana, serta adaptabilitas genetik dan
metabolik. Spesies Pseudomonas mempunyai habitat yang sangat kaya
keberadaannya, berkisar dari berbagai jenis tanah dan lingkungan air hinga
jaringan tumbuhan dan hewan. Pada dasarnya, habitat dengan temperature 4-

22
42ºC, pH antara 4 dan 8 dan mengandung senyawa organik kompleks maupun
sederhana adalah habitat yang potensial bagi Pseudomonas. Spesies
Pseudomonas bersiat aerob dan kebutuhan oksigen merupakan faktor
penghambat utama dalam habitasi Pseudomonas. Pada kenyataannya, spesies
Pseudomonas banyak ditemukan didalam tanah dan lingkungan perairan yang
aerobik, mesofilik dan kondisi pH netral. Pseudomonas secara umum tidak
memiliki enzim hidrolitik yang penting dalam mendegradasi polimer menjadi
monomer namun bakteri ini memiliki system inducible operon yang mampu
menghasilkan enzim tertentu dalam proses metabolisme sumber karbon yang
tidak biasa digunakan. Oleh karena itu bakteri ini memiliki peran penting dalam
proses biodegradasi. Salah satu jenis enzim yang dihasilkan oleh Pseudomonas
spp. yang berperan dalam biodegradasi adalah serine hidrolase, esterase dan
lipase (Shimao, 2001; Tokiwa, 2009).

3.2 Skema Kerja

3.2.1 Kultur Bakteri

a) Pembuatan Media

Media  Menimbang media Natrium Broth sebanyak 1,6 gram dan 2,4
gram untuk pembuatan 2 media sekaligus
 Memasukkan media Natrium Broth kedalam Erlenmeyer
 Menambahkan aquades hingga volume yang telah ditentukan
yaitu 300 ml dan 200 ml
 Dihomogenkan menggunakan spatula
 Ditutup hingga rapat dengan kapas kemudian dilapisi
alumunium foil
Hasil
 Disterilkan di autoklaf selama 30 menit

23
b) Penanaman Bakteri

Isolat  Menyalakan Bunsen


 Mengeluarkan isolate dari kulkas
 Mengambil isolate dengan ose loop di atas Bunsen yang sudah
menyala, mengambil 2-3 goresan dipermukaan isolate
 Dimasukkan kedalam Erlenmeyer yang berisi media cair yang
sudah di sterilkan
 Menutup Erlenmeyer dengan kapas dan alumunium foil
 Diinkubasi selama 24 jam
Hasil

c) Penimbangan Adsorben

Timbangan digital

 Siapkan toples berukuran 10 liter.


 Di isi air 3 liter menggunakan beaker glass 1 L
 Di tuang NH4Cl sebanyak 250 ml dengan konsentrasi 10 ppm
ke dalam toples homogenkan menggunakan spatula
 Pasang aerator pada akuarium untuk pengadukan dan
menyuplai oksigen
Hasil

d) Pemaparan Polutan NH4+


 Siapkan toples berukuran 10 liter.
Akuarium
 Di isi air 3 liter menggunakan beaker glass 1 L
 Di tuang NH4Cl sebanyak 250 ml dengan konsentrasi 10
ppm ke dalam toples homogenkan menggunakan spatula
 Pasang aerator pada akuarium untuk pengadukan dan
menyuplai oksigen

Hasil

24
e) Pemaparan Polutan Linear Alkilbenzene Sulfonat (LAS)

Akuarium  Siapkan toples berukuran 10 liter.


m  Di isi air 3 liter menggunakan beaker glass 1 L
 Di tuang Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS) dengan
konsentrasi 2 ppm sebanyak 250 ml ke dalam toples
 Homogenkan menggunakan spatula
 Pasang aerator pada akuarium untuk pengadukan dan
menyuplai oksigen
Hasil

f) Memasukkan Bakteri
Media NB
 Bakteri dimasukkan dari Erlenmeyer berisi media NB ke dalam
gelasukur sebanyaj 50 ml
 Bakteri sebanyak 50 ml dipindahkan kedalam beaker glass
 Bakteri sebanyak 50 ml dituang kedalam toples pengamatan
 Dihomogenkan menggunakan spatula
 Diberi aerator pada toples untuk pengadukan dan suplai oksigen
Hasil

g) Memasukkan Adsorben

Adsorben

 Disiapkann adsorben yang sudah dipotong dan ditimbang


 Disiapkan toples berukuran 10 Liter
 Diisi air 3 liter menggunakan beaker glass 1 Liter
 Dikurangi air pada toples sebanyak 300 ml
 Dimasukkan polutan 250 ml dan bakteri 50 ml kedalam toples
 Dimasukkan adsorben yang sudah ditimbang
 Dihomogenkan menggunakan spatula

Hasil

25
h) Pengukuran pH

pH meter
 Disiapkan pH meter
 Dikalibrasi ujung pH meter menggunakan aquades
 Ditekan tombol ON/OFF untuk menyalakan pH meter
 Dimasukkan ujung pH meter ke dalam akuarium
 Ditunggu sampai pH meter menunjukkan hasil pengukuran
 Dicatat hasil pengukuran pH
 Diulangi pengukuran pada jam ke 0, 3, 6, dan 9

Hasil

i) Pengukuran ammonium

Sampel

 Ambil air sampel dengan menggunakan gelas plastik


 Disaring air sampel di gelas ukur hingga volume 25 ml
menggunakan kertas saring
 Dipindahkan air sampel dari gelas ukur ke beaker glass
 Diteteskan larutan nessler sebanyak 0,5 ml (11 tetes) lalu
dihomogenkan
 Ditutup beaker glass dengan menggunakan alumunium foil dan
ditunngu hingga membentuk endapan selama 30 menit
 Dituangkan air jernih di atas endapan pada beaker glass dalam
cuvette
 Diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 425

Hasil

26
j) Pengukuran Linear Alilbenzne Sulfonay (LAS)
 Ambil air sampel dengan menggunakan gelas plastik
Sampel
 Disaring air sampel di gelas ukur hingga volume 5 ml dengan
menggunakan kertas saring
 Air sampel sebanyak ke 5 ml dimasukkan ke dalam tabung uji
10 ml,
 Ditambahkan satu tetes NaOH 1 N,
 Dikocok, diuji dengan indikator fenolftalein sehingga larutan
berwarna merah muda tepat hilang
 Selanjutnya ditambahkan 1 ml CHCl3, 2,5 ml metilen blue , dan
dikocok kuat selama 30 detik untuk ekstraksi.
 Tutup tabung uji sesekali dibuka selama ekstraksi. Setelah
ekstraksi selesai, tabung uji didiamkan sampai terjadi fase air
dan kloroform
 Fase air (lapisan atas) dipindahkan ke dalam botol uji yang baru
menggunakan pipet tetes secara hati-hati tuk diekstrak kembali
sebanyak lima kali dengan penambahan 1 ml
 CHCl3 setiap kalinya.
 Fase organik (lapisan bawah) merupakan ekstrak kloroform.
Semua ekstrak kloroform digabungkan ke dalam satu tabung uji,
ditambahkan 3 ml larutan pencuci, dan dikocok kuat selama 30
detik
 Diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 652 nm

Hasil

27
Pengukuran kadar ammonium dan Linear Alilbenzne Sulfonay (LAS)
menggunakan Spektrofotometer
Spektrofotometer

 Disiapkannya masing-masing sampel yang akan diuji


menggunakan cuvette
 Diberikan kode di setiap masing-masing cuvette yang berisi
sampel
 Dinyalakan spektrofotometer dengan menekan tombol ON
hingga muncul kata method pada layar kecil
 Dibuka aplikasi Visionlite di monitor
 Dibuatnya terlebih dahulu larutan baku dengan konsentrasi 0 –
1ppm
 Dipilih Ammonia di opsi Methods
 Diatur panjang gelombang spektrofotometer sebesar 425 nm
untuk pengukuran amonia dan 652 untuk Linear Alkylbenzene
Sulfonat (LAS)
 Dimasukkannya maksimal 5 sampel pertama ke dalam
spektrofotometer sesuai urutan
 Dipilih Measure Sample dan dimasukkan kode setiap sampel
larutan
 Diklik Measure untuk mendapatkan hasilnya
 Diulang kembali dari langkah ke-7 dengan memasukkan
Hasil maksimal 5 sampel berikutnya

28
Perhitungan Kapasitas Adsorpsi

Perhiytungan jumlah NH4+ dan Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS) yang


diserap oleh bahan dengan menggunakan rumus berikut ini

Q = V (Ci – Cf) / X

Keterangan :

q (mg/l) : kapasitas Adsorpsi

V (L) : volume sampel

Ci (mg/l) : konsentrasi awal ion

Cf (mg/l) : konsentrasi final ion

X (gram) : berat basah dari biofilm dalam sistem

Perhitungan kepadatan bakteri

a. Perhitungan di spektrofotometer
Spektroftometer
 Disiapkannya masing-masing sampel yang akan diuji menggunakan
cuvette
 Diberikan kode di setiap masing-masing cuvette yang berisi sampel
 Dinyalakan spektrofotometer dengan menekan tombol ON
 Dibuka aplikasi Visionlite di monitor
 Dibuatnya terlebih dahulu larutan baku dengan konsentrasi 0 – 1 ppm
 Dipilih Bacteria di opsi Methods
 Diatur panjang gelombang spektrofotometer sebesar 600 nm untuk
pengukuran kepadataan bakteri
 Dimasukkannya maksimal 5 sampel pertama ke dalam spektrofotometer
sesuai urutan
 Dipilih Measure Sample dan dimasukkan kode setiap sampel larutan
 Diklik Measure untuk mendapatkan hasilnya
 Diulang kembali dari langkah ke-7 dengan memasukkan 3 sampel
berikutnya

Hasil
29
Perhitungan Jumlah Sel dengan Mikroskop Metode Haemocytometer

Bakteri Pseudomonas

 Bakteri pseudomonas aeruginosa yang telah dikultur, diencerkan


menggunakan aquades sampai konsentrasi 10-5
 Persiapan mikroskop untuk pengamatan bakteri
 Penetesan 2 tetes bakteri Pseudomonas aeruginosa yang telah diencerkan
menggunakan aquades sampai konsentrasi 10-5 pada haemocytometer
secara linear dengan tujuan agar kedua tetes tersebut dapat menyatu.
 Kemudian, haemocytometer ditutup menggunakan cover glass dengan
kemiringan 45 ℃ (agar tidak menghasilkan gelembung)
 Mencari kepadatan bakteri pseudomonas aeruginosa pada haecytometer di
3 kotak yang jaraknya berjauhan
 Hitung menggunakan rumus kepadatan sel (sel/ml)

Rata − rata jumlah pada kotak x Jumlah pengenceran


Hasil Volume dari kotak pengamatan

b. Pembuatan Kurva Standar dengan Ms. Excel


 Buka aplikasi Ms. Excel pada laptop atau pc
 Memasukkan data dibawah ini, sebagai tabel kurva standar
absorbansi dan jumlah

A' Jumlah sel / ml

10-0 0.03928 65000

10-1 0.0113 6150

10-2 0.0006 900

 Memblok tabel diatas lalu memilih start


 Pada Charts, memilih Insert Scatter or Bubble Chart, mengklik Scatter
 Memilih tanda + di pojok kanan kurva, lalu memilih Trendline
 Memilih more option
 Memilih Display Equation on chart dan Display R-squared value on
chart

30
Daftar Nama Asisten Praktikum Biokimia Perairan 2023

No. Nama NIM Nomor HP Alamat di Malang

1. Jovan 205080107111010 087884825102 Jalan Bunga Sri


Lazuardi Rahayu No.4A,
Sarwinanda Jatimulyo,
Lowokwaru,
Malang

2. Muhammad 205080100111004 082244657317 Jl. Tlogo Al


Kautsar No. 59
Ihsan Tanjung
Kelurahan
Tlogomas,
Lowokwaru,
Malang

3. Astria Dwi 205080100111034 087780482225 Jalan Bunga


Kumis Kucing
Listiani
No.45, Jatimuluo,
Lowokwaru, Kota
Malang.

4. Tiara Luthfiyah 205080100111032 081217936315 Jl.Mertojoyo Blok


F No.22,
Sarah Amini
Merjosari, Malang

5. Soraya Alifia 215080100111050 085204877812 Jl. Raya


Sumbersari no.
285 b, Malang

6. Diajeng Ayu 215080101111009 083130011130 Perumahan


Sukmanng Kepanjen
Permai 2

7. Diah 215080100111035 085748621541 Jl. Kertosentono


Ayukartika Sari no. 77 Kec.
Lowokwaru

8. Defa Rizqi 215080107111054 082131853632 Jl. Ikan Gurami


Machfuda gg. 1 Kel.
Mojolangu, Kec
Lowokwaru

31

Anda mungkin juga menyukai