BIOKIMIA PERAIRAN
Disusun oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
1
ADSORPSI NH4+ DAN ALKIL BENZENE SULFONAT (LAS) OLEH
ADSORBEN DAN BIODEGRADASI NH4+ DAN ALKIL BENZENE
SULFONAT (LAS) DI LINGKUNGAN PERAIRAN
Disusun oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
2
LEMBAR PENGESAHAN
Benzene Sulfonat (LAS) oleh Adsorben dan Biodegradasi NH4+ dan Alkil
Menyetujui,
3
TATA TERTIB PRAKTIKAN
1. Praktikan Wajib datang 15 menit sebelum praktikum berlangsung
2. Memakai pakaian sopan dan rapi, dilarang memakai kaos oblong atau
3. Menggunakan sepatu tertutup dan memakai kaos kaki di atas mata kaki
6. Dilarang makan, minum, dan merokok ataupun membawa makanan dan atau
dokumentasi
4
KATA PENGANTAR
dan Alkil Benzene Sulfonat Linear (LAS) oleh Adsorben dan Biodegradasi
langsung sehingga modul praktikum ini bisa selesai pada waktu yang
dari para pembaca demi tersusunnya modul praktikum lain yang lebih baik
lagi. Akhir kata, kami berharap agar buku panduan praktikum bisa
Penyusun
5
DAFTAR ISI
6
1. PENDAHULUAN
Air adalah salah satu materi yang paling esensial bagi manusia. Dewasa
ini masalah pemenuhan kebutuhan air bersih dan air layak minum menjadi
masalah yang mendesak untuk diselesaikan. Meningkatnya berbagai aktivitas
manusia seperti aktivitas industri, pertambangan, transportasi maupun
kebutuhan sehari-hari membawa berbagai dampak yang merugikan bagi
lingkungan perairan dan manusia itu sendiri. Berbagai usaha untuk
mengembangkan teknologi yang bisa digunakan untuk mengatasi
pencemaran air telah dilakukan oleh berbagai pihak. Teknologi yang banyak
digunakan sekarang antara lain adalah penggunaan resin penukar ion (ion
exchange resin), presipitasi kimia maupun ekstraksi pelarut. Akan tetapi
teknologi-teknologi ini mempunyai banyak kelemahan seperti proses yang relatif
sulit dilakukan, biaya yang mahal, dan seringkali justru menimbulkan
pencemaran lain di lingkungan perairan.
perairan, ion NH4+ atau amonia selalu ada karena amonia merupakan hasil
metabolisme dari organisme yang ada di dalamnya. Secara umum, biosorbsi
adalah penyerapan senyawa kimia dengan menggunakan agen hayati,
sedangkan pengertian dari adsorben itu sendiri adalah agen biosorbsi yang
memiliki kemampuan mengurangi konsentrasi ion amonia dalam perairan
dengan cara menjerap.
7
dan proses fisika-kimia di lingkungan perairan merupakan hal penting untuk
dipahami dalam mengembangkan teknologi water treatment yang ramah
lingkungan dan menguntungkan dari sisi ekonomi. Upaya untuk pemulihan
kembali ke kondisi semula di lingkungan yang telah tercemar dapat dilakukan
dengan cara bioremediasi yaitu pemulihan melalui bantuan bakteri yang hidup
di daerah tercemar (indigeneous). Ketersediaan akan nutrien seperti N, C dan
P dapat membuat bakteri tumbuh dengan baik. Nitrogen pada amonia merupakan
nutrien yang berfungsi untuk pertumbuhan dan reproduksi bakteri sehingga
pemberian nutrien dengan kadar lebih tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan
bakteri (Rahmanto, et al., 2016).
8
2. ADSORPSI
Amonia merupakan salah satu senyawa yang mudah larut dalam air. Senyawa
amonia yang larut kedalam air akan menghasilkan ion amonium. Menurut
Prasetyo (2016), pada konsentrasi 1 mg NH3/liter, ada berbagai jenis ikan yang
akan mati lemas karena adanya amonia yang dapat mengurangi konsentrasi
oksigen dalam air. Untuk mengurangi konsentrasi amonia yang yang ada
diperairan, maka perlu adanya suatu pengolahan lebih lanjut. Penurunan
konsentrasi amonia dalam perairan dapat dilakukan dengan beberapa cara
pengolahan, yaitu dengan dengan pengolahan secara fisik/kimiawi, biologis,
ataupun gabungan keduanya.
Menurut Branch (2018), amonia merupakan salah satu senyawa yang mudah
larut dalam air. Ketika senyawa amonia larut kedalam air maka akan
menghasilkan ion amonium. Kelarutan senyawa amonia tergantung pada ph dan
suhu. Semakin optimal pH dan suhu maka kelarutan juga akan banyak
menghasilkan ion amonium. Ion amonium merupakan senyawa yang dominan
didalam air dengan konsentrasi amonia <0,25% dari total konsentrasi nitrogen
amonia. Untuk standar rehabilitasi amonia pada nitrogrn amonia berdasarkan hasil
laboratorium yakni 0,4 mg/L. Nilai tersebut setara dengan nilai pedoman kualitas
air amonia nasional / regional Uni Eropa (2006) sebesar 0,2 mg / L total amonia
nitrogen pada pH 7 dan 20 °C.
Linear alkilbenzena sulfonat adalah salah satu surfaktan anionik yang berwujud
cair. Linear alkilbenzena sulfonat adalah salah satu produk intermediet yang
digunakan sebagai bahan baku pembuatan detergen, Linear Alkylbenzene
Sulfonat (LAS) merupakan surfaktan anionik yang banyak digunakan dalam
detergen dengan konsentrasi berkisar antara 22–30%. Penggunaan LAS
merupakan penyebab dari penumpukan limbah rumah tangga di sungai maupun di
laut . Bahan baku penyusun utama deterjen yaitu surfaktan yang berbahan aktif.
Detrerjen memiliki sifat sukar diurai oleh mikroorganisme sehingga dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan. Surfaktan merupakan komponen utama
dalam deterjen yang memiliki rantai kimia yang sukar diuraikan alam (Novitasai et
al., 2015).
9
Detergen umumnya menggunakan Linear Alkylbenzena Sulfonate (LAS)
sebagai surfaktan. Setelah detergen digunakan senyawa ini akan terbawa bersama
air ke pembuangan limbah cair. Berdasarkan penelitian, air buangan tanpa
pengolahan limbah memiliki konsentrasi LAS sekitar 1-15 mg/L (Hera, 2009).
Surfaktan anionik LAS memiliki toksisitas akut dan kronis terhadap alga
invertebrata dan ikan antara 0 – 1 mg/L (Cramer, 2010). Konsentrasi LAS tersebut
dapat menimbulkan efek toksik pada organism akuatik, manusia, serta dapat
mencemari tanah yang kemudian berakibat tercemarnya sumber air bagi makhluk
hidup.
2.2 Adsorpsi
Menurut Jufrianto, et al. (2014), adsorpsi adalah kejadian fisik yaitu molekul-
molekul fluida (zat cair) menempel pada permukaan padatan. Padatan tersebut
yang digunakan untuk menyerap dan melepaskan cairan disebut adsorben.
Kejadian ini dapat menimbulkan lapisan tipis. Molekul yang terserap tetapi tidak
menempel ke permukaan adsorben disebut adsorptive, sedangkan yang menempel
disebut adsorbat.
Menurut Asnawati, et al. (2017), secara umum terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi adsorpsi fisika dan kimia yaitu: suhu, sifat pelarut, area permukaan
adsorben, struktur pori adsorben dan pH larutan. Ada pula beberapa parameter
berupa senyawa organik yang mempengaruhi proses adsorpsi, namun tergantung
pada karakteristik senyawa organik tersebut. Jenis senyawa organik yang dapat
mempengaruhi proses adsorpsi di antaranya adalah massa adsorben, struktur
molekul, dan pH larutan. Parameter tersebut mempengaruhi besarnya kapasitas
suatu adsorben dalam menyerap adsorbat. Kapasitas adsorpsi menunjukkan
banyaknya adsorbat yang mampu terakumulasi pada permukaan adsorben. Dan
setelah melakukan optimasi pada parameter yang mempengaruhi adsorpsi, maka
akan diperoleh kapasitas adsorpsi maksimum.
Jerami adalah limbah pertanian dari tanaman padi yang yang telah diambil
buahnya (gabah) untuk produksi gabah kering sehingga tersisa batang dan
daunnya yang belum banyak dimanfaatkan. Menurut Hanafi (2008), produksi jerami
10
yang dihasilkan dari produksi gabah panen adalah sekitar 50%. Jerami memiliki
komponen utama berupa karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa), lignin dan silica.
a. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami padi adalah
sebagai berikut :
Jerami Padi : sebagai adsorben yang akan diteliti tingkat penyerapannya
Air : sebagai pencuci dan merendam jerami dengan campuran
zat kontaminan
NH4Cl : sebagai zat kontaminan yang akan diukur kadar ion
amonium (NH4 )
Deterjen : sebagai zat kontaminan yang akan diukur kadar Linear
Alkylbenzene Sulfonat (LAS)
NaOH 1 N : sebagai penetralkan pH dan untuk standarisasi larutan.
CHCl3 : sebagai pelarut
metilen blue : sebagai reagen
fenolftalein : sebagai indicator
Alufo : sebagai penutup larutan
Kertas label : sebagai penanda sampel
Tisu : sebagai pembersih alat dan bahan
Kertas saring : sebagai penyaring air sampel
11
b. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami adalah sebagai
berikut:
Metode yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami padi dengan
polutan (NH4+) dan Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS) adalah sebagai berikut :
12
d. Skema Kerja
Jerami Padi
Jerami cuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan debu
yang menempel dan dikeringkan di bawah sinar matahari
selama 2 hari
Kemudian dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 1 cm
Masukkan jerami pada 83 gr pada bak berisi air yang telah
bercampur ammonium sebayak 5 liter
Diukur kadar ammonium (NH4+) pada jam ke 0,3,6 dan 9
menggunakan spektrofotometer untuk mengetahui kadar
penjerapannnya
Hasil
Catat hasilnya
13
Kelebihan :
Kekurangan :
Menurut Pino, et al. (2005), Sabut kelapa adalah salah satu biomassa
yang mudah didapatkan dan merupakan hasil samping pertanian.
Komposisi sabut dalam buah kelapa sekitar 35% dari berat keseluruhan
buah kelapa. Sabut kelapa terdiri dari serat (fiber) dan gabus (pitch) yang
menghubungkan satu serat dengan serat yang lainnya. Sabut kelapa
terdiri dari 75% serat dan 25% gabus. Potensi penggunaan serat sabut
kelapa sebagai biosorben untuk menghilangkan logam berat dari perairan
cukup tinggi karena serat sabut kelapa mengandung lignin (35% – 45%) dan
selulosa (23%–43%) (Carrijo, et al., 2002).
a. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami padi adalah
sebagai berikut :
Jerami Padi : sebagai adsorben yang akan diteliti tingkat penyerapannya
Air : sebagai pencuci dan merendam jerami dengan campuran
zat kontaminan
14
NH4Cl : sebagai zat kontaminan yang akan diukur kadar ion
amonium (NH4 )
Deterjen : sebagai zat kontaminan yang akan diukur kadar Linear
Alkylbenzene Sulfonat (LAS)
NaOH 1 N : sebagai penetralkan pH dan untuk standarisasi larutan.
CHCl3 : sebagai pelarut
metilen blue : sebagai reagen
fenolftalein : sebagai indicator
Alufo : sebagai penutup larutan
Kertas label : sebagai penanda sampel
Tisu : sebagai pembersih alat dan bahan
Kertas saring : sebagai penyaring air sampel
b. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami adalah sebagai
berikut:
15
c. Metode
Metode yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami padi dengan
polutan (NH4+) dan Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS) adalah sebagai berikut :
Serabut kelapa
Serabut cuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan debu
yang menempel dan dikeringkan di bawah sinar matahari
selama 2 hari
Kemudian dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 1 cm
Masukkan serabut kelapa pada 83 gr pada bak berisi air yang
telah bercampur ammonium sebayak 5 liter
Diukur kadar ammonium (NH4+) pada jam ke 0,3,6 dan 9
menggunakan spektrofotometer untuk mengetahui kadar
penjerapannnya
Hasil
Catat hasilnya
16
Skema kerja yang digunakan pada praktikum dengan adsorben serabut
kelapa dengan polutan Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS) adalah sebagai
berikut :
Serabut kelapa
Kekurangan:
1. Pada pengaplikasiannya cukup susah.
2. Daya penyerapan limbah membutuhkan waktu yang cukup lama
17
dihasilkan ampas tebu basah. Dalam beberapa penelitian ampas tebu telah
digunakan sebagai bahan penyerapan ion, senyawa bahkan logam berat
sekalipun.
a. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami padi adalah
sebagai berikut :
Jerami Padi : sebagai adsorben yang akan diteliti tingkat penyerapannya
Air : sebagai pencuci dan merendam jerami dengan campuran
zat kontaminan
NH4Cl : sebagai zat kontaminan yang akan diukur kadar ion
amonium (NH4 )
Deterjen : sebagai zat kontaminan yang akan diukur kadar Linear
Alkylbenzene Sulfonat (LAS)
NaOH 1 N : sebagai penetralkan pH dan untuk standarisasi larutan.
CHCl3 : sebagai pelarut
metilen blue : sebagai reagen
fenolftalein : sebagai indicator
Alufo : sebagai penutup larutan
Kertas label : sebagai penanda sampel
Tisu : sebagai pembersih alat dan bahan
Kertas saring : sebagai penyaring air sampel
b. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami adalah sebagai
berikut:
18
Spektrofotometer : untuk mengukur kadar NH4
Koran : untuk alas menjemur bahan
Nampan : untuk wadah alat dan bahan
Gunting : untuk memotong bahan
Termometer Hg : untuk mengukur suhu
c. Metode
Metode yang digunakan pada praktikum dengan adsorben jerami padi dengan
polutan (NH4+) dan Linear Alkylbenzene Sulfonat (LAS) adalah sebagai berikut :
Ampas tebu
Hasil
19
Diukur kadar ammonium (NH4+) pada jam ke 0,3,6 dan 9
menggunakan spektrofotometer untuk mengetahui kadar
penjerapannnya
Catat hasilnya
Ampas tebu Ampas tahu cuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan
debu yang menempel dan dikeringkan di bawah sinar matahari
selama 2 hari
Kemudian dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 1 cm
Masukkan ampas tebu pada 83 gr pada bak berisi air yang telah
bercampur Linear Alkylbensene Sulfonat (LAS) sebayak 5 liter
Diukur kadar Linear Alkylbensene Sulfonat (LAS) pada jam ke
Hasil 0,3,6 dan 9 menggunakan spektrofotometer untuk mengetahui
kadar penjerapannnya dan catat hasil
Kelebihan :
Kekurangan :
20
Perhitungan Kapasitas Adsorpsi
Q = V (Ci – Cf) / X
Keterangan :
Fp = Faltor Pengencer
21
3. BIODEGRADASI
3.1 Biodegradasi
22
42ºC, pH antara 4 dan 8 dan mengandung senyawa organik kompleks maupun
sederhana adalah habitat yang potensial bagi Pseudomonas. Spesies
Pseudomonas bersiat aerob dan kebutuhan oksigen merupakan faktor
penghambat utama dalam habitasi Pseudomonas. Pada kenyataannya, spesies
Pseudomonas banyak ditemukan didalam tanah dan lingkungan perairan yang
aerobik, mesofilik dan kondisi pH netral. Pseudomonas secara umum tidak
memiliki enzim hidrolitik yang penting dalam mendegradasi polimer menjadi
monomer namun bakteri ini memiliki system inducible operon yang mampu
menghasilkan enzim tertentu dalam proses metabolisme sumber karbon yang
tidak biasa digunakan. Oleh karena itu bakteri ini memiliki peran penting dalam
proses biodegradasi. Salah satu jenis enzim yang dihasilkan oleh Pseudomonas
spp. yang berperan dalam biodegradasi adalah serine hidrolase, esterase dan
lipase (Shimao, 2001; Tokiwa, 2009).
a) Pembuatan Media
Media Menimbang media Natrium Broth sebanyak 1,6 gram dan 2,4
gram untuk pembuatan 2 media sekaligus
Memasukkan media Natrium Broth kedalam Erlenmeyer
Menambahkan aquades hingga volume yang telah ditentukan
yaitu 300 ml dan 200 ml
Dihomogenkan menggunakan spatula
Ditutup hingga rapat dengan kapas kemudian dilapisi
alumunium foil
Hasil
Disterilkan di autoklaf selama 30 menit
23
b) Penanaman Bakteri
c) Penimbangan Adsorben
Timbangan digital
Hasil
24
e) Pemaparan Polutan Linear Alkilbenzene Sulfonat (LAS)
f) Memasukkan Bakteri
Media NB
Bakteri dimasukkan dari Erlenmeyer berisi media NB ke dalam
gelasukur sebanyaj 50 ml
Bakteri sebanyak 50 ml dipindahkan kedalam beaker glass
Bakteri sebanyak 50 ml dituang kedalam toples pengamatan
Dihomogenkan menggunakan spatula
Diberi aerator pada toples untuk pengadukan dan suplai oksigen
Hasil
g) Memasukkan Adsorben
Adsorben
Hasil
25
h) Pengukuran pH
pH meter
Disiapkan pH meter
Dikalibrasi ujung pH meter menggunakan aquades
Ditekan tombol ON/OFF untuk menyalakan pH meter
Dimasukkan ujung pH meter ke dalam akuarium
Ditunggu sampai pH meter menunjukkan hasil pengukuran
Dicatat hasil pengukuran pH
Diulangi pengukuran pada jam ke 0, 3, 6, dan 9
Hasil
i) Pengukuran ammonium
Sampel
Hasil
26
j) Pengukuran Linear Alilbenzne Sulfonay (LAS)
Ambil air sampel dengan menggunakan gelas plastik
Sampel
Disaring air sampel di gelas ukur hingga volume 5 ml dengan
menggunakan kertas saring
Air sampel sebanyak ke 5 ml dimasukkan ke dalam tabung uji
10 ml,
Ditambahkan satu tetes NaOH 1 N,
Dikocok, diuji dengan indikator fenolftalein sehingga larutan
berwarna merah muda tepat hilang
Selanjutnya ditambahkan 1 ml CHCl3, 2,5 ml metilen blue , dan
dikocok kuat selama 30 detik untuk ekstraksi.
Tutup tabung uji sesekali dibuka selama ekstraksi. Setelah
ekstraksi selesai, tabung uji didiamkan sampai terjadi fase air
dan kloroform
Fase air (lapisan atas) dipindahkan ke dalam botol uji yang baru
menggunakan pipet tetes secara hati-hati tuk diekstrak kembali
sebanyak lima kali dengan penambahan 1 ml
CHCl3 setiap kalinya.
Fase organik (lapisan bawah) merupakan ekstrak kloroform.
Semua ekstrak kloroform digabungkan ke dalam satu tabung uji,
ditambahkan 3 ml larutan pencuci, dan dikocok kuat selama 30
detik
Diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 652 nm
Hasil
27
Pengukuran kadar ammonium dan Linear Alilbenzne Sulfonay (LAS)
menggunakan Spektrofotometer
Spektrofotometer
28
Perhitungan Kapasitas Adsorpsi
Q = V (Ci – Cf) / X
Keterangan :
a. Perhitungan di spektrofotometer
Spektroftometer
Disiapkannya masing-masing sampel yang akan diuji menggunakan
cuvette
Diberikan kode di setiap masing-masing cuvette yang berisi sampel
Dinyalakan spektrofotometer dengan menekan tombol ON
Dibuka aplikasi Visionlite di monitor
Dibuatnya terlebih dahulu larutan baku dengan konsentrasi 0 – 1 ppm
Dipilih Bacteria di opsi Methods
Diatur panjang gelombang spektrofotometer sebesar 600 nm untuk
pengukuran kepadataan bakteri
Dimasukkannya maksimal 5 sampel pertama ke dalam spektrofotometer
sesuai urutan
Dipilih Measure Sample dan dimasukkan kode setiap sampel larutan
Diklik Measure untuk mendapatkan hasilnya
Diulang kembali dari langkah ke-7 dengan memasukkan 3 sampel
berikutnya
Hasil
29
Perhitungan Jumlah Sel dengan Mikroskop Metode Haemocytometer
Bakteri Pseudomonas
30
Daftar Nama Asisten Praktikum Biokimia Perairan 2023
31