Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM PRODUKSI BERSIH

ACARA 3
EFFECTIVE MICROORGANISM 4 (EM4)

Muhammad Alfi Mubaroq


201710301082

Asisten Praktikum :
1. Muhammad Rifqy Haidar
2. Rahmat Agung Pramono
3. Achmadi Anwarul Fahmi
4. Afif Hamidi
5. Rohmatul Hidayah

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER
2022

i
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4

1.2 Tujuan ............................................................................................................ 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6

2.1 Limbah Organik ....................................................................................... 6

2.2 EM4 .......................................................................................................... 6

2.3 Pupuk Cair ................................................................................................ 7

2.4 Fermentasi ................................................................................................ 9

BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM ............................................................... 10

3.1 Alat dan Bahan ............................................................................................ 10

3.1.1 Alat........................................................................................................ 10

3.1.2 Bahan............................................................................................... 10

3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan ............................................................. 12

3.2.1 Skema Kerja .................................................................................... 12

3.2.2 Fungsi Perlakuan ............................................................................. 15

BAB 4 DATA PENGAMATAN DAN DATA HASIL PERHITUNGAN .......... 18

4.1 Data Pengamatan ......................................................................................... 18

4.2 Hasil Perhitungan ................................................................................... 23

BAB 5 PEMBAHASAN ....................................................................................... 24

5.1 EM4 ............................................................................................................. 24

5.2 Pupuk Cair ................................................................................................... 25

5.2.1 Pupuk Limbah Buah dan Sayur ............................................................ 26

5.2.2 Pupuk Limbah Ikan ............................................................................... 27

ii
BAB 6 PENUTUP ................................................................................................ 30

6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 30

6.2 Saran ............................................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31

LAMPIRAN .......................................................................................................... 33

iii
4

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang dari suatu
sumber hasil aktivitas manusia mupun proses-proses alam yang tidak mempunyai
nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai yang negatif karena penanganannya,
baik untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar.
Sampah dan pengelolaannya kini menjadi hal yang mendesak sebab apabila tidak
dilakukan penanganan yang baik akan menyebabkan hal yang tidak diharapkan
sehingga dapat mencemari lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian
dan pengolahan sampah yang tepat terutama sampah organik. Salah satu
pemanfaatan sampah organik yang mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat
adalah dengan cara fermentasi karena teknologi yang digunakan sangat sederhana
dan biaya penanganan yang murah (Arifan, 2020).

Salah satu pemanfaatan teknologi fermentasi adalah dengan memanfaatkan


limbah organik menjadi EM 4 dan POC. Effective Microorganism-4 atau EM-4
merupakan inokulan campuran mikroorganisme (Lactobacillus, ragi, bakteri
fotosintetik, actynomycetes, dan jamur pengurai selulosa) yang mampu
mempercepat kematangan pupuk organik dalam proses composting atau
dekomposisi bahan organik (M.K, 2017). Hasil dari fermentasi em4 ini nantinya
bisa digunakan sebagai pupuk organik cair, Pupuk organik cair secara sederhana
didefinisikan sebagai pupuk organik hasil fermentasi dari beberapa bahan organik.
Beberapa ahli mendefinisikan pupuk organik sebagai pupuk yang berasal dari
hewan atau tumbuhan yang telah mengalami fermentasi (Simamora, dkk, 2005).

Oleh karena itu perlu adanya kajian percobaan pembuatan Em4 dan Pupuk
organik cair dalam praktikum kali ini dengan beberapa perlakuan penambahan mol
menggunakan nasi, terasi, buah, sayur dan tape dengan penambahan gula merah dan
difermentasi selama 4 minggu.
5

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui perubahan warna, tekstur, bau dari


beberapa metode pembuatan EM4.

2. Mahasiswa dapat mengamati gas yang terbentuk selama proses


pembuatan EM4.
6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Organik

Limbah organik adalah barang yang dianggap sudah tidak diperlukan dan
dibuang oleh pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan
prosedur yang benar (Sudrajat, 2014). Sampah atau limbah organik dapat
mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil
dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil
pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah,
rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh
bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau
pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95 %) berupa sampah organik
sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya
sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75 % terdiri dari sampah organik dan
sisanya anorganik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun
tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organik basah dan
sampah organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah yang
mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa
sayuran. Sedangkan bahan yang termasuk sampah organik kering adalah sampah
yang mempunyai kandungan air yang rendah. Contoh sampah organik kering
adalah kayu dan ranting kering, dan dedaunan kering (Fahri, 2018).

2.2 EM4

Effective Microorganism-4 atau EM-4 merupakan inokulan campuran


mikroorganisme (Lactobacillus, ragi, bakteri fotosintetik, actynomycetes, dan jamur
pengurai selulosa) yang mampu mempercepat kematangan pupuk organik dalam proses
composting atau dekomposisi bahan organik. Fermentasi bahan organik oleh mikroba EM-
4 berlangsung pada kondisi semi aerob dan anaerob pada temperatur 40-50 oC (M.K,
2017).
7

Effective Microorganisme 4 (EM4) merupakan campuran dari


mikroorganisme yang menguntungkan. Jumlah mikroorganisme fermentasi di
dalam EM4 sangat banyak, sekitar 80 jenis. Mikroorganisme tersebut dipilih yang
dapat bekerja secara efektif dalam menfermentasikan bahan organik. Dari sekian
banyak mikroorganisme, ada lima golongan yang pokok yaitu bakteri fotosintetik,
lactobacillus sp, streptomices sp, ragi (yeast), dan actinomicetes. Efective
Microorganisme 4 (EM4) bagi tanaman tidak terjadi secara langsung. Penggunaan
EM4 akan lebih efisien bila terlebih dahulu ditambahkan bahan organik yang
berupa pupuk organik ke dalam tanah. EM4 akan mempercepat fermentasi bahan
organik sehingga unsur hara yang terkandung akan terserap dan tersedia bagi
tanaman, EM4 juga sangat efektif digunakan sebagai pestisida hayati yang
bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan tanaman EM4 juga bermanfaat untuk
sektor perikanan dan peternakan. Kelebihan dari EM4 ini adalah bahan yang
mampu mempercepat proses pembentukan pupuk organik dan meningkatkan
kualitasnya. Selain itu, EM4 mampu memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik
serta menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Fahri, 2018).

2.3 Pupuk Cair

Pupuk organik cair secara sederhana didefinisikan sebagai pupuk organik


hasil fermentasi dari beberapa bahan organik. Beberapa ahli mendefinisikan pupuk
organik sebagai pupuk yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang telah
mengalami fermentasi (Simamora, dkk, 2005). Selanjutnya Hadisuwito (2012)
menyatakan pupuk organik cair sebagai pupuk larutan yang terdiri dari beberapa
unsur hara sebagai hasil pembusukan bahan-bahan organik. Hadisuwito (2012)
menyebutkan beberapa kelebihan pupuk organik cair dibandingkan dengan pupuk
organik padat antara lain:

1. Mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat;


2. Tidak masalah dalam pencucian hara;
3. Mampu menyediakan hara secara cepat bagi tanaman dan
4. Memiliki bahan pengikat sehingga dapat langsung diserap tanaman;
8

5. Mengandung zat tertentu seperti mikroorganisme jarang terdapat


dalam pupuk organik padat dalam bentuk kering.

Selanjutnya Ambarwati dan Widya (2007) menjabarkan beberapa manfaat


dan kegunaan pupuk organik cair antara lain:

1. Dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun


dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga
meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan
nitrogen dari udara
2. Dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi
kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab
penyakit.
3. Merangsang pertumbuhan cabang produksi.
4. Meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta 5.
Mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.

Pada dasarnya, limbah cair dari bahan organik bisa dimanfaatkan sebagai
pupuk. Sama seperti limbah padat organik, limbah cair banyak mengandung unsur
hara, khususnya N, P, K dan bahan organik lainnya. Penggunaan pupuk dari limbah
ini dapat membantu memperbaiki struktur dan kualitas tanah. Dari sebuah
penelitian di China menunjukan penggunaan limbah cair organik mampu
meningkatkan produksi pertanian 11% lebih tinggi dibandingkan dengan
menggunakan bahan organik lain. Bahkan di China penggunaan pupuk kimia
sintetik untuk pupuk dasar mulai tergeser dengan keunggulan pupuk cair organik
(Fahri, 2018).
9

2.4 Fermentasi

Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada suatu substrat


organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Suprihatin,
2010). Mikroba yang umumnya terlibat dalam fermentasi pangan adalah bakteri,
khamir dan kapang. Prinsip dasar fermentasi adalah mengaktifkan aktivitas
mikroba tertentu agar dapat merubah sifat bahan sehingga dihasilkan produk
fermentasi yang bermanfaat. Beberapa faktor yang mempengaruhi fermentasi
antara lain mikroorganisme, substrat (medium), pH (keasaman), suhu, oksigen, dan
aktivitas air (Afrianti, 2013).
10

BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

3.1.1.1 Pembuatan Pupuk Cair Buah dan Sayur (EM4)


1. Wadah ember 5. Plastik
2. Tong plastik 6. Pisau
3. Selang plastik 7. Tali karet
4. Botol
3.1.1.2 Pembuatan Pupuk Cair Limbah Sayur
1. Wadah ember 4. Saringan
2. Pengaduk 5. Selang kecil
3. Plastik 6. Botol
3.1.1.3 Pembuatan Pupuk Cair Limbah Ikan
1. Wadah ember 4. Saringan
2. Pengaduk 5. Selang kecil
3. Plastik 6. Botol
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

3.1.2.1 Pembuatan Pupuk Cair Buah dan Sayur (EM4)


1. Limbah buah 500 gr
2. Limbah kacang 500 gr
3. Limbah sayur 500 gr
4. Limbah kulit buah 500 gr
5. Larutan gula merah 500 ml
6. Air Beras 1L
7. Bekatul 1 kg
3.1.2.2 Pembuatan Pupuk Cair Limbah Sayur
1. Limbah buah 500 gr
11

2. Limbah sayur 500 gr


3. Gula merah 100 gr yang dicairkan
4. Mol nasi 300 ml (perlakuan 1)
5. Mol terasi 500 ml (perlakuan 2)
3.2.2.3 Pembuatan Pupuk Cair Limbah Ikan
1. Limbah ikan 500 gr
2. Mol nasi 300 ml (perlakuan 1)
3. Mol terasi 500 ml (perlakuan 2)
4. Larutan gula merah 100 gr yang dicairkan
12

3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan

3.2.1 Skema Kerja

3.2.1.1 Pembuatan Pupuk Cair Buah dan Sayur EM4


Mulai

Buah Kacang Sayur


500 g 500 g 500 g

Pencampuran

Fermentasi 7 hari

Kulit
buah EM 1
500 g

Fermentasi 7 hari

Gula 500 ml
Air beras 1 L EM 2
Bekatul 1 kg

Fermentasi 7 hari

EM 3

Fermentasi 7 hari

EM 4

Selesai
13

3.2.1.2 Pembuatan Pupuk Cair Limbah Sayur

Mulai

Buah Sayur
500 g 500 g

Pengecilan ukuran

100 g
gula Pencampuran
merah

MOL nasi (P1) 300 ml


MOL terasi (P2) 500 ml

Penutupan +
selang

Fermentasi 4
minggu

Pupuk cair

Selesai
14

3.2.1.3 Pembuatan Pupuk Cair Limbah Ikan

Mulai

Ikan 500 Sisik, kepala,


g tulang, jeroan

Perebusan
t= 20 menit

Pendinginan
t= 5 menit

MOL nasi 300


ml (P1)
Pencampuran
MOL terasi
500 ml (P2)

Gula 100 g Pengadukan

Fermentasi 4
minggu

Pupuk cair

Selesai
15

3.2.2 Fungsi Perlakuan


3.2.2.1 Pembuatan EM4
1. Mencampurkan limbah sayuran dan buah-buahan ke dalam ember. Hal ini
dilakukan untuk bahan pembuatan pupuk cair hingga 1 bulan ke depan.
2. Mengaduk hingga rata. Hal ini dilakukan agar semua limbah sayuran dan
buah-buahan dapat tercampur hingga homogen dan dapat menghasilkan
pupuk cair yang maksimal.
3. Memasukkan ke dalam tong plastik. Sebelumnya telah dilakukan
pengecilan ukuran dengan memotong bagian sayuran dan buah-buahan
untuk mempermudah proses pembuatan pupuk cair dan mempermudah
penyimpanan dengan wadah atau tempat yang berukuran sedang.
4. Tutup rapatagar pupuk cair yang dihasilkan dapat maksimal karena akan
dibantu dengan aktivitas mikroorganisme selama 7 hari berikutnya.
5. Dibiarkan selama 7 hari hingga membusuk (fermentasi). Hal ini dilakukan
agar pupuk cair yang dihasilkan dapat berkualitas baik karena adanya
aktivitas mikroorganisme selama 7 hari tersebut dimana akan terjadi proses
perombakan bahan oleh mikroorganisme selama proses fermentasi.
6. Setelah 7 hari, dilakukan pengamatan dan akan dihasilkan EM1. Hal ini
dilakukan untuk melihat perubahan dari warna, bau, tekstur, dan ada
tidaknya gelembung dan EM1 ini berfungsi untuk mempercepat
pengomposan.
7. Mencampurkan larutan EM1 dengan sayur dan kulit buah-buahan yang
sudah matang, lalu didiamkan selama 7 hari dan akan menjadi EM2. Ini
dilakukan agar EM2 dapat terbentuk selama 2 minggu berikutnya setelah
proses pembuatan, dan penambahan sayur dan kulit buah-buahan dapat
mempercepat proses fermentasi dan membantu aktivitas mikroorganisme.
8. Larutan EM2 yang sudah jadi, dicampurkan dengan gula merah, air beras,
dan bekatul, kemudian didiamkan kembali selama 7 hari berikutnya dan
akan menjadi EM3. Hal ini dilakukan agar proses pembentukan EM3 dapat
maksimal dikarenakan adanya penambahan gula merah sebagai sumber
glukosa atau sumber makanan bagi mikroorganisme, air beras sebagai
16

sumber nutrisi pada mikroorganisme, dan bekatul sebagai sumber makanan


yang lengkap bagi bakteri pengurai karena mengandung karbohidrat yang
tinggi dan protein nabati.
9. Setelah 7 hari tersebut, tanpa adanya penambahan bahan lagi, maka akan
menjadi EM4. Hal ini dilakukan agar proses pembuatan EM4 dapat
maksimal hingga dapat dilakukan pengamatan sebagai hasil output dari
praktikum ini dan dapat menjadi bahan pengamatan untuk mengamati
perubahan dan perbedaan pada warna, tekstur, bau dan ada atau tidaknya
gelembung dari setiap minggu pembuatan EM itu sendiri. EM4 sendiri
menyediakan unsur hara yang baik untuk pertumbuhan tanaman.
3.2.2.2 Pembuatan Pupuk Cair Limbah Sayuran
1. Memotong sisa sayurandan buah. Hal ini dilakukan untuk memperkecil
ukuran pada limbah sehingga lebih mudah untuk proses pengolahannya.
2. Mencampur bahan dengan gula merah yang sudah dicairkan. Hal ini
dilakukan karena gula merah merupakan sumber glukosa dan sebagai
makanan bagi mikroorganisme.
3. Menambahkan MOL dan mengaduk semua bahan yang sudah ada. Hal ini
dilakukan agar semua bahan yang ada dapat tercampur secara merata dan
homogen. MOL sendiri merupakan larutan hasil fermentasi yang dapat
membantu proses pembuatan pupuk cair karena MOL juga dapat dikatan
sebagai bakteri dalam pembuatan pupuk cair itu sendiri.
4. Memasukkan ke dalam ember dan ditutup dengan menggunakan plastik.
Hal ini dilakukan agar mempermudah proses pembuatan pupuk cair dengan
menyediakan ember sebagai tempat proses pembuatan pupuk cair selama 1
bulan ke depan dan adanya penutupan ember dengan plastik agar tidak
adanya udara dan serangga yang masuk serta dapat meminimalisir
tumbuhnya larva pada proses pembuatan pupuk cair.
5. Memberi lubang dan menghubungkannya dengan selang plastik serta
memasukkan ujung selang plastik ke dalam botol yang berisi air. Hal ini
dilakukan karena proses pembuatan pupuk cair limbah sayur ini termasuk
ke dalam proses fermentasi aerob yang membutuhkan udara atau oksigen,
17

sehingga lubang tersebut digunakan untuk keluar masuknya udara atau


oksigen. Adanya air dalam botol yakni air menjadi media pertumbuhan yang
baik untuk berbagai mikrooganisme.
6. Membiarkan selama 4 minggu. Hal ini dilakukan agar proses pembuatan
pupuk cair dapat berjalan maksimal dan akan menjadi proses fermentasi
dalam pembuatan pupuk cair tersebut.
3.2.2.3 Pembuatan Pupuk Cair Limbah Ikan
1. Memotong limbah ikan, merebus 20 menit dan didinginkan. Hal ini
dilakukan agar dapat memperkecil ukuran dengan membuang bagian ikan
yang tidak terpakai, lalu merebus ikan agar ikan yang dihasilkan lunak dan
didinginkan agar ikan yang digunakan mempunyai suhu ruang.
2. Memasukkan bahan ke dalam ember, menuangkan MOL dan mengaduk
rata. Hal ini dilakukan agar semua bahan yang ada dapat tercampur secara
merata dan homogen. MOL sendiri merupakan larutan hasil fermentasi yang
dapat membantu proses pembuatan pupuk cair karena MOL juga dapat
dikatan sebagai bakteri dalam pembuatan pupuk cair itu sendiri.
3. Mencampur bahan dengan gula merah yang sudah dicairkan dan ditutup
rapat. Hal ini dilakukan karena gula merah merupakan sumber glukosa dan
sebagai makanan bagi mikroorganisme, dan adanya penutupan rapat pada
bahan dilakukan agar tidak adanya udara dan serangga yang masuk serta
dapat meminimalisir tumbuhnya larva pada proses pembuatan pupuk cair.
4. Mendiamkan bahan tersebut selama 4 minggu. Hal ini dilakukan agar proses
pembuatan pupuk cair dapat berjalan maksimal dan akan menjadi proses
fermentasi dalam pembuatan pupuk cair tersebut.
5. Menyaring, hal ini dilakukan agar pupuk cair yang dihasilkan dapat disaring
tanpa adanya bahan padat yang ikut tersaring sehingga dapat diukur pupuk
cair yang dihasilkan selama 1 bulan terakhir untuk dilakukan proses
pengamatan dan analisis pada laporan praktikum EM4 ini.
18

BAB 4 DATA PENGAMATAN DAN DATA HASIL PERHITUNGAN

4.1 Data Pengamatan

Tabel 1. Pengamatan minggu ke-0


Parameter
Bahan Dokumentasi
Warna Gelembung Bau Tekstur

EM 4 ++++ + ++++ ++++

POC Buah
Sayur ++++ + ++++ ++
MOL Nasi

POC Buah
Sayur
++ + +++++ +
MOL
Terasi

POC Ikan
+ + ++ +++
MOL Nasi

POC Ikan
MOL +++++ +++++ + +++
Terasi

Tanggal: 06 Oktober 2022


19

Tabel 2. Pengamatan minggu ke-1


Parameter
Bahan Dokumentasi
Warna Gelembung Bau Tekstur

EM 4 ++++ + ++++ +++++

POC Buah
Sayur ++++ ++++ +++ ++++
MOL Nasi

POC Buah
Sayur
++++ ++ +++++ ++++
MOL
Terasi

POC Ikan
++ ++ +++ ++++
MOL Nasi

POC Ikan
MOL +++ + ++++ ++
Terasi

Tanggal: 13 Oktober 2022


20

Tabel 3. Pengamatan minggu ke-2


Parameter
Bahan Dokumentasi
Warna Gelembung Bau Tekstur

EM 4 +++++ ++ ++++ ++++

POC Buah
Sayur ++++ + ++++ +++++
MOL Nasi

POC Buah
Sayur
+++++ ++ ++++ +++++
MOL
Terasi

POC Ikan
++++ ++ ++++ ++++
MOL Nasi

POC Ikan
MOL ++++ +++++ +++++ ++++
Terasi

Tanggal: 20 Oktober 2022


21

Tabel 4. Pengamatan minggu ke-3


Parameter
Bahan Dokumentasi
Warna Gelembung Bau Tekstur

EM 4 ++++ ++ +++ ++++

POC Buah
Sayur + + +++++ +++++
MOL Nasi

POC Buah
Sayur
+++++ +++ +++++ +++++
MOL
Terasi

POC Ikan
++++ ++ ++++ ++++
MOL Nasi

POC Ikan
MOL ++++ +++++ +++++ ++++
Terasi

Tanggal: 27 Oktober 2022


22

Tabel 5. Pengamatan minggu ke-4


Parameter
Bahan Dokumentasi
Warna Gelembung Bau Tekstur

EM 4 +++++ ++++ ++++ +++

POC Buah
Sayur + + +++++ +++++
MOL Nasi

POC Buah
Sayur
++++ ++ ++++ +++
MOL
Terasi

POC Ikan
+++++ +++ ++++ +++++
MOL Nasi

POC Ikan
MOL +++++ ++ ++ +++
Terasi

Tanggal: 3 November 2022


23

Keterangan:
Warna Bau
+ : Kuning pucat + : Tidak menyengat
++ : Kuning ++ : Sedikit menyengat
+++ : Kuning pekat +++ : Cukup menyengat
++++ : Coklat pucat ++++ : Menyengat
+++++ : Coklat pekat +++++ : Sangat menyengat
Gelembung Tekstur

+ : Tidak ada gelembung + : Sangat encer


++ : Sedikit gelembung ++ : Encer
+++ : Cukup gelembung +++ : Sedang
++++ : Banyak gelembung ++++ : Kental
+++++ : Sangat banyak gelembung +++++ : Sangat kental
4.2 Hasil Perhitungan

Pada praktikum Effectife Mikroorganisme (EM4) tidak dilakukan


perhitungan.
24

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 EM4

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil data


pengamatan. Paramater yang diamati pada pengamatan ini adalah warna,
gelembung, bau, tekstur pada beberapa bahan yang sudah di fermentasi selama 4
minggu. Untuk bahan yang pertama diamati pada minggu ke – 0 adalah em4
diperoleh hasil warna pada em4 (++++) coklat pucat, gelembung pada em4 (+) tidak
ada gelembung, bau pada em4 (++++) menyengat, tekstur pada em4 (++++) kental.
Selanjutnya pada minggu ke – 1 pengamatan em4 diperoleh hasil warna pada em4
(++++) coklat pucat, gelembung pada em4 (+) tidak ada gelembung, bau pada em4
(++++) menyengat, tekstur pada em4 (+++++) sangat kental. Selanjutnya pada
minggu ke – 2 pengamatan em4 diperoleh hasil warna pada em4 (+++++) coklat
pekat, gelembung pada em4 (++) sedikit gelembung, bau pada em4 (++++)
menyengat, tekstur pada em4 (++++) kental. Selanjutnya pada minggu ke – 3
pengamatan em4 diperoleh hasil warna pada em4 (++++) coklat pucat, gelembung
pada em4 (++) sedikit gelembung, bau pada em4 (+++) cukup menyengat, tekstur
pada em4 (++++) kental. kemudian pada minggu terakhir minggu ke – 4
pengamatan em4 diperoleh hasil warna pada em4 (+++++) coklat pekat, gelembung
pada em4 (++++) banyak gelembung, bau pada em4 (++++) menyengat, tekstur
pada em4 (+++) sedang.

Proses fermentasi merupakan proses biokimia dimana terjadi perubahan-


perubahan atau reaksi-reaksi kimia dengan pertolongan jasad renik penyebab
fermentasi tersebut bersentuhan dengan zat makanan yang sesuai dengan
pertumbuhannya. Akibat terjadinya fermentasi sebagian atau seluruhnya akan
berubah menjadi alkohol setelah beberapa waktu lamanya (Endah, dkk., 2007).

Bioaktivator yang saat ini sering digunakan untuk pembuatan pupuk organik
cair adalah EM4. Jalaludin dkk. (2016) menyatakan bahwa EM4 merupakan
campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan. Jumlah mikroorganisme
fermentasi didalam EM4 berkisar 80 jenis. Mikroorganisme tersebut dipilih yang
25

dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. effective


microorganisms (EM4) berlangsung secara anaerob (sebenarnya semi anaerob
karena masih ada sedikit udara dan cahaya). Dengan metode ini, bau yang
dihasilkan ternyata dapat hilang bila proses berlangsung dengan baik. Jumlah
mikroorganisme fermentasi di dalam EM4 sangat banyak sekitar 80 genus. Dari
sekian banyak mikroorganisme, ada 5 golongan yang pokok, yaitu Bakteri
fotosentetik, Lactobacillus sp., Streptomyces sp., ragi (yeast), dan Actinomycetes.
Dalam proses fermentasi bahan organik, mikroorganisme akan bekerja dengan baik
bila kondisinya sesuai. Proses fermentasi akan berlangsung dalam kondisi semi
anaerob, pH rendah (3-4), kadar garam dan kadar gula tinggi, kandungan air sedang
30-40%, adanya mikroorganisme fermentasi, dan suhu sekitar 40-50oC (Indriani,
2002). Mikroorganisme yang terdapat dalam EM4 memberikan pengaruh yang baik
terhadap kualitas pupuk organik, sedangkan ketersediaan unsur hara dalam pupuk
organik sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu yang diperlukan bakteri untuk
mendegradasi sampah (Yuwono, 2006).

5.2 Pupuk Cair

Pupuk organik cair merupakan larutan yang terbuat dari bahan organik atau
makhluk hidup yang telah mati. Bahan organik akan mengalami pembusukan oleh
mikroorganisme sehingga fisiknya akan berbeda dari semula. Pupuk ini digunakan
untuk menyuburkan tanaman karena kandungan nutrisinya cukup lengkap
(mengandung hara makro dan mikro esensial bagi tanaman). Bahan baku pupuk
cair yang sangat bagus yaitu bahan organik basah atau bahan organik yang
mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buah-buah dan sisa sayuran (wortel,
labu, sawi, selada, kulit jeruk, pisang, durian kol). Kandungan selulosa dari bahan
organik (C/N ratio) yang semakin besar mengakibatkan bakteri pengurai akan
mengurai lebih lama. Pupuk organik cair lebih mudah terdekomposisi dan kaya
nutrisi yang dibutuhkan tanaman (Zahroh, 2015).
26

5.2.1 Pupuk Limbah Buah dan Sayur


Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil data
pengamatan. Paramater yang diamati pada pengamatan ini adalah warna,
gelembung, bau, tekstur pada beberapa bahan yang sudah di fermentasi selama 4
minggu. Untuk bahan yang kedua diamati pada minggu ke – 0 adalah poc limbah
buah sayur dengan penambahan MOL nasi dan Mol Terasi diperoleh hasil warna
pada POC Buah Sayur MOL Nasi (++++) coklat pucat, gelembung (+) tidak ada
gelembung, bau (++++) menyengat, tekstur (++) encer. Sedangkan pada mol terasi
diperoleh hasil warna pada POC Buah Sayur MOL terasi (++) kuning, gelembung
(+) tidak ada gelembung, bau (+++++) sangat menyengat, tekstur (+) sangat encer.
Selanjutnya pada minggu ke – 1 diperoleh hasil warna pada POC Buah Sayur MOL
Nasi (++++) coklat pucat, gelembung (++++) banyak gelembung, bau (+++) cukup
menyengat, tekstur (++++) kental. Sedangkan pada mol terasi diperoleh hasil warna
pada POC Buah Sayur MOL terasi (++++) coklat pucat, gelembung (++) sedikit
gelembung, bau (+++++) sangat menyengat, tekstur (++++) kental. Selanjutnya
pada minggu ke – 2 diperoleh hasil warna pada POC Buah Sayur MOL Nasi (++++)
coklat pucat, gelembung (+) tidak gelembung, bau (++++) menyengat, tekstur
(+++++) sangat kental. Sedangkan pada mol terasi diperoleh hasil warna pada POC
Buah Sayur MOL terasi (+++++) coklat pekat, gelembung (++) sedikit gelembung,
bau (++++) menyengat, tekstur (+++++) sangat kental. Selanjutnya pada minggu
ke – 3 diperoleh hasil warna pada POC Buah Sayur MOL Nasi (+) kuning pucat,
gelembung (+) tidak gelembung, bau (+++++) sangat menyengat, tekstur (+++++)
sangat kental. Sedangkan pada mol terasi diperoleh hasil warna pada POC Buah
Sayur MOL terasi (+++++) coklat pekat, gelembung (+++) cukup gelembung, bau
(+++++) sangat menyengat, tekstur (++++) kental. Selanjutnya pada minggu ke –
4 diperoleh hasil warna pada POC Buah Sayur MOL Nasi (+) kuning pucat,
gelembung (+) tidak gelembung, bau (+++++) sangat menyengat, tekstur (+++++)
sangat kental. Sedangkan pada mol terasi diperoleh hasil warna pada POC Buah
Sayur MOL terasi (++++) coklat pucat, gelembung (++) sedikit gelembung, bau
(++++) menyengat, tekstur (+++) sedang.
27

Dari hasil data pengamatan diatas dapat dilihat menghasilkan beberapa

warna, tekstur, bau, dan gelembung yang berbeda selama proses fermentas hal ini

sudah sesuai dengan pendapat (Sundari, 2012) bahwa Penambahan bioaktivator

dalam pembuatan pupuk cair diharapkan dapat mempercepat pembentukan pupuk

cair 2-3 minggu atau 1-1,5 bulan. Umumnya bahan organik yang segar mempunyai

rasio C/N tinggi, sepeti jerami padi 50-70. Prinsip pembuatan pupuk adalah

menurunkan rasio C/N bahan organik sehingga sama dengan rasio C/N tanah (<

20). Dengan semakin tingginya rasio C/N bahan maka proses pembuatan pupuk

akan semakin lama karena rasio C/N harus diturunkan. Pembuatan pupuk dapat

berlangsung dalam kondisi aerob maupun anaerob. Ciri fisik pupuk cair yang baik

adalah berwarna kuning kecokelat dan berbau bahan pembentuknya sudah

membusuk. Penggunaan dosis tertentu pada pupuk kompos lebih berorientasi untuk

memperbaiki sifat fisik serta kimia dan menyediakan unsur hara.

5.2.2 Pupuk Limbah Ikan


Limbah ikan merupakan sisa ikan dalam bentuk buangan dan bentuk-bentuk
lainnya berjumlah cukup banyak yang tertangkap tetapi tidak mempunyai nilai
ekonomi. Ikan sisa atau ikan-ikan yang terbuang itu ternyata masih dapat
dimanfaatkan, yaitu sebagai bahan baku pupuk organik lengkap, yakni pupuk
dimana kandungan unsur-unsur makronya terbatas (tidak mencukupi untuk
kebutuhan tanaman) dan harus dilengkapi dengan penambahan unsur lainnya
sehingga kandungan N (nitrogen)-P (fosfor)-K (kalium)-nya sesuai yang
dibutuhkan (Dwicaksono, 2013). Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan
didapatkan hasil data pengamatan. Paramater yang diamati pada pengamatan ini
adalah warna, gelembung, bau, tekstur pada beberapa bahan yang sudah di
fermentasi selama 4 minggu. Untuk bahan yang ketiga diamati pada minggu ke – 0
adalah poc limbah ikan dengan penambahan MOL nasi dan Mol Terasi diperoleh
28

hasil warna pada POC limbah ikan MOL Nasi (+) kuning pucat, gelembung (+)
tidak ada gelembung, bau (++) sediki menyengat, tekstur (+++) sedang encer.
Sedangkan pada mol terasi diperoleh hasil warna pada POC limbah ikan MOL
terasi (+++++) coklat pekat, gelembung (+++++) sangat banyak gelembung, bau
(+) tidak menyengat, tekstur (+++) sedang. Selanjutnya pada minggu ke – 1
diperoleh hasil warna pada POC limbah ikan MOL Nasi (++) kuning, gelembung
(++) sedikit gelembung, bau (+++) cukup menyengat, tekstur (++++) kental.
Sedangkan pada mol terasi diperoleh hasil warna pada POC limbah ikan MOL
terasi (+++) kuning pekat, gelembung (+) tidak ada gelembung, bau (++++)
menyengat, tekstur (++) encer. Selanjutnya pada minggu ke – 2 diperoleh hasil
warna pada POC limbah ikan MOL Nasi (++++) coklat pucat, gelembung (++)
sedikit gelembung, bau (++++) menyengat, tekstur (++++) kental. Sedangkan pada
mol terasi diperoleh hasil warna pada POC limbah ikan MOL terasi (++++) coklat
pucat, gelembung (+++++) sangat banyak gelembung, bau (+++++) sangat
menyengat, tekstur (++++) kental. Selanjutnya pada minggu ke – 3 diperoleh hasil
warna pada POC limbah ikan MOL Nasi (++++) coklat pucat, gelembung (++)
sedikit gelembung, bau (++++) menyengat, tekstur (++++) kental. Sedangkan pada
mol terasi diperoleh hasil warna pada POC limbah ikan mol terasi (++++) coklat
pucat, gelembung (+++++) sangat banyak gelembung, bau (+++++) sangat
menyengat, tekstur (++++) kental. Selanjutnya pada minggu ke – 4 diperoleh hasil
warna pada POC limbah ikan MOL Nasi (+++++) coklat pekat, gelembung (+++)
cukup gelembung, bau (++++) menyengat, tekstur (+++++) sangat kental.
Sedangkan pada mol terasi diperoleh hasil warna pada POC limbah ikan MOL
terasi (+++++) coklat pekat, gelembung (++) sedikit gelembung, bau (++) sedikit
menyengat, tekstur (+++) sedang.

Dari hasil data pengamatan diatas dapat dilihat menghasilkan beberapa


warna, tekstur, bau, dan gelembung yang berbeda selama proses fermentas hal ini
sudah sesuai dengan pendapat (Sundari, 2012) bahwa Proses fermentasi dapat
dipercepat dengan penambahan bioaktivator yang merupakan sumber
mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme dipengaruhi oleh Konsentrasi gula,
29

karena sukrosa yang terkandung dalam larutan gula merupakan substrat yang
mudah dicerna dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Pembuatan
pupuk organik cair dengan proses fermentasi keberhasilannya ditandai dengan
adanya lapisan putih pada permukaan, bau yang khas, dan warna berubah dari hijau
menjadi coklat dan pupuk yang dihasilkan berwarna kuning kecoklatan. Lapisan
putih pada permukaan pupuk merupakan actinomycetes, yaitu jenis jamur tumbuh
setelah terbentukya pupuk.

Dan diperkuat oleh pendapat (Zahroh, 2015) bahwa pupuk cair yang
dihasilkan dari limbah ikan nila memiliki karakteristik warna sedikit cerah sampai
dengan warna gelap dan pekat. Pupuk cair yang dihasilkan dari limbah ikan patin
memiliki karakteristik warna agak cerah, tidak pekat sampai dengan warna gelap,
pekat dan sedikit berminyak. Pupuk cair yang dihasilkan dari limbah ikan kembung
memiliki karakteristik warna cerah dan cemerlang, tidak pekat sampai dengan
warna agak gelap dan pekat, tetapi tidak berminyak. Perlu adanya proses lebih
lanjut yaitu proses pemurnian pupuk cair yang dihasilkan, perlakuan penghilangan
komponen gas yang masih terdapat pada pupuk cair
30

BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Pada minggu ke – 0 em4 diperoleh hasil warna pada em4 (++++) coklat
pucat, gelembung pada em4 (+) tidak ada gelembung, bau pada em4 (++++)
menyengat, tekstur pada em4 (++++) kental. Selanjutnya pada minggu ke –
1 pengamatan em4 diperoleh hasil warna pada em4 (++++) coklat pucat,
gelembung pada em4 (+) tidak ada gelembung, bau pada em4 (++++)
menyengat, tekstur pada em4 (+++++) sangat kental. Selanjutnya pada
minggu ke – 2 pengamatan em4 diperoleh hasil warna pada em4 (+++++)
coklat pekat, gelembung pada em4 (++) sedikit gelembung, bau pada em4
(++++) menyengat, tekstur pada em4 (++++) kental. Selanjutnya pada
minggu ke – 3 pengamatan em4 diperoleh hasil warna pada em4 (++++)
coklat pucat, gelembung pada em4 (++) sedikit gelembung, bau pada em4
(+++) cukup menyengat, tekstur pada em4 (++++) kental. kemudian pada
minggu terakhir minggu ke – 4 pengamatan em4 diperoleh hasil warna pada
em4 (+++++) coklat pekat, gelembung pada em4 (++++) banyak
gelembung, bau pada em4 (++++) menyengat, tekstur pada em4 (+++)
sedang.
2. Biogas merupakan gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses
fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup
dalam kondisi kedap udara). Prinsip pembuatan biogas adalah adanya
dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas)
untuk menghasilkan gas yang sebagian besar berupa gas metana (CH4) dan
karbondioksida (CO2).

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan praktikum EM4 dan
POC ini dimana praktikan harus mengetahui jenis jenis mol yang akan ditambahkan
dan memahami gas yang terbentuk dari hasil selama pembuatan EM4 dan tidak
boleh jijik selama proses pembuatan berlangsung.
31

DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, H. 2013. Teknologi Pengawetan Pangan. Alfabeta, Bandung.

Ambarwati, E., N.F. Rizqiani, Yuwono, dan N. Widya, 2007. Pengaruh Dosis dan
Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Buncis (Phasheolus vulgaris L.) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan

Arifan, F. (2020). Pemanfaatan Nasi Basi Sebagai Mikro Organisme Lokal (MOL)
Untuk. JURNAL PENGABDIAN VOKASI, 1-4.

Dwicaksono et al, “Pengaruh Penambahan Effective Microorganisms pada Limbah


Cair Industri Perikanan Terhadap Kualitas Pupuk Cair Organik “, Jurnal
Sumberdaya Alam & Lingkungan, 7-11, 2013.

Endah, R. D., Sperisa, D., Nur, A. & Paryanto. (2007). Pengaruh kondisi fermentasi
terhadap yield etanol pada pembuatan bioetanol dari pati garut. Jurnal Gema
Teknik, 10(2), 83-88.

Fahri, A. (2018). Pengaruh Waktu Fermentasi dan Volume Bio Aktivator EM4.
Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 1-17.

Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Kompos Cair. Agromedia Pustaka, Jakarta.


Hal 16

Indriani, Y. H, 2002, Membuat Kompos Secara Kilat, Cet. 4, Penebar Swadaya,


Jakarta.

Jalaludin, Nasrul Z.A., dan Rizki, S. (2016). Pengolahan Sampah Organik Buah-
buahan menjadi Pupuk dengan Menggunakan Efektif Mikroorganisme.
Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 5-(1): 17-29.

M.K, A. P. (2017). Pengaruh Penambahan EM-4 dan Molasses terhadap Proses.


JURNAL REKAYASA PROSES, 1-5.
32

Sidabalok, I. (2014). PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK MENJADI


KOMPOS . Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH, 1-10.

Simamora, S., dan Salundik. 2005. Meningkatkan Kualitas Kompos. Agromedia


Pustaka. Jakarta

Sudrajat, 2014. Mengelola Sampah Kota, Niaga Swadaya, Jakarta.

Sundari, E. (2012). Pembuatan Pupuk Organik Cair Menggunakan. PROSIDING


SNTK TOPI, 1-6.

Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. UNESA University Press. Surabaya

Yuwono, Teguh, 2006, Kecepatan Dekomposisi dan kualitas Kompos Sampah


Organik, Jurnal Inovasi Pertanian. Vol. 4, No.2.

Zahroh, F. (2015). PERBANDINGAN VARIASI KONSENTRASI PUPUK. 42-


69.
33

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi praktikum

A. Dokmentasi pembuatan EM4

Menyiapkan buah, kacang dan sayur Pencampuran bahan


masing-masing 500 gr

Persiapan Fermentasi minggu ke-1 Hasil fermentasi minggu ke-1 (EM1)

Penambahan kulit buah 500 gr Persiapan Fermentasi (minggu ke-2)

Hasil fermentasi minggu ke-2 (EM2) Penambahan bahan Gula 500 ml


34

Air beras 2 liter Bekatul 1 kg

Pengadukan Hasil fermentasi minggu ke-3 (EM3)

Hasil Fermentasi minggu ke-4 Penyaringan

Pemerasan EM4
35

B. Dokumentasi pembuatan POC limbah buah dan sayur MOL nasi (P1)

Pengecilan ukuran limbah buah sayur Penuangan gula merah dalam MOL
nasi sebanyak 100ml

Pencampuran MOL nasi dalam limbah Penutupan dengan plastik


buah sayur

Pemasangan selang dan pengikatan


36

C. Dokumentasi pembuatan POC limbah buah dan sayur MOL terasi (P2)

Penimbangan 500 g limbah buah Penimbangan 500 g limbah sayur

Pengecilan ukuran limbah Pencampuran limbah buah dan sayur


dalam ember

Penambahan 100 g larutan gula Penuangan 500 mL MOL terasi


merah
37

Pencampuran dengan MOL terasi dan Penutupan dengan plastik


diaduk hingga homogen

Pemasangan selang dan pengikatan


38

D. Dokumentasi pembuatan POC limbah ikan MOL nasi (P1)

Proses trimming ikan Penimbangan ikan sebanyak 500 gram

Perebusan ikan selama 20 menit Penimbangan gula merah

Gula merah cacah dan air yang akan Pelarutan gula merah menggunakan hot
digunakan untuk melarutkan plate

Penghancuran ikan yang sudah direbus Pengukuran MOL nasi 300 ml


39

Pencampuran sedikit MOL nasi pada Pencampuran gula merah dan MOL
larutan gula merah agar tidak nasi pada ikan yang sudah dihancurkan
menggumpal

Pencampuran Penutupan dengan plastik (fermentasi


anaerob)
40

E. Dokumentasi pembuatan POC limbah ikan MOL terasi (P2)

Proses trimming ikan Penimbangan ikan sebanyak 500 gram

Perebusan ikan selama 20 menit Penimbangan gula merah

Gula merah cacah dan air yang akan Pelarutan gula merah menggunakan hot
digunakan untuk melarutkan plate

Penghancuran ikan yang sudah direbus MOL terasi 500 ml


41

Pencampuran sedikit MOL terasi pada Pencampuran gula merah dan MOL
larutan gula merah terasi pada ikan yang sudah
dihancurkan

Pencampuran Penutupan dengan plastik (fermentasi)

Anda mungkin juga menyukai