Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENYEHATAN TANAH

PENGELOLAAN TANAH

DISUSUN OLEH :

Kelompok 6 : 1) Aminah Candradewi (P21345118009)


2) Faiz Syaibatul H (P21345118024)
3) Feni Sabputri (P21345118027)
4) M. Arfan Fadli (P21345118041)

KELAS : 2 D3 A

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Jl. Hang Jebat III BLOK F3, No.8, RT.4/RW.8, Gunung, Kby. Baru, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120 Telepon: (021) 7397641
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmatnya dan berkahnya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini.
Makalah ini disusun berdasarkan materi memahami dan mengidentifiksi
pencemaran tanah.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen dan
teman-teman yang membantu pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan kami mohon maaf atas
kekurangan dan kesalahan yang ada dalam makalah yang sederhana ini.

Jakarta, 12 November 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam bidang pertanian tanah diartikan sebagai media pertumbuhan tanaman,
keadaan suatu tanah akan mempengaruhi mutu kehidupan tanaman yang tumbuh
diatasnya. Tanaman dapat tumbuh serta mampu memberikan hasil yang baik jika
tumbuh pada tanah yang cukup kuat menunjang tegaknya tanaman, tidak
mempunyai lapisan penghambat perkembangan akar, aerasi baik, kemasaman
disekitar netral, tidak mempunyai kelarutan garam yang tinggi dan cukup tersedia
unsur hara dan air dalam kondisi yang seimbang (Rahardjo dan Zulhidiani, 2002).
Untuk mendapatkan keadaan tanah yang baik, salah satu caranya adalah dengan
pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap
tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman
(Fuady, 2010). Berdasarkan caranya pengolahan tanah ada 3 yaitu : (1) tanpa olah
tanah (zero tillage), (2) pengolahan tanah minimum (minimum tillage), dan (3)
pengolahan tanah maksimum (maximum tillage) (Raintung, 2010). Ubi alabio
( Dioscorea alata L.) merupakan salah satu tanaman ubi-ubian yang ada di
Kabupaten Hulu Sungai Utara. Tanaman ini menjadi tanaman khas yang ada di
Kabupaten Hulu Sungai Utara namun dalam produktivitasnya masih tergolong
rendah (BPP Model Alabio, 2007). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh metode pengolahan tanah terhadap pertumbuhan ubi alabio serta
mendapatkan metode pengolahan tanah terbaik terhadap pertumbuhan ubi alabio
(Dioscorea alata L.)

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian pengelolaan Tanah?
2. Apa saja jenis-jenis pengelolaan tanah?
3. Bagaimana mekanisme pengelolaan tanah?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengelolaan tanah
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pengelolaan tanah
3. Untuk mengetahui mekanisme pengelolaan tanah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan
dilembekkan dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik
dengan berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan,
dan mesin pertanian (traktor). Melalui proses ini, kerak tanah teraduk,
sehingga udara dan cahaya matahari menyentuh tanah lebih dalam dan
meningkatkan kesuburannya. Sekalipun demikian, tanah yang sering
digarap sering menyebabkan kesuburannya berkurang.
Menurut pengertian umum, pengelolaan tanah ialah tindakan atau
seni menggunakan tanah untuk produksi pertanaman sinambung yang
menguntungkan.Produksi tersebut melibatkan segala tindakan mengolah
dan menggarap tanah serta budidaya pertanaman berupa pemeliharaan dan
perbaikan keadaan fisik tanah, bahan organik tanah, hara tersediakan,
kegiatan biologi tanah, dan konservasi tanah dan air.
Pengelolaan tanah bertujuan memelihara tanah agar dapat
mempertahankan fungsinya yang sudah baik, atau membuat tanah agar
dapat berfungsi lebih baik.Oleh karena tanah dapat difungsikan untuk
berbagai keperluan, pengelolaan tanah pun bermacam-macam.

2.2 Jenis-jenis Pengelolaan


2.1.1 Pengelolaan Tanah Secara Kimia
1. Pemupukan
Pemupukan menurut pengertian khusus ialah pemberian bahan
yang dimaksudkan untuk menyediakan hara bagi tanaman.Umumnya
pupuk diberikan dalam bentuk padat atau cair melalui tanah dan diserap
oleh akar tanaman.Namun pupuk dapat juga diberikan lewat permukaan
tanaman, terutama daun.Pemberian bahan yang dimaksudkan untuk
memperbaiki suasana tanah, baik fisik, kimia atau biologis disebut
pembenahan tanah (amandement) yang berarti perbaikan (reparation) atau
penggantian (restitution).Bahan-bahan tersebut termasuk mulsa (pengawet
lengas tanah, penyangga temperatur), pembenah tanah (soil conditioner,
untuk memperbaiki struktur tanah), kapur pertanian (untuk menaikkan pH
tanah yang terlalu rendah, atau untuk mengatasi keracunan Al dan Fe),
tepung belerang (untuk menurunkan pH tanah yang semula tinggi) dan
gipsum (untuk menurunkan kegaraman tanah).Rabuk kandang dan hijauan
legum diberikan ke dalam tanah dengan maksud sebagai pupuk maupun
pembenah tanah.Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan
kesuburan tanah. Dengan mengandalkan sediaan hara dari tanah asli saja,
tanpa penambahan hara, produk pertanian akan semakin merosot. Hal ini
disebabkan ketimpangan antara pasokan hara dan kebutuhan tanaman.
Hara dalam tanah secara berangsur-angsur akan berkurang karena
terangkut bersama hasil panen, pelindian, air limpasan permukaan, erosi
atau penguapan. Tujuan utama pemupukan adalah menjamin ketersediaan
hara secara optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga
diperoleh peningkatan hasil panen. Penggunaan pupuk yang efisien pada
dasarnya adalah memberikan pupuk bentuk dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman, dengan cara yang tepat dan pada saat yang
tepat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut.
2. Pengapuran
Keracunan aluminium merupakan penyebab paling umum
ketidaksuburan tanah masam.Kadar aluminium yang tinggi dalam larutan
tanah langsung merugikan akar dan mengurangi pertumbuhan akar dan
pemindahan kalsium dan fosfor ke tanaman bagian atas. Keracunan
aluminium dapat diperbaiki dengan mengapur tanah masam menjadi pH
5,5 sampai 6,0 untuk mengendapkan aluminium-dapat-tukar sebagai
aluminium hidroksida. Keracunan manggan dapat terjadi pada tanah
tertentu yang tinggi kadar manggan terlarutnya. Masalah ini juga dapat
diatasi dengan mengapur tanah ini menjadi tingkat pH 5,5 sampai 6,0.
Pada pH ini kelarutan manggan cukup menurun untuk menghilangkan
keracunan, tetapi tidak cukup untuk mencegah kekahatan.Kekahatan
kalsium dan magnesium juga merupakan penyebab penting
ketidaksuburan tanah masam. Seiring kekurangan tersebut terjadi
bersamaan dengan keracunan aluminium atau manggan, tetapi pada tanah
tertentu yang rendah akan semua unsur ini, pengapuran bertindak sebagai
pupuk kalsium dan/atau magnesium. Dari pengalaman penelitian selama
bertahun-tahun, diketahui bahwa pengapuran ke dalam tanah masam tidak
saja memperbaiki sifat kimia tanah, tetapi juga mempengaruhi sifat fisika
dan biologi tanah.Pengaruh kapur yang menonjol terhadap kimia tanah
adalah berupa naiknya kadar Ca dan pH tanah, sehingga reaksi tanah
mengarah ke netral.Pengaruh langsung terhadap biologi tanah kurang
jelas.Akan tetapi, dengan naiknya pH tanah dan tersedianya beberapa hara
yang dibutuhkan biologi tanah menyebabkan jasad hidup ini lebih mudah
memperoleh energi dan materi dalam jumlah banyak.Sejalan dengan hal
itu, populasi dan aktivitas mereka pun meningkat dengan penambahan
kapur.
3. Penggunaan Bahan Organik
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan
kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi
tanah.Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada
taranya.Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation berasal bahan
organik.Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik
adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah.Dalam
memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber
dan susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil
dekomposisi itu sendiri. Masalah yang dihadapi pada tanah yang ditanami
terus-menerus adalah merosotnya kadar bahan organik. Penurunan
kandungan bahan organik lebih dari 40% sudah berbahaya sekali karena
mengakibatkan produksi menurun.Mengingat peranan bahan organik
tanah, maka tidak saja perlu dipertahankan, tetapi harus ditingkatkan
secara teratur.Kandungan bahan organik sebenarnya mudah untuk
dipertahankan ataupun ditingkatkan. Cara-cara yang dapat ditempuh
diantaranya :
a. Sumber bahan organik tidak disia-siakan, seperti :
(1) membenamkan bahan hijauan sukulen,
(2) menambah pupuk kandang,
(3) menutup sisa tanaman di atas tanah.
b. Mempertahankan jaminan pelapukan melalui :
(1) menjaga reaksi tanah (pH),
(2) menciptakan drainase yang baik,
(3) menambahkan pupuk yang cukup.
c. Rotasi tanaman, mengatur penanaman secara bergilir dapat mempertahankan
bahan organik tanah. Setiap jenis tanaman akan menghasilkan jumlah bahan
organik berbeda, sehingga dapat saling mengimbangi.

2.1.2 Pengelolaan Tanah Secara Biologi


Keberadaan mikroorganisme di dalam tanah sangat penting karena
mempunyai peranan dalam mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah.
Peranan mikroorganisme dalam tanah, antara lain : daur-ulang hara, penyimpanan
sementara dan pelepasan hara untuk dimanfaatkan tanaman dan lain-lain.
Keberhasilan memanfaatkan mikroorganisme untuk tujuan meningkatkan
kesuburan tanah memerlukan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu secara
terpadu.Nitrogen dan fosfat merupakan dua unsur hara yang paling banyak
diperlukan tanaman dan merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan hasil
tanaman.Sampai saat ini permasalahan yang dihadapi dalam program pemupukan
adalah kemangkusannya yang rendah.Pupuk hayati merupakan alternatif bagi
petani untuk memanfaatkan pasokan N2-udara yang cukup besar, disamping
memanfaatkan bentuk P tak tersedia menjadi bentuk tersedia. Melalui masukan
teknologi rendah, petani dapat memperoleh keuntungan lebih besar.
A. Pupuk Hayati Pemasok Nitrogen
1. Rhizobium
Rhizobium adalah bakteri yang paling banyak digunakan untuk pupuk hayati
diantara bakteri-bakteri yang bermanfaat.Koloni bakteri rhizobium
bersimbiosis dengan tanaman legum, membentuk bintil akar yang berperan
dalam penyematan nitrogen.Rhizobium yang berasosiasi dengan tanaman
legum mampu menyemat 100 – 300 kg N/ha dalam satu musim dan
meninggalkan sejumlah N untuk tanaman berikutnya.
2. Azospirillum
Azospirillum mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai
pupuk hayati.Bakteri ini banyak dijumpai berasosiasi dengan tanaman jenis
rerumputan, termasuk beberapa jenis serealia, jagung, cantel, gandum.
Sampai saat ini ada tiga spesies yang telah diketemukan dan mempunyai
kemampuan sama dalam menambat nitrogen ialah :Azospirillum brasilense,
A.lipoferum, dan A. amazonense. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini
tidak menyebabkan perubahan morfologi perakaran, meningkatkan jumlah
akar rambut, menyebabkan percabangan akar lebih berperanan dalam
penyerapan hara. Keuntungan lain dari bakteri ini, bahwa apabila saat
berasosiasi dengan perakaran tidak dapat menambat nitrogen, maka
pengaruhnya adalah meningkatkan penyerapan nitrogen yang ada di dalam
tanah.
3. Azotobakter
Azotobakter spp. juga merupakan bakteri non-simbiosis yang hidup di
mintakat perakaran.Dijumpai hampir pada semua jenis tanah tetapi
polulasinya relatif rendah. Selain kemampuannya dalam menambat nitrogen,
bakteri ini juga menghasilkan sejenis hormon yang kurang lebih sama dengan
hormon pertumbuhan jenis jamur tertentu. Seperti halnya Azospirillum,
Azotobacter dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui pasokan N-
udara, pasokan pengatur tumbuh, mengurangi kompetisi dengan mikrobia lain
dalam menambat nitrogen, atau membuat kondisi tanah lebih menguntungkan
pertumbuhan tanaman. Ada dua pengaruh positif Azotobakter terhadap
pertumbuhan tanaman, ialah : mempengaruhi perkecambahan benih dan
memperbaiki pertumbuhan tanaman.
B. Meningkatkan ketersediaan hara fosfat
1. Bakteri pelarut fosfat
Kebanyakan tanah-tanah di wilayah tropika yang bereaksi asam
ditandai kahat hara fosfat.Sebagian besar bentuk fosfat disemat oleh koloid
tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman.Pada kebanyakan tanah tropika
diperkirakan hanya 25% fosfat yang diberikan dalam bentuk superfosfat
yang diserap tanaman dan sebagian besar atau 75% diikat tanah. Ada
beberapa jenis fungi dan bakteri, seperti :Bacillus polymyxa, Pseudomonas
striata, Aspergillus awamori, dan Penicillium digitatum yang diidentifiksi
mampu melarutkan bentuk P tak larut menjadi bentuk tak tersedia bagi
tanaman.
2. Mikorisa
Mikorisa merupakan jenis fungi yang menguntungkan pertumbuhan
tanaman terutama pada tanah-tanah yang mengalami kekahatan P.
Mikorisa tidak hanya menguntungkan pertumbuhan tanaman, tapi juga
menekan kebutuhan pupuk P sampai 20%-30%.Mikorisa bersimbiose
dengan perakaran tanaman dan membantu dalam penyerapan
fosfat.Ektomikorisa seperti Pisolitus, Laccaria, Amanita, Scleroderma,
Russula, dan Tricholomu berasosiasi dengan tanaman yang termasuk
famili Pinaceae, Betulaceae, dan Fagceae. Jenis fungi ini meningkatkan
luas permukaan akar sehingga meningkatkan absorpsi hara, terutama jenis
hara fosfat yang mempunyai mobilitas yang rendah dalam larutan tanah.Di
samping itu, juga membantu penyerapan air dan melindungi akar dari
serangan patogen akar.

2.2.3Pengelolaan Tanah Secara Fisika


a. Drainase
Pembuatan fasilitas drainase mutlak diperlukan di daerah-daerah dimana
muka air dekat dengan permukaan tanah atau bahkan tergenang, yang
dimaksudkan untuk membuang air berlebihan pada profil tanah, terutama pada
lapisan atas sehingga aerasi tanah yang baik dapat dipertahankan.Secara praktis,
drainase tidak hanya penting dalam rangka reklamasi daerah rawa, tetapi juga
perlu di setiap areal pertanian.Ujung akar merupakan daerah pembelahan dan
perpanjangan sel yang hebat, sehingga memerlukan banyak oksigen.Umumnya
akar tanaman lahan kering tidak mampu menembus lapisan tanah yang jenuh air
karena defisiensi oksigen.Drainase, langsung dan tidak langsung berhubungan
dengan aerasi.Drainase yang baik memungkinkan difusi oksigen ke CO2 dari akar
tanaman. Ia juga berpengaruh terhadap aktivitas mikro-organisme aerobik dalam
tanah, yang pada gilirannya mempengaruhi ketersediaan unsur hara seperti N dan
S. Demikian juga toksisitas unsur Fe dan Mn dapat dikurangi pada keadaan aerasi
yang baik. Tujuan utama drainase di lahan pertanian dan kehutanan adalah
menurunkan muka air tanah untuk meningkatkan kedalaman dan efektivitas
daerah perakaran. Ini berarti bahwa jumlah hara yang mungkin dapat diserap oleh
tanaman dapat dipertahankan pada level yang tingg. Terdapat dua cara yang
umum dipakai dalam sistem drainase, yaitu :(1) drainase permukaan seperti tipe
drainase saluran, (2) drainase dalam seperti tipe drainase gonggorong. Drainase
permukaan adalah cara pengumpulan dan pembuangan air dari permukaan tanah.
Tipe drainase ini cocok untuk daerah-daerah yang menerima limpahan air dari
daerah yang lebih tinggi, dan daerah-daerah yang tanahnya impermeable sehingga
kapasitas melewatkan kelebihan air ke dalam profil tanahnya rendah.Tipe drainase
permukaan ini banyak dipakai dalam reklamasi daerah rawa, di sepanjang jalan-
jalan raya dan daerah pemukiman di kota-kota.Tipe drainase saluran ini
mempunyai keuntungan dapat menampung air banyak dan menyalurkannya secara
cepat. Sebaliknya ia memerlukan tempat yang luas, sering merupakan
pemborosan, serta biaya perawatan yang tinggi, yaitu setiap kali harus
dibersihkan. Drainase saluran dapat dibuat dengan mudah dan murah untuk
menyalurkan air gravitasi. Gonggorong dibuat dari tanah liat yang dibakar
berukuran 30 hingga 80 cm dengan diameter bervariasi dari 10 hingga beberapa
puluh cm. Mereka dipasang sambung menyambung dengan celah pada
sambungannya, di dalam saluran yang telah dipersiapkan. Celah pada sambungan
dibalut dengan bahan poreus untuk menjamin pemasukan air atau agar tidak
tersumbat.Gonggorong kemudian ditutup dengan tanah.Air berlebihan masuk ke
dalam gonggorong melalui celah sambungan. Pada dasarnya pemasangan
gonggorong tidak lain adalah usaha menstimulir perkolasi. Cara ini sangat efektif
bila pori makro tanah banyak dan kontinyu sehingga pergerakan air ke bawah
memasuki gonggorong dapat berlangsung cepat.
b. Irigasi
Irigasi didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan
penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.Atau irigasi bisa
didefinisikan sebagai upaya pemberian air ke tanah untuk menunjang curah hujan
yang tidak cukup agar tersedia lengas bagi pertumbuhan tanaman. Kebutuhan air
irigasi untuk tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keadaan iklim, jenis
tanaman, sifat fisik lahan serta cara bercocok tanam. Kebutuhan air irigasi
ditentukan oleh kebutuhan air untuk pengolahan tanah, kebutuhan air tanaman
(consumptive use atau crop water requirement), perkolasi dan rembesan,
penggantian lapisan permukaan, curah hujan efektif. Kebutuhan air untuk
penyiapan lahan tergantung dari komoditas yang akan ditanam atau tipe
pengelolaan lahannya, apakah lahan kering atau lahan basah. Sebagai contoh,
pada budidaya tanaman padi, air yang diberikan selama pengerjaan tanah
mencapai 30% atau bahkan sering lebih 1/3 dari total pemberian air untuk
budidaya tanaman padi. Kebutuhan air untuk tanaman adalah sejumlah air yang
dibutuhkan untuk memenuhi transpirasi tanaman dan evaporasi dari permukaan
tanah atau bisa disebut evapotranspirasi.Besarnya evapotranspirasi tergantung
pada kondisi cuaca, jenis tanaman dan kondisi lingkungan serta
manajemennya.Sebagian besar sumber air untuk irigasi adalah air permukaan
yang berasal dari air hujan dan pencairan salju.Air ini secara alami mengalir di
sungai-sungai, yang membawanya ke laut. Jika akan dimanfaatkan untuk irigasi,
sungai dibendung dan air dialirkan melalui saluran-saluran buatan ke daerah
pertanian, atau air ditampung dahulu ke reservoar/waduk yang selanjutnya
disalurkan secara teratur melalui jaringan irigasi ke daerah pertanian. Di beberapa
tempat sumber air berupa air bawah tanah yang dipompa atau dengan kekuatan
sendiri menyebur ke permukaan dan selanjutnya dialirkan ke areal pertanian.
Faktor-faktor yang menentukan pemilihan metode pemberian air irigasi
adalah :
(1) distribusi musiman hujan,
(2) kemiringan lereng dan bentuk permukaan lahan,
(3) suplai air,
(4) rotasi tanaman dan
(5) permeabilitas tanah lapisan bawah.
Metode pendistribusian air irigasi dapat dikelompokkan ke dalam (a)
irigasi permukaan, (b) irigasi lapisan bawah, (c) spinkler, dan (d) drip atau
trickle.Irigasi permukaan mengalirkan air-nya melalui saluran ke dalam petakan
lahan yang dibatasi oleh galengan, baik secara merata menggenangi permukaan
lahan atau melalui selokan-selokan di antara guludan. Penggenangan ke seluruh
permukaan lahan umumnya untuk tanaman padi, padang rumput dan sejenisnya,
sedangkan irigasi selokan (furrow) umumnya untuk tanaman yang ditanam
berlarikan dalam guludan seperti kentang, gula bit, ketela rambat, jagung,
tanaman buah-buahan dan sejenisnya. Irigasi lapisan bawah merupakan cara
pemberian air irigasi melalui pergerakan air ke atas dalam profil tanah dari aliran
air yang berbeda beberapa puluh centimeter di bawah permukaan tanah. Contoh
penerapan irigasi lapisan bawah yang terkenal adalah di negeri Belanda.

2.2. Mekanisme Pengelolaan Tanah


Tanah berperan rangkap dalam pengelolaan lingkungan. Dalam peranan
yang satu tanah dapat mendatangkan bahaya bagi lingkungan, sedang dalam
peranan yang lain tanah berpotensi melindungi lingkungan. Mengingat
peranan rangkap ini, pengelolaan tanah perlu direncanakan secara cermat agar
peranan yang merugikan dapat ditekan sekecil-kecilnya bersamaan dengan
meningkatkan peranan yang menguntungkan. Peranan yang merugikan tidak
mungkin dihilangkan sama sekali karena acapkali terkait dengan produksi
bahan tertentu yang diperlukan. Contoh, lahan sawah merupakan salah satu
sumber utama emisi gas CH4 ke atmosfer.Namun demikian tidak mungkin
budidaya padi sawah dihentikan seluruhnya.
Berikut ini diajukan beberapa butir gagasan tentang pengelolaan tanah
yang dapat diberdayakan melindungi lingkungan.
1. Mengeratkan dan memantapkan asosiasi sinergistik tanah dengan
pertanaman. Asosiasi diujudkan dengan asas daurulang organik yang
melibatkan penggunaan pupuk hayati, kompos, pupuk hijau, dan mulsa sisa
pertanaman.
2. Membatasi budidaya padi sawah untuk mengurangi luas lahan basah
buatan. Sebagai gantinya dibudidayakan padi gogo. Penggantian ini
membawa maslahat tambahan berupa penghematan penggunaan air dan
mengurangi timbulnya hama wereng.
3. Menyebarluaskan hutan dan kebun rakyat untuk mengatur iklim mikro.
Maslahattambahan yang dapat diperoleh ialah kayu bakar, kayu bangunan,
kayu pertukangan, dan penganekaragaman hasil usahatani dari kebun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan
dilembekkan dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan
berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin
pertanian (traktor). Untuk pengelolaan tanah bisa dengan cara kimia
(pemupukan, penambahan bahan organik, dan pengapuran), biologi
(mikroorganisme), dan fisik (Drainase dan Irigasi).
DAFTAR PUSTAKA

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2006. Pendayagunaan Pengelolaan Tanah Untuk


Proteksi Lingkungan. Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada.
https://www.slideshare.net/AndrewGates/bab-iii-metode-pengelolaan-tanah
https://mitalom.com/faktor-penentu-jumlah-dan-jenis-pupuk-yang-akan-
digunakan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengolahan_tanah

Anda mungkin juga menyukai