PENDAHULUAN
masih tinggi terutama pada balita, kasus kesakitan tiap tahun mencapai 260.000
balita. Pada akhir tahun 2000, ISPA mencapai enam kasus di antara 1000 bayi dan
balita. Tahun 2003 kasus kesakitan balita akibat ISPA sebanyak lima dari 1000
balita, salah satu penyebab ISPA pada balita yaitu sanitasi rumah yang tidak sehat
(SUSENAS) tahun 2004, di Indonesia rumah sehat dibagi menjadi tiga kategori
yaitu kategori baik, kategori sedang dan kategori kurang. Persentase rumah sehat
di Indonesia kategori baik mencapai 35,3%, kategori sedang 39,8% dan kategori
kurang 24,9%. Target rumah sehat di Indonesia sebesar 80%, dari kategori rumah
sehat di atas tidak ada yang memenuhi target, sehingga rumah sehat di Indonesia
Boyolali dapat dibedakan berdasarkan sifat bahannya yaitu yang terbuat dari batu
atau gedung permanen sebanyak 6146 rumah, terbuat dari setengah batu atau semi
permanen sebanyak 2399 rumah, terbuat dari kayu atau papan sebanyak 989
1
rumah, dan terbuat dari bambu 3187 rumah. Berdasarkan data tersebut rumah
penduduk Kabupaten Boyolali masih banyak yang berkategori rendah, hal ini
dapat memicu timbulnya penyakit ISPA (Dinas Kesehatan dan Sosial Boyolali,
2007).
desa tersebut rata-rata bertani dan berternak sapi. Kondisi fisik rumah di desa
tersebut yang berdinding bambu sebanyak 314 rumah, berdinding kayu 290
rumah, berdinding semi permanen 674 rumah, dan permanen 320 rumah.
Cepogo sebanyak 1.053 kasus yang di dominasi pada golongan umur satu sampai
59 bulan dengan Incidence Rate (IR) sebesar 1,09% dan tahun 2007 sebanyak 898
kasus yang didominasi pada umur satu sampai empat tahun dengan IR 1,99%.
Pada tahun 2008 kasus ISPA sebanyak 1092 kasus sedangkan tahun 2009 dari
bulan Januari sampai bulan Juli ISPA sebanyak 203 kasus (Kelurahan Cepogo
1
Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
2
Ventilasi juga menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena
terjadinya proses penguapan cairan dari kulit, oleh karena itu kelembaban ruangan
yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk perkembangbiakan bakteri
Sanitasi rumah dan lingkungan erat kaitannya dengan angka kejadian penyakit
menular, terutama ISPA (Taylor, 2002). Beberapa hal yang dapat mempengaruhi
kejadian penyakit ISPA pada balita adalah kondisi fisik rumah, kebersihan rumah,
kepadatan penghuni dan pencemaran udara dalam rumah (Iswarini dan Wahyu,
2006). Selain itu juga faktor kepadatan penghuni, ventilasi, suhu dan pencahayaan
Rumah yang lembab dan basah karena banyak air yang terserap di dinding
tembok dan cahaya matahari pagi yang sulit masuk dalam rumah juga
2
Ranuh, I. G. N., 1997. Masalah ISPA dan Kelangsungan Hidup Anak.
Surabaya: Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak.
3
ventilasi, pencahayaan dan kepadatan penghuni dengan kejadian ISPA pada
balita.
perilaku dan pengetahuan ibu tentang ISPA dibagi menjadi tiga kategori dengan
menggunakan metode hanlon kuantitatif yang meliputi kategori baik antara 60-
100%, kategori kurang baik antara 30-50% dan kategori tidak baik kurang dari
30%. Pengetahuan ibu tentang ISPA sebanyak 73,1% dan perilaku ibu sebanyak
86%, sehingga pengetahuan dan perilaku ibu tentang ISPA di Desa Cepogo baik,
sedangkan kasus ISPA tahun 2009 dari bulan Januari sampai bulan Juli masih
banyak yaitu 203 kasus. Berdasarkan uraian hasil survei pendahuluan di atas
lantai, dinding, dan atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
1. Apakah ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada
3. Apakah ada hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian ISPA pada
4
4. Apakah ada hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada balita
5. Apakah ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA pada
6. Apakah ada hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
Kabupaten Boyolali.
1. Masalah umum
2. Masalah Khusus
1. Apakah ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada
Boyolali?
5
4. Apakah ada hubungan antara lantai rumah dengan kejadian ISPA pada
5. Apakah ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA pada
6. Apakah ada hubungan antara atap rumah dengan kejadian ISPA pada
1. Tujuan umum
Boyolali.
2. Tujuan Khusus
Boyolali.
6
Mengetahui hubungan antara dinding rumah dengan kejadian ISPA pada
1. Bagi masyarakat
pencahayaan yang cukup, kelembaban yang cukup, lantai, dinding, dan atap
ISPA.
Penelitian ini masih jauh dari sempurna karena penulis memiliki keterbatasan
7
1.8 Ruang Lingkup
lantai, dinding, dan atap rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Desa