Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

STERILISASI

OLEH:
LAYLA TILLAWATIL HASANAH
NIM. 2206111810
AGROTEKNOLOGI-B

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

STERILISASI

OLEH :
LAYLA TILLAWATIL HASANAH
NIM. 2206111810

MENYETUJUI
KAMIS, 25 MARET 2023

MENGETAHUI,

ASISTEN I ASISTEN II

TESSA LONIKA VALENCIA NABILLA YOLANDA


NIM. 1806124924 NIM. 1906111911

CO ASISTEN CO ASISTEN

NABILA ANNASTASYA FEBY PEBRIANA FIKH RYYA


NIM. 2106113194 NIM. 2106110593
I. JUDUL

Judul praktikum adalah sterilisasi

II. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah agar para praktikan mengetahui serta

memahami sterilisasi yang digunakan berdasarkan alat, bahan atau media yang akan

digunakan.

III. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petri, erlemenyer,

pinset, jarum ose, bunsen, oven, botol semprot, gelat kimia, tabung reaksi.

Dan bahan yang digunakan adalah alkohol, spritus, kertas HVS.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

Alat dan bahan yang digunakan pada bidang mikrobiologi tidak bisa terlepas

dari kegiatan sterilisasi. Sterilisasi sendiri merupakan upaya untuk membebaskan

alat dan bahan dari mikroorganisme yang menempel pada alat dan bahan tersebut.

Proses sterilisasi merupakan hal yang paling utama dalam menentukan kesterilan

dari sediaan akhir, alat kesehatan, maupun bahan yang nanti akan digunakan.

Sterilisasi perlu dilakukan dengan metode yang tepat dan sesuai dengan sifat

masing masing bahan, alat, serta wadah yang akan digunakan. Oleh karena itu,

seseorang yang aktivitasnya selalu bersinggungan dengan laboratorium perlu

mengetahui definisi, jenis-jenis, serta alat dan bahan yang bisa disterilisasi karena

ini merupapan salah satu faktor keberhasilan di laboratorium (Akbat et al., 2021).

Sterilisasi merupakan salah satu teknik yang penting dalam bekerja dalam

laboratorium. Teknik laboratorium merupakan kiat-kiat mengenai seluk beluk

laboratorium. Sebelum melakukan praktikum di dalam laboratorium diperlukan


pengenalan mengenai beberapa pengetahuan poko dan teknik-teknik laboratorium

ini mencegah timbulnya bahaya yang ditimbulkan oleh alat dan bahan dalam

laboratorium maupun kesalahan dalam penggunaan peralatan. Dengan sterilisasi,

maka kontaminasi, dalat dihindari, baik itu kontaminasi agen biologis, bahan kimia,

dan lain-lain. Kontaminasi dapat menyebabkan terjadinya positif/negatif palsu yang

dapat membuat hasil riset sia-sia dan tersebarnya agen biologi berbahaya seperti

mikroorganisme patogen dapat membahayakan pekerja laboratorium (Tim Kimia

Dasar, 2012).

Menurut Raudah et al (2017), Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan

proses dengan metode tertentu dapat memberikan hasil akhir yaitu suatu bentuk

keadaan yang tidak dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme. Metode

sterilisasi cukup banyak, namun alternatif yang dipilih sangat bergantung pada

keadaan serta kebutuhan setempat. Apapun pilihan metodenya, hendaknya tetap

menjaga hasil sterilisasi

Dalam dunia kesehatan, sterilisasi sangatlah penting dilakukan untuk

memberikan efek terapeutik yang maksimal. Steril artinya bebas dari segala

mikroba baik patogen maupun tidak. Sterilisasi merupakan suatu proses

membebaskan suatu peralatan atau bahan dari mikroorganisme yang tidak

dikehendaki. Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan semua

jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi,

bakteri, mycloplasma, virus) yang terdapat pada atau didalam suatu benda. Proses

ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk

membunuh atau menghilangkan mikroorganisme (Pratiwi, 2008).


Sterilisasi adalah proses pembersihan suatu bahan dan alat dari bakteri dan

mikroba lain yang dapat merusak bahan (Handayani, 2009). Sterilisasi dapat

dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Selain itu sterilisasi bertujuan untuk

menjamin sterilitas produk maupun karakterisktik kualitas sediaannya, termasuk

kestabilan yang dimiliki oleh produk yang dihasilkan. Adapun agen kimia untuk

sterilisasi disebut steriliant (Akbar et al., 2021).

Sterilisasi merupakan proses destruksi atau penghilangan mikroba yang hidup.

Obyek yang terbebas dari kehidupan mikroba disebut steril. Sterilisasi merupakan

salah satu cara untuk mengontrol mikroba, sedang cara yang lain adalah dengan

menghambat pertumbuhan mikroba. Sterilisasi adalah hal yang penting dalam

melakukan aktivitas laboratorium terutama yang melibatkan mikroba. Karena pada

umumnya percobaan dilakukan menggunakan kultur murni. Bekerja dengan kultur

murni memerlukan beberapa persyaratan, yaitu media nutrien serta tempat untuk

pertumbuhan harus steril, demikian pula segala peralatan yang terkait. Seandainya

sterilisasi tidak dikerjakan, mikroba kontaminan akan tumbuh dan hasil yang

seharusnya diperoleh dari percobaan menggunakan kulturmurni akan myimpang

(Ella, 2014).

Menurut Ma’at (2009), untuk pemanasan kering dapat dilakukan dengan

cara pemijaran yaitu menggunakan api gas tidak berwarna atau pembakar spritus.

Selain itu, Ma’at (2009) juga berpendapat pemanasan kering dapat menggunakan

udara panas. Cara tersebut digunakan untuk alat atau bahan yang tidak bisa di

sterilkan dengan cara pemijaran atau karena sifat fisiknya tidak dapat disterilkan

dengan uap air. Selanjutnya ada pemanasan basah yang sterilisasinya dengan

merebus alat atau bahan menggunakan cara tindalisasi atau pasteurisasi,


menggunakan uap air 100o C, atau menggunakan uap air jenuh bertekana tinggi

yaitu autoklaf. Sterisasi penyinaran menggunakan radiasi elektromagnetik, seperti

sinar-x, sinar gamma, atau sinar UV (Dunders et al.,2020).

Sterilisasi dengan cara kimia tidak selalu mematikan seluruh mikroba,

terutamanmikroba dalam bentuk spora tidak terbasmi keseluruhan. Oleh karenanya

cara ini lebih tepapt dinamakan pencuci-hamaan. Bahan-bahan kimia yang

digunakan dalam proses sterilisasi ini termasuk golongan pencuci hama,

bakterisida, fungisida, antiseptika, bakteriostatika, fungiostatika, dan antibiostika

(Ma’at, 2009).

Sterilisasi adalah proses penghilangan atau membunuh mikroorganisme

(protozoa, fungi, bakteri, mycolpasma, virus) dalam benda/peralatan untuk menjaga

peralatan dilaboratorium tetap bersih/steril, serta mencegah terjadinya kontaminasi.

Peralatan laboratorium yang akan disterilisasikan memerlukan bahan pengemas.

Kemasan adalah suatu benda yang digunakan sebagai wadah/tempat yang dikemas

dan dapat mencegah/ mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di

dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan atau

getaran (Istini, 2020)

Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme.

Target suatu metode inaktvasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganisme,

yaitu tergantung dari asam nukleat, protein, atau membrane mikroorganismenya

tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant. Istilah lain yang umum

dikenal adalah disinfeksi, yang merupakan proses pembunuhan atau penghilangan

mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit. Agen disinfektan, yang

biasanya merupakan zat kimiawi dan digunakan untuk objek-objek tak hidup.
Disinfeksi tidak menjamin objek menjadi steril karena spora viabel dan beberapa

mikroorganisme tetap dapat tersisa. Mikroorganisme memiliki sensitivitas yang

berbeda-beda terhadapa metode sterilisasi tertentu. Endospora bakteri resisten

terhadapa panas, iradiasi, dan detergen; virus tanpa envelope resisten terhadap

pelarut organik dan detergen; mycoplasma dan virus tidak dapat dihilangkan

dengan filter steril yang memiliki ukuran 0,2 um (Pratiwi, 2008).

Sterilisasi dapat dilakukan baik dengan cara fisik maupun kimia. Metode

fisik didasarkan pada tindakan pemanasan (proses autoclaving, sterilisasi ternal

kering atau sterilisasi ternal basah), iradiasi atau pada pemisahan secara mekanis

melalui filtrasi. Cara kimia mencakup sterilisasi gas dengan etilenoksida atau gas

lainnya dan mencampurkan agen pensteril (misalnya glutalardehid) pada larutan

desinfektan. Sterilisasi yang paling umum dilakukan dapat berupa: sterilisasi secara

fisik (pemanasan, penggunaan sinar gelombong pendek yang dapat dilakukan

selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat

temprature atau tekana tinggi). Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan

penggunaan desinfektan). Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa

bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami

perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter (Irianto, 2006).

Sinar gamma termasuk gelombang elektromagnetik yang diperoleh dari

peluruhan zat radioaktif yang dipancarkan dari atom dengan kecepatan tinggi

karena adanya kelebihan energi. Radioaktivitasnya tidak terpengaruh oleh suhu,

kelembaban, tekana dan lain-lain tetapi terpengaruhi oleh keadaan inti-inti

isotopnya. Autoklaf merupakan pressure cooker yang sangat efektif mematikan

mikroba karena suhu 121o C dapat melepaskan 686 kalori g-1 uap air. Sterilisasi
media autoklaf dilakukan dengan cara memanfaatkan uap air panas. Mekanisme

kerusakan oleh panas ini ditnadai dengan rusaknya produksi rantai tunggal DNA

akibat tekanan tinggi yang menyebabkan penetrasi uap air ke dalam sel-sel mikroba

menjadi optimal sehingga langsung mematikan mikroba (Tarra, 2017).

Menurut Alfi (2013), Kondisi lingkungan sekitar dapat menghalangi atau

mempercepat destruksi. Untuk dapat mematikan mikroorganisme, sterilant harus

dapat mencapai mikroorganisme dan apabila mikroorganisme terdapat dalam bahan

protein seperti nanah, jaringan, atau eksudat jaringan, maka diperlukan sterilant

dengan kadar dan jumlah yang lebih normal untuk dapat mematikan

mikroorganisme tersebut.

V. CARA KERJA

5.1 Sterilisasi Pemijaran

1. Dihidupkan api pada lampu spritus atau bunsen

2. Alat-alat ysng akan dipijarkan dimasukkan di wadah yang berisi alkohol

3. Dibakar alat-alat tersebut diatas api lampu spritus atau bunsen

4. Ditunggu pembakaran tersebut sampai alat-alat tersebut pijar

5. Didinginkan alat-alat dengan cara dianginkan

6. Dimasukkan kembali alat-alat ke wadah alkohol setelah selesai

menggunakannya

5.2 Sterilisasi Oven

1. Dihubungkan oven dengna sumber listrik

2. Dimasukkan alat dan bahan yang akan disterilkan kedalam oven

3. Ditutup pintu oven dengan rapat

4. Ditekan tombol ON
5. Diatur dengan suhu 150o C selama 2 jam lalu tekan tombol RUN

6. Ditunggu hingga proses sterilisasi selesai

5.3 Sterilisasi Cawan Petri

1. Disipakan kertas yang akan digunakan untuk menutupi alat dan bahan

2. Disemprotkan alkohol secara merata diatas kertas tersebut

3. Ditunggu sampai kertas tersebut mengering

4. Diletakkan alat dan bahan diatas kertas tersebut lalu bungkus, pastikan

semua bagian dari alat dan bahan tersebut sudah tertutupi rapat dengan

kertas

5. Dimasukkan alat dan bahan yang sudah dibungkus tersrbut kedalam oven

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sterilisasi merupakan suatu proses (kimia dan fisika) yang membunuh semua

bentuk hidup terutama mikroba. Sterilisasi yang dilakukan bertujuan untuk

menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan.

Alat yang akan digunakan dalam suatu penelitian atau praktikum harus

disterilisasikan terlebih dahulu untuk membebaskan semua bahan dan peralatan

tersebut dari semua bentuk kehidupannya.

Sterilisasi terbagi menjadi tiga metode sebagaimana yang telah dikatakan

Dewi et al (2017) bahwa sterilisasi media dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu

secara mekanik, fisik, dan kimiawi. Metode sterilisasi secara fisik dibagi menjadi

dua, yaitu metode pemanasan dan penyinaran. Metode pemanasan pun dibagi lagi

menjadi dua bagian, yaitu pemanasan kering dan basah. Menurut Ma’at (2009),

metode sterilisasi dengan pemanasan kering dapat dilakukan dengan cara

mendekatkan alat atau bahan pada api selama kurang dari 20 detik. Ma’at (2009)
juga berpendapat bahwa sterilisasi pemanasan kering ditujukan untuk alat-alat yang

terbuat dari logam, seperti pinset, penjepit, kroes, alat dari gelas/poreelin, batang

pengaduk, kaca arloji, erlenmeyer, tabung reaksi, mortir, dan stamfer. Adapun

bahan kimia yang dapat disterilkan dengan cara pemanasan ini, seperti ZnO, NaCl,

dan Talkum. Sementara pada pemanasan basah menurut Surya dan Ismaini (2021),

menggunakan autoklaf yang dilanjutkan dengan pengeringan di oven. Adapun alat

yang disterilisasikan seperti Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), pisau, pinset,

scalpel, gunting stek, timbangan digital, botol kaca, cawan petri, erlenmeyer,

bunsen, kompor, dan gelas ukur.

Selanjutnya ada metode sterilisasi dengan penyinaran yang menggunakan

radiasi elektromagnetik. Menurut Dunders et al (2020), iradiasi sinar ultraviolet

digunakan untuk sterilisasi permukaan dan beberapa benda transparan. Iradiasi

sinar tersebut secara rutin digunakan untuk mensterilkan permukaan dan beberapa

benda transparan. Iradiasi sinar tersebut secara rutin digunakan untuk mensterilkan

interior lemari pengaman biologis diantar penggunaan tetap tidak efektif di area

teduh. Selain itu, ada radiasi gamma yang digunakan untuk sterilisasi peralatan

medis sekali pakai, seperti jarum suntik.

Metode sterilisasi kedua yakni dengan menggunakan bahan-bahan kimia.

Menurut Leksanawati et al (2020), bahan kimia digunakan karena dapat

menghambat pertumbuhana mikroorganisme. Bahan tersebut yaitu golongan

aldehid seperti glutaraldehid dan formaldehid, golongan halogen yodium, klor,

sampai molekul organik yang kompleks seperti persenyawaan amonium kuartener,

selain itu, mereka mengatakan bahwa penggunaan larutan glutaraldehid 2%

direkomendasikan untuk sterilisasi peralatan bedah, daerah operasi, perawatan


endodontik intrakanal, dan sterilisasi bahan cetak alginat pada bidang kedokteran

gigi. Adapun disenfektan yang mengandung glutaraldehid untuk rumah sakit yaitu

seperti agrigerm, aldekol des 02, alcide, biodan, formades, dan sanitasi-151.

Dalam sterilisasi kimia, salah satunya adalah sterilisasi cawan Petri dengan

alkohol dan Bayclin. Caranya cuci cawan petri dengan sabun hingga bersih, lalu

rendam cawan petri dengan Bayclin selama 24 jam, rebus cawan petri selama 2 jam,

keringkan cawan petri, lalu siapkan kertas yang akan digunakan untuk menutupi

Alat dan bahan, lalu semprotkan alkohol pada kertas secara merata, kemudian

tunggu kertas mengering dengan sendirinya, letakkan alat atau bahan diatas kertas,

dan bungkus alat atau bahan dengan kertas tersebut, pastikan semua alat dan bahan

sudah . ditutup rapat dengan kertas, dan terakhir alat atau bahan yang dibungkus

dimasukkan ke dalam oven. Bayclin diperlukan dalam proses ini untuk sterilisasi

kimia, khususnya sterilisasi cawan Petri. Berdasarkan penelitian sebelumnya,

penggunaan senyawa kimia seperti baicalin, merkuri klorida dan alkohol 70% yang

dikombinasikan dengan waktu perendaman dalam proses sterilisasi eksplan cukup

baik untuk menurunkan persentase eksplan yang terkontaminasi (Shofiyani dan

Hajoeningtijas, 2010).

Bayclin merupakan bahan yang mengandung sodium hipoklorit, yang

digunakan untuk mencegah infeksi atau kontaminasi oleh mikroorganisme untuk

membunuh bakteri penyakit. Bayclin merupakan senyawa kimia yang bersifat

racun dan memiliki kemampuan untuk membunuh mikroorganisme yang terpapar

langsung dengannya. Oleh karena itu, Bayclin digunakan sebagai disinfektan untuk

eksplan yang dikembangkan kultur jaringan (Sandra, 2010). Oleh karena itu, semua

organisme yang berhasil dibiakkan memiliki karakteristik yang persis sama dengan
induknya. Keberhasilan pekerjaan kultur jaringan tidak lepas dari penggunaan ZPT

pada media yang kita gunakan dalam kultur. Dengan menggunakan senyawa kimia

Bayclin 20% Alcohol 70%, baik kontaminasi eksternal maupun internal oleh jamur

dan bakteri dapat dikurangi. Perendaman eksplan dalam senyawa kimia steril

dengan lama perendaman sekitar 15-10 menit mampu menurunkan kontaminasi

antara 35-56% pada penelitian ini. Penggabungan senyawa kimia Bayclin 20 dalam

alkohol 70% selama 10 menit mampu mengurangi kontaminasi eksplan sekitar 42%

(Shofiyani dan Hajoeningtijas, 2010).

Alkohol efektif untuk mengurangi folra mikroba pada kulit. Alkohol dengan

konsentrasi di atas 70% efektif terhadap virus. Mekanisme kerja alkohol dalam

mematikan mikroba yaitu dapat menyebabkan denaturasi protein sel bakteri dan

proses ini memerlukan air. Air membutuhkan spora yang kemudian dimatikan oleh

alkoholmya. Selain itu juga menghambat sistem fosforilasi dan efeknya terlihat

jelas pada mitokondria (Adji et al., 2007)

Metode sterilisasi ketiga yakni sterilisasi secara mekanik dimana

menggunakan alat penyaring, salah satunya seperti filter berkefeld. Menurut Untara

(2014), filter berkefeld adalah alat untuk memurnikan air. Adapaun cara

penggunaannya yaitu air dilewatkan pada tanah kieselguhr (tanah yang tersusun

atas bagian-bagian tulang dari makhluk laut mikroskopik). Untara (2014) juga

mengatakan bahwa filter berkefeld digunakan dalam lab-lab mikrobiologis, di

rumah, ataupun di lapangan. Selain sterilisasi air, menurut Ramadhani dan Wahyuni

(2020), metode ini juga diperuntukkan untuk sterilisasi bahan yang peka panas,

seperti larutan enzim dan antibiotik.


Teknik pemijaran dilakukan dengan cara membakar langsung alat-alat

seperti ujung jarum ose, dan ujung pinset yang berbahan logam pada nyala api

bunsen. Pemijaran ini dilakukan sampai alat alat tersebut berwarna merah pijar dan

ketika lebih lama dipijarkan warnanya berubah hitam. Sterilisasi teknik pemijaran

ini dapat mematikan semua mikroorganisme yang terdapat pada jarum ose dan

pinset.

Sterilisasi panas kering dilakukan menggunakan oven pensteril (Hot Air

Stelizer). Sterilisasi panas kering cocok untuk senyawa yang tidak efektif untuk

disterilkan dengan uap air, serta senyawa yang tidak stabil dengan uap. Selain itu

juga alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer dan tabung reaksi. Oven

berfungsi untuk mensterilkan alat-alat yang tahan terhadap panas. Digunakan pada

sterilisasi udara kering dengan membebaskan alat-alat dari segala macam

kehidupan (mikroba) tanpa kelembaban. Cara menggunakannya yaitu dengan

memasukkan alat-alat yang telah dibungkus dengan kertas yang akan disterilkan ke

dalam oven dan menyusunnya pada rak, kemudia memanaskannya diatas api.

Tujuan dari pembungkusan adalah agar alat-alat tidak terkontaminasi dengan

bakteri luar dan alat tidak pecah karena pada umumnya alat terbuat dari kaca

(Andriani, 2016).

Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilkan

suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (121o C, 15 lbs)

selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan

untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf.

Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme. Autoklaf terutama

ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh
bakteri, sel ini tahan terhdap pemansan, kekeringan, dan antibiotik. Pada spesies

yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat

membunuh sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuhu pada suhu 100o

C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal. Pada suhu 121o C,

endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, di dama sel vegetatif bakteri dapat

dibunuh hanya dalam 6-30 detik pada suhu 65o C.

Perhitungan watu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf

mencapai 121o C. jika objek yang disterilisasi cukup tebal dan banyak, transfer

panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan

waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua abjek bersuhu 121o C

untuk wamtu 10-15 menit. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan

dalam volume besar akan di autoklaf karena volume yang besar membutuhkan

waktu yang lebih lama untuk mencapai suhu sterilisasi. Performa autoklaf diuji

dengan indikator biologi (Suptijah et al., 2014)

Namun pada Laboratorium Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian

Universitas Riau ini penggunaan autoklaf digantikan dengan menggunakan

dandang, yaitu dengan cara mengkukus alat dalam waktu 15-20 meni. Alat dan

bahan yang disterilkan dengan cara ini akan dilewati oleh uap panas selama proses

sterilisasi berlangsung. Sehingga bahan-bahan yang disterilkan dengan cara ini

harus bersifat permeabel terhadap uap panas dan tidak rusak. Sterilisasi dengan cara

ini dapat mematikan semua mikroorganisme yang terdapat pada alat-alat. Setelah

alat/bahan di kukus banyak uap yang keluar dari tempat pengukusan dan banyak

embun air didalam bahan yang dikukus.


VII.PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang ada, maka diperoleh suatu kesimpulan

bahwa, sterilisasi berfungsi untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme yang

ada pada atau dalam suatu benda, agar benda itu lebih aman untuk digunakan

khususnya pada dunia kesehatan maupun pada percobaan-percobaan mikrobiologi.

Suatu bahan dapat dikatkan steril apabila terbebas dari mikroba, baik dalam bentuk

sel vegetatif maupun spora. Sterilisasi terbagi menjadi tiga metode yaitu secara fisik

(pemanasan dan penyinaran), mekanik (penyaringan), dan kimiawi.

7.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah setiap praktikan harus menjaga kebersihan

diri, alat dan ruang laboratorium. Praktikan juga diharapkan bekerja dengan teliti.

Ketika percobaan berlangsung praktikan harus menjaga keselamtan kelompok,

jangan egois, serta sesama praktikan tidak boleh bercanda ketika praktikum sedang

berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Adji, D., Zuliyanti., dan H. Larashanty. 2007. Perbandingan efektivitas sterilisasi


alkohol 70%, inframerah, otoklaf dan ozon terhadap pertumbuhan bakteri
Bacillus subtilis. Jurnal Sain Veteriner. 25 (1): 17-24.

Akbar, H., M. I. Hadiansyah., E. P. Rahayu., dan A. Ruhadi. 2021. Snitasi Rumah


Sakit. Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia. Tasikmalaya.

Alfi. 2013. Alam Sekitar IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas 9. Erlangga . Jakarta.

Andriani, R. 2016. Pengenalan alat-alat laboratorium mikrobiologi untuk mengatasi


keselamatan kerja dan keberhasilan praktikum. Jurnal Mikrobiologi. 1 (1).

Dunders, G., M. Nikolas., dan K. Merim. 2020. Medizinische Mikrobologie II :


Sterilisation Labordiagnose und Immunantwort. Cambridge Stanford
Books. Jerman.

Dewi, T.M., N. Anne., Suryatama., dan Pudjawati. 2017. Efek sterilisasi media
prosuksi inokulasi fungsi mikoriza arbuskula terhadap kolonisasi akar,
panjang akar, dan bobot kering akar sorgum. Jurnal Agro. 4 (1): 24-31.

Ella, S., dan D .W. Ningtyas. 2014. Mikrobiologi Umum. Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

Handayani, N. 2009. Buku Kantong Biologi SMA. Penerbit Pustaka Widyatama.


Yogyakarta.

Leksanawati, I.F., Budiyono., dan Suhartono. 2020. Glutaraldehid sebagai alternatif


untuk bahan sterilisasi alat medis di rumah sakit. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal). 8 (6).

Irianto. 2006. Mikrobiologi Jilid 1. Yrama Widya. Bandung.

Istini. 2020. Pemanfaatan plastik poliptopilen standing pounch sebagai salah satu
kemasan sterilisasi peralatan laboratorium. Indonesia Journal Of
Laboratory. 2 (3): 41-46.
Ma’at, S. 2009. Sterilisasi dan Disinfeksi. Airlangga University Press. Surabaya.

Pratiwi. 2008. Mikrobilogis Farmasi. Erlangga. Jakarta.

Ramadhani, I., dan Wahyuni. 2020. Dasar-Dasar Praktikum Mikrobiologi. CV Pena


Persada. Purwokerto.

Raudah., Z. Tien., dan S. Imam. 2017. Efektifivitas sterilisasi metode panas kering
pada alat medis ruang perawatan luka rumah sakit Dr. H. Soermarno
Sosroatmojo Kuala Kapuas. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 14(1): 426-430.

Sandra. 2010. Bahan Kuliah Kultur Jaringan. Pustaka Lentera. Jakarta.

Shofiyah, A., O. D. Hajoeningtijas. 2010. Pengaruh sterilisasi dan waktu


perendaman pada eksplan daun kencur (Kaemferia galanga L.) untuk
meningkatkan keberhasilan kultur kalus. Jurnal Of Agritech. 11 (1): 11-29.

Suptijah, P., B. Ibrahim., dan Ernawati. Pemanfaatan limbah krustasea dalam


pembuatan glukosamin hidroklorida dengan metode autoklaf. Jurnal
Teknologi Perikanan dan Kelautan. 5 (2): 173-181.

Suriawira. 2005. Sterilisasi alat. Jurnal Sains. 3 (4): 8-12.

Surya, M.I., dan L. Ismaini. 2021. Perbandingan metode sterilisasi untuk


perbanyakan Rubus rosifolius secara In Vitro. Jurnal Biologi. 14 (1): 23-
29.

Tim Kimia Dasar Jurusan PMIPA-FKIP. 2021. Penuntun Praktikum Kimia Dasar
Jurusan Pendidikan MIPA. Jember University Press. Jember.

Untara, W. 2014. Kamus Sains. Indonesia Tera. Yogyakarta.


LAMPIRAN

Gambar 1. Penyemprotan Gambar 2. Penutupan Cawan

Alkohol petri dengan kertas

Gambar 3. Pembakaran Jarum Gambar 4. Direndamnya


Ose Jarum Ose ke da-
lam aquades

Gambar 5.Pembakaran Pinset Gambar 6.Direndamnya pin-


Set ke dalam aquades

Anda mungkin juga menyukai