UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN BIOLOGI
DEPOK
2011
1
I. TUJUAN
IV. PEMBAHASAN
Keberadaan mikroorganisme di lingkungan kita sangat melimpah dan
bervariasi. Kondisi lingkungan yang berbeda-beda turut memengaruhi jumlah
dan jenis suatu mikroorganisme yang dominan di lingkungan tersebut
(Gandjar dkk 1992: 17). Mikroorganisme tersebut antara lain dapat berupa
fungi. Fungi dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan morfologinya,
yaitu:
a. Khamir (Yeast)
Khamir merupakan satu-satunya keluarga fungi yang bersifat uniseluler.
Sel khamir umumnya berbentuk seperti bola, oval, atau silindris.Ukuran
sel khamirlebih besar dari sel bakteri sehingga dapat dibedakan secara
mikroskopik, baik melalui ukuran maupun ada tidaknya organel sel,
seperti nukleus.
2
b. Kapang (Molds)
Kapang merupakan jenis fungi yang memiliki struktur filamen. Filamen
tunggalnya disebut hifa dan selanjutnya hifa akan tumbuh bercabang
membentuk sekumpulan jaring hifa yang disebut miselium.
c. Cendawan (Mushroom)
Mushrooms sama halnya dengan kapang, yaitu fungi filamentousyang
dapat membentuk struktur berukuran besar yang disebut tubuh buah
(fruiting body). Tubuh buah merupakan bagian mushroom yang dapat
dimakan. Sebagian besar mushroom hidup sebagai mikoriza di dalam
tanah.
(Brock dkk. 1994: 846--850).
Salah satu lingkungan yang melimpah keberadaan mikroorganismenya
yaitu lingkungan udara yang ada disekitar manusia. Udara tidak hanya
mengandung partikel gas tetapi juga partikel berupa debu dan partikel
mikroorganisme lainnya seperti sel bakteri, spora jamur, serbuk polen bahkan
virus. Debu dan gas memang bukan medium untuk mikroorganisme tetapi
partikel debu gas tersebut dapat menjadi vektor pembawa mikroorganisme itu
sendiri (Napoli dkk 2012: 1). Pemeriksaan kualitas udara penting dilakukan
terutama dalam dunia industri makanan (Holah 2014: 10) dan rumah sakit
(Napoli dkk 2012: 1). Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas produk
makanan dan mengurangi dampak kontaminasi pada pasien.
Proses isolasi mikroorganisme dari udara dapat dilakukan dengan dua
metode sampling, yaitu metode active sampling dan metode passive
sampling(Holah 2014: 10 –11). Metode passive sampling dilakukan dengan
menangkap partikel mikroorganisme udara yang jatuh. Salah satu teknik
passive sampling yaitu teknik settle plate. Teknik tersebut dilakukan dengan
meletakkan petri dish yang berisi medium pertumbuhan secara terbuka dan
diletakkan pada suatu area yang diduga mengandung mikroorganismenya
selama beberapa waktu tertentu(Gandjar dkk. 1992: 20—24; Napoli dkk
2012: 3). Dengan medium tersebut, diharapkan ada mikroorganisme yang
jatuh dari udara ke atas medium tersebut dan tumbuh. Metode active
sampling dilakukan dengan menyedot volume tertentu udara dalam suatu area
3
V. KESIMPULAN
1. Keberadaan mikroorganisme yang ada di udara dapat dideteksi
menggunakan metode active sampling dengan menggunakan teknik air
sampler.
2. Teknik air sampler yang digunakan pada air monitoring dilakukan
dengan menarik sejumlah volum udara ke dalam air sampler lalu
ditabrakkan dengan medium agar.
6
LAMPIRAN 1
Hasil Pengamatan
PENGHITUNGAN
Medium NA:
805
Koloni bakteri/khamir: x 1000 = 8050 cfu/m3
100
11
Koloni kapang : 100 x 1000 = 110 cfu/m3
Medium PDA:
184
Koloni bakteri/khamir : 100 x 1000 = 1840 cfu/m3
9
Koloni kapang : 100 x 1000 = 90 cfu/m3
8
LAMPIRAN 2