MODUL IV
BIOAEROSOL
KELOMPOK V
Sarah Winda Fauziah (1172005006)
Riski (1172005027)
2. TEORI DASAR
2.1. Bioaerosol dan Aplikasinya di Bidang Teknik Lingkungan
Bioaerosol merupakan mikroorganisme, partikel, gas, atau uap di udara
yang berasal dari material biologis hidup atau dilepaskan dari organisme
hidup.. Material biologis dalam bioaerosol pada umumnya merupakan bakteri
dan jamur. Selain mikroorganisme, partikel gas, ataupun uap, di udara juga
terkandung sel vegetative dan spora bakteri, virus dan kista protozoa, jamur,
dan ganggang. Mikroorganisme yang dapat bertahan pada udara merupakan
mikroba yang memiliki mekanisme toleran pada kondisi lingkungannya.
Seperti diketahui bahwa udara erat kaitannya dengan sinar matahari, dan
selama proses pemaparan berlangsung maka suhu udara akan naik serta
mengalami kelembaban yang terus berkurang. Hal tersebut merupakan
penyebab kandungan mikroorganisme di udara lebih sedikit dibandingkan
mikroorganisme yang berada dalam air ataupun tanah. (Trianda, 2011)
Keberadaan bakteri dan jamur erat kaitannya dengan penyebaran penyakit
yang dapat membahayakan manusia. Karenanya data kandungan bakteri per
satuan volume ini dapat digunakan untuk memperkirakan kelayakan sanitasi
dan penataan ruang yang ada dalam gedung maupun di luar gedung, sesuai
dengan fungsi atau peruntukkan ruangan. Seperti pada ruangan kantor yang
tidak boleh mengandung jamur sampai 1000 koloni per satuan volume., dan
selanjutnya bila jumlah bakteri ataupun jamurnya melebihi batas aman
aktivitas manusia maka harus dipilih sebuah tindakan pengolahan kondisi
udara.
Catatan: CFU = Coloni Forming Unit; Bakteri pathogen yang harus diperiksa:
Legionela, Streptococcus aureus, Clostridium, dan bakteri pathogen lain bila
diperlukan.
4. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Tangan praktikan dan tiap kompartemen EMS disterilkan dengan alkohol
70%
2. Bagian dalam alumunium foil disterilkan dengan alkohol 70%, kemudian
dilap dengan tisu
3. Diletakkan cawan petri media MEA di dalam EMS dan tutupnya
dibungkus dengam alumunium foil
4. Disambungkan alat EMS dengan pompa hisap dan tripod
5. Dicek pompa vakum dengan laju air 28,3 L/menit
6. Dibuka inlet cone pada EMS dan masukkan secara bergantian dua buah
media MEA selama 2,5 menit dan dua buah media TSA selama 2 menit.
7. Dinyalakan pompa vakum sesuai waktu yang ditentukan. Sambil
dilakukan pencatatatan terhadap suhu, kelembaban, dan kecepatan angin
menggunakan anemometer
8. Dikeluarkan cawan petri dari EMS, tutup cawan dan inkubasi sesuai
dengan waktu yang ditentukan
9. Keempat cawan petri dibungkus dengan plastic warp dan diberi label
10. Diinkubasi dengan suhu 37o C untuk media TSA dan inkubasi pada suhu
29o C untuk media MEA diinkubator selama 24-48 jam
11. Diamati bakteri dan jamur yang terbentuk
12. Dihitung total bakteri atau total jamur yang tumbuh di cawan
5. HASIL PENGAMATAN
Tabel 2. Perhitungan Suhu, Kelembaban, dan Kecepatan Angin
Media Suhu Kelembaban Kecepatan Angin
16 23 11 15
6. PENGOLAHAN DATA
Perubahan CFU ke tabel koreksi :
Tabel 4. Jumlah bakteri setelah di konversi di tabel koreksi
Tabel Tabel
CFU CFU
Koreksi Koreksi
MEA 1 16 16.3 TSA 1 11 11.1
22 CFU/𝑃𝑙𝑎𝑡𝑒
22 CFU/Plate = 0,0283𝑚^3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 2,5 menit = 311 CFU/Plate
JUMLAH CFU/𝑃𝑙𝑎𝑡𝑒
- Total Bakteri = KEC.HISAP (m^3/menit)𝑥 waktu hisap (menit)
14 CFU/𝑃𝑙𝑎𝑡𝑒
14 CFU/Plate = = 248 CFU/Plate
0,0283𝑚^3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 2 menit
16 CFU/𝑃𝑙𝑎𝑡𝑒
16 CFU/Plate = 0,0283𝑚^3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 2 menit = 283 CFU/Plate
Maka, kesimpulannya :
- Total jamur = 283 __ 311 CFU/m3
Total bakteri = 248 __ 283 CFU/m3
7. ANALISIS
7.1. Analisis Percobaan
Pada Rabu, 10 Oktober 2018, praktikan melaksanakan praktikum
bioaerosol yang bertujuan untuk menghitung jumah koloni bakteri dan jamur
di udara menggunakan EMS E5 Bioaerosol Sampler. Hal pertama yang
dilakukan saat pengambilan sampelnya ialah membawa semua peralatan yang
dibutuhkan ke dalam kelas K.103 Fakultas Teknik Universitas Indonesia
(FTUI). Selanjutnya praktikan menyiapkan tripod dan menyesuaikan
tingginya sampai 1,5 meter dari permukaan tanah agar sejajar dengan alat
pernapasan sehingga praktikan akan mudah melakukan pemasangan maupun
pelepasan kait pada EMS. Penggunaan alat EMS Bioaerosol Sampler
disarankan penggunaannya dalam pengontrolan bioaerosol karena alat ini akan
menghisap mikroorganisme yang ada di udara agar dapat terbiakkan didalam
media agar. Selanjutnya praktikan mensterilkan tangan terlebih dahulu dengan
alkohol 70%. Kemudian alat EMS juga disterilkan disetiap lapisannya untuk
meminimalisir keberadaan mikroorganisme lain yang mungkin menempel
pada alat dan dapat memengaruhi hasil bakteri atau jamur yang terbentuk pada
media dengan menyemprotkan alkohol 70% dan dikeringkan menggunakan
tisu. Disiapkan aluminium foil yang akan digunakan untuk membungkus tutup
cawan petri agar tetap steril dan tidak terkontaminasi mikroorganisme lain.
Aluminium foil juga terlebih dahulu diberikan alkohol 70% agar steril.
Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan EMS ke atas tripod sampai terbaut
dengan kencang untuk memastikan tidak terjatuh. Setelah itu dpindahkan
bagian cawan petri berisi media ke dalam EMS, tutup cawan petri dibungkus
dengan aluminium foil, EMS ditutup, lalu dikunci. Proses tersebut harus
dilakukan dengan cepat untuk menghindari adanya kontaminasi
mikroorganisme lain yang mungkin masuk dan menempel pada media
sehingga akan secara tidak sengaja terbiakkan dan mengintervensi hasil
pembentukan spora maupun koloni setelah masa inkubasi berlangsung.
Setelah tersusun dengan baik dan dikunci, proses ini dilanjutkan dengan
menghubungkan selang dari pompa ke EMS agar mikroorganisme di udara
yang dihisap dapat langsung menempel pada permukaan media. Kemudian
proses sampling terlebih dahulu dilakukan dengan menekan tombol on pada
pompa dan menyalakan pompa penghisap. Penghisapan udara di ruang kelas
K.103 dilakukan selama 2 menit pada TSA dan 2,5 menit pada MEA. Adanya
perbedaan waktu saat pengambilan sampel bakteri dan jamur dikarenakan
konsentrasi jamur dalam ruangan lebih sedikit dibandingkan bakteri, sehingga
jamur membutuhkan waktu lebih lama. Pemilihan waktu yang terlalu lama
merupakan hal yang tidak disarankan mengingat padatnya kandungan
mikroorganisme di udara dan bila menempel semua di media dapat
menyebabkan hasil biakkan mikroorganisme di cawan petri terlalu banyak dan
tidak dapat dilakukan penghitungan koloni atau spora yang terbentuk. Setelah
penghisapan udara selesai dilakukan, maka praktikan menghentikan kerja
pompa, lalu EMS dibuka secara cepat dan menutup cawan petri berisi media
dan bakteri, kemudian dibungkus dengan plastic wrap. Pembungkusan ini
dilakukan agar tidak ada mikroorganisme lain masuk dan ikut berkembang
biak dalam media ketika masa pembiakkan inkubasi. Setelah itu diinkubasi
media TSA pada suhu 37°C selama 24 jam untuk bakteri dan media MEA
pada 29oC selama 48 jam untuk jamur yang masing-masing berjumlah 2
cawan petri. Terdapat perbedaan suhu inkubasi pada pertumbuhan bakteri dan
jamur, karena hal tersebut merupakan suhu optimum. Perbedaan waktu
inkubasi ini didasarkan pada laju pertumbuhan yang dibutuhkan jamur untuk
berkembang biak lebih kecil dan lamban dari pada laju pertumbuhan bakteri.
Selain itu, bakteri juga memiliki fase mati di mana bakteri yang telah tumbuh
akan bersaing untuk mendapatkan nutrisi sehingga proses inkubasi tidak boleh
terlalu lama karena akan menimbulkan banyaknya bakteri yang mati dan
membuat enumerasi menjadi tidak representatif.
7.2. Analisis Hasil
Setelah melakukan percobaan bioaerosol menggunakan alat EMS Bioaerosol
Sampler di ruang kelas K.103 Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI),
praktikan mendapatkan adanya bakteri yang tumbuh pada media TSA 1 dan 2
sebanyak 20 – 22 CFU/Plate serta dengan total 248 __ 283 CFU/m3. Lalu media
MEA 1 dan 2 sebanyak 20 – 22 CFU/Plate dengan total jamur 283 __
311
CFU/m3. Berdasarkan Permenkes No.1077 tahun 2011 mengenai Pedoman
Penyehatan Udara, dapat disimpulkan bahwa jumlah pertumbuhan koloni
bakteri dan jamur yg didapat praktikan dalam ruang kelas K.103 FTUI yang
digunakan sebagai tempat praktikum tidak sehat, karena bakteri yang
berkembang biak melebihi standar baku mutu yang seharusnya 0 CFU/m3.
Dibandingkan dengan jumlah total bakteri dan jamur dalam ruangan yang
didapatkan praktikan, hasil jumlah total yang ada diluar ruangan yang
bertempat dibelakang Gedung Engineering Center FTUI oleh praktikan lain
sebanyak 26-32 CFU/m3 untuk total jamur dan 50-57 32 CFU/m3 untuk total
bakteri. Hal yang membedakan jumlah total mikroba tersebut bisa disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya suhu ruangan, kelembaban udara, kecepatan
angin, ketinggian, dll. Berdasarkan certificate of analysis berikut merupakan
beberapa jenis jamur dan bakteri yang dapat tumbuh pada media MEA dan
TSA:
Gambar 1. Jenis jamur yang tumbuh Gambar 2. Jenis bakteri yang tumbuh
pada media MEA pada media TSA
8. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum bioaerosol, didapat kesimpulan berupa:
- Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan media TSA untuk pertumbuhan
bakteri dan media MEA untuk pertumbuhan jamur
- Pada media TSA 1 dan 2, tumbuh sebanyak 20 – 22 CFU/Plate serta dengan
total bakteri 248 __ 283 CFU/m3.
- Pada media MEA 1 dan 2, tumbuh sebanyak 20 – 22 CFU/Plate dengan total
jamur 283 __ 311 CFU/m3.
- Beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan mikroorganisme diudara ialah
suhu ruangan, kelembaban udara, kecepatan angin, ketinggian, dll.
- Jumlah total bakteri dan jamur yang didapat dari dalam ruangan lebih banyak
jumlahnya daripada diluar ruangan karena
9. REFERENSI
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1077 tahun 2011. (t.thn.). Pedoman
Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah: BNRI.
Gambar 5. Media MEA I yang ditumbuhi jamur Gambar 6. Media MEA II yang ditumbuhi jamur