Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

MODUL IV
BIOAEROSOL

KELOMPOK V
Sarah Winda Fauziah (1172005006)
Riski (1172005027)

Asisten Praktikum : Rizka Putri Adriani


Tanggal Praktikum : 10 Oktober 2018
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2018
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui jumlah koloni bakteri dan jamur pencemar udara per
satuan volume di dalam ruang kelas K.103 Fakultas Teknik Universitas
Indonesia (FTUI) menggunakan EMS E5 Bioaerosol Sampler.

2. TEORI DASAR
2.1. Bioaerosol dan Aplikasinya di Bidang Teknik Lingkungan
Bioaerosol merupakan mikroorganisme, partikel, gas, atau uap di udara
yang berasal dari material biologis hidup atau dilepaskan dari organisme
hidup.. Material biologis dalam bioaerosol pada umumnya merupakan bakteri
dan jamur. Selain mikroorganisme, partikel gas, ataupun uap, di udara juga
terkandung sel vegetative dan spora bakteri, virus dan kista protozoa, jamur,
dan ganggang. Mikroorganisme yang dapat bertahan pada udara merupakan
mikroba yang memiliki mekanisme toleran pada kondisi lingkungannya.
Seperti diketahui bahwa udara erat kaitannya dengan sinar matahari, dan
selama proses pemaparan berlangsung maka suhu udara akan naik serta
mengalami kelembaban yang terus berkurang. Hal tersebut merupakan
penyebab kandungan mikroorganisme di udara lebih sedikit dibandingkan
mikroorganisme yang berada dalam air ataupun tanah. (Trianda, 2011)
Keberadaan bakteri dan jamur erat kaitannya dengan penyebaran penyakit
yang dapat membahayakan manusia. Karenanya data kandungan bakteri per
satuan volume ini dapat digunakan untuk memperkirakan kelayakan sanitasi
dan penataan ruang yang ada dalam gedung maupun di luar gedung, sesuai
dengan fungsi atau peruntukkan ruangan. Seperti pada ruangan kantor yang
tidak boleh mengandung jamur sampai 1000 koloni per satuan volume., dan
selanjutnya bila jumlah bakteri ataupun jamurnya melebihi batas aman
aktivitas manusia maka harus dipilih sebuah tindakan pengolahan kondisi
udara.

2.2. EMS Bioaerosol Sampler


EMS atau Environmental Maintenance System merupakan sebuah system
pengendalian lingkungan yang dilakukan dengan melakukan pemantauan dari
beberapa titik sampel yang dapat mewakili kondisi lingkungan dengan
melihat dari kandungan mikrobiologi di udara. Pengambilan sampel
dilakukan secara berkala dan beberapa kali untuk tetap menjaga kondisi
lingkungan tetap dalam batas aman. Hal ini merupakan sesuatu yang penting
dilakukan mengingat kandungan mikroorganisme yang tinggi pada udara
berpotensi menimbulkan penyakit dan memicu stress berlebihan kepada
manusia di dalam ruangan tersebut. Pengendalian bioaerosol terdiri dari
perhitungan viable yang terdiri dari mikroorganise dapat dibiakkan dan tak
dapat dibiakkan, serta mikroorganisme nonviable yang terdiri dari
mikroorganisme di lingkungan dalam ruangan seperti pada industri, kantor,
atau perumahan, dan mikroorganime di luar ruangan seperti pada ladang
pertanian dan kualitas udara pada umumnya. Peralatan yang digunakan untuk
proses pengambilan contoh di udara terdiri dari teknik pemisahan partikel
dari aliran udara dan mengumpulkannya di dalam atau di atas media
preselektif. Terdapat empat macam alat yang dapat digunakan untuk
melakukan pengendalian lingkungan melalui pengambilan contoh atau
disebut juga EMS Bioaerosol Sampler, yaitu impaksi, filtrasi, impingement.
(Trianda, 2011)

2.3. Media Pertumbuhan Mikroorganisme


2.3.1. Jamur
Malt Extract Agar (MEA) biasanya digunakan untuk mengisolasi,
menumbuhkan, dan enumerasi yeast dan mold. MEA mengandung maltosa
yang digunakan sebagai sumber energi. Dekstrin, polisakarida turunan
pati, dan gliserol berperan sebagai sumber karbon. Pepton tersedia sebagai
sumber nitrogen, sedangkan agar sendiri merupakan agen pemadat. Contoh
mikroorganisme yang tumbuh dengan baik pada media ini adalah
Aspergillus niger, Candida albicans, dan Saccharomyces cerevisiae. MEA
dapat menyokong pertumbuhan mold dan yeast, tetapi tidak untuk bakteri.
Media ini sering digunakan untuk kultur jamur terisolasi dari tanah dan
kayu. MEA biasanya ditumbuhi oleh Basidiomycota. (Stamets, 2007)
2.3.2. Bakteri
Tryptic Soy Agar (TSA) merupakan media yang digunakan dalam
pengambilan sampel dan enumerasi bakteri. TSA digunakan untuk
kultivasi berbagai macam mikroorganisme baik anaerobik maupun
aerobik. TSA mengandung sari kedelai dan kasein yang memberikan asam
amino dan senyawa nitrogen lainnya yang membuat TSA sebagai media
nutrisi untuk kebanyakan mikroorganisme. Sodium klorida juga
ditambahkan untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik. TSA
merpakan media pertumbuhan dalam bentuk padatan. Media TSA
diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37ºC untuk pertumbuhan bakteri.
Setelah inkubasi, media TSA akan mengisolasi koloni dari organisme yang
berasal dari sampel. TSA tanpa kandungan suplemen seperti antibiotika
digunakan untuk pembudidayaan banyak bakteri yang lebih tidak rewel
seperti Enterobacteriaceae, bakteri Gram negatif berbentuk batang yang
tidak memfermentasi seperti Pseudomonas, Enterococci, Staphylococcus,
dan bakteri yang tak membentuk spora seperti Bacillus serta keluarganya,
dan organisme lain dengan kebutuhan pertumbuhan yang hampir sama.
(Stamets, 2007)

2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Keberadaan Mikroorganisme Di Udara


Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu
atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan
kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari
mikroorganisme dalam aerosol. Studi dengan Serratia marcesens dan E.
coli menunjukkan bahwa kelangsungan hidup mikroba udara terkait erat
dengan suhu (Setyaningsih, Y. Soebijanto, & Soedirman, 2003). Pengaruh
angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara. Pada udara yang
tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi. Tapi sedikit aliran udara dapat
menjaga mereka dalam suspensi untuk waktu yang relatif lama. Angin penting
dalam penyebaran mikroorganisme karena membawa mereka lebih jauh. Arus
juga memproduksi turbulensi udara yang menyebabkan distribusi vertikal
mikroba udara. Pola cuaca global juga mempengaruhi penyebaran vertikal.
Ketinggian membatasi distribusi mikroba di udara. Semakin tinggi dari
permukaan bumi, udara semakin kering, radiasi ultraviolet semakin tinggi, dan
suhu semakin rendah sampai bagian puncak troposfer. Hanya spora yang
dapat bertahan dalam kondisi ini, dengan demikian, mikroba yang masih
mampu bertahan pada ketinggian adalah mikroba dalam fase spora dan
bentuk-bentuk resisten lainnya. (Waluyo, 2005)
2.5. Baku Mutu
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1077 tahun 2011 mengenai
Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruangan Rumah, terdapat kualitas fisik,
kimia, dan biologis. Persyaratan fisik berupa partikulat di udara, suhu
ruangan, tingkat pencahayaan, kelembaban, serta laju ventilasi atau
pertukaran udara. Kualitas kimia terdiri dari beberapa senyawa seperti sulfur
dioksida, nitrogen dioksida, karbon monoksida, karbon dioksida, timbale,
asap rokok, asbes, formaldehid, dan senyawa organik volatile. Sedangkan,
kualitas biologi persyaratan udara terdiri dari bakteri dan jamur yang
mengindikasikan kondisi kualitas biologis udara dalam rumah. Praktikum kali
ini lebih ditekankan kepada persyaratan biologis berupa bakteri dan jamur,
yaitu:
Tabel 1. Persyaratan Kontaminan Biologi
No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimal

1. Jamur CFU/m3 0 CFU/m3

2. Bakteri Patogen CFU/m3 0 CFU/m3

3. Angka Kuman CFU/m3 < 700 CFU/m3

Sumber: Permenkes No. 1077/Menkes/Per/V/2011

Catatan: CFU = Coloni Forming Unit; Bakteri pathogen yang harus diperiksa:
Legionela, Streptococcus aureus, Clostridium, dan bakteri pathogen lain bila
diperlukan.

3. ALAT DAN BAHAN


- EMS Bioaerosol
- Pompa vakum
- Stopwatch
- Cawan petri
- Inkubator
- Anemometer
- Tripod
- Media agar Triptye Soya Agar (TSA) untuk bakteri
- Media agar Malt Extract Agar (MEA)
- Alkohol 70%
- Plastic warp
- Aluminium foil

4. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Tangan praktikan dan tiap kompartemen EMS disterilkan dengan alkohol
70%
2. Bagian dalam alumunium foil disterilkan dengan alkohol 70%, kemudian
dilap dengan tisu
3. Diletakkan cawan petri media MEA di dalam EMS dan tutupnya
dibungkus dengam alumunium foil
4. Disambungkan alat EMS dengan pompa hisap dan tripod
5. Dicek pompa vakum dengan laju air 28,3 L/menit
6. Dibuka inlet cone pada EMS dan masukkan secara bergantian dua buah
media MEA selama 2,5 menit dan dua buah media TSA selama 2 menit.
7. Dinyalakan pompa vakum sesuai waktu yang ditentukan. Sambil
dilakukan pencatatatan terhadap suhu, kelembaban, dan kecepatan angin
menggunakan anemometer
8. Dikeluarkan cawan petri dari EMS, tutup cawan dan inkubasi sesuai
dengan waktu yang ditentukan
9. Keempat cawan petri dibungkus dengan plastic warp dan diberi label
10. Diinkubasi dengan suhu 37o C untuk media TSA dan inkubasi pada suhu
29o C untuk media MEA diinkubator selama 24-48 jam
11. Diamati bakteri dan jamur yang terbentuk
12. Dihitung total bakteri atau total jamur yang tumbuh di cawan
5. HASIL PENGAMATAN
Tabel 2. Perhitungan Suhu, Kelembaban, dan Kecepatan Angin
Media Suhu Kelembaban Kecepatan Angin

MEA 1 24ºC 47% RH 0,0 m/s

MEA 2 24 ºC 49 % RH 0,0 m/s

TSA 1 25ºC 46 % RH 0,0 m/s

TSA 2 25ºC 49 % RH 0,0 m/s

Sumber : Hasil Pratikum Pencemar Bioaerosol


Tabel 3. Hasil Perhitungan Mikroba dan Jamur
Hasul Pengamatan Mikroba

MEA 1 MEA 2 TSA 1 TSA 2

16 23 11 15

Sumber : Hasil Pratikum Bioaerosol

6. PENGOLAHAN DATA
Perubahan CFU ke tabel koreksi :
Tabel 4. Jumlah bakteri setelah di konversi di tabel koreksi
Tabel Tabel
CFU CFU
Koreksi Koreksi
MEA 1 16 16.3 TSA 1 11 11.1

MEA 2 23 23.7 TSA 2 15 15.3


Rata-rata media MEA 20 Rata-rata media TSA 13.2
Sumber: Tabel Koreksi CFU
Standar deviasi dan range CFU
→ MEA untuk Jamur
20 memiliki standar deviasi 0.7 (dari tabel koreksi)
Rumus : Jumlah koloni ± ( 2 x Standar deviasi )
= 20.5 ± (2 x 0.7)
= 20.5 ± 1.4 20.5 + 1.4 = 21.9
20.5 – 1.4 = 19.1
Range CFU/Plate = 20 – 22 CFU/Plate
→ TSA untuk Bakteri
14 memiliki Standar deviasi 0.5
Rumus : Jumlah koloni ± ( 2 x Standar deviasi )
= 14.2 ± ( 2 x 0.5)
= 14.2 ± 1 14.2 + 1 = 15.2
14.2 – 1 = 13.2
Range CFU/Plate = 14 __ 16 CFU/Plate
Menghitung total jamur dan bakteri (CFU/m3) :
Dengan konversi pompa hisap 28.3L/menit = 0.0283 m3/menit
JUMLAH CFU/𝑃𝑙𝑎𝑡𝑒
- Total Jamur = KEC.HISAP (m^3/menit)𝑥 waktu hisap (menit)
20 CFU/𝑃𝑙𝑎𝑡𝑒
20 CFU/Plate = 0,0283𝑚^3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 2,5 menit = 283 CFU/Plate

22 CFU/𝑃𝑙𝑎𝑡𝑒
22 CFU/Plate = 0,0283𝑚^3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 2,5 menit = 311 CFU/Plate

JUMLAH CFU/𝑃𝑙𝑎𝑡𝑒
- Total Bakteri = KEC.HISAP (m^3/menit)𝑥 waktu hisap (menit)
14 CFU/𝑃𝑙𝑎𝑡𝑒
14 CFU/Plate = = 248 CFU/Plate
0,0283𝑚^3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 2 menit

16 CFU/𝑃𝑙𝑎𝑡𝑒
16 CFU/Plate = 0,0283𝑚^3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 2 menit = 283 CFU/Plate

Maka, kesimpulannya :
- Total jamur = 283 __ 311 CFU/m3
Total bakteri = 248 __ 283 CFU/m3

7. ANALISIS
7.1. Analisis Percobaan
Pada Rabu, 10 Oktober 2018, praktikan melaksanakan praktikum
bioaerosol yang bertujuan untuk menghitung jumah koloni bakteri dan jamur
di udara menggunakan EMS E5 Bioaerosol Sampler. Hal pertama yang
dilakukan saat pengambilan sampelnya ialah membawa semua peralatan yang
dibutuhkan ke dalam kelas K.103 Fakultas Teknik Universitas Indonesia
(FTUI). Selanjutnya praktikan menyiapkan tripod dan menyesuaikan
tingginya sampai 1,5 meter dari permukaan tanah agar sejajar dengan alat
pernapasan sehingga praktikan akan mudah melakukan pemasangan maupun
pelepasan kait pada EMS. Penggunaan alat EMS Bioaerosol Sampler
disarankan penggunaannya dalam pengontrolan bioaerosol karena alat ini akan
menghisap mikroorganisme yang ada di udara agar dapat terbiakkan didalam
media agar. Selanjutnya praktikan mensterilkan tangan terlebih dahulu dengan
alkohol 70%. Kemudian alat EMS juga disterilkan disetiap lapisannya untuk
meminimalisir keberadaan mikroorganisme lain yang mungkin menempel
pada alat dan dapat memengaruhi hasil bakteri atau jamur yang terbentuk pada
media dengan menyemprotkan alkohol 70% dan dikeringkan menggunakan
tisu. Disiapkan aluminium foil yang akan digunakan untuk membungkus tutup
cawan petri agar tetap steril dan tidak terkontaminasi mikroorganisme lain.
Aluminium foil juga terlebih dahulu diberikan alkohol 70% agar steril.
Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan EMS ke atas tripod sampai terbaut
dengan kencang untuk memastikan tidak terjatuh. Setelah itu dpindahkan
bagian cawan petri berisi media ke dalam EMS, tutup cawan petri dibungkus
dengan aluminium foil, EMS ditutup, lalu dikunci. Proses tersebut harus
dilakukan dengan cepat untuk menghindari adanya kontaminasi
mikroorganisme lain yang mungkin masuk dan menempel pada media
sehingga akan secara tidak sengaja terbiakkan dan mengintervensi hasil
pembentukan spora maupun koloni setelah masa inkubasi berlangsung.
Setelah tersusun dengan baik dan dikunci, proses ini dilanjutkan dengan
menghubungkan selang dari pompa ke EMS agar mikroorganisme di udara
yang dihisap dapat langsung menempel pada permukaan media. Kemudian
proses sampling terlebih dahulu dilakukan dengan menekan tombol on pada
pompa dan menyalakan pompa penghisap. Penghisapan udara di ruang kelas
K.103 dilakukan selama 2 menit pada TSA dan 2,5 menit pada MEA. Adanya
perbedaan waktu saat pengambilan sampel bakteri dan jamur dikarenakan
konsentrasi jamur dalam ruangan lebih sedikit dibandingkan bakteri, sehingga
jamur membutuhkan waktu lebih lama. Pemilihan waktu yang terlalu lama
merupakan hal yang tidak disarankan mengingat padatnya kandungan
mikroorganisme di udara dan bila menempel semua di media dapat
menyebabkan hasil biakkan mikroorganisme di cawan petri terlalu banyak dan
tidak dapat dilakukan penghitungan koloni atau spora yang terbentuk. Setelah
penghisapan udara selesai dilakukan, maka praktikan menghentikan kerja
pompa, lalu EMS dibuka secara cepat dan menutup cawan petri berisi media
dan bakteri, kemudian dibungkus dengan plastic wrap. Pembungkusan ini
dilakukan agar tidak ada mikroorganisme lain masuk dan ikut berkembang
biak dalam media ketika masa pembiakkan inkubasi. Setelah itu diinkubasi
media TSA pada suhu 37°C selama 24 jam untuk bakteri dan media MEA
pada 29oC selama 48 jam untuk jamur yang masing-masing berjumlah 2
cawan petri. Terdapat perbedaan suhu inkubasi pada pertumbuhan bakteri dan
jamur, karena hal tersebut merupakan suhu optimum. Perbedaan waktu
inkubasi ini didasarkan pada laju pertumbuhan yang dibutuhkan jamur untuk
berkembang biak lebih kecil dan lamban dari pada laju pertumbuhan bakteri.
Selain itu, bakteri juga memiliki fase mati di mana bakteri yang telah tumbuh
akan bersaing untuk mendapatkan nutrisi sehingga proses inkubasi tidak boleh
terlalu lama karena akan menimbulkan banyaknya bakteri yang mati dan
membuat enumerasi menjadi tidak representatif.
7.2. Analisis Hasil
Setelah melakukan percobaan bioaerosol menggunakan alat EMS Bioaerosol
Sampler di ruang kelas K.103 Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI),
praktikan mendapatkan adanya bakteri yang tumbuh pada media TSA 1 dan 2
sebanyak 20 – 22 CFU/Plate serta dengan total 248 __ 283 CFU/m3. Lalu media
MEA 1 dan 2 sebanyak 20 – 22 CFU/Plate dengan total jamur 283 __
311
CFU/m3. Berdasarkan Permenkes No.1077 tahun 2011 mengenai Pedoman
Penyehatan Udara, dapat disimpulkan bahwa jumlah pertumbuhan koloni
bakteri dan jamur yg didapat praktikan dalam ruang kelas K.103 FTUI yang
digunakan sebagai tempat praktikum tidak sehat, karena bakteri yang
berkembang biak melebihi standar baku mutu yang seharusnya 0 CFU/m3.
Dibandingkan dengan jumlah total bakteri dan jamur dalam ruangan yang
didapatkan praktikan, hasil jumlah total yang ada diluar ruangan yang
bertempat dibelakang Gedung Engineering Center FTUI oleh praktikan lain
sebanyak 26-32 CFU/m3 untuk total jamur dan 50-57 32 CFU/m3 untuk total
bakteri. Hal yang membedakan jumlah total mikroba tersebut bisa disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya suhu ruangan, kelembaban udara, kecepatan
angin, ketinggian, dll. Berdasarkan certificate of analysis berikut merupakan
beberapa jenis jamur dan bakteri yang dapat tumbuh pada media MEA dan
TSA:

Gambar 1. Jenis jamur yang tumbuh Gambar 2. Jenis bakteri yang tumbuh
pada media MEA pada media TSA

Sumber: certificate of analysis Sumber: certificate of analysis


7.3. Analisis Kesalahan
Kesalahan yang terjadi pada pelaksanaan praktikum pemeriksaan air ini
bisa disebabkan beberapa hal, seperti:
- Adanya kemungkinan alat yang digunakan tidak steril sehingga alat dapat
terkontaminasi dengan mikroorganisme lain
- Praktikan kurang cekatan saat menutup cawan petri, sehingga lebih banyak
udara yang masuk dan terbiakkan. Hal ini akan membuat bakteri yang
terukur pada agar menjadi tidak valid karena terdapat intervensi bakteri
atau jamur yang bukan murni di ruang kelas K.103 FTUI
- Adanya kemungkinan waktu yang digunakan saat menghitung partikel
yang masuk kedalam EMS Bioaerosol tidak sesuai dengan yang
seharusnya, sehingga hasilnya tidak akurat
- Adanya kemungkinan saat pengambilan sampel, praktikan berbicara
sehingga bakteri dan jamur yang terhisap vakum dapat berasal dari faktor
manusia dan bukan murni dari kondisi udara. Hal ini akan mengakibatkan
proses sampling tidak mewakili populasi sesungguhnya.
- Adanya kemungkinan aluminium foil yang digunakan belum steril,
sehingga tutup cawan petri dapat terkontaminasi dengan mikroba yang
menempel pada aluminium foil

8. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum bioaerosol, didapat kesimpulan berupa:
- Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan media TSA untuk pertumbuhan
bakteri dan media MEA untuk pertumbuhan jamur
- Pada media TSA 1 dan 2, tumbuh sebanyak 20 – 22 CFU/Plate serta dengan
total bakteri 248 __ 283 CFU/m3.
- Pada media MEA 1 dan 2, tumbuh sebanyak 20 – 22 CFU/Plate dengan total
jamur 283 __ 311 CFU/m3.
- Beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan mikroorganisme diudara ialah
suhu ruangan, kelembaban udara, kecepatan angin, ketinggian, dll.
- Jumlah total bakteri dan jamur yang didapat dari dalam ruangan lebih banyak
jumlahnya daripada diluar ruangan karena
9. REFERENSI
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1077 tahun 2011. (t.thn.). Pedoman
Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah: BNRI.

Setyaningsih, Y. Soebijanto, & Soedirman. (2003). Hubungan Antara Kualitas


Udara dalam Ruangan Berpendingin Sentral dan Sick Building Syndrome.
Jakarta: Jurnal Sains Kesehatan.

Stamets, P. (2007). Culture Media For Fungi.

Trianda, N. (2011). Analisis Kualitas Udara Mikrobiologis di Fasilitas


Pengomposan dan Wilayah Sekitarnya. Depok: Universitas Indonesia.

Waluyo, L. (2005). Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah


Malang Press.
10. LAMPIRAN
Gambar 3. Media TSA I yang ditumbuhi bakteri Gambar 4. Media TSA II yang ditumbuhi bakteri

Sumber: Dokumentasi Praktikan Sumber: Dokumentasi Praktikan

Gambar 5. Media MEA I yang ditumbuhi jamur Gambar 6. Media MEA II yang ditumbuhi jamur

Sumber: Dokumentasi Praktikan Sumber: Dokumentasi Praktikan

Gambar 7. Jumlah koloni jamur di media MEA I


(kiri) dan MEA II (kanan)

Sumber: Dokumentasi Praktikan

Anda mungkin juga menyukai