ACARA 7
NIM : 142111233015
KELAS :D
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Isolasi jamur
2. Pengenceran ke-5
2. Kristal Violet
2. Kristal Violet
(Febriyanti, 2012)
Pengamatan hasil pewarnaan jamur Berdasarkan literatur
perbesaran 1000 kali
1. Safranin 1. Safranin
2. Kristal Violet
2. Kristal Violet
(Febriyanti, 2012)
3.2 Pembahasan
Isolasi bakteri dan jamur mempunyai banyak fungsi untuk kebutuhan
penelitian, kesehadan sampai pendidikan.Seperti pada hasil penelitian yang
menyatakan bahwa peptida bakteri E. coli menggunakan penghentian sebagai fitur
utama dalam peralihan genetik yang elegan di mana penghentian menyebabkan
perubahan dalam struktur mRNA lokal yang mendorong translasi gen hilir
(Mohammad, et al., 2019).Hasil tersebut dapat diperoleh dengan cara isolasi
bakteri yang kemudian diamati untuk kebutuhan penelitian.Kemudian isolasi
mikroba juga berfungsi untuk mengidentifikasi ciri morfologi dari suatu
organisme.Identifikasi berdasarkan ciri morfologi dilakukan menggunakan
mikroskop. Biakan murni hasil isolasi konidium tunggal dipotong kecil dan
diletakkan pada gelas benda. Kemudian diamati bentuk, warna, dan ukuran
konidia mikroba dengan menggunakan mikroskop (Wicaksono, dkk.,
2017).Isolasi mikroba juga berfungsi untuk dunia Kesehatan seperti penemuan
antibiotic baru, modifikasi yang sudah ada, dan menjelaskan mekanisme resistensi
pada mikroba untuk pemahaman yang lebih baik (Lodhi, et al., 2018).
Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi
jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau
banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba
dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran
pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel
mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya (Kothri et al., 2015).
Isolasi bakteri dilakukan dengan melakukan pengenceran bakteri terlebih
dahulu sebanya 5 kali pnegenceran.Kemudian setelah itu diambil sejumlah
microliter bakteri pada pengenceran 3 dan 5 dan diratakan diatas media.Menurut
Yunita (2015) Setelah didapatkan larutan pengencer dan sesudah dilakukannya
proses pengenceran 10-1 dengan penghancuran sampel padat kemudian lanjutkan
dengan pengenceran 10-2, 10-3, dan 10-4 setelah itu masukkan kedalam cawan petri
kemudian dicampur dengan media dan tutup rapat.Kemudian untk isolasi jamur
dilakukan dengan mengambil jamur dari sampel menggunakan jarum ose dan
ditusukkan pada media senbanyak 3 kali.Menurut Wicaksono (2017) Potongan
sampel yang mengandung jamur direndam dalam air steril selama satu menit
untuk membilas lalu ditiriskan.Setelah itu 5 – 6 potongan sampel disusun pada
media PDA (Potato Dextrose Agar) (PDA + 1 tetes asam laktat).Setelah beberapa
hari, jamur yang tumbuh dimurnikan dan diidentifikasi menggunakan mikroskop.
Terdapat tiga teknik isolasi mikroba yaitu streak plate (metode gores),
spread plate (metode sebar), dan pour plate (metode tuang).Isolasi dengan metode
streak plate memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya yaitu koloni
mikroba yang dihasilkan merupakan koloni tunggal, mikroba yang kontaminan
mudah dibedakan, dan dapat membuat goresan dengan pola tertentu.Kekurangan
dari metode streak plate ini adalah hanya untuk jenis bakteri yang bersifat anaerob
dan memerlukan ketelitian serta keterampilan, karena proses enggoresan yang
salah dapat menybabkan isolasi gagal (Dahlia, dkk., 2017). Keunggulan metode
tuang adalah dapat digunakan untuk memperoleh biakan murni sedangkan pada
metode cawan sebar dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri dalam
satua sel.Adapun kekurangan pada metode cawan tuang adalah hasil perhitungan
tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya, karena beberapa sel
yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni, mikroba yang ditumbuhkan
harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan
jelas, tidak menjalar, memerlukan persiapan dan waktu inkubasi sehingga
pertumbuhan koloni dapat dihitung, Sementara itu pada metode cawan sebar ini
cukup sulit terutama saat meratakan suspensi dengan batang bengkok, untuk
menumbuhkan koloni secara merata (Damayanti, dkk., 2020).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Isolasi mikroba merupakan proses pemisahan suatu bakteri dari habitatnya
di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium
buatan.Sebelum melakukan isolasi mikroba perlu diketahui cara menanam dan
menumbuhkan mikroba pada medium biakan tertentu yang sesuai dengan jenisnya
serta syarat-syarat lain untuk pertumbuhannya. Isolasi dengan metode streak plate
memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya yaitu koloni mikroba
yang dihasilkan merupakan koloni tunggal, kekurangan dari metode streak plate
ini adalah hanya untuk jenis bakteri yang bersifat anaerob.Keunggulan metode
tuang adalah dapat digunakan untuk memperoleh biakan murni sedangkan pada
metode cawan sebar dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri dalam
satua sel.Adapun kekurangan pada metode cawan tuang adalah hasil perhitungan
tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya, sementara itu pada
metode cawan sebar ini cukup sulit terutama saat meratakan suspensi dengan
batang bengkok.
4.2 Saran
Sebelum dilaksanakan praktikum sebaiknya praktikan mempelajari materi
yang akan dipraktekan agar saat melakukan praktikum tidak ada kendala yang
dapat mempengaruhi hasil dari praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlia, D., Suprapto, H., & Kusdarwati, R. (2017). Isolasi dan identifikasi bakteri
pada benih ikan kerapu cantang (Epinephelus sp.) dari kolam pendederan
Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, Jawa
Timur. Journal of Aquaculture and Fish Health, 6(2), 57-66.
Damayanti, N. W. E., Abadi, M. F., & Bintari, N. W. D. (2020). Perbedaan
Jumlah Bakteriuri pada Wanita Lanjut Usia Berdasarkan Kultur
Mikrobiologi Menggunakan Teknik Cawan Tuang dan Cawan
Sebar. Meditory: The Journal of Medical Laboratory, 8(1), 1-4.
Febbiyanti, T. R. (2012). Penapisan jamur dan bakteri antagonis terhadap jamur
akar putih (Rigidoporus microporus) dari rizosfer tanaman lidah mertua
(Sansevieria trifasciata Prain). Jurnal Penelitian Karet, 1-11.
Handayani, N. I., Moenir, M., Setianingsih, N. I., & Malik, R. A. (2016). Isolasi
bakteri heterotrofik anaerobik pada pengolahan air limbah industri
tekstil. Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri, 7(1), 39-
46.
Hasanah, U. (2017). Mengenal aspergillosis, infeksi jamur genus
aspergillus. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 15(2), 76-86.
Kothri, M., Mavrommati, M., Elazzazy, A. M., Baeshen, M. N., Moussa, T. A., &
Aggelis, G. (2020). Microbial sources of polyunsaturated fatty acids
(PUFAs) and the prospect of organic residues and wastes as growth media
for PUFA-producing microorganisms. FEMS Microbiology
Letters, 367(5), fnaa028.
Lodhi, A. F., Zhang, Y., Adil, M., & Deng, Y. (2018). Antibiotic discovery:
combining isolation chip (iChip) technology and co-culture
technique. Applied microbiology and biotechnology, 102(17), 7333-7341.
Mikdarullah, M., & Nugraha, A. (2017). Teknik Isolasi Bakteri Proteolitik Dari
Sumber Air Panas Ciwidey, Bandung. Buletin Teknik Litkayasa
Akuakultur, 15(1), 11-14.
Mohammad, F., Green, R., & Buskirk, A. R. (2019). A systematically-revised
ribosome profiling method for bacteria reveals pauses at single-codon
resolution. Elife, 8.
Pamungkas, F. B. P., Triatmoko, B., & Nugraha, A. S. (2021). Isolasi Fungi
Tanah Kabupaten Situbondo serta Skrining Aktivitas Antibakteri Terhadap
Pseudomonas Aeruginosa. JURNAL ILMU KEFARMASIAN
INDONESIA, 19(1), 73-79.
Wicaksono, D., Wibowo, A., & Widiastuti, A. (2017). Metode isolasi Pyricularia
oryzae penyebab penyakit blas padi. Jurnal Hama dan Penyakit
Tumbuhan Tropika, 17(1), 62-69.
Yunita, M., Hendrawan, Y., & Yulianingsih, R. (2015). Analisis kuantitatif
mikrobiologi pada makanan penerbangan (Aerofood ACS) garuda
Indonesia berdasarkan TPC (Total Plate Count) dengan metode pour
plate. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 3(3), 237-248.