Modul Praktikum Penjaminan Mutu Terpadu-haccp_hp
Modul Praktikum Penjaminan Mutu Terpadu-haccp_hp
2024
Modul Food Defense
PENDAHULUAN
Industri pangan berlomba-lomba untuk menjamin mutu produk dan keamanan pangan
produk yang dihasilkannya. Oleh sebab itu, untuk tetap dapat mempertahankan dan
meningkatkan mutu produk serta keamanan produk maka diperlukan peningkatan terhadap
sumber daya yang terlibat di dalamnya serta sistem yang menjamin mutu dan keamanan
produk industri pangan salah satunya melalui HACCP. Hazard Analysis and Critical Control
Point (HACCP) adalah suatu pendekatan sistematis untuk manajemen keamanan pangan
berdasarkan prinsip-prinsip yang ada yang bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya
yang cenderung terjadi pada setiap langkah rantai makanan dan menempatkan sistem
pengendalian yang akan mencegah bahaya-bahaya tersebut terjadi (Aminuddin F et. al ,
2015).
DASAR TEORI
1. PROSES HYGINE
Hygiene atau higiene menurut Sugono (2008), merupakan serangkaian usaha untuk
mempertahankan atau memperbaiki kesehatan. Sehingga dengan demikian mutlak adanya
usaha tersebut dalam suatu proses produksi guna mempertahankan mutu suatu produk agar
aman dikonsumsi oleh konsumen.
Personal hygiene adalah suatu konsep dasar pembersihan, perawatan dan hal tersebut
merupakan langkah awal untuk menjaga kesehatan. Selain itu personal hygiene adalah suatu
bagian terpenting dari kehidupan kita sehari-hari baik di rumah maupun tempat kerja yang
membantu kita untuk melindungi diri kita dan menjaga kesehatan kita dengan baik (Hassan,
2012).
Penerapan personal hygiene pada dasarnya dimulai dari kebersihan secara personal
terlebih dahulu. Yang pertama yaitu mandi 2 kali sehari, hal ini untuk mencegah adanya bau
badan yang menganggu pekerja lainnya. Selanjutnya, mencuci tangan maupun mengganti
hand gloves setelah melakukan suatu prosedur agar saat melakukan prosedur selanjutnya
tidak terjadi kontaminasi. Lalu, menggunakan hair net, hair net berfungsi untuk melindungi
rambut agar rambut tidak masuk kedalam produk. Yang terakhir yaitu, tidak memakai
aksesoris secara berlebihan, hal ini untuk mencegah adanya hazard fisik yang berasal dari
aksesoris maupun mencegah adanya kontaminasi (Wulansari, 2016).
1.5 Penerapan Teknik Sanitasi Dan Higiene Di Unit Pengolahan Ikan Asap
Lahan yang tersedia cukup untuk kebutuhan sekarang dan rencana pengembangan
Jarak dengan sumber-sumber cemaran (pemukiman penduduk, pabrik bahan kimia,
pembuangan samapah,tempat peternakan, daerah banjir, dsb)
Kecukupan pasok air yang memenuhi persyaratan air minum (potable water)
Kemudahan pembungan limbah cair harus tersedia sistem drainase yang baik
Kecukupan sumber listrik
Ketersediaan akses transportasi
Setiap pipa limbah cair dari ruang pengolahan agar diberi penutup berupa alat
penyaring limbah padat dan pencegah masuknya binatang pengerat. Saluran limbah cair di
dalam ruang pengolahan agar diberi penutup yang dapat dibuka atau ditutup kembali dan
terbuat dari bahan metal dan mempunyai kedalaman yang cukup sehingga limbah air tidak
sampai tumpah mengenai lantai penampungan limbah padat dan cair harus terpisah limbah
cair harus diolah kembali sebelum keluar dari area pabrik sehingga tidak mencemari
lingkungan dibuat dari bahan yang halus permukaannya wadah penampungan limbah padat
agar diberi penutup. limbah produk ditampung ditempat yang terpisah dan tertutup.
Ruang istirahat harus mempunyai sirkulasi udara yang baik, tidak berhubungan
langsung dengan ruang pengolahan. Ruang istirahat sebaiknya terpisah dari ruang ganti
karyawan. Untuk toilet sebaiknya tidak berhubungan langsung dengan ruang pengolahan.
Toilet dilengkapi dengan fasilitas seperti suplai air yang lancar, ventilasi, pintu ,dan langit-
langit dalam kondisi baik, sabun cair, alat pengering dan suplai air panas. Jumlah toilet yang
dipersyaratkan untuk unit pengolahan
Hal ini dilakukan dengan pemasangan konstruksi yang bersifat barier terhadap serangga dan
tikus (untuk membuat hama tetap di luar gedung atau gudang), sanitasi (pembersihan),
dan modifikasi lingkungan (misalnya penghilangan sumber makanan dan sumber air).
Barier atau Eksklusi : Menghilangkan jalan masuk hama ke dalam bangunan
merupakan salah satu paktek IPM yang paling dasar dan penting. Contoh-contoh cara
eksklusi/barier antara lain pemasangan kawat saringan pada lubang udara, ventilasi dan
saluran air untuk mencegah serangga dan tikus masuk; penutupan retakan di dinding atau
tempat lain.
Sanitasi :
Praktek-praktek sanitasi dalam manajemen hama terpadu meliputi :
• Pembersihan secara menyeluruh pada ruang produksi, gudang dan ruang lain
termasuk ruangan atau daerah yang sulit dicapai.
• Manajemen sampai atau limbah yang baik
• Penyimpanan bahan pangan dalam wadah yang tertutup rapat.
• Membenahi atau membuang barang-barang bekas yang tidak terpakai misalnya
membuang karton-karton yang tidak terpakai.
• Pembersihan dan pemeliharaan peralatan pengolahan pangan, lantai dan
ventilasinya.
• Pembetulan bagian-bagian yang bocor dan air yang tergenang.
• Menutup gap atau lubang menuju rongga-rongga di dalam dinding atau ke
tempat-tempat persembunyian hama lainnya.
Tindakan pengendalian hama yang dilakukan dalam industri pangan terdiri atas 4 jenis :
Pengendalian Fisik, Pengendalian mekanis, Pengendalian Biologis, dan Pengendalian Kimia
Tata letak proses (Process Layout) atau tata letak fungsional adalah penyusunan tata
letak dimana alat yang sejenis atau mempunyai fungsi sama ditempatkan dalam bagian yang
sama. Misalnya, mesin-mesin yang dikumpulkan pada daerah yang sama, demikian pula
mesin-mesin peralata diletakkan pada bagian yang sama. Mesin-mesin itu tidak dikhususkan
untuk produk tertentu melainkan dapat digunakan untuk berbagai jenis produk.
Penyusunan pabrik tipe ini adalah berdasarkan urutan proses produksi, dimana mesin-
mesin atau peralatan disusun menurut urutan proses, dengan demikian suatu pengerjaan akan
diikuti oleh pengerjaan berikutnya, sesuai dengan urutan-urutan prosesnya.
Untuk industri/perusahaan yang membuat produk secara massal dalam waktu relatif
panjang (terus menerus) dan tidak tergantung pesanan, maka jenis tata letak yang sesuai
adalah product layout. Produksi yang berulang dan kontinu, menggunakan tata letak produk.
Fix position layout biasa dikatakan juga sebagai tata letak dengan posisi tetap. Tata
letak merupakan suatu keputusan penting yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam
jangka panjang. Tata letak mempunyai banyak dampak setrategis karena tata letak termasuk
yang menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, biaya,
kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan, dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif
dapat membantu organisasi mencapai sebuah setrategi menunjang diferensiasi, biaya rendah,
ataupun respon cepat.
Desain tata letak harus mempertimbangkan bagaimana untuk mencapai :
1. Daya guna ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi.
2. Aliran informasi, barang atau orang-orang yang lebih baik.
3. Moral karyawan yang lebih baik, juga kondidi lingkungan kerja yang lebih aman.
4. Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik.
5. Fleksibilitas.
Keputusan mengenai tata letak meliputi penempatan mesin pada tempat terbaik
(dalam pengaturan produksi ), kantor dan meja-meja (pada pengaturan kantor) atau pusat
pelayanan( dalam pengaturan rumah sakit atau department store). Sebuah tata letak yang
efektif memfasilitasi adanya aliran bahan, orang dan informasi di dalam dan antar wilayah.
Tata letak posisi tetap yaitu tata letak dimana proyek/kegiatan berada dalam satu
tempat sementara pekerja dan peralatan dating pada tempat tersebut. Contoh tata letak posisi
tetap tersebut seperti pembangunan rumah, jembatan , jalan tol, galangan kapal dll.
Ada beberapa permasalahan pokok yang dihadapi dalam tata letak posisi tetap adalah :
1. Tempat terbatas pada lokasi produksi/proyek.
2. Setiap tahapan berbeda memerlukan bahan berbeda.
3. Diperlukan volume bahan yang dibutuhkan diatur secara dinamis
3.4 Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Alir Produksi
Product layout dapat didefenisikan sebagai metode atau cara pengaturan dan
penempatan semua fasilitas produksi yang diperlukan ke dalam suatu departemen tertentu
atau khusus. Suatu produk dapat dibuat/diproduksi sampai selesai di dalam departemen
tersebut. Bahan baku dipindahkan dari stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya di dalam
departemen tersebut, dan tidak perlu dipindah-pindahkan ke departemen yang lain. Dalam
product layout, mesin-mesin atau alat bantu disusun menurut urutan proses dari suatu produk.
Produk-produk bergerak secara terus-menerus dalam suatu garis perakitan. Product layout
akan digunakan bila volume produksi cukup tinggi dan variasi produk tidak banyak dan
sangat sesuai untuk produksi yang kontinyu.
Tata letak fasilitas berdasarkan proses tetap, material atau komponen produk utama
akan tetap pada posisi/lokasinya. Sedangkan fasilitas produksi seperti alat, mesin, manusia
serta komponen-komponen kecil lainnya akan bergerak menuju lokasi material atau
komponen produk utama tersebut. Pada proses perakitan tata letak tipe ini alat dan peralatan
kerja lainnya akan cukup mudah dipindahkan.
Tata letak tipe ini berdasarkan pada pengelompokan produk atau komponen yang
akan dibuat. Produk-produk yang tidak identik dikelompokkan berdasarkan langkah-langkah
proses, bentuk, mesin atau peralatan yag dipakai dan sebagainya. Pengelompokkan tidak
didasarkan pada kesamaan jenis produk akhir seperti halnya pada tipe produk tata letak. Pada
tipe kelompok produk, mesin-mesin atau fasilitas produksi nantinya juga akan
dikelompokkan dan ditempatkan dalam sebuah manufacturing sel. Setiap kelompok produk
akan memiliki urutan proses yang sama maka akan menghasilkan tingkat efesien yang tingi
dalm proses manufacturingnya. Efesiensi tinggi tersebut akan dicapai sebagai konsekuensi
pengaturan fasilitas produksi secara kelompok atau sel yang menjamin kelancaran aliran
kerja.
Standard Sanitation Operational Procedure (SSOP) adalah suatu prosedur standar operasi
sanitasi yang harus dipenuhi oleh produsen untuk mencegah terjadinya kontaminasi terhadap
produk perikanan. Kontaminasi dapat didefinisikan sebagai pencemaran yang disebabkan
oleh unsur dari luar, baik berupa benda asing maupun mahluk asing. Mahluk hidup yang
sering menyebabkan pencemaran adalah mikroba, protozoa, cacing, serangga, dan tikus.
Menurut Purwiyatno (2009: 72), untuk dapat melakukan pekerjaan dengan baik tanpa
harus khawatir mencemari produk pangan yang ditanganinya, maka pekerja di dapur perlu
memperhatikan beberapa hal mengenai perlengkapan sebagai berikut :
a. Pekerja harus mengenakan pakaian yang bersih dan sopan. Umumnya pakaian yang
berwarna putih sangat dianjurkan, terutama pekerja yang berada dibagaian dapur.
b. Pekerja yang berada di Kitchen sebaiknya tidak mengenakan jam tangan, kalung, anting,
cincin, dan benda kecil lainya yang mudah putus atau hilang.
c. Pekerja sebaiknya memakai baju dengan ukuran yang pas. Kancing bajunya terpasang
dengan baik sehingga tidak mudah putus, terjatuh, dan tercampur dalam bahan pangan yang
sedang diolah.
d. Jumlah baju seragam yang disediakan sebaiknya cukup. Baju seragam hanya dipakai pada
saat bekerja.
e. Pekerja harus selalu menggunakan penutup rambut. Hal ini bertujuan untuk melindungi
kemungkinan jatuhnya rambut atau ketombe ke alat pengolahan makanan ataupun ke adonan
makanan. Selain itu, pemakaian topi dan penutup rambut juga dapat membantu menyerap
keringat yang ada di dahi sehingga jatuhnya keringat ke makanan dapat dihindari.
f. Pekerja harus memelihara kebersihan kukukuku tangan dan kaki, dengan cara dipotong
pendek, rapi dan bersih.
1. Menempatkan peralatan makanan dan minuman yang bersih dan sehat dicuci dan disimpan
di tempat yang bersih serta bebas dari debu maupun kotoran lainnya.
2. Menyimpan peralatan dengan memilihmilih sesuai jenisnya dalam tempat tersendiri dan
terpisah
3. Menyusun piring-piring harus sama ukurannya, yang besar disusun dengan yang besar, dan
yang kecil disusun dengan yang kecil tidak boleh dicampur.
4. Memeriksa peralatan yang retak atau pecah untuk tidak dipakai kemudian diganti
5. Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan dan disimpan
6. Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan Pencuci peralatan harus
menggunakan sabun/detergen air dingin, air panas, dan chemical lainnya yang diperlukan
agar peralatan bisa tetap bersih
7. Pengeringan peralatan harus memenuhi ketentuan Peralatan yang sudah desinfeksi harus
ditiriskna pada rak-rak anti karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau
sinar buatan/mesin dan tidak boleh dilap dengan kain.
8. Penyimpanan peralatan harus memenuhi ketentuan
5. MANAJEMEN PENGAWASAN
1. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu yang
mengandung organism patogen
4. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak datu kali setiap
bulan
Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan mencegah
penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari.
Rincian langkah umum yang biasanya dilaksanakan dalam penilaian risiko meliputi :
6. Analisis Risiko
7. Evaluasi risiko
Bahaya fisik termasuk benda-benda seperti pecahan logam, gelas, batu, yang dapat
menimbulkan luka di mulut, gigi patah, tercekik ataupun perlukaan pada saluran
pencernakan.. Hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan adalah:
a. Formulasi; adalah bahan mentah dan bahan baku yang dapat mempengaruhi
keamanan dan kestabilan produk.
b. Proses; adalah parameter proses pengolahan yang dapat mempengaruhi bahaya.
c. Kemasan; adalah perlindungan terhadap kontaminasi ulangdan pertumbuhan
mikroorganisme
d. Penyimpanan/penanganan; adalah waktu dan kondisi suhuserta penanganan di dapur
dan penyimpanan di etalase.
e. Perlakuan konsumen; digunakan oleh konsumen atau ahli masak professional.
f. Target grup; yaitu pemakai akhir makanan tersebut (bayi, orang dewasa, lanjut usia).
Jenis Makanan Yang Dapat Mengandung Bahan Kimia dan Logam Berat Berbahaya
Arsen Ambang Merkuri Ambang Ikan predator 0,4 ppm
Batas Batas
Kekerangan 1,5 ppm
Susuolahan 0,1 ppm Susu 0,03 ppm Krustacea 0,5 ppm
Minyak 0,1 ppm Margarin 0,03 ppm Terasi 1 ppm
Margarin 0,1 ppm Minyak 0,05 ppm Garam 10 ppm
Tomat 1 ppm Tomat 0,03 ppm Rempah 7 ppm
olahan olahan
Tepung dan 0,5 ppm Tepung dan 0,05 ppm Kecap dan saus 1 ppm
hasil hasil
olahannya olahannya
Daging 0,5 ppm Daging 0,03 ppm Susu 0,02 ppm
olahan olahan
Ikan olahan 1 ppm Ikan olahan 0,5 ppm Air 0,01 mg/L
Kekerangan 1 ppm Ikan predator 1 ppm
Krustacea 1 ppm Kekerangan 1 ppm Benzo[a]piren Ambang
Batas
Telur olahan 0,5 ppm krustacea 1 ppm
Gula 1 ppm Garam 0,1 ppm Minyak 2 ppb
Madu 1 ppm Kecap 0,05 ppm Daging asap 5 ppb
Garam 0,1 ppm Susu 0,03 ppm Ikanolahan 2 ppb
Rempah 0,1 ppm Air 0,001 mg Kekerangan 5 ppb
Kaldu 0,5 ppm Krustacea 5 ppb
Kecap 1 ppm Timah Ambang Air 0,2 mcg/L
Batas
Saus 1 ppm
Air 0,01mg/L Daging 200 ppm Dioksin Ambang
olahan Batas
Pangan 40 ppm
olahan
Kadmium Ambang Daging olahan 3 TEQ/g
Batas
Timbal Ambang Ikan olahan 3 TEQ/g
Batas
Serelia 0,1 ppm Susu 3 TEQ/g
Tepung beras 0,4 ppm Susu 0,02 ppm Telur 0,91 TEQ/g
Daging 0,3 ppm Minyak 0,1 ppm Minyak 1,82 TEQ/g
olahan
Ikan olahan 0,1 ppm Mentega 0,1 ppm Serealia 0,46 TEQ/g
Ikan predator 0,5 ppm Pasta tomat 1 ppm
Krustacea 1 ppm Serealia 0,3 ppm Dikloropropan Ambang
Batas
Garam 0,5 ppm Tepung 1 ppm
terigu
Air 0,003 mg/L Daging 1 ppm Kecap-Saus 5 ppb
olahan
Susu 0,01 ppm Ikan olahan 0,3 ppm Makanan 20 ppb
berprotein
WAKTU PELAKSANAAN
April-Juni 2024
TEMPAT PELAKSANAAN
PROSEDUR PELAKSANAAN
Fakhmi Amminudin, Arif Rahman, Lely Riawati. 2015. DESAIN SISTEM KEAMANAN
PANGAN HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT (HACCP)
PADA PROSES PRODUKSI GULA PG. KEBON AGUNG MALANG. JURNAL
REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI. TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA. VOL. 2 NO. 6
Legowo, A.M. 2003.Analisis Bahaya dan Penerapan Jaminan Mutu Komoditi OlahanPangan.
Badan Bimbingan Massal Ketahanan Pangan Pripinsi Jateng : Semarang
BPOM. Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Kimia Dalam
Makanan.Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia.Jakarta
Hassan, B. A. R. (2012). Importance of Personal Hygiene. Pharmaceut Anal Acta 3:e126.
Yulianto, Atun dan Nurcholis.2015. Penerapan Standard Hygienes Dan Sanitasi Dalam
Meningkatkan Kualitas Makanan Di Food & Beverage Departement @Hom
Platinum Hotel Yogyakarta. Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 6 No 2 – 2015 –
lppm3.bsi.ac.id/jurnal