Anda di halaman 1dari 7

VI SANITASI DAN PENANGANAN LIMBAH

Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Sanitasi Lingkungan Kerja,

(2) Sanitasi Peralatan, (3) Sanitasi Pekerja, dan (4) Penanganan Limbah Industri.

6.1. Sanitasi Lingkungan Kerja

Sanitasi lingkungan kerja penting dilakukan dan diperhatikan, sebab

sanitasi yang diterapkan oleh suatu industri akan mempengaruhi mutu produk

yang dihasilkan. Lingkungan kerja yang baik dan sehat akan memberikan

kenyamanan bagi semua karyawan, sehingga karyawan dapat bekerja secara

kondusif, optimal, dan produktif. Kondisi lingkungan kerja atau ruangan produksi

harus didesain sedemikian rupa, dijaga dan dipelihara dengan baik. Ruang

produksi harus mendapatkan penerangan dan ventilasi yang cukup. Lantai dan

lorong di dalam pabrik harus mudah di bersihkan agar tidak mempengaruhi mutu

produk akhir yang dihasilkan. Sanitasi lingkungan kerja yang dilakukan PT. Insan

Muda Berdikari meliputi bagian dalam bangunan pabrik dan bagian luar bangunan

pabrik.

Sanitasi lingkungan dalam bangunan pabrik seperti ruang produksi,

meliputi pembersihan yang dilakukan sebelum dan sesudah proses produksi.

Kebersihan ruangan tetap dijaga dengan cara dibersihkan setiap hari oleh

karyawan. Kebersihan ruang produksi tidak hanya melibatkan karyawan bagian

kebersihan, namun semua karyawan harus mampu membangun kerjasama dalam

menjaga dan memelihara kebersihan ruangan produksi. Hal ini dilakukan sebagai

upaya untuk menghindari dan meminimalkan kontaminan pada ruangan yang

dapat mempengaruhi mutu dari produk akhir yang dihasilkan. Ruangan

71
72

dibersihkan dengan cara disapu kemudian dibersihkan menggunakan air bersih

dan cairan pembersih agar debu, ceceran susu, dan kotoran lainnya yang

menempel di lantai, dinding, dan lain sebagainya dapat hilang. Ruangan produksi

pun senantiasa tertutup untuk mencegah masuknya debu ke dalam ruangan. Lantai

pabrik pada ruang produksi harus mempunyai struktur yang halus, tidak licin,

sistem drainase yang teratur dan mudah dibersihkan. Namun lantai ruang produksi

terbuat dari keramik berbentuk kotak yang memiliki bagian sisi yang

memungkinkan terjadinya akumulasi kotoran yang kurang baik. Pertemuan antara

dinding dan lantai dibuat melengkung atau conus untuk mencegah akumulasi

kotoran yang sulit dibersihkan. Selain itu lantai dibuat agak miring supaya air

tidak menggenang, dan dapat langsung mengalir menuju saluran pembuangan.

Kebersihan atap bangunan penting diperhatikan. Namun kondisi

kebersihan disekitar atap pabrik kurang diperhatikan. Hal ini terlihat dari adanya

sarang laba-laba dan lain sebagainya yang berpotensi menyebabkan kontaminasi

silang pada saat proses produksi. Kontruksi atap dan dinding harus diperhatikan

dengan menggunakan bahan yang tidak mudah rapuh dan lembab agar

meminimalisir kontaminasi yang mungkin terjadi. Salah satu upaya yang

dilakukan yakni melapisi dinding tersebut menggunakan cat yang melindungi

dinding agar tidak mudah lembab dan rapuh.

Sirkulasi udara dalam ruangan harus diatur sedemikian rupa dengan

membuat ventilasi yang cukup. Penerangan atau pencahayaan di semua area

produksi harus mencukupi sehingga memudahkan penanganan dan meminimalisir


73

kesalahan yang mungkin terjadi saat produksi misalnya penggunaan bahan

tambahan yang keliru dan sebagainya.

PT. Insan Muda Berdikari menyediakan tempat sampah didalam pabrik

disekitar lorong menuju ruang pengemasan. Hal ini cukup riskan, mengingat

tempat sampah berpotensi menyebabkan kontaminasi terhadap produk selama

proses maupun setelah proses.

Sanitasi lingkungan disekitar luar pabrik dilakukan setiap hari. Hal ini

bertujuan untuk mendapatkan lingkungan yang bersih, sehat, dan memperkecil

terjadinya kontaminasi silang yang bersumber dari bagian luar pabrik. Saluran air

harus dibersihkan dan dipelihara agar tidak terjadi penyumbatan yang dapat

menyebabkan genangan air sehingga dapat berpotensi mencemari lingkungan

dalam pabrik. Selain pembersihan upaya sanitasi lainnya yang harus dilakukan

yakni mencegah serangan hama terhadap lingkungan dalam bangunan. Upaya

yang dilakukan PT. Insan Muda Berdikari terhadap gudang penyimpanan bahan

baku dan kemasan yakni memasang perangkat serangga sebagai. Namun

pengendalian hama terutama lalat dan semut terhadap ruang produksi masih

kurang baik.

6.2. Sanitasi Peralatan

Peralatan produksi yang digunakan PT. Insan Muda Berdikari dibuat dari

material yang aman dan bersifat food grade, artinya material yang digunakan

tidak akan mempengaruhi mutu dari produk yang dihasilkan. Sanitasi terhadap

peralatan yang kontak langsung dengan bahan pangan perlu dilakukan dan

diperhatikan untuk mencegah kontaminasi terhadap produk atau bahan pangan


74

yang diproses. Peralatan produksi yang kontak langsung dengan bahan harus

dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan. Hal ini bertujuan agar sisa-sisa

bahan yang tertinggal pada permukaan alat dapat terangkat sehingga mencegah

kontaminasi terhadap bahan yang akan diproses selanjutnya.

Pembersihan peralatan yang dilakukan PT. Insan Muda Berdikari

menggunakan dua metode, yaitu CIP dan COP. CIP (Cleaning In Place)

merupakan metode pembersihan jalur-jalur produksi dalam sirkuit tertutup tanpa

membongkar instalasi. Metode CIP diterapkan pada peralatan yang sulit

dibongkar yaitu cooling unit, pasteurizer, inkubator, dan cold storage. Sementara

COP (Cleaning Out Place) merupakan proses pembesihan dengan membongkar

peralatan bagian per bagian. COP banyak diterapkan untuk peralatan yang dapat

dilepas dan merupakan titik pengendapan dari produk, seperti peralatan pemerah

susu dan milk can. Prosedur pembersihan CIP dan COP hampir sama,

perbedaannya hanya dari dilakukan pembongkaran atau tidak, prosedur

pembersihannya meliputi: (1) mensirkulasikan air bersih kedalam peralatan segera

setelah digunakan. Hal tersebut bertujuan untuk mendorong sisa bahan keluar; (2)

membersihkan peralatan menggunakan deterjen atau cairan pembersih khusus

seperti Teepol, bertujuan untuk mengangkat kotoran yang tertinggal seoptimum

mungkin; (3) pembilasan menggunakan air bersih hingga air sisa pencuci tidak

berwarna putih dan berbusa.

Menurut Buckle et al (1985), dalam setiap operasi pembersihan dimana

bahan-bahan sanitasi digunakan, harus diikuti prosedur umum berikut: alat-alat

harus dibersihkan sebaik mungkin sehingga tidak ada sisa-sisa organik yang
75

nampak oleh mata. Tindakan ini dapat dibantu dengan penggunaan deterjen dan

apabila bahan ini digunakan harus dibasuh atau dibilas secara baik dengan air

bersih.

6.3. Sanitasi Pekerja

Kebersihan dan kesehatan pekerja mempunyai pengaruh yang cukup besar

dalam suatu proses produksi. Sanitasi pekerja bertujuan untuk menjaga

keselamatan dan kesehatan para pekerja serta untuk menjamin kualitas produk

akhir yang aman dan higienis. Apabila sanitasi pekerja tidak baik, maka dapat

terjadi kontaminasi kotoran atau bakteri yang menyebabkan penurunan kualitas

produk. Pekerja merupakan faktor terpenting dalam pengendalian sanitasi industri,

sebab kebiasaan pekerja dalam mengelola makanan dapat merupakan sumber

yang penting dari pencemaran sekunder. Oleh karena itu, sanitasi pekerja harus

dijaga dan diperhatikan, mulai dari tangan, kaki, rambut, pakaian, mulut, dan

anggota tubuh lainnya.

Pekerja di PT. Insan Muda Berdikari sebelum memulai proses produksi

harus mencuci tangan terlebih dahulu menggunakan sabun pencuci tangan agar

meminalisir kontaminasi mikroba yang berada di tangan para pekerja. Pekerja pun

harus memakai hairnet untuk melindungi rambut dan perhiasan yang terdapat

pada rambut agar tidak jatuh dan mencemari produk. Masker serta pakaian putih

khusus digunakan pekerja untuk meminimalisir kontaminasi terhadap produk.

Pekerja yang sedang sakit tidak diperkenankan untuk membantu proses produksi.

Apabila memungkinkan pengelola bahan pangan harus memakai sarung

tangan plastik yang telah steril. Luka-luka atau iritasi lainnya pada kulit adalah
76

tempat baik bagi sejumlah besar Staphylococcus aureus, oleh karena itu harus

ditutup. Batuk dan bersin di sekitar bahan pangan sebaiknya dihindarkan dan

tangan harus dihindarkan dari muka dan hidung. Pekerja yang sakit diare tidak

diperkenankan bekerja dengan bahan pangan (Buckle et al, 1985).

6.4. Penanganan Limbah Industri

Limbah yang dihasilkan oleh PT. Insan Muda Berdikari adalah sebagai

berikut:

6.4.1. Limbah Cair

Limbah cair yang dihasilkan berupa air bekas memandikan sapi dan air

bekas pencucian peralatan produksi. Air bekas memandikan sapi dialirkan melalui

pipa-pipa ke tanah seluas 30 tambak milik PT. Insan Muda Berdikari yang

jaraknya sekitar 1 km dari pabrik. Di tanah tersebut terdapat satu bak besar untuk

menampung limbah cair dari pabrik, dimana sekeliling bak tersebut merupakan

tanah kosong untuk resapan air. Namun tidak ada perlakuan khusus sebelumnya

serta tidak ditambahkan indikator apapun ke dalam bak. Selain itu, limbah cair

bekas pencucian peralatan produksi dialirkan langsung melalui pipa-pipa ke

selokan tanpa ada penanganan khusus sebab jumlahnya hanya sedikit.

6.4.2. Limbah Semi Padat

Limbah semi padat yang dihasilkan berupa kotoran sapi dari peternakan

PT. Insan Muda Berdikari. Limbah tersebut dijadikan pupuk yang kemudian

diperjual belikan ataupun digunakan oleh perusahaan untuk melakukan budidaya

tanaman berumur pendek seperti cabe rawit, stroberi, selada, bunga aster dan

sebagainya. Serta digunakan pula untuk budidaya cacing. Penanganan limbah


77

tersebut meliputi: (1) penampungan kotoran pada bak, (2) pengeringan kotoran,

(3) penggunaan pupuk untuk budidaya tanaman dan cacing.

6.4.3. Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan oleh PT. Insan Muda Berdikari berupa

plastik, kardus, atau kertas bekas proses pelabelan. Limbah padat tersebut dibuang

ke tempat penampungan limbah padat yang berada di luar tepatnya di bagian

samping ruang produksi. Kemudian dibakar di lahan kosong sekitar pabrik.

Anda mungkin juga menyukai