DASAR TEORI
Es yang digunakan di UPI sebaiknya dibuat dari air yang telah memenuhi persyaratan
air minum dan disimpan pada ruang penyimpanan yang bersih, suhu dingin dan terhindar dari
cemaran bakteri phatogen, jamur, potongan-potongan kayu, dll. Air dan es di uji mutunya di
Laboratorium minimal 3 bulan sekali. Menurut Murniyati dan Sunarman (2000), berdasarkan
bentuknya es dibagi menjadi 5 bentuk yaitu:
1. Es balok (Block ice), berupa balok berukuran 12-60 kg perbalok. sebelum dipakai, es
balok terlebih dahulu harus dipecah.
2. Es Tabung (tube ice), berupa tabung kecil-kecil yang siap untuk dipakai.
3. Es keping tebal (plate ice), berupa lempengan besar dan tebal (8-15 mm), kemudian
dipecahkan menjadi potongan kecil (diameter kurang dari 5 cm).
4. Es keping tipis (flake ice), berupa lempengan-lempengan tipis, (tebal 5 mm, diameter
±3 cm).
5. Es halus (slush ice), berupa butiran halus (diameter ±2 mm) dan lembek, dan
umumnya sedikut berair. Mesin yang digunakan untuk membuat es ini pada umumnya
kecil dan dipakai oleh pabrik pengolahan ikan untuk memproduksi es dalam jumlah
kecil untuk mengawetkan ikan dilingkungan pabrik. Dalam penggunaan es harus
ditangani dan disimpan di tempat yang bersih agar terhindar dari penularan dan
kontaminasi dari luar.
8. Pengendalian Pest
Disekitar pabrik dan ruang proses tidak boleh ada pest, serangga serta burung dan
binatang peliharaan lainnya. Maka prosedurnya harus dipasang alat perangkap pada tempat –
tempat yang menjadi tempat kemungkinan masuknya tikus, semua celah dan pintu diberi tirai
plastik untuk menghindari masuknya lalat, dipasang insect killer di depan pintu masuk ruang
proses. Untuk mengantisipasi binatang pengganggu maka tutup semua pintu masuk ruang
produksi dengan tirai plastik, tutup semua lubang yang terdapat dalam ruang produksi dengan
kawat nyamuk (Thaheer 2005).
Purwaningsih (1995) menambahkan, bagian pengolahan dan penanganan yang
berhubungan dengan lingkungan luar harus dilengkapi alat untuk mencegah burung, serangga,
tikus dan binatang lainnya. Jalan atau lubang tikus dan serangga harus ditutup dengan screen
(saringan) logam tahan karat. Pembasmian serangga dengan pestisida harus mendapat
persetujuan pemerintah dan penggunaannya harus dalam pengawasan.
Menurut Susiwi (2009), pemberantasan hama pengerat dilakukan dengan menggunakan
jebakan tikus, agar lebih efisien dan aman. Ada beberapa pest yang mungkin membawa
penyakit pada produk atau makanan antara lain :
1. Lalat dan kecoa : mentransfer Salmonella, Streptococcus, C.botulinum, Staphyllococcus,
C.perfringens, Shigella.
2. Binatang pengerat : sumber Salmonella dan parasit
3. Burung : pembawa variasi bakteri patogen Salmonella dan Listeria
A. Monitoring :
a. Tujuan monitoring untuk mengkonfirmasikan bahwa hama (pest) telah dikeluarkan
dari area pengolahan seluas-luasnya dan prosedur diikuti untuk menjegah investasi.
b. Monitoring dilakukan dengan inspeksi visual, tempat persembunyian tikus, alat
perangkap tikus, alat menjaga kebersihan dan memfasilitasi pengawasan.
B. Koreksi :
Misal, setelah gunakan pestisida dan perangkap, lalat kembali masuki ruang pengolahan,
maka tambahkan “air curtain” di atas pintu luar dan pindahkan wadah buangan
C. Rekaman :
Rekaman kontrol sanitasi periodik dan rekaman kontrol sanitasi harian.
Sumber :
Bryan, Frank L., 1995. Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis. Depkes RI Press. Jakarta.
Fardiaz, S., 1996. Aplikasi HACCP dalam Industri Pangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.