Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sanitasi Dasar

1. Pengertian Sanitasi
Sanitasi merupakan bentuk pengawasan pada faktor lingkungan fisik manusia
yang dapat menimbulkan kerugian perkembangan jasmani sehingga derajat
kesehatan dapat dicapai dengan optimal. Sanitasi adalah perilaku yang disengajakan
dalam membudayakan bersih dalam mencegah manusia bersentuha langsung dengan
kotoran atau buangan berbahaya degan harapan meningkatnya derajat kesehatan
manusia (Nasution, 2019).
2. Sarana Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar adalah salah satu persyaratan yang harus dimiliki oleh setiap rumah
sehat. Ruang lingkup sanitasi dasar meliputi sarana air bersih, jamban sehat, sarana
pengolahan sampah dan sarana pembuangan air limbah ( SPAL ). Hal ini
dikarenakan, bila kondisi sanitasi yang buruk akan menyebabkan kerugian secara
langsung dalam kehidupan sehari-hari. Seperti, turunnya kualitas hidup, tercemarnya
sumber air bersih dan minum, serta meningkatnya penyakit akibat lingkungan
(Kementerian Kesehatan RI, 2016).
a. Sarana Air Bersih
Air bersih adalah komponen lingkungan hidup bagi kehidupan manusia. Air
biasanya digunakan manusia untuk keperluan sehari-hari, seperti mencuci,
minum, memasak dan mandi (Notoatmodjo, 2011). Sedangkan air yang
digunakan minum adalah air yang sudah dimasak, memenuhi kesehatan bagi
manusia, berasal dari sumber yang bersih dan aman. Berikut adalah batasan
sumber air yang bersih dan aman, antara lain (Chandra, 2012) :
– Terbebas dari kontaminasi kuman penyebab penyakit
– Terbebas dari cemaran secara kimia ( berasal dari bahan kimia yang
berbahaya dan beracun. )

6
– Tidak berbau dan tidak berasa.
– Cukup digunakan untuk kebutuhan domestic dan rumah tangga.
– Memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
RI.
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun 2017 tentang
Standart Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Pesyaratan Kesehatan Air untuk
Keperluan Hygiene sanitasi, kolam renang, solus peraqua dan pemandian umum
harus memenuhi beberapa persyaratan baik meliputi parameter fisik, biologi dan
kimia sebagai berikut :
1) Persyaratan fisik.
Pada persyaratan air fisik terdapat beberapa parameter wajib yang
memiliki standar baku mutu yang telah di tentukan sebagai berikut:
– Kekereruhan : 25 NTU
– Warna : 50 TCU
– Zat Padat terlarut
( Total Dissolved Solid ) : 1000 mg/l
– Suhu : ±3 OC
– Rasa : Tidak berasa
– Bau : Tidak Berbau
2) Persyaratan mikrobiologi.
Pada persyaratan mikrobiologi air terdapat beberapa parameter wajib
yang memiliki standar baku mutu yang telah di tentukan sebagai berikut:
– Total Coliform : 50 CFU/100 ml
– E.coli : 0 CFU/100 ml
3) Persyaratan kimia.
Pada persyaratan kimia air terdapat beberapa parameter wajib dan
parameter tambahan yang memiliki standar baku mutu yang telah di
tentukan sebagai berikut:
– pH : 6,5 – 8,5 mg/l

7
– Besi : 1 mg/l
– Flourida : 1,5 mg/l
– Kesadahan (CaCo3) : 500 mg/l
– Mangan : 0,5 mg/l
– Nitrat, sebagai N : 10 mg/l
– Nitrit sebagai N : 1 mg/l
– Sianida : 0,1 mg/l
– Deterjen : 0.05 mg/l
– Pestisida total : 0,1 mg/l
– Air raksa : 0,001 mg/l
– Arsen : 0,05 mg/l
– Kadmium : 0,005 mg/l
– Kromium (valensi 6) : 0,05 mg/l
– Selenium : 0,01 mg/l
– Seng : 15 mg/l
– Sulfat : 400 mg/l
– Timbal : 0,05 mg/l
– Benzene : 0,01 mg/l
– Zat Organik (KMNO4) : 10 mg/l
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan
No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas
air harus memenuhi beberapa persyaratan baik meliputi parameter fisik, biologi
dan kimia sebagai berikut :
1) Persyaratan fisik.
Pada persyaratan air fisik terdapat beberapa parameter wajib yang
memiliki standar baku mutu yang telah di tentukan sebagai berikut:
– Kekereruhan : 25 NTU
– Warna : 50 TCU

8
– Zat Padat terlarut
( Total Dissolved Solid ) : 1500 mg/l
– Suhu : ±3 OC
– Rasa : Tidak berasa
– Bau : Tidak Berbau
2) Persyaratan mikrobiologi.
Pada persyaratan mikrobiologi air terdapat beberapa parameter wajib
ialah Total koliform yang telah di tentukan sebagai berikut:
– Air perpiaan : 10 CFU/100 ml
– Bukan dari perpipaan : 50 CFU/100 ml
3) Persyaratan kimia.
Pada persyaratan kimia air terdapat beberapa parameter wajib dan
parameter tambahan yang memiliki standar baku mutu Kimia dan Kimia
Organik yang telah di tentukan sebagai berikut:
a) Kimia
– pH : 6,5 – 9,0 mg/l
– Besi : 1 mg/l
– Flourida : 1,5 mg/l
– Kesadahan (CaCo3) : 500 mg/l
– Mangan : 0,5 mg/l
– Nitrat, sebagai N : 10 mg/l
– Nitrit sebagai N : 1 mg/l
– Sianida : 0,1 mg/l
– Klorida : 600 mg/l
– Air raksa : 0,001 mg/l
– Arsen : 0,05 mg/l
– Kadmium : 0,005 mg/l
– Kromium (valensi 6) : 0,05 mg/l

9
– Selenium : 0,01 mg/l
– Seng : 15 mg/l
– Sulfat : 400 mg/l
– Timbal : 0,05 mg/l

b) Kimia Organik
– Benzene : 0,01 mg/l
– Zat Organik (KMNO4) : 10 mg/l
– Pestisida total : 0,1 mg/l
– Deterjen : 0.5 mg/l
– 2,4 D : 0,10 mg/l

Sumber air berasal dari air hujan, air permukaan serta air tanah. Pada
dasarnya air ialah sumber air yang paling utama. Air tanah merupakan air hujan
yang menyerap ke dalam tanah dan secara alamiah telah mengalami proses
filtrasi. Sehingga proses filtrasi menghasilkan air yang lebih baik dari air yang
berada di permukaan. Berikut adalah beberapa jenis sumber air bersih yang
umum dipergunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari (Notoatmodjo,
2011):

1) Sumur Gali
Sumur Gali adalah sumber air bersih berasal dari air tanah yang digali ke
dalam tanah hingga timbul air, kemudian di beri dinding dan berlantai
sumur agar tidak tercampur dengan tanah. Air sumur gali biasanya
digunakan oleh masyarakat di perdesaan. Adapun beberapa persyaratan
kesehata sumur gali sebagai berikut :
– Jarak antara sumber pencemar dengan sumur adalah 11 meter,apabila
sumber pencemar berada lebih tinggi dari sumur. Jika keberadaan
sumber peemar lebih rendah maka berjarak 9 meter.

10
– Lantai sumur kedap air dan berjarak minimal 1 meter dari sumur. Selain
itu, tidak mudah retak, tidak mudah menimbulkan kebocoran, dan tidak
tergenang air.
– Terdapat saluran pembuangan air limbah yang kedap air dan memiliki
kemiringan minimal 2%.
– Tinggi bibir sumur minimal 80 minimal 80 cm. terbuat dari bahan yang
kuat.
– Dinding sumur minimal sedalam 3 meter dari permukaan tanah.
2) Penampungan Air Hujan
Penampungan Air Hujan salah satu sarana air bersih yang berasal dari air
hujan yang ditampug ke wadah air hujan. Air ini dapat digunakan untuk
keperluan sehari-hari, tetapi penampung air hujan dapat mejadi sarang
perkembangbiakka nyamuk jika tidak bisa melakukan penyaringan secara
rutin.
3) Sumur Pompa
Seperti sumur gali, sumur pompa juga merupakan salah satu sarana air
bersih yang cara kerjanya menggunakan pompaair untuk menaikkan air dari
sumber air atau sumur.
4) Mata Air Terlindungi
Mata air terlindungi merupakan sumber air yang berasal dari
permukaan tanah yang timbul dengan sendirinya tanpa menggunakan sistem
perpipaan/pompa, dan proses pengolahan air bersih serta dapat di konsumsi
sebagai air minum bagi masyarakat.
5) PDAM
PDAM merupakan badan usaha milik pemerintah yang bergerak pada
bidang pengolahan air minum dan bersih. PDAM menggunakan sistem
perpipaan untuk mendistribusikan air yang sudah melalui pengolahan
kepada masyarakat. Sistem perpipaan air bersih digunakan untuk
menyalurkan air bersih ke pemukiman warga dengan jarak yang sangat jauh
dari lokasi pengolahan, sehingga memudahkan masyarakat untuk
memperoleh air bersih.

11
Masalah kesehatan lingkungan sarana air bersih perlu diperhatikan
dengan baik karena menyangkut sumber air minum yang dikonsumsi sehari-
hari. Apabila sumber air minum yang di konsumsi keluarga tidak sehat,
maka seluruh anggota keluarga akan menghadapi masalah kesehatan atau
penyakit. Salah satunya adalah penyakit diare.

b. Sarana Jamban
Masalah tinja sangat berhubungan erat dengan masalah yang ada, namun
dapat di eliminiasi apabila faktor penyebabnya bisa di jauhkan dari kontak
langsung dengan manusia dengan tujuan agar tidak menjadi sumber penularan
penyakit. Biasanya pembuangan tinja dilakukan dengan cara di tampung pada
lubang penampungan dan pengolahannya pada bak tertutup agar tidak mudah
dijangkiti oleh vector dan berjarak minimal 15 meter dari sumber air.
Kepemilikan jamban merupakan sarana sanitasi yang biasanya digunakan
masyarakat utuk buang air besar ataupun kecil. Dan jamban berpotensi untuk
menjadi penyebab terjadinya berbagai gangguan penyakit berbasis lingkungan
disekitar dan gangguan lainnya, seperti gangguan estetika dan kenyamanan
masyarakat.

Jamban sehat adalah jamban yang memiliki jarak antara 10-15 meter dari
sumber air dan tidak menimbulkan pencemaran air. Selain itu, dilengkapi
dinding dan lantai yang kedap air, atap pelindung, ventilasi dan penerangan yang
cukup, dapat melindungi kesehatan keluarga dari penyakit, melindungi dari
perkembangbiakkan vector pembawa penyakit serta tidak menimbulkan aroma
tidak sedap terhadap penghuni rumah ( Kementerian Kesehatan RI, 2017 ).
Ketersediaan jamban sehat harus dimiliki oleh setiap keluarga dan biasanya
berbentuk leher angsa. Jika salah satu keluarga memiliki jamban berbentuk leher
angsa dapat dikatakan memiliki jamban sehat. Namun apabila hanya memiliki
jamban komunal, maka tidak termasuk dalam kategori memiliki jamban
keluarga/sehat. Dikarenakan jamban komunal bersifat umum dan biasanya
digunakan oleh masyarakat sekitar secara bergantian.

12
Menurut Depkes RI ( 2004 ), ada beberapa persyaratan jamban sehat,
diantaranya yaitu sebagai berikut ;
1) Jarak antara lubang penampungan dan sumber air sekitar 10-15 meter.
2) Tidak berbau dan tidak dapat dijamah oleh vektor.
3) Cukup luas dan landai kearah lubang jongkok agar tidak mencemari tanah
sekitar.
4) Dilengkapi dinding yang kedap air dan berwarna terang serta atap pelindung
yang kuat.
5) Penerangan dan ventilasi yang cukup.
6) Lantai yang bersifat kedap air.
7) Tersedia alat pembersih, sabun da air.
Ada beberapa jenis jamban yang sering digunakan oleh masyarakat antara
lain:
a) Jamban Cemplung
Jamban ini biasanya digunakan oleh masyarakat daerah pedesaan dan
memiliki betuk yang paling sederhana. Jamban cemplung terdiri dari sebuah
galian yang diatasnya di beri lantai dari bambu atau kayu dan tempat
jongkok. Jamban ini memiliki desain yang kurang sempurna dan dapat
menimbulkan bau. Selain itu ketika hujan, lubang jamban akan terisi air
penuh hingga jamban tidak dapat digunakan.
b) Jamban Plengsengan
Jamban jenis ini memiliki lubang tempat jongkok yang berhubungan
langsung menuju tempat pembuangan kotoran dengan posisi saluran
pipanya miring. Jamban plengsengan sedikit lebih baik dan menguntungkan
dibandingkan dengan jamban cemplung.
c) Jamban Empang
Jamban empang adalah jenis jamban yang dibangun diatas kolam/empang.
Di dalam sempang terdapat ikan yang sengaja dipelihara untuk memakan
buangan tinja secara langsung. Ikan-ikan tersebut di budidaya dan
dikonsumsi oleh masyarakat di daerah pedesaan.
d) Jamban Leher Angsa

13
Jamban leher angsa merupakan tipe jamban yang dimodifikasi bentuk
tempat duduk/jongkok dengan bentuk leher angsa. Bertujuan agar dapat
menyimpan air sebagai penghalang antara bagian luar dengan tempat
penampungan tinja. Selain itu terdapat alat penyekat air untuk mencegah
vector dan penahan bau. Jamban leher angsa dilengkapi bak penampungan
kotoran yang kedap air (septic tank).
c. Tempat Pembuangan Sampah
Sampah adalah semua jenis benda yang sudah tidak terpakai dan berasal dari
rumah tangga atau proses industri. Jenis sampah dibedakan menjadi 2 yaitu,
organic dan anorganik. Sampah Organik merupakan jenis sampah yang lebih
cepat membusuk sehingga dapat menjadi sumber penyakit termasuk diare.
Berdasarkan sifat biologis dan kimianya, sampak dibedakan menjadi 4 bagian,
sebagai berikut ;
– Sampah yang dapat membusuk. Contohnya seperti sampah sisa makanan,
sampah kebun dan pertanian.
– Sampah anorganik atau sampah yang tidak dapat tergedrasi oleh tanah.
Contohnya sampah plastic, stereform dan lainnya.
– Sampah berupa debu.
– Sampah yang membahayakan kesehatan masyarakat. Contohnya seperti
sampah dari Industri obat-obatan.
Pengelolaan sampah adalah kegiatan pengendalian sampah, mulai dari
penyimpanan sementara hingga pengolahan pembuangan akhir yang sesuai
dengan prinsip kesehatan lingkungan (Budiman, 2010). Cara pengelolaan sampah
antara lain ;
1) Pengumpulan dan pengangkutan
Pengumpulan sampah merupakan tanggung jawab dari rumah tangga
perorangan yang menghasilkan limbah/sampah. Sampah tersebut di kumpulkan
pada tempat penampungan sampah rumah, kemudian diangkut oleh petugas
kebersihan daerah ke TPA.
2) Pemusnahan dan pengolahan sampah
Pemusnahan dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain ;

14
– Landfill, pemusnahan dengan membuat lubang di tanah kemudian di
timbun.
– Inceneration, pemusnahan dengan cara di bakar menggunakan mesin
insenerator.
– Dijadikan pupuk. Biasanya pengolahan sampah organic di daur ulang
menjadi pupuk organic, kemudian dimanfaatkan para petani ataupun
masyarakat untuk tanaman yang mereka tanam.
Menurut permenkes No.3 Tahun 2014 tentang prinsip pengelolaan sampah
secara aman meliputi;

– Reduce, cara pengolahan sampah yang meminimalisir sampah dengan cara


mengurangi pemakaian barang yang tidak dibutuhkan.
– Reuse, memanfaatkan barang yang tidak terpakai menjadi barang terpakai
lagi. Misal kotak tisu dari kertas koran bekas.
– Recycle, yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi sesuatu yang
bernilai ekonomis. Contohnya, pupuk organic.
Tempat sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara.
Setiap rumah/industry kecil yang menghasilkan sampah harus memiliki tempat
sampah dan tempat sampah tersebut harus memenuhi beberapa kriteria
persyaratan kesehatan sebagai berikut ;
– Sampah yang berada di tempat pembuangan, tidak boleh melebihi dari 2
hari.
– Tempat penampungan sampah sementara ditempatkan pada tempat yang
mengahsilkan sampah.
– Tempat sampah sementara tidak menjadi sarang perkembangbiakkannya
vector.
– Terbuat dari bahan yang kedap air dan tidak mudah bocor.
d. Sarana Pembuangan Air Limbah ( SPAL )
Limbah adalah suatu zat atau benda dari hasil suatu kegiatan produksi industry
yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan pada lingkungan atau
keberadaannya yang tidak dikehendaki. Air limbah merupakan sisa hasil kegiatan

15
suatu usaha produksi industry maupun rumah tangga. Air yang berasal dari
kegiatan rumah tangga disebut dengan air limbah domestic. Air limbah ini
mengandung bahan organic yang terdiri atas protein sebanyak 65%, karbohidrat
25%, lemak 10% dan bahan anorganik seperti butiran, garam serta metal
(Suharno, 2012).
Air limbah domestic adalah limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga
seperti, mencuci pakaian, cucian peralatan dapur dan kamar mandi. Volume
limbah cair pemukiman biasanya berkisar antara 200 liter sampai 400 liter per
orang/hari. Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 macam yaitu, limbah tinja, air
seni dan grey water. Dan air limbah domestic harus melalui sistem pengelolahan
agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
Saluran pembuangan air limbah adalah suatu pengelolaan air limbah yang
dilemngkapi dengan pipa sebagai pembantu aliran air buangan dari sumber
menuju tempat pembuangan. Pengelolaan air limbah yang kurang baik dapat
menimbulkan akibat buruk terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Menurut Permenkes No. 3 Tahun 2014 tentang STBM, ada 5 prinsip pengamanan
limbah cair rumah tangga yang harus di terapkan, sebagai berikut ;
1) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari
jamban.
2) Tidak menjadi tempat perindukan vector.
3) Tidak menimbulkan bau.
4) Tidak ada genangan disekitar SPAL.
5) Terhubung dengan saluran limbah umum/sumur resapan.
Selain itu ada beebrapa hal persyaratan kesehatan yang harus diperhatikan juga
dalam proses pengelolahan air limbah domestic, antara lain :
– Tidak menyebabkan kontaminasi pada sumber air bersih dan minum.
– Tidak menimbulkan pencemaran air permukaan, flora dan fauna sekitar.
– Tidak menjadi tempat hinggapan dan perindukan vector.
– Harus tertutup dan tidak menimbulkan bau tidak sedap.
e. Sarana Saluran Drainase

16
Drainase adalah sebuah kata dari kata kerja to drain yang berarti mengeringkan
atau mengalirkan air. Secara terminologi drainase merupakan suatu sistem yang
berkaitan dengan penanganan masalah berlebihannya air yang berada di atas atau
di bawah permukaan tanah. Berlebihnya air disebabkan oleh intesitas hujan yang
tiggi atau durasi hujan yang lama.
Sedangkan secara umum sistem drainase dapat didefinisikan sebagai suatu
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi air permukaan yang
tidak dapat terserap baik dari suatu kawasan atau lahan. Sistem drainase di bangun
secara berurutan, mulai dari saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk
(main drain) dan sering dijumpai bangunan lainnya seperti gorong-gorong,
jembatan, talang dan saluran miring/got miring (Suripin, 2004). Berdasarkan
sistem konstruksinya, saluran drainase dibedakan menjadi 2 yaitu ;
1) Saluran terbuka, terdapat pada daerah yang pejalan kakinya tergolong rendah
atau masih tersedia lahan bekas. Saluran inihanya berupa lauran dari tanah
dan pasangan baru kalu atau beton.
2) Saluran tertutup, biasanya terdapat pada daerah perdagangan/pertokohan yang
padat dengan pejalan kaki. Saluran tertutup berupa buis beton yang
dilengkapi dengan bak control dan diberi plat tutup/beton tulang.
3. Hubungan Keadaan Sanitasi Dasar Rumah degan Kejadian Diare
a. Hubungan Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare
Air bersih salah satu jenis smber daya alam yang berguna bagi kehidupan
manusia serta bermutu baik dan biasa dimanfaatkan manusia dalam aktivitas
sehari-hari. Air sangat penting bagi kehidupan manusia, kebutuhan manusia
khususnya pada air sangat kompleks antara lain diguakan untuk minum, masak,
mandi,mencuci da sebagainya. Penyediaan sumber air bersih yang terbatas
memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Sumber air yang tidak bersih
dapat mempengaruhi kesehatan seseorang yang mengkonsumsinya. Hal ini
dikarenakan bakteri atau kuman yang terdapat dalam air akan mengkontaminasi
barang-barang yang dicuci menggunakan air tersebut atau meminum air.
Sumber air bersih berperan penting dalam hal penyebaran penyakit menular
seperti diare. Diare ditularkan melalui fecal oral dan disebabkan oleh bakteri

17
E.Coli yang masuk ke dalam air pada saat hujan, dengan cara air hujan akan
membawa limbah kotoran hewan/manusia masuk ke dalam tanah dan mencemari
sumber air tanah (Langit, 2016).
Bakteri ini biasanya masuk ke dalam air dengan cara pada saat hujan turun,
air membawa limbah dari kotoran hewan atau manusia yang kemudian meresap
masuk ke dalam tanah melewati pori-pori permukaan atau mengalir dalam
sumber air. Diare dapat ditularkan melalui cairan atau bahan yang tercemar
dengan tinja seperti air minum, tangan atau jari-jari, makanan yangdisajikan
dalam panic yang telah dicuci dengan air tercemar. Kondisi sarana air bersih
sangat erat kaitannya dengan pencemaran yang dapat terjadi pada air bersih.
b. Hubungan Sarana Jamban dengan Kejadian Diare
Sarana jamban adalah suatu hal yang harus diperhatikan, karena sarana
jamban dapat mempengaruhi tingkat rendah tingginya suatu kejadian penyakit
berbasis lingkungan seperti diare. Tinja yang sudah terinfeksi, sudah dipastikan
mengandung irus atau bakteri dalam jumlah banyak. Apabila tinja tersebut di
hinggapi oleh vector, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang
memakannya.
Sarana jaman yang tidak tertutup dapat dijangkau oleh vector penyebab
penyakit diare yang kemudian secara tidak langsung akan mencemari makanan
dan minuman. Selain itu, arak antar lubang penampung kotoran dengan sumer air
bersi kurang dari 10 meter akan menyebabkan kuman penyakit diare yang
berasal dari tinja dapat mencemari sumer air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari.
c. Hubungan Sarana Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare
Sampah adalah salah satu penyebab tidakseimbang atau rusaknya lingkungan
hidup. Sampah jika di tumpuk saja akan menimulkan baud an gas yang
berbahaya bagi kesehatan manusia. Selain itu tradisi membuang sampah disungai
dapat mengakibatkan pendangkalan yang cepat dan banjir yang mencemari
sumber air permukaan karena pembusukan sampah. Sampah yang telah
mencemari tanah dan badan air, maka pengaru terbesarnya secara biologis ialah

18
menjadi media mikroorganisme untuk hidup. Proses ini akan menimbulkan
terbentuknya bau yang menarik beberapa vektor penyakit.
Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan
dampak yang menganggu kesehatan masyarakat seperti, menarik perhatian vector
dan sebagai tempat tinggal bagi beberapa organisme.Potensi bahaya yag
ditimbulkan adalah penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat di tempat
yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. Pembuangan sampah yang
sembarangan dapat menimbulkan penyakit, lingkungan yang kotor, serta menjadi
sarang vector penyakit, contohnya lalat.
d. Hubungan Sarana Pembuangan Air Limbah dengan Kejadian Diare
Kondisi sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dapat berpotensi untuk menimbulkan penyakit diare karena air limbah
ini akan mudah meresap ke dalam sumber air bersih sehingga menyebabkan
pencemaran. Selain itu sarana pembuangan air limbah yang dibiarkan terbuka,
tidak lancar dan becek akan mudah menjadi tempat berkembangbiaknya jasad
renik atau makhluk hidup dan vector penyebab penyakit.
e. Hubungan Saluran Drainase dengan Kejadian Diare
Drainase memiliki arti mengalirkan, menguras, membuang atau mengalihkan
air. Secara umum drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan,
sehingga dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga di artikan sebagai suatu
cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta
cara-cara penanggulangan akibat yag ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut
dapat mengurangi genangan air sekitar rumah agar tidak menjadi tempat
perindukan vector penyakit bawaan air, misalnya diare.

B. Penyakit Diare
1. Pengertian Diare
Diare merupakan salah satu penyakit menular yang ditandai dengan gejala
dehidrasi, demam, mual, muntah dan lain sebagainya. Biasanya seseorang terkena
diare ketika sering berak dalam waktu yang lebih sering dari biasanya ( 3 kali atau
lebih dalam sehari ) dan adanya perubahan konsistensi feses lebih berair. Diare

19
adalah dimana seseorang yang sedang buang air besar dengan keadaan feses yang
tidak berbentuk dalam frekuensi waktu lebih dari 3 kali 24 jam. Agen yang
menyebabkan penyakit diare dapat ditularkan melalui jalur fecal oral. Hal ini terjadi
karena seseorang menelan makanan atau air yang terkontaminasi/kontak langsung
dengan benda yang menjadi media perantaran penularan agen.
2. Penyebab Diare
a. Agent
Diare disebabkan oleh mikroorganisme, bakteri atau virus dan protozoa seperti,
Escherichia Coli, Shigella, Sp, Campylobacter Jejuni dan Cryptosporidium, Sp.
Virus atau bakteri dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman
yang sudah terkontaminasi oleh bakteri penyebab diare. Selanjutnya bakteri
tersebut masuk ke sel-sel epitel usus halus dan menyebabkan infeksi yang dapat
merusak sel-sel. Sel epitel yang rusak akan tergantikan oleh sel epitel lainnya
yang belum matang dan vili-vili usus halu akan mengalami atrofi sehingga
menyebabkan tidak terserapnya makanan secara baik dan cairan resapan akan
terkumpul di usus halus sehingga terjadi peningkatan tekanan osmotic, kemudian
terdorong keluar melalui anus dan terjadilah diare ( Kliegman, dkk, 2006 ).
b. Host
1) Faktor Perilaku
Kebiasaan perilaku yang tidak bersih dan sehat dapat menimbulkan kasus
diare, kebiasaan perilaku masyarakat yaitu kebiasaan membuang tinja tidak di
jamban atau membuang di sembarang tempat, kebiasaan membeli makanan
dan minuman yang tidak diketahui proses pemasakannya, kebiasaan makan
dan minum yang tidak dimasak terlebih dahulu, kebiasaan tidak mencuci
tangan pada saat sebelum dan sesudah makan, kebiasaan meletakkan
makanan yang tidak ditutup.
2) Faktor Gizi
Gizi buruk makin mempermudah semua sistem respon immnunologik dan
sangat erat kaitannya dengan diare.
3) Faktor Usia

20
Penyakit diare tidak mengenal batas usia, artinya menyerang segala umur,
baik usia bayi, balita, anak-anak sampai dewasa dan sampai orang tua.

4) Faktor Sosial Ekonomi


Resiko kejadian diare terjadi pada anak yang berasal dari keluarga kurang
mampu.
5) Kekebalan Tubuh
Penyakit diare banyak menimpa bayi, balita dan anak-anak dikarenakan pada
usia ini masih rentan terhadap serangan penyakit infeksi. Selain itu, masih
memasuki masa oral dalam perkembangan psikologi sehingga setiap benda
yang dipegang selalu masuk kedalam mulut.
c. Environment ( Lingkungan )
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan,
sehingga keadaan yang buruk akan mempercepat perkembangan kasus diare.
Beberapa kasus diare sering terjadi pada daerah yang keadaan lingkungannya
buruk, seperti di daerah bencana banjir, daerah yang kumuh dan daerah-daerah
yang sanitasinya buruk.
3. Etiologi Penyakit Diare
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya diare, diantaranya :
a. Faktor Infeksi.
Ada 2 jenis infeksi yang menyebabkan penyakit diare, yaitu :
1) Infeksi Enternal, infeksi saluran pencernaan yang menjadi penyebab utama
diare ;
– Infeksi bakteri : Eschericia coli. Vibrio, Salmonella,
Shigella,Campylobacter, staphylococcus aureus.
– Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Coronavirus.
– Infeksi parasit : Cacing ( Ascaris, Trilhuris. ), Protozoa ( Entamoeba
histelytica, Giardia lamblia.), Jamur ( Candida albicans. )
2) Infeksi parental. Infeksi diluar pencernaan manusia. Contohnya : Otitis
Media Akut ( OMA ), Tonsiliti/tonsilofaringitis ( Sudarti, 2010 ).

21
b. Faktor Malabsorpsi.
1) Karbohidrat : Pada anak dan bayi sangat peka terhadap kandungan
lactoglabulis pada susu formula yang dapat menyebabkan diare. Biasanya
gejala diare di tandai berupa tinja yang berbau asam, diare berat dan sakit
pada area perut ( Widjaja, 2002 ).
2) Lemak : Triglyserida adalah lemak yang terdapat pada makanan.
Triglyserida/lemak bisa di ubah menjadi micelles yang siap di absorpsi
oleh usus dengan bantuan kelenjar lipase. Tetapi jika terdapat kerusakan
pada mukosa usus dan tidak ada epilepsy, dapat menimbulkan penyakit
diare karena lemak tidak terserp baik.
3) Protein
4) Faktor Makanan.
Makanan yang tercemar, basi, berlebihnya lemak dan kurangnya waktu
saat memasak dapat mengakibatkan diare.
5) Faktor Psikologi.
Faktor psikologi yang menyebabkan terjadinya diare meliputi perasaan
takut, cemas dan tegang.
6) Personal Hygiene
Personal Hygiene atau kebersihan perorangan harus menjadi prioritas yang
tinggi, tetapi dianggap tidak penting, khususnya pada kebersihan tangan.
Tangan yang kotor dapat menjadi media perantara pemindahan bakteri
atau virus pathogen dari tubuh, feses ke makanan. Mencuci tangan
menggunakan sabun sebagai pembersih atau pembilasan dengan air yang
mengalir dapat menghanyutkan partikel kotoran yang banyak mengandung
mikroorganisme. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun,ternyata dapat
mengurangi insiden diare sampai 50% atau sama dengan menyelamatka
sekitar 1 juta anak di dunia dari penyakit tersebut setiap tahunnya.
4. Klasifikasi Diare
Berikut beberapa klasifikasi diare berdasarkan lama waktu gejala :
a. Diare Akut.

22
Diare akut di tandai dengan frekuunsi buang air besar yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek selama kurang dari 2 minggu. Bahaya utama dari
penderita diare akut adalah dehidrasi dan penurunan berat badan.

b. Diare Kronik.
Diare Kronik merupakan diare yang berlangsung ( hilang-timbul) namun
penyebab terjadinya diare ini secara non-infeksi. Dan lama diare kronik lebih
dari 30 hari.
c. Diare Disentri.
Diare akut disertai darah pada tinja. Bahaya utama dari diare disentri adalah
kerusakan usus halus ( Intestinum ), sepsi ( Infeksi bakteri dalam darah ),
Malnutrisi ( kurang gizi ) dan komplikasi lainnya ( Putri & Hasniah, 2009 ).
d. Diare Persisten.
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus.
5. Gejala Diare
Menurut Widoyono ( 2011 ) ada gejala seseorang menderita diare ;
a. Gejala Umum.
– Bentuk konsistensi berak menjadi lembek.
– Merasa muntah dan mual.
– Lemah, pucat dan demam.
b. Gejala Dehidrasi. Biasanya penderita diare yang mengalami dehidrasi ditandai
dengan adanya mata cekung, ketegangan kulit menurun dan merasa gelisah.
6. Penularan Diare
Sebagian besar penyebab penyakit diare adalah kuman atau bakteri dan virus.
Namun ada beberapa faktor lain dalam penularan penyakit diare, antara lain :
a. Melalui air ( Media utama penularan. )
Seseorang terkena diare apabila meminum air yang sudah tercemar dari
sumbernya. Pencemaran dapat terjadi apabil tempat penyimpnanan tidak tertutup
atau ketika tangan yang tercemar menyetuh air secara langsung.
b. Melalui tinja terinfeksi.

23
Tinja yang terinfeksi mengandung bakteri Escherichia coli. Kemudian tinja
tersebut dihinggapi oleh vector dan hinggap di makanan sehingga makanan
tersebut secara tidak langsung sudah tercemar oleh vector yang dapat
menyebabkan diare apabila orang memakan makanan tersebut.

7. Pencegahan Diare
UNICEF / WHO ( 2011 ) mengatakan ada beberapa hal dalam mecegah penyakit
diare ;
a. Pencegahan primer
Vaksin rotavirus dan campak dapat membantu mengurangi resiko kematian
akibat diare dengan melalui dua cara :
– Membantu mencegah infeksi secara langsung penyebab diare. Contoh
infeksi dari titavirus.
– Mencegah dengan mencuci tangan menggunakan sabun.
Beberapa peniliti menyatakan jika mencuci tangan dapat mengurangi angka
kejadian diare lebih dari 40% dan waktu yang tepat untuk melakukan Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS) saat setelah menggunakan toilet dan sebelum
ataupun sesudah makan.
b. Pencegahan sekunder ( to reduce disease severity )
– Suplementasi vitamin A
– Zink
8. Pengobatan Diare
Berdasarkan tipe dehidrasi dalam pengobatan diare dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Tanpa mengalami dehidrasi, menggunakan terapi A.
Biasanya di kondisi seperti ini mengalami buang air besar antara 3-4 kali.
Namun jika pada anak akan mengalami kondisi yang masih lincah dan makan
serta minum seperti biasa. Pengobatan yang dapat dilakukan hanya memberikan
makanan/minuman sebagai penawar diare. Contoh air kelapa, larutan garam, air
tajen dan oralit. Selain itu da 3 cara lainnya untuk pemberian cairan bagi
penderita diare :

24
– Memberikan anak lebih banyak cairan agar tidak dehidrasi.
– Member makan secara terus menerus dan rutin.
– Membawa ke rumah sakit atau klinik, bila dalam 3 hari tidak kunjung
membaik.

b. Mengalami dehidrasi ringan / sedang, menggunakan terapi B.


Diare dengan dehidrasi ringan di tandai danya kehilangan cairan tubuh 5% dari
berat badan. Jika dehidrasi sedang bisa kehilangan cairan antara 6-10% dari
berat badan. Untuk mengobati penyakit diare yang mengalami dehidrasi
ringan/sedang digunakan terapi B, antara lain :
– Pada tiga jam pertama oralit yang digunakan :
– Untuk usia < 1 Tahun, jumlah oralit yang digunakan sebanyak 300 ml.
– Untuk usia 1 – 4 Tahun, jumlah oralit yang digunakan sebanyak 600 ml.
– Untuk usia >5 Tahun, jumlah oralit yang digunakan sebanyak 1200 ml.

C. Banjir
1. Pengertian Banjir
Banjir adalah suatu daerah yang keadaannya sedang tergenang oleh air dalam
jumlah volume yang tidak seperti biasa/melebihi batas normal. Banjir dapat
didefinisikan tergenangnya suatu tempat atau lahan akibat meluapnya air yang
columenya melebihi kapasitas pembuangan air di wilayah penduduk sehingga
menimbulkan kerugian secara fisik, sosial dan ekonomi.
Banjir dapat di definisikan sebagai suatu keadaan keadaan dimana aliran sungai
yang tidak dapat tertampung oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan atau
genangan pada lahan disekitarnya. Banjir merupakan kondisi atau keadaan aliran
permukaan yang cenderung relative tinggi dan tidak dapat tertampung lagi oleh alur
sungai atau drainase ( Mawardi dan Sulaeman, 2011 ).
Banjir dapat berupa genangan yang menggenangi suatu lahan kering seperti
lahan pertanian, pemukimanataupu perkotaan. Banjir terjadi karena debit saluran
drainase melibihi kapasitas pengalirannya ( BNPB, 2013 ).

25
Daerah pemukiman yang tidak memiliki sistem drainase dengan baik dapat
terkena banjir, jika intensitas hujan lebih lebat dan lama. Selanjutnya saluran air
terhenti dan menggenang karena tidak ada sistem drainase ( Samadi, 2007 ).
2. Jenis Banjir
Menurut Samadi ( 2007), jenis banjir di bedakan menjadi 2 jenis, sesuai sumber
air yang menjadi penampung di bumi :

a. Banjir Sungai
Banjir sungai dapat terjadi secara dalam kurun waktu tertentu. Curah hujan yang
tinggi dan mencair gletser di kawasan hulu sehingga menjadi penyebab
meluapnya air sungai.
b. Banjir Danau
Ada 2 hal yang menyebabkan meluapnya air danau ke pemukiman, antara lain :
– Terjadinya angin yang sangat kuat, dapat meggerakkan air hingga hingga
keluar melewati taggul/endungan.
– Masuknya air dalam danau karena curah hujan yang lebat dan berdurasi
lama menyebabkan air melewati batas daya tampung danau.
c. Banjir laut pasang.
Menurut BPBD ( 2012 ), mengatakan bahwa banjir ini berupa gelombang pasang
yang sampai meluap ke daratan akibat gempa gempa bumi yang disebut dengan
tsunami. Kejadian bencana banjir sangat dipengaruhi oleh faktor alam seperti
curah hujan diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Selain itu, faktor ulah
manusia juga dapat mempengaruhi banjir di suatu wilayah, seperti :
– Penggunaan lahan yang kurang tepat.
– Pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebaginya

3. Penyebab Banjir
Penyebab banjir meliputi di antara lain :
a Curah hujan lebat.
b Permukaan tanah lebih rendah.

26
c Terletak pada cekungan yang di kelilingi perbukitan dengan pengaliran air yang
sempit.
d Banyak pemukiman/bangunan di bangun sepanjang dataran sungai
e Aliran sungai tersumbat akibat sampah yang berada dalam sepanjang perjalanan.
f Kurangnya tutupan lahan pada sungai.
Banjir terjadi dengan waktu dan genangan yang cepat atau sebaliknya. Banjir bisa
terjadi karena curah hujan yang tinggi, luapan air sungai yag mmebuat tanggul jebol,
dan tidak lancarnya saluran drainase. Banjir kini menjadi bencana jika
keberadaannya mengganggu kehidupan manusia dan mengancam keselamatan jiwa
( Mawardi & Sulaeman, 2011 ).
4. Dampak Banjir
Dampak banjir dapat terjadi pada beberapa aspek dengan tingkat kerusakan yang
berbeda. Aspek-aspek tersebut meliputi :
a Aspek penduduk, berupa korban meninggal karena hanyut dan tenggelam, yang
mengalami luka-luka, korban hilang dan terjangkitnya wabah penyakit.
b Aspek pemerintah, berupa a kerusakan dan hilangna dokumen arau arsip negara,
terganggunya jalan pemerintah.
c Aspek ekonomi, berupa hilangnya mata pencaharian masyarakat, mengalami
kerusakan atau kehilangan harta benda, kegiatan beternak terganggu serta
perekonomian masyarakat terhambat
d Aspek sarana/prasarana, berupa kerusakan rumah penduduk, jembatan dan jalan
serta bangunan rumah mengalami kerusakan.
e Aspek lingkungan, berupa kerusakan ekosistem, tercemarnya sumber air bersih
dan menyebabkan kerusakan tanggul/jaringan irigasi.
Banjir juga dapat mengakibatkan krisis kesehatan pada masyarakat. Pada tahun
2008-2012, kejadian banjir di Indonesia rata-rata yang mengalami krisis kesehatan
adalah 37%. Setiap kejadian banjir selalu muncul beebrapa pengungsi dengan jumlah
yang bergantung intensitas lama terjadinya dan keparahan banjir. Selain itu dampak
lanjutan dari banjir adalah meningkatnya penyakit menular hingga menimbulkan
wabah. Penyakit menular akibat banjir dapat menyebar melalui air ( water borne
disease ) serta timbulan akibat lingkungan yang kotor/bersih ( vector borne disease ).

27
Menurut kesehatan RI, ada 7 penyakit menular yang sering muncul akibat banir,
meliputi penyakit diare, leptospirosis, ispa, penyakit kulit, penyakit saluran
pencernaan, tifoid, demam berdarah dan malaria.
Saat ini kecenderungan bencana banjir terus meningkat baik di perkotaan maupun
di perdesaan. Bencana banjir yang terjadi selalu menimbulkan kerugian bagi yang
terkena banjir baik secara langsung maupun tidak langsung pada lingkungan
masyarakat. Dampak banjir yang terjadi sering kali menganggu kesehatan
lingkungan dan kesehatan warga. Lingkungan yang tidak sehat dikarenakan sampah
dan kotoran yang hanyut seringkali mencemari lingkungan. Sampah-sampah terbawa
air dan membusuk mengakibatkan penyakit gatal-gatal di kulit dan sumber air
tercemar sehingga penyediaan air bersih berkurang dan mengkonsumsinya saat
darurat, hal ini bisa dijadikan sebagai penyebab terjadinya penyakit diare di wilayah
rawan banjir.

28
D. Kerangka Konsep

Agent :
MPN Coliform
Escherichia Coli

Penyakit diare

Environment : Host :

SANITASI DASAR : 1. Perilaku


2. Usia
1. Sarana Air Bersih
3. Gizi
2. Sarana Tempat
Pembuangan Sampah
3. Sarana Pembuangan air
limbah
4. Sarana Jamban Sehat
5. Sarana Saluran Drainase

29
Keterangan :

Diteliti :

Tidak Diteliti :

Gambar II. 1 Kerangka Konsep

Penjelasan Kerangka Konsep :

Pada kerangka konsep diatas dapat bahwa terjadinya suatu penyakit dikarenakan
ketidak seimbangan hubungan Host, Agent dan Environment. Penyakit Diare merupakan
salah satu penyakit yang dapat ditularkan secara langsung atau tidak langsung. Diare
dapat disebabkan oleh 3 faktor, faktor Host yaitu dalam hal perilaku, usia dan
gizi.Faktor Agent dan Enviroment yang terdiri dari 5 sanitasi dasar rumah. Tinjauan
sanitasi rumah dasar dilakukan pasca kejadian banjir berlangsung. Tinjauan ini
dilakukan karena pasca kejadian banjir menimbulkan kerusakan atau ketidak
seimbangan fungsi sanitasi dasar rumah pada pemukiman Desa Kedung Banteng yang
meliputi penyediaan air bersih, jamban sehat, sarana pembuangan air limbah, sarana
pembuangan sampah dan saluran drainase. Tinjauan ini bertujuan agar peneliti
mengetaui sejauh mana kerusakan atau ketidak seimbangan fungsi sanitasi rumah dasar
rumah serta menghindari peyakit berbasis lingkungan yang muncul akibat dari bencana
banjir.

30

Anda mungkin juga menyukai