Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KEGIATAN

LAYANAN PENGENDALIAN VEKTOR DBD


KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PONTIANAK

WILKER PLBDN BADAU | DESEMBER 2021


1.1 Latar Belakang
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Pontianak adalah unit pelaksana
teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. KKP Kelas II
Pontianak memiliki 10 Wilayah Kerja yang tersebar di Pelabuhan, Bandara, dan Pos
Lintas Batas Darat Negara (PLBDN) yang ada di Provinsi Kalimantan Barat dan salah
satunya adalah Wilker PLBDN Badau yang terletak di Kecamatan Badau Kabupaten
Kapuas Hulu.

Gambar 1.1 Peta Lokasi Kerja KKP Kelas II Pontianak Wilker PLBDN Badau

Berdasarkan Permenkes 2348/Menkes/Per/XI/2011, KKP mempunyai tugas


melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah,
surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan,
pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit
baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan
pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat
negara.
KKP juga memiliki 16 fungsi yang harus dilaksanakan salah satu diantaranya
adalah pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan, dan lintas
batas darat negara yang dilaksanakan oleh Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan
(PRL). Seksi PRL pada KKP Kelas II Pontianak secara garis besar melaksanakan
kegiatan sanitasi dan entomologi. Khusus kegiatan entomologi terdapat kegiatan
Layanan Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang juga

1
dikenal sebagai kegiatan Pengendalian Nyamuk Aedes yang rutin dilaksanakan setiap
tahunnya sesuai dengan tugas yang diemban KKP.
Demam berdarah atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi salah satu dari empat virus Dengue. Virus ini masuk ke dalam
tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang
hidup di wilayah tropis dan subtropis. Berbeda dengan Nyamuk Anopheles sp, gigitan
nyamuk Aedes lebih sering terjadi pada pagi dan sore hari. Setelah nyamuk menggigit,
virus yang dibawanya kemudian akan masuk dan mengalir dalam darah Anda. Virus
dengue akan lebih dulu berada pada tahap inkubasi sampai pada akhirnya
memunculkan gejala dalam 3 tahapan. Fase demam berdarah sering juga disebut
“Siklus Pelana Kuda”.
Untuk memantau kemungkinan penyebaran penyakit Demam Berarah Dengue di
lokasi kerja KKP Kelas II Pontianak, Seksi PRL melakukan kegiatan Layanan
Pengendalian Vektor DBD (Pengendalian Nyamuk Aedes sp). Kegiatan ini terdiri dari
kegiatan survey dan pengendalian pada vektor penyakit DBD yaitu nyamuk Aedes sp.
Kegiatan berupa survey jentik dan sementara kegiatan pengendalian yang umum
dilakukan adalah kegiatan larvasidasi dan pengasapan (fogging). Kegiatan survey
jentik bersifat rutin dan dilaksanakan tiap tahun selama 12 bulan kegiatan, sementara
kegiatan pengendalian menyesuaikan setidaknya hasil pengukuran kepadatan jentik di
lapangan. Kegiatan pada Area PLBDN Badau Bulan Desember Tahun 2021 dilakukan
terhadap 13 bangunan di Perimeter dan 78 bangunan di Buffer.

2.1 Dasar Hukum Kegiatan


Dasar hukum kegiatan Layanan Pengendalian Vektor DBD adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan.
2. Undang- Undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
3. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran.
4. Undang- Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
6. Peraturan Pemerintah nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2348/MENKES/PER/XI/2011 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

2
Kesehatan Nomor 356/MENKES/PER/IV/2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Kantor Kesehatan Pelabuhan.
10. Peraturan Menteri Kesehatan No 50 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya.
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 340 tahun 1985 tentang Pembantuan Taktis
Operasional Satuan Organisasi Ditjen PPM & PLP Dalam Lingkungan Kerja
Pelabuhan Laut Utama Kepada Administrator Pelabuhan.
12. Keputusan Menteri Kesehatan No 1314/MENKES/SK/IX/2010 Pedoman
Standarisasi Sumber daya Manusia, Sarana, dan Prasarana di Lingkungan Kantor
Kesehatan Pelabuhan.
13. Keputusan Menteri Kesehatan No 70 tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1479 tahun 2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit
Tidak Menular Terpadu.
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 431/MENKES/SK/IV/ 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengendalian Risiko Kesehatan Lingkungan di
Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas Dalam Rangka Kekarantinaan Kesehatan.
16. International Health Regulation (IHR) Tahun 2005.

3.1 Tujuan Kegiatan


Tujuan umum kegiatan Layanan Pengendalian Vektor DBD adalah pelaksanaan
tugas dan fungsi KKP Kelas II Pontianak dalam melakukan pengendalian risiko
lingkungan di bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara. Sementara tujuan
khusus kegiatan ini adalah:
1. Mengetahui kepadatan jentik Aedes sp pada Area Wilker PLBDN Badau KKP
Kelas II Pontianak.
2. Melaksanakan kegiatan larvasida jentik Aedes sp pada Area Wilker PLBDN
Badau KKP Kelas II Pontianak.
3. Melaksanakan kegiatan pengasapan nyamuk Aedes sp pada Area Wilker PLBDN
Badau KKP Kelas II Pontianak.

4.1 Manfaat Kegiatan


Manfaat dari kegiatan Layanan Pengendalian Vektor DBD adalah:
1. Bagi KKP Kelas II Pontianak

3
Terlaksananya tugas dan fungsi KKP Kelas II Pontianak secara umum dan
Seksi PRL secara khusus dalam rangka pelaksanaan kegiatan Layanan
Pengendalian Vektor DBD.
2. Bagi Stakeholder
Mengurangi faktor resiko kesehatan masyarakat dan meningkatkan sinergitas
LS/LP dalam bidang pengawasan dan pengendalian vektor khususnya vektor
penyakit DBD.
3. Bagi Masyarakat
Menjamin rasa aman dan nyaman dari gangguan vektor terutama vektor
penyakit DBD.

5.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan layanan pengendalian
vektor DBD adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Alat dan Bahan Kegiatan

No Sarana dan Prasarana Pengamatan Sarana dan Prasarana Pengendalian


A Alat Alat
1 Senter Thermal Fogger/ULV besertaTookit
2 Pipet Panjang dengan karet hisap Masker
3 Botol sample jentik Helm
4 Loupe Sepatu Safety
5 Glass Object Kacamata Safety
6 Cover Glass Wearpack
7 Mikroskop Jerigen
8 Kertas Label Gelas Ukur
9 Corong
B Bahan Bahan
1 Alkohol Insektisida
2 Formulir Lapangan Larvasida
3 Pelarut Insektisida
4 Bahan Bakar Thermal Fogger

6.1 Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan Layanan Pengendalian Vektor DBD dilaksanakan tiap bulan dalam 1
(satu) tahun kegiatan di Wilker PLBDN Badau KKP Kelas II Pontianak. Kegiatan ini
dilaksanakan minimal 1 hari berupa kegiatan survey jentik Aedes sp yang dilaksanakan
baik pada area perimeter dan buffer di lingkungan Wilker PLBDN Badau KKP Kelas II
Pontianak. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dari tanggal 01 s.d 02 Desember Tahun
2021.

4
Survey jentik Aedes sp dilakukan pada tempat perindukan seperti penampungan
air pada dalam dan luar rumah serta memperhatikan breeding place potensial lainnya.
Perhitungan survey jentik Aedes sp untuk KKP betujuan untuk mengukur kepadatan
bangunan positif jentik (House Index/HI) dengan NAB Perimeter <0 dan Buffer <1,
kepadatan tempat penampungan air positif jentik (Container Index/CI) dengan NAB
Perimeter <0 dan Buffer <1, dan jumlah penampungan air positif jentik per seratus
bangunan diperiksa (Bruteau Index/BI) dengan NAB Perimeter <0 dan Buffer <50.
Adapun rumus perhitungan masing-masing indeks tersebut adalah sebagai berikut:

Jumlah bangunan postif jentik


House Index (HI): x 100%
Jumlah bangunan diperiksa

Jumlah penampunganair postif jentik


Container Index (CI) : x 100%
Jumlah penampungan air diperiksa

100
Bruteau Index (BI): x Jumlah Penampungan air positif jentik
Jumlah bangunan diperiksa

Petugas pelaksana menyampaikan laporan online via kespel.kemkes.go.id dan


laporan fisik serta softfile dikirimkan ke Kantor Induk KKP Kelas II Pontianak untuk
kemudian diolah sebagai laporan tahunan oleh Koordinator Kegiatan Layanan
Pengendalian Vektor DBD.

7.1 Hasil Kegiatan


7.1.1 Hasil Kegiatan Survey Jentik Aedes sp
Pada Bulan Desember Survey jentik Aedes sp dilakukan pada tempat-tempat yang
diduga sebagai tempat perindukan. Pada Wilker PLBDN Badau dilakukan pada area
perimeter dan buffer.
Grafik 1.1
House Index (HI) Survey Jentik Aedes sp Bulan Desember Tahun 2021

House Index
20.00%
16.39%

15.00%

10.00% 10.00% 10.00% 10.00% 10.00% 10.00% 10.00% 10.00% 10.00% 10.00% 10.00%
10.00% 8.96% 8.96% 9.09%
7.58% 7.46%

4.35% 4.35%
5.00%
2.90% 2.90% 2.86%
1.43% 1.43%

0.00%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Perimeter Buffer NAB Perimeter <0% NAB Buffer <1%

5
Pada Grafik 1.1 dapat dilihat bahwa selama pengamatan didapatkan hasil House
Index Bulan Desember Tahun 2021 melebihi NAB yang berlaku dengan hasil 1
bangunan positif jentik pada perimeter (HI = 9,09%) dan 10 bangunan positif jentik
pada area buffer (HI = 16,39%).
Grafik 1.2
Container Index (CI) Survey Jentik Aedes sp Bulan Desember Tahun 2021

Container Index
20.00% 18.48%
18.00%
16.00%
14.00% 13.16%

12.00% 10.26%
9.38%
10.00%
8.00% 7.50% 7.50% 7.92%
7.50%
8.00% 6.86%
6.00% 4.88% 4.88% 4.88% 4.81%
3.81%
4.00% 2.86% 2.38%
2.94%
2.38% 2.38% 2.38%
1.89% 1.94% 1.94%
2.00%
0.00%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Perimeter Buffer NAB Perimeter <0% NAB Buffer <1%

Pada Grafik 1.2 dapat dilihat bahwa Container Index Bulan Desember Tahun 2021
melebihi NAB yang berlaku dengan hasil pada perimeter 2,38% dan buffer 18,48%.
Kesimpulannya, jika House Index melebihi NAB maka Container Index juga akan
melebihi NAB yang berlaku yaitu perimeter 0% dan buffer 1%. Untuk Bruteau Index
tidak ditampilkan karena jumlah bangunan diperiksa tidak sampai 100 bangunan.
7.1.2 Hasil Kegiatan Larvasida
Larvasida diberikan kepada pengelola bangunan untuk ditaburkan kepada tempat
penampungan air terutama yang terdapat larva nyamuk.
7.1.3 Hasil Kegiatan Fogging
Tidak dilakukan kegiatan fogging pada Bulan Desember 2021.

Anda mungkin juga menyukai