A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
c. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan.
f. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
g. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2018 tentang Penyelenggaran Penanggulangan
Bencana Dalam Keadaan Tertentu.
h. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan.
j. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
k. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Surveilans Kesehatan.
l. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit
Menular.
m. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan
Kesehatan dan Pencegahan Penyakit.
n. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
o. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 50 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit serta Pengendaliannya.
p. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan.
q. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/9845/2020 tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Infeksi Dengue pada Dewasa.
r. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/4636/2021 tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Infeksi Dengue Anak dan Remaja.
2. Gambaran Umum
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010
tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan, salah satu penyakit yang dapat menimbulkan wabah adalah Demam
Berdarah Dengue (DBD). Agar tidak terjadi wabah, maka diperlukan upaya-upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit tersebut, meliputi penyelidikan epidemiologis,
penatalaksanaan penderita (pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi/karantina
penderita), pencegahan dan pengebalan, pemusnahan penyebab penyakit, penanganan
jenazah akibat wabah, penyuluhan kepada masyarakat dan upaya penanggulangan
lainnya.
Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan daerah endemis Demam Berdarah
Dengue (DBD). Insidens Rate (IR) Kabupaten Kotawaringin Timur berfluktuatif setiap tahun.
Data IR Tahun 2022 menunjukkan 18,04/100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate
(CFR) sebesar 4 %, sedangkan Tahun 2023 Bulan Januari sampai dengan Maret IR DBD
menunjukkan 5,72/100.000 penduduk dengan CFR 4,2 %. Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan mengenai Angka Bebas Jentik(ABJ) Kabupaten Kotawaringin Timur masih di
bawah 95%. Sehingga wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur mempunyai risiko terhadap
penularan penyakit demam berdarah.
Seiring dengan dicabutnya status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat
(PPKM) berdampak pada meningkatnya mobilitas masyarakat, yang tentunya akan berisiko
meningkatnya penyakit DBD pasca pandemi Covid 19. Upaya pengendalian diutamakan
pada pengendalian nyamuk pra-dewasa melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) maupun larvasidasi focus dan selektif pada tempat perkembangbiakannya
dibandingkan fase dewasa. Selain cara ini lebih efektif dan efesien, juga memudahkan
petugas dalam melaksanakan kegiatan di Puskesmas dalam upaya pencegahan dan
kewaspadaan dini munculnya kejadian DBD dan KLB akibat DBD.
C. Target / Sasaran
Target dari belanja pengadaan larvasida DBD sebanyak 600 (enam ratus) kilogram.
E. Penerima Manfaat
Belanja pengadaan larvasida DBD yang akan dilaksanakan diharapkan dapat memberi
manfaat kepada masyarakat yang berdomisili di Kabupaten Kotawaringin Timur, terutama di
lokasi endemis DBD.
No Penerima Target
Rincian Menu Kegiatan Target Outcome
. Manfaat Output
1. Pengadaan larvasida DBD Masyarakat 600 kg Meningkatnya angka
bebas jentik dan
menurunnya kejadian
DBD
I. Tenaga Ahli/Terampil
Tenaga ahli/terampil untuk penggunaan larvasida DBD tersebut tidak diperlukan, tetapi
minimal bisa membaca dan memahami petunjuk pemakaian.
J. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis barang yang akan diadakan adalah sebagai berikut:
- Macam/jenis barang yang akan diadakan larvasida butiran DBD sebanyak 600 kg.
- Bahan aktif Temephos 1%, formulasi butiran (Granular) melampirkan hasil mutu bahan
aktif.
- Kemasan pail/drum @25 pack/sachet @ 1 kg.
- Kemasan asli pabrik, tertutup rapat dan tersegel.
- Sifat fisik berbentuk padatan/butiran, berbau khas.
- Dosis aplikasi sesuai variasi ukuran/volume/kubikasi tempat perindukan vektor.
- Telah direkomendasikan dari PERMENKES tentang pengendalian vektor dan WHOPES
(WHO).
- Telah teregistrasi dan memiliki ijin edar dari Kementerian Pertanian RI.
- Telah lulus uji efikasi dan efektifitas terhadap jentik/pupa nyamuk Aedes sp, dan Culex. sp
oleh lembaga independen yang berwenang.
- Aman terhadap manusia, binatang dan lingkungan.
- Masa kadaluarsa minimal 15 (lima belas) bulan sejak barang diterima Dinas Kesehatan
kabupaten Kotawaringin Timur.
- Pengepakan larvasida diupayakan terhindar dari resiko kerusakan atau kehilangan selama
masa transportasi atau pada saat pengiriman dari tempat asal sampai ke tempat tujuan
akhir atau mempengaruhi kualitas bahan aktif.
- Pengangkutan larvasida (termasuk pemuatan dan penyimpanan) sampai dengan tempat
tujuan pengiriman yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur hingga diterima
secara lengkap dan baik menjadi tanggung jawab penyedia.
K. Pelatihan
Untuk menggunakan larvasida DBD diperlukan pelatihan sederhana yang dilakukan sendiri
oleh tim Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DBD Dinas Kesehatan Kabupaten
Kotawaringin Timur.