Anda di halaman 1dari 9

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA TIKUS (​Rattus ​sp.

) SEBAGAI VEKTOR
PENYAKIT PES DI AREAL PELABUHAN PANJANG KOTA BANDAR LAMPUNG

Meri Diyana Sari​1​, Endah Setyaningrum​1​, Emantis Rosa​1​, Sutyarso​1

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas


1​

Lampung

[e-mail korespodensi: ​meridiyanasari@gmail.com​]

Abstract : Identification Of Ectoparasites In Rats (​Rattus​ sp.) As Pes


Disease Vector In Panjang Port Area Of Bandar Lampung City
Rat ectoparasites act as biological vectors in the transmission of several diseases in
humans caused by fleas. Xenopsylla cheopis is a mouse fleas which is known as a
biological vector of bubonic plague. In Indonesia there are four regions which are
areas of PES supervision The purpose of this study was to determine the
percentage of trap success, percentage of rats infected with ectoparasites and
types of ectoparasites in mice as well as general and specific indices of fleas in mice
at the Panjang Port of Bandar Lampung City. This research is a descriptive study
conducted at Pelabuhan Panjang by using 46 rat traps spread at 8 points The
results showed that there were 10 mice with a trap success of 4.34% in the low
category, the percentage of rats infected with ectoparasites 90% was almost
always in the category. Ectoparasites found were Xenopsylla cheopis, Hoplopleura
pacifia, Poliplax spinulosa, and Ornithonyssus bacoti. The general index for fleas is
2.5 (> 2) and the specific index is 2.2 (> 1) potentially transmitting the disease to
humans.

Keywords: Rat Density, Ectoparasite, Pes

Abstrak : Identifikasi Ektoparasit Pada Tikus (​Rattus ​sp.) Sebagai Vektor


Penyakit Pes di Areal Pelabuhan Panjang Kota Bandar Lampung
Ektoparasit tikus berperan sebagai vektor biologis dalam penularan beberapa
penyakit pada manusia yang disebabkan oleh pinjal. ​Xenopsylla cheopis ​adalah
pinjal tikus yang dikenal sebagai vektor biologi dari penyakit pes. Di Indonesia
terdapat empat wilayah yang menjadi daerah pengawasan pes. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui prosentase ​trap success​, prosentase tikus terinfeksi
ektoparasit dan jenis ektoparasit pada tikus serta indeks umum dan khusus pinjal
pada tikus di Pelabuhan Panjang Kota Bandar Lampung. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif yang dilakukan di Pelabuhan Panjang dengan menggunakan 46
perangkap tikus yang disebar di 8 titik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat 10 ekor tikus dengan ​trap success sebesar 4,34% kategori rendah ,
prosentase tikus terinfeksi ektoparasit 90% kategori hampir selalu. Jenis
ektoparasit yang ditemukan ​Xenopsylla cheopis​, ​Hoplopleura pacifia​, ​Poliplax
spinulosa,​ dan ​Ornithonyssus bacoti.​ Indeks umum pinjal sebesar 2,5 (>2) dan
indeks khusus pinjal sebesar 2,2 (>1) berpotensi menularkan penyakit ke manusia.

Kata Kunci:​ ​Kepadatan Tikus, Ektoparasit, Pes

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 2, April 2020 120


PENDAHULUAN Tujuan dari penelitian ini
Penularan penyakit yang adalah untuk mengetahui prosentase
dibawa oleh tikus dapat ditularkan trap success​, prosentase tikus
secara langsung maupun secara tidak terinfeksi ektoparasit dan jenis
langsung melalui ektoparasit yang ektoparasit pada tikus serta indeks
dibawa oleh tikus. . Ektoparasit tikus umum dan khusus pinjal pada tikus di
tersebut berperan sebagai vektor Pelabuhan Panjang Kota Bandar
biologis dalam penularan beberapa Lampung.
penyakit pada manusia Di Indonesia Penyebaran tikus, ektoparasit,
penyakit pes pertama kali masuk dan patogennya yang dibawa dari
pada tahun 1910 melalui Pelabuhan suatu daerah ke daerah lain, salah
Surabaya yang dibawa oleh tikus yang satunya melalui kapal yang bersandar
membawa pinjal dari Pelabuhan di pelabuhan. Pelabuhan panjang
Rangoon di Myanmar. Penyakit merupakan pelabuhan internasional
tersebut terus meluas ke daerah yang terletak di Kecamatan Panjang,
Yogyakarta pada tahun 1916 serta Kota Bandar Lampung, Lampung.
daerah Surakarta pada tahun 1915. Sebagai pelabuhan internasional
(Kemenkes RI, 2014). banyak kapal domestik dan
Penyakit pes merupakan salah mancanegara yang singgah di
satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit pelabuhan ini oleh karena itu, potensi
yang menyerang hewan rodensia penularan penyakit bersumber tikus di
tetapi dapat menular ke manusia Pelabuhan Panjang cukup tinggi.
melalui gigitan pinjal. ​Xenopsylla Kasus penyakit pes khususnya di
cheopis ​adalah pinjal tikus yang Lampung belum ada ditemukan
dikenal sebagai vektor biologi dari informasinya. Untuk itu dilakukan
penyakit pes. Penyakit ini pernah penelitian di pelabuhan panjang yang
menjadi wabah di berbagai belahan diduga sebagai ​point of entry
dunia serta telah menelan banyak penyebaran penyakit pes.
korban yang meninggal akibat
penyakit ini, dengan jumlah korban METODE
yang mencapai ribuan di setiap kasus 1. Lokasi dan waktu penelitian
wabah (Azrul, 1990). Penelitian ini dilaksanakan
Infeksi penyakit pes terjadi pada bulan November 2019 sampai
karena tikus liar yang membawa dengan Januari 2020. Pengambilan
bakteri ​Yersinia pestis di dalam darah sampel dilaksanakan di Pelabuhan
tubuh tikus liar. Pinjal menghisap Panjang Kota Bandar Lampung dan
darah tikus yang mengandung bakteri identifikasi dilakukan di Laboratorium
Yersinia pestis lalu bakteri tersebut Parasitologi, Balai Penyidikan dan
berkembang biak di dalam perut Pengujian Veteriner Regional III,
pinjal. Pinjal menggigit manusia lalu Bandar Lampung.
manusia pun terinfeksi. Penyakit pes 2. Alat dan bahan
termasuk penyakit ​re-emerging Alat yang digunakan dalam
diseases,​ yaitu penyakit yang dapat penelitian ini adalah perangkap tikus,
sewaktu-waktu muncul kembali botol pot, kertas label, alat tulis,
sehingga berpotensi untuk cawan petri, pinset, kapas,mikroskop
menimbulkan Kejadian Luar Biasa binokuler, dan buku identifikasi
(KLB). Pemerintah Indonesia maupun penyakit tular rodensia. Bahan-bahan
dunia menetapkan penyakit pes yang digunakan dalam penelitian ini,
menjadi salah satu penyakit yang yaitu chlorofom, alkohol 70% 80%
perlu dikarantina seperti yang 95%, KOH 10%, aquades, asam
tercantum dalam UU No.1 tahun 1962 asetat pekat, ​xylol​, ​canada balsam,​
baik Karantina Laut, UU No.2 tahun sarung tangan, masker, plastik putih,
1962 tentang Karantina Udara, dan kantong kain dan tikus.
tercatat dalam ​Internasional Health
Regulation​.

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 2, April 2020 121


3. Prosedur kerja diamati diambil setelah
a. Pengambilan sampel perendaman dengan KOH
1. Penangkapan Tikus 10% selama 2-3 hari.
Tikus ditangkap dengan Setelah itu dilakukan
menggunakan 46 perangkap proses pencucian dengan
tikus dari kawat berukuran aquades 3 sampai 4 kali
21x12x10 cm disebar di 8 titik pembilasan. Jika bagian
yang merupakan tempat abdomen menggembung,
terindikasi adanya tikus maka harus ditusuk dengan
dengan menggunakan umpan jarum yang dibengkokkan.
roti tawar, ikan asin dan Lalu selanjutnya di
kelapa bakar. Penangkapan dehidrasi dengan alkohol
dilakukan di Pelabuhan bertingkat mulai dari 70,
Panjang. Perangkap dipasang 80,95% setiap 10 menit.
pada sore hari pukul 15.00 Proses penjernihan
WIB – selesai kemudian di ektoparasit dengan
monitoring keesokkan harinya merendam ektoparasit ke
pukul 07.00 – selesai. Tikus asam asetat pekat selama
yang tertangkap dimasukkan 15-30 menit. Kemudian
ke dalam kantung kain ektoparasit dicuci dengan
bersama dengan perangkap larutan xylol​. Ektoparasit
yang sudah diberi label, yang akan diamati
kemudian dicatat (tanggal, diletakkan di kaca objek
habitat, dan kode lokasi). posisinya diatur sedemikian
2. Pengumpulan Ektoparasit rupa, lalu ditetesi ​canada
Tikus yang berada di dalam balsam dan ditutup dengan
kantong kain dianastesi kaca penutup.
dengan chlorofom. Tikus yang c. Pengamatan dan
sudah lemas atau mati disikat Identifikasi Ektoparasit
rambut-rambut tubuhnya di Slide sediaan ektoparasit
atas nampan. Diperiksa diamati dengan mikroskop
telinga, hidung, dan pangkal binokuler dengan
ekornya. Ektoparasit yang perbesaran 4x10 dan
terjatuh di nampan diambil 10x10 dan ektoparasit
dengan pinset, sedangkan diidentifikasi menggunakan
ektoparasit yang menempel di buku identifikasi penyakit
telinga, hidung, dan pangkal tular rodensia.
ekor dikorek dengan jarum Jenis penelitian yang
atau pinset, kemudian digunakan dalam penelitian
ektoparasit yang ditemukan ini adalah deskriptif dengan
dimasukkan ke dalam tabung pendekatan ​survey.​
berisi alkohol 70% dan diberi Rancangan penelitian ini
label (kode lokasi dan nomor adalah ​cross sectional​..
inang). Teknik dalam pengambilan
b. Pembuatan Sediaan sampel dalam penelitian
Ektoparasit ini adalah ​purposive
Ektoparasit pada botol pot sampling​. Populasi adalah
yang didapatkan dari seluruh tikus yang berada
Pelabuhan Panjang di sekitar lokasi
kemudian dipindahkan ke penangkapan tikus. Sampel
dalam cawan petri berisi adalah tikus dan
KOH 10%. Mengikuti ektoparasit yang berhasil
metode Hadi dan Soviana tertangkap dan ditemukan
(2010) ektoparasit berupa pada saat penelitian atau
kutu dan pinjal yang akan survey.

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 2, April 2020 122


4. Analisa Data dideskripsikan masing-masing
Data yang diperoleh jenisnya sesuai dengan ciri
berupa jenis ektoparasit yang telah diamati.
disajikan dalam bentuk table,
gambar, dan selanjutnya

1. Persentase hasil penangkapan tikus dihitung dengan rumus:

Trap success​ =

x 100%

Trap success​ > 7%​ tinggi​ dan < 7% ​rendah ​(Hadi dkk, 1991).

2. Persentase tikus yang terinfeksi ektoparasit dihitung dengan rumus


(Kabata, 1985):

Prevalensi = x 100%

3. Indeks umum dan khusus pinjal pada tikus dihitung dengan rumus
(Ristiyanto dkk, 2014):

a. Indeks umum pinjal =

Indeks umum pinjal ≥ 2 dikatakan t​ inggi ​dan < 2​ rendah

b. Indeks khusus pinjal =

Indeks khusus pinjal ≥ 1 t​ inggi ​dan < 1 ​rendah.

4. Jenis ektoparasit yang didapat dideskripsikan masing-masing jenisnya


sesuai dengan ciri-ciri yang telah diamati.

HASIL
1. Hasil Persentase Penangkapan keberhasilan penangkapan
Tikus (​Trap Success​)
Hasil penangkapan tikus sebesar 4,34% ( x
(​trap success)​ selama 5 hari 100% ). Hasil selengkapnya
didapatkan tikus sebanyak 10 disajikan pada Tabel 1.
ekor dari 46 buah perangkap
yang terpasang, maka nilai

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 2, April 2020 123


Tabel 1​. ​Hasil persentase penangkapan tikus (​trap success​),
tikus yang terinfeksi ektoparasit, indeks umum dan khusus
pinjal pada tikus di Pelabuhan Panjang
No Tikus Ektoparasit Nilai Keterangan
a b c d
1 Rattus​ ​norvegicus 1 - - - 4,34% Trap Success
2 Rattus​ ​norvegicus 2 - - -
3 Rattus tanezumi 2 - - - 90% Tikus Terinfeksi
4 Rattus norvegicus 6 - - - Ektoparasit
5 Rattus norvegicus 2 - - - 2,5 Indeks Umum
6 Rattus tiomanicus - 1 1 - Pinjal
7 Rattus norvegicus - - - - 2,2 Indeks Khusus
8 Rattus tanezumi 8 - 2 3 Pinjal
9 Rattus tanezumi 2 - - 2 - -
10 Rattus tanezumi 2 - - 1 - -
Total 25 1 3 6 - -
Keterangan :
a.​ Xenopsilla cheopis c. ​Poliplax spinulosa
b. ​Hoplopleura pacifia d. ​Ornithonyssus bacoti

2. Persentase Tikus yang Terinfeksi Ektoparasit dan Jenis Ektoparasit


yang Ditemukan Pada Tikus di Pelabuhan Panjang
Ektoparasit yang Ornithonyssus bacoti)​ dengan
ditemukan pada tikus di prosentase tikus yang
Pelabuhan Panjang terdapat terinfeksi sebesar 90%. Hasil
sebanyak 4 jenis (​Xenopsylla selengkapnya disajikan pada
cheopis, Hoplopleura pacifia, Tabel 2.
Poliplax spinulosa,

Tabel 2.​ ​Hasil identifikasi ektoparasit yang ditemukan pada tikus di


Pelabuhan Panjang
No. Jenis Gambar Deskripsi
1 Xenopsylla Kepala membulat dan tidak
cheopis ada comb pada bagian genal,
pronatal maupun abdominal.
Terdapat mesopleural rod.
Ocular bristle di depan oceli.

Perbesaran 4x10 (Meri,


2020)
2 Hoplopleura Seta yang mirip pedang pada
pacifia abdomen bagian ventral dan
memiliki seta lateral pada
abdomen bagian sternal dan
sampai pada ruas ke 5-7.

Perbesaran 10x10 (Meri,


2020)

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 2, April 2020 124


3 Poliplax Tubuh yang ramping,
spinulosa berwarna kuning kecoklatan,
dan memiliki panjang tubuh
0,6-1,5 mm. Pada bagian
kepala umumnya memiliki
bentuk yang ramping dan
lebih sempit dibandingkan
dengan toraks.
Perbesaran 4x10 (Meri,
2020)
4 Ornithonyssus Memiliki satu keping dorsal
bacoti dan anus terletak di tengah
anterior keping anal.

Perbesaran 4x10 (Meri,


2020)

3. Indeks Umum dan Khusus Supriyati dkk (2013) bahwa


Pinjal Pada Tikus angka keberhasilan penangkapan
Indeks umum dan tikus dipengaruhi oleh beberapa
khusus pinjal pada tikus faktor, yaitu kualitas perangkap,
dihitung sebagai indikator ketepatan pemilihan umpan,
penularan pes ke manusia. kepadatan tikus dan cara penempatan
Indeks umum pinjal yang ada perangkap tikus yang kurang tepat di
pada tikus di Pelabuhan runway tikus, karena tikus
mempunyai sifat ​thigmotaxis yaitu
Panjang adalah 2,5 ( ) mempunyai lintasan yang sama saat
(>2) dan indeks khusus pinjal mencari makan, sarang dan aktivitas
harian lainnya.
adalah 2,2 ( )​ (>1). Hasil
selengkapnya disajikan pada
2. Persentase Tikus yang
Tabel 1.
Terinfeksi Ektoparasit dan
Jenis Ektoparasit Pada Tikus
PEMBAHASAN
di Pelabuhan Panjang
1. Persentase Hasil Penangkapan
Hasil dari penelitian didapatkan
Tikus ​(Trap Success​) di
bahwa persentase tikus yang
Pelabuhan Panjang
terinfeksi ektoparasit adalah 90%.
Hasil dari penelitian
Dari hasil tersebut menunjukkan
menunjukkan bahwa ​trap success di
bahwa tikus yang terinfeksi pinjal
Pelabuhan Panjang adalah 4,34%.
lebih besar, hal ini disebabkan karena
Keberhasilan penangkapan tikus di
menurut Harwood dan Maurice (1979)
Pelabuhan Panjang < 7%, yang
Xenopsylla cheopis merupakan jenis
berarti kepadatan tikus di lokasi
pinjal yang sangat mudah berpindah
tersebut masih termasuk rendah. Bila
dari satu ​host ke ​host lain baik itu
dibandingkan dengan penelitian
sejenis maupun berbeda jenis.
Triyono (2016) di Pelabuhan Merak
Pada umumnya ​Xenopsylla
Banten, menyatakan bahwa
cheopis lebih suka pada tikus rumah
keberhasilan penangkapan tikus di
(​Rattus tanezumi​) karena
Pelabuhan Merak Banten adalah
berhubungan dengan perkembangan
25,7%.
larva pinjal yang memerlukan kondisi
kering seperti pada sarang tikus

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 2, April 2020 125


rumah, pinjal tidak dapat bertahan di Seluruh siklus hidup terjadi di tubuh
tempat yang lembab dan suhu udara inang. Telur menempel pada
rendah (Supriyati, 2013). rambut-rambut inang dengan bantuan
Terdapat 35 ektoparasit yang zat perekat yang dihasilkan
ditemukan, 25 positif ​Xenopsylla dewasanya. Telur biasanya menetas
cheopis​, 1 positif ​Hoplopleura pacifica​, menjadi nimfa dalam waktu 1-3
3 positif Poliplax ​spinulosa, 6 positif minggu (rata-rata 12 hari). Setelah
Ornithonyssus​ ​bacoti.​ mengalami tiga kali ekdisis
(pergantian kulit) nimfa berkembang
a. Pinjal menjadi dewasa dan mencapai
Dari seluruh pinjal yang matang seksual dalam waktu 1-3 hari.
ditemukan pada tikus di Pelabuhan Hoplopleura. pacifica termasuk
Panjang adalah ​Xenopsylla cheopis,​ ini golongan Insekta yang mempunyai
sesuai dengan penelitian yang inang spesifik yaitu ​Rattus (Haryono
dilakukan oleh Triyono (2016) di dkk, 2008).
Pelabuhan Merak Banten bahwa Hoplopleura pacifica ​tergolong
seluruh pinjal yang ditemukan pada serangga ektoparasit yang biasanya
tikus adalah jenis ​Xenopsylla cheopis. ditemukan pada hewan pengerat
Menurut Harwood dan Maurice (1979) terutama genus ​Rattus. K ​ utu ini
Xenopsylla cheopis merupakan jenis seringkali ditemukan hanya pada
pinjal yang sangat mudah berpindah daerah bagian kepala, punggung, dan
dari satu ​host ke ​host lain baik itu kadang-kadang di badan tikus.
sejenis maupun berbeda jenis. Menurut Ristiyanto dkk (2004) dan
Ditemukan ​Xenopsylla cheopis pada Dwibadra (2008), kutu seringkali
Rattus ​sp. menunjukkan terjadinya ditemukan hanya pada bagian tubuh
perpindahan pinjal dari satu ​host ke tertentu dari inangnya terutama
host​ lain. (Supriyati, 2013). bagian punggung dan perut. Kutu
Xenopsylla cheopis merupakan menghisap cairan tubuh termasuk
vektor dari penyakit pes. Menurut darah inang.
(Goddar, 2007) dan (Kesuma, 2007) Menurut Voss (1966), baik
penularan penyakit pes dapat terjadi jantan maupun betina ​H. pacifica
melalui gigitan pinjal. Selain berperan memiliki karakteristik seta yang mirip
sebagai vektor penyakit pes, pinjal ini pedang pada abdomen bagian ventral
juga berperan sebagai vektor utama dan memiliki seta lateral pada
penyakit murine typhus (Gasem dkk, abdomen bagian sternal dan sampai
2009). pada ruas ke 5-7. Betina dengan
Berdasarkan penelitian yang sternit ruas ke-8 berbentuk segitiga
dilakukan, diketahui nilai indeks tumpul dan kurang tersklerotisasi.
umum pinjal yang didapatkan adalah Gonopods pada betina dengan 3 seta.
2,5 dan indeks khusus pinjal adalah Jantan dengan sternit ruas ke-8 lebih
2,2. Menurut Ristiyanto (2002) jika pendek, tetapi dengan seta yang
indeks umum pinjal >2 dan indeks seperti pada betina.
khusus pinjal >1 untuk ​Xenopsylla Poliplax spinulosa ​adalah kutu
cheopis y
​ ang ada pada tikus penghisap dengan inang yang spesifik
berpotensi menularkan pes ke (​host specific​) yaitu ​R. norvegicus​, ​R.
manusia. rattus,​ ​R. pyctoris,​ ​R. nitidus,​ ​R.
argentiventer,​ ​R. tanezumi​, ​R.
b. Kutu exulans​, dan ​Bandicota indica​.
Ada 2 jenis kutu yang Ektoparasit ini juga kadang-kadang
didapatkan di Pelabuhan Panjang, ditemukan pada hewan pengerat
yaitu ​Hoplopleura pacifica dan ​Poliplax lainnya, seperti tikus rawa beras
sp. ​Hoplopleura pacifica t​ ergolong (​Oryzomys palustris​) di Amerika
kutu penghisap yang mengalami Utara. ​P. asiatica dan ​P. spinulosa​,
proses metamorfosis yang tidak ditemukan pada tikus besar (​B.
sempurna (telur-nimfa-imago). indica​), dan tikus rumah di Asia, ​R.

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 2, April 2020 126


tanezumi​. ​Poliplax spinulosa biasanya pes (Schmid dkk, 2015 & Ari
tidak dapat hidup jauh dari inangnya dkk,2011).
lebih dari empat jam. ​Poliplax Untuk daerah Asia Tenggara
spinulosa ​menghabiskan seluruh termasuk Indonesia indeks pinjal
hidupnya pada tubuh inangnya. sebesar 1,0 atau lebih pada t​ ikus
Poliplax spinulosa dapat berkembang yang tertangkap maka dapat menjadi
dengan baik pada tubuh tikus potensi penularan bagi pes untuk
(Dwibadra, 2008). terjadi transmisi ( Raharjo &
Ramadhani, 2012). Menurut
c. Tungau Ristiyanto (disitasi Riesti, 2010),
Tungau yang sering menjadi indeks umum pinjal >2 dan indeks
ektoparasit pada tikus adalah khusus pinjal >1 untuk ​Xenopsylla
Dermanysus sanguineus​, cheopis pada tikus, berpotensi untuk
Ornithonyssus bacoti,​ ​Laelaps nutalli menularkan pes ke manusia.
(Adiyati, 2011). Dari semua tungau
yang ditemukan pada tikus di KESIMPULAN
Pelabuhan Panjang adalah Berdasarkan penelitian yang telah
Ornithonyssus bacoti.​ ​Ornithonyssus dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
bacoti dapat menyebabkan dermatitis 1. Persentase hasil penangkapan
dan dapat menularkan penyakit tifus tikus (​trap success)​ di
pada manusia​. T ​ ungau ini memiliki Pelabuhan Panjang adalah
kelisera yang lebih kuat daripada sebesar 4,34%,
Dermanyssus ​sp. dan lebih mudah 2. Persentase tikus yang
terlihat di bawah mikroskop. Morfologi terinfeksi ektoparasit di
lain dari tungau yaitu memiliki satu Pelabuhan Panjang adalah
keping dorsal dan anus terletak di sebesar 90% dan ditemukan 4
tengah anterior keping anal. jenis ektoparasit, yaitu
Ornithonyssus bacoti merupakan Xenopsylla cheopis,​
inang antara dari ​Litmosoides carinii Hoplopleura pacifica, Poliplax
(Bowman dkk, 2003). Selain itu, spinulosa, dan Ornithonyssus
Ornithonyssus bacoti sebagai vektor bacota.​
mekanik ​Trypanosoma cruzi (Jimenez 3. Nilai indeks umum pinjal
dkk, 1994). sebesar 2,5 dan nilai indeks
khusus pinjal pada tikus di
3. Indeks Umum dan Khusus Pada Pelabuhan Panjang sebesar 2,2
Pinjal berpotensi menular ke
Hasil dari penelitian didapatkan manusia.
indeks umum pinjal yang ada pada
tikus di Pelabuhan Panjang adalah 2,5 SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih
( ) (>2) dan indeks khusus lanjut mengenai pinjal tikus yang
mengandung bakteri.
pinjal adalah 2,2 ( ) (>1) yang
artinya tinggi. Hal ini terjadi karena
DAFTAR PUSTAKA
hujan mempengaruhi suhu dan
Adiyati PN. (2011). ​Ragam ektoparasit
kelembaban, daerah pelabuhan
pada hewan coba tikus putih
mempunyaii hujan dan panas yang
(Rattus norvegicus) galur
relatif sama. Variasi suhu dan
Sprague dawley​ [skripsi].
kelembaban dapat mempengaruhi
Bogor (ID): Institut Pertanian
kepadatan tikus sebagai ​primary
Bogor.
plague host.​ Dengan kepadatan tikus
Azrul. A. (1990). ​Pengantar Ilmu
yang meningkat, kemungkinan juga
Kesehatan Lingkungan​.
akan mempengaruhi indeks pinjal,
Mutiara Sumber Widya.
sehingga akan mempengaruhi suatu
Jakarta.
daerah reseptif terhadap penularan
Bowman DD, Lynn RC, Eberhard ML,

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 2, April 2020 127


& Alcaraz A. (2003). Ristiyanto, Damar TB, Farida DH,
Parasitologyfor Veterinarians Notosoedarmo S. (2004).
8th ed.​ Philadelphia: Wb Keanekaragaman ektoparasit
Saunders Company. pada tikus rumah Rattus
Dwibadra D. (2008). Tungau, caplak, tenezumi dan tikus polinesia
kutu, dan pinjal. ​Fauna Rattus exulans di daerah
Indonesia.​ Bidang Zoologi, enzootik pes lereng Gunung
Pusat Penelitian Biologi LIPI. Merapi, Jawa Tengah​.
8(2):29-33. Jurnal Ekologi Kesehatan.
Gasem MH, Wafenaar JFP, Goris MGA, 3(2):90-97.
Adi MS, Isbandrio BB, Supriyati Dina dan Adil Ustiawan,
Hartskeerl RA, dkk.(2009). (2013). ​Spesies tikus, cecurut
Murine Thypus and dan pinjal yang ditemukan di
Leptospirosis as Causes of pasar Kota Banjarnegara​. FKM
Acute Undifferentiated fever, UNDIP. Semarang
Indonesia.​ Emerg Infect Dis. Voss WJ. (1966). A lectotype
Goddara J. (2007). ​Physician’s Guide designation for ​Hoplopleura
to Arthropods of Medical pacifica​ Ewing (Anoplura:
Importance, Fifth Edition.​ CRC Hoplopleuridae) Bishop
Press. Museum, Honolulu, Hawaii. ​J
Hadi, U. K. dan Soviana S. (2010). Pacicific​ ​Insects 8
​ (1):29-32.
Ektoparasit: Pengenalan,
Identifikasi, dan
Pengendaliannya Ektoparasit.
Bogor (ID):IPB Pr.
Harwood, RF and Maurice, TJ.
(1979). ​Entomology in Human
and Animal Health 7​th
Edition.​ New York: Macmillan
Publishing.
Haryono, Suwito A, Irham M, Dewi K,
Nugraha RT​. (2008). ​Tungau,
caplak, kutu, pinjal. Pusat
Penelitian Biologi-LIPI Bogor.
Masyarakat Zoologi Indonesia.
Fauna Indonesia.​ 8(2):29-33
Jimenez MC, Torres BM, & Aguilar RA.
(1994)​. Experimental
transmission of Trypanosoma
cruzi by Ornithonyssus bacoti​.
Vet. Mexico, 25 : 61-63.
Kabata, Z. (1985). ​Parasites and
Diseases of Fish Cultured In
The Tropics.​ Taylor and
Francis, London.
Kemenkes RI. (2014). ​Petunjuk
Teknis Pengendalian Pes. 4th
ed.​ Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan,
Kementerian Kesehatan RI.
Kesuma AP. (2007). ​Pinjal (Fleas).
Berita dan Media Informasi
Lokalitbang P2B2 Banjarnegara
(BALABA). 4(1):hal.20.

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 2, April 2020 128

Anda mungkin juga menyukai