Anda di halaman 1dari 4

Pengendalian Vektor Rodent

Tikus (rodent) merupakan hewan pengerat yang hidup di sekitar manusia. Habitat tikus berada di
lingkungan yang terdapat makanan, lembab, dan terlindung dari gangguan, seperti di gudang,
dapur, loteng rumah, selokan, serta daerah huta sekitar permukiman. Dalam hal ini, tikus
dicurigai sebagai vektor penyebab penyakit leptospiosis akibat kuman Leptospira sp yang
mewabah di daerah pabrik suatu daerah. Vektor adalah hewan yang dapat menularkan atau
memindahkan dan atau menjadi sumber panular penyakit terhadap manusia (Kemenkes, 2013).
Oleh karena itu diperlukan upaya pengendalian vektor, dalam hal ini merupakan tikus, untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit leptospirosis di daerah tersebut
melalui pemutusan rantai penular penyakit.
Tujuan khusus dari dilakukannya upaya pengendalian vektor ini adalah:
1. Meminimaisasi habitat potensial tikus
2. Menurunkan kepadatan tikus
3. Mengurangi kontak manusia dengan tikus
Kegiatan utama yang dilakukan untuk mengendalikan vektor tikus (rodent) adalah surveilans,
penangkapan, dan pencegahan. Berikut adalah penjelasan masing-masing kegiatan tersebut.
1. Surveilans
Surveilans dilakukan untuk menemukan dan memantau tempat-tempat yang diduga menjadi
habitat tikus dengan memperhatikan tanda-tanda keberadaan tikus.
a. Metode
1. Mengumpulkan laporan kasus leptospirosis dari data kasus pabrik.
Data ini digunakan untuk memetakan lokasi potensial sumber penyebaran penyakit
leptospirosis di dalam pabrik, dilihat dari tempat bekerja pekerja yang terkena
penyakit. Juga dapat digunakan untuk mengetahui persebaran rumah-rumah pekerja
yang terkena penyakit.
2. Memetakan habitat tikus di daerah tersebut, seperti pabrik dan pemukiman warga.
o Setiap ruangan di pabrik dan
rumah
o Dapur
o Toilet
o Tempat Pembuangan Sampah
(TPS)
o Gudang
o Kantin
o Saluran air
o Koridor
o IPAL pabrik
o Tempat parkir/garasi
o Dan tempat potensial lainnya
3. Menentukan titik-titik pengamatan dan mencatatnya.
4. Melakukan pemeriksaan visual di titik pengamatan terhadap tanda-tanda keberadaan
tikus berupa jejak kaki, kotoran tikus, alur jalan, suara, keratan-keratan bekas gigitan
tikus, lubang pada kasa ventilasi, lubang di tanah, serta bangkai tikus.

b. Alat
a. Senter
b. APD
c. Alat tulis
c. Waktu
Tikus merupakan binatang yang umumnya beraktifitas di malam hari. Namun banyak
juga tikus yang beraktifitas di pagi hari. Oleh karena itu, pengamatan dilakukan pada 2
kali pengamatan yakni pada pagi hari pukul 06.00-08.00 WIB dan malam hari pada pukul
22.00-24.00 WIB.

2. Pemberantasan
Pemberantasan dilakukan dengan dua cara, yakni penangkapan (trapping) dan secara kimia.
Namun pemberantasan dengan cara kimia tidak dianjurkan sebab dapat membahayakan
manusia dan hewan selain tikus di tempat tersebut.
a. Penempatan perangkap
Perangkap diletakkan di masing-masing titik yang sudah ditentukan. Untuk setiap
ruangan dengan luas kurang dari 10 m2 dipasang 1 perangkap, kelipatan 10 m2 ditambah
1 perangkap.
Perangkap diperiksa setiap pagi hari untuk mengambil tikus yang terperangkap.
Perangkap yang terisi harus dicuci bersih dan dikeringkan baru kemudian diletakkan lagi
di titik tersebut untuk menghilangkan jejak tikus di dalamnya. Hal ini disebabkan tikus
dapat mencium jejak tikus lain dan tidak akan mengikuti jejak yang sama sehingga tikus
tersebut tidak akan masuk ke perangkap yang telah disediakan.
b. Alat
o Perangkap tikus
o Umpan
c. Prosedur setelah penangkapan
o Mengumpulkan tikus-tikus yang terperangkap
o Identifikasi tikus
o Identifikasi kuman Leptospira sp.
3. Pencegahan
Pencegahan dilakukan untuk mencegah kembali munculnya vektor tikus di daerah yang
terkena wabah dna sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara, yakni rat proofing
dan sanitasi lingkungan.
a. Rat proofing
Rat proofing dilakukan untuk memutus habitat tikus di rumah-rumah warga, pabrik, dan
tempat umum di sana dengan memodivikasi tempat tersebut, seperti:
a. Pengecatan dinding untuk menghapus jejak tikus,
b. Pemasangan kawat kasa pada ventilasi untuk mencegah masuknya tikus,
c. Penutupan lubang saluran (air, perpipaan, kabel, dan sebagainya) dengan memasang
penghalang,
d. Pembersihan lingkungan dari barang-barang bekas.
b. Sanitasi lingkungan
Sanitasi lingkungan dilakukan dengan memperbaiki dan mengelola lingkungan
pemukiman dan pabrik sehingga membuat tikus tidak berkesempatan untuk hidup dan
berkembang biak di sana. Sanitasi lingkungan juga bertujuan agar lingkungan menjadi
lebih bersih dan sehat.
a. Perbaikan dan pengelolaan limbah (padat dan cair) agar tidak terdapat sampah yang
tercecer di sekitar TPS atau tempat sampah masing-masing dan menutup habitat
perkembangbiakan tikus.
b. Perbaikan dan pengelolaan makanan dan minuman sejak sumber (bahan baku) hingga
penyajian untuk memastikan tidak ada sampah bekas bahan baku dan menjamin
kebersihan makanan dan minuman agar kedepannya tidak ada bakteri penyebab
penyakit yang menempel di makanan dan minuman.
c. Perbaikan dan pengelolaan air bersih untuk memastikan air bersih terhindar dari
pajanan tikus.

Sumber:
Permenkes No 374 tahun 2010 tentang Pengendalian Vektor
Sugiarto, 2013, Kebijakan Pengendalian Vektor Penyakit Bersumber Binatang di Indonesia
(Subdit Pengendalian Vektor Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Dirjen
Pengendalian Penyakit Berbasis Lingkungan Kementerian Kesehatan), FKM UI. (materi kuliah)

Anda mungkin juga menyukai