Penyakit Tular Binatang Tikus - Kel. 2
Penyakit Tular Binatang Tikus - Kel. 2
Terjemahan : Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu
adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati
mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan
(ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan
menyukai orang yang menyucikan diri.
Bioekologi Vektor Penyakit Menular Binatang
Pengganggu Tikus Penyakit Leptospirosis
◦ Tikus adalah hewan mengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian,
perusak barang digudang dan hewan penggangu yang menjijikan di perumahan. Belum banyak
diketahui dan disadari bahwa kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan
berbagai penyakit kepada manusia, ternak dan hewan peliharaan. Rodensia komensal yaitu
rodensia yang hidup didekat tempat hidup atau kegiatan manusia ini perlu lebih diperhatikan
dalam penularan penyakit. Penyakit yang ditularkan dapat disebabkan oleh infeksi berbagai agen
penyakit dari kelompok virus, rickettsia, bakteri, protozoa dan cacing. Penyakit tersebut dapat
ditularkan kepada manusia secara langsung oleh ludah, urin dan fesesnya atau melalui gigitan
ektoparasitnya (kutu, pinjal, caplak dan tungau). Beberapa penyakit penting yang dapat
ditularkan ke manusia antara lain, pes, salmonelosis, leptospirosis, murin typhus.
BIOLOGI
Ciri yang menarik adalah gigi serinya beradaptasi untuk mengerat (mengerat + menggigit benda-benda yang
keras). Gigi seri ini terdapat pada rahang atas dan bawah, masing-masing sepasang. Gigi seri ini secara tepat
akan tumbuh memanjang sehingga merupakan alat potong yang sangat efektif. Tidak mempunyai taring dan
graham (premolarKarakteristik lainnya adalah cara berjalannya dan perilaku hidupnya. Karakteristik lainnya
adalah cara berjalannya dan perilaku hidupnya. Yaoitu rodensia komensal berjalan dengan telapak kakinya.
1. Rattus norvegicus (tikus got) berperilaku menggali lubang ditanah dan hidup dilibang tersebut.
2. Rattus rattus diardii (tikus rumah) tidak tinggal ditanah tetapi disemak-semak dan atau diatap bangunan.
Bantalan telapak kaki jenis tikus ini disesuaikan untuk kekuatan menarik dan memegang yang sangat baik.
Hal ini karena pada bantalan telapak kaki terdapat guratan-guratan beralur, sedang pada rodensia penggali
bantalan telapak kakinya halus
3. Mus musculus (mencit) selalu berada di dalam bangunan, sarangnya bisa ditemui di dalam dinding, lapisan
atap (eternit), kotak penyimpanan atau laci.
SIKLUS TIKUS REPRODUKSI
Kebiasaan dan habitat
a. R. norvegicus : Menggali lubang, berenang dan menyelam, menggigit benda-benda keras seperti
kayu bangunan, aluminium dsb. Hidup dalam rumah, toko makanan dan gudang, diluar rumah,
gudang bawah tanah, dok dan saluran dalam tanah/riol/got
b. R. ratus diardii : Sangat pandai memanjat, biasanya disebut sebagai pemanjat yang ulung, menggigit
benda-benda yang keras. Hidup dilobang pohon, tanaman yang menjalar. Hidup dalam rumah
tergantung pada cuaca.
Pembawa leptospirosis adalah bakteri berbentuk spiral berpilin yang masuk dalam genus Leptospira. Bakteri
Leptospira memiliki dua lapis membran, berbentuk spiral, lentur, tipis dengan tebal 0,1 µm dan panjang 10-
20 µm. Pada kedua ujungnya terdapat kait berupa flagelum periplasmik. Bergerak maju mundur dan
memutar sepanjang sumbunya. Bakteri ini dapat hidup di dalam air tawar selama kurang lebih satu bulan dan
peka terhadap asam
• Host (penjamu)
Penyakit Leptospira memiliki dua pejamu, yaitu binatang/mamalia dan manusia. Mamalia yang menjadi
pejamu ini dikenal dengan sebutan reservoir, berupa binatang buas dan juga ternak, termasuk tikus. Di
Indonesia, sumber penularan utama leptospirosis adalah tikus.
• Environment (lingkungan)
Penyakit leptospirosis ini biasanya terjadi pada wilayah tropis dan subtropis yang memiliki curah hujan
tinggi, udara yang hangat dan lembab serta biasanya terjadi setelah banjir berlangsung. Biasanya setelah
banjir berakhir, manusia dan binatang akan terpapar oleh air maupun tanah yang terkontaminasi bakteri
Leptospira
Metode Pengendalian Vektor (Tikus)
1. Pengendalian secara fisik
a. Penangkapan tikus dengan perangkap (trapping)
Cara penempatan perangkap Apabila terdapat tanda-tanda keberadaan tikus, pada sore hari
dilakukan pemasangan perangkap yang tempatnya masing-masing lokasi. Untuk setiap ruangan
dengan luas sampai dengan 10 m2 dipasang satu perangkap. Setiap kelipatan 10 m2 ditambah
satu perangkap
Perangkap yang belum berisi tikus dibiarkan sampai tiga malam untuk memberi kesempatan
pada tikus yang ada untuk memasuki perangkap dan diperiksa setiap pagi harinya untuk
mengumpulkan hewan yang tertangkap.
B. Rat Proofing
Upaya rat proofing bertujuan untuk mencegah masuk dan keluarnya tikus dalam ruangan serta
mencegah tikus bersarang di bangunan tersebut.
Pengendalian tikus menggunakan Rat Baiting. Penggunaan trap untuk jangka panjang menimbulkan
tikus jera umpan dan neophobia terhadap trap. Penggunaan trap hanya untuk tempat-tempat yang sangat
khusus dengan populasi tikus yang rendah.
2. Pengendalian Kimiawi
Pengendalian tikus secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang dapat
membunuh tikus atau dapat mengganggu aktivitas tikus. Secara umum pengendalian secara kimiawi
dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu umpan beracun, bahan fumigasi, bahan kimia repellent,
bahan kimia antifertilitas.
Memastikan bahwa seluruh konstruksi rumah tidak adanya celah yang memungkinkan tikus masuk, baik dari
bawah pintu, lubang pembuangan air, atau dari bawah saluran air, mengeliminasi sarang atau tempat
persembunyian tikus serta memangkas ranting pohon yang menjulur kebangunan, tidak membuat taman terlalu
dekat dengan struktur bangunan, contohnya dengan memasang plat besi pada pohon.
Permasalahan dan solusi dari metode
pengendalian vektor yg telah dilakukan
Dari survei penilitian yang dilakukan di seluruh kecamatan Boyolali tahun 2012- 2015 yang berjumlah 47 kasus,
didapatkan hasil :
A. variaberl orang: Permasalahan yang ada pada masyarakat yaitu kurangnya pengetahuan terutama pada orang dewasa
(26-45) yang berjenis kalamin laki-laki dimana lakilaki sering melakukan aktivitas di luar rumah yang berhubungan dengan
air, biasanya terjadi pada kelompok petani dan peternak serta para pekerja yang berhubungan dengan hutan dan air .
B. variable waktu: Kejadian leptospirosis di Kabupaten Boyolali paling tinggi terjadi pada saat musim penghujan, Bulan
Maret.
C. variable tempat : Kecamatan Nogosari termasuk kecamatan di Boyolali yang dilewati oleh Sungai Cemoro, selain itu
sebagian besar lahan di Kecamatan Nogosari digunakan untuk persawahan dan perkebunan.
SOLUSI :
Solusi yang perlu dilakukan kepada masyarakat adalah dengan perlu dilakukannya penyuluhan
pada seluruh kelompok umur, jenis kelamin dan jenis pekerjaan terutama pada petani dan
peternak terkait cara pencegahan penularan leptospirosis supaya terhindar dari bahaya
leptospirosis. Peningkatan pengetahuan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
menjadi tantangan utama untuk mencegah terjadinya leptospirosis. Masyarakat yang memiliki
pengetahuan yang baik tentang leptospirosis akan memiliki sikap yang baik juga dan diharapkan
memiliki perilaku hidup bersih dan sehat. Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan
pemberian sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya dan cara pencegahan leptospirosis.
Sosialisasi dapat dilakukan oleh petugas kesehatan maupun kader kesehatan yang ada di
masyarakat melalui ceramah, penempelan poster, penyebaran leaflet. Solusi untuk tim medis
dalam masalah ini yaitu perlu adanya peningkatan kemampuan tenaga medis untuk menegakkan
diagnosis leptospirosis yang sangat diperlukan yaitu dengan dengan Rapid Diagnostic Test,
Polymerase Chain Reaction, Microscopic Agglutination Test, dan lainnya. supaya penderita dapat
segera ditangani.
Referensi
Sakit, K. D. R. PENGENDALIAN HKUS.
https://antipestmanagement.wordpress.com/2016/07/20/153/
http://www.academia.edu/9362880/MAKALAH_PENGENDALIAN_VEKTOR_DAN_BINAT
Widjajanti, W. (2019). Epidemiologi, diagnosis, dan pencegahan Leptospirosis Epidemiology, diagnosis, and prevention of Leptospirosis. J. Health.
Epidemiol. Commun. Dis, 5(2), 62-68.
Nuraini, S., Saraswati, L. D., Adi, M. S., & Susanto, H. S. (2017). Gambaran Epidemiologi Kasus Leptospirosis Di Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa
Tengah. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 5(1), 226-234.
Notulensi
1. Pengendalian paling efektif dirmh tangga ? (Mahfud, Kelompok 6)
a. Cara penempatan perangkap Apabila terdapat tanda-tanda keberadaan tikus, pada sore hari dilakukan pemasangan perangkap yang tempatnya masing- masing lokasi sebagai berikut. Untuk
menentukan jumlah perangkap dipasang, digunakan rumus sebagai berikut :Perangkap yang belum berisi tikus dibiarkan sampai tiga malam untuk memberi kesempatan pada tikus yang ada untuk
memasuki perangkap dan diperiksa setiap pagi harinya untuk mengumpulkan hewan yang tertangkap.Perangkap bekas terisi tikus dan mencit harus dicuci dengan air dan sabun dan dikeringkan segera.
Pemasangan perangkap dalam upaya pemberantasan ini dilakukan selama tiga hari berturut-turut.
b. Bahan dan alat Bahan dan alat untuk penangkapan tikus terdiri atas :
• Umpan (selai kacang, keju, umbi-umbian, ikan asin/ikan jambal), kelapa bakar, dan lain-lain)Pencegahan berdasar sanitasi lingkungan adalah pengendalian melalui upaya penyehatan lingkungan di
dalam dan di luar ruang (lingkungan sekitarnya). Penyehatan lingkungan di dalam ruang/bangunan yaitu dengan melakukan penempatan yang tertutup rapat, tempatnya tidak mudah dirusak.
2. Dari materi yg kalian jelaskan, Sebetulnya diagnosis apa sih yang paling menonjol ? (Sarah, Kelompok 7)
Jawab : kalo untuk lepstopirosis, Karena penyakit tersebut salah satu target organ yg terpengaruh adalah di muscle/ otot, jadi gejala yg pertama kali muncul yaitu demam tinggi secara mendadak disertai
dengan keluhan yg lain nyeri nyeri otot lebih dominan.
Sanggahan penanya: Tapi untuk gejala demam dan nyeri itu sama saja seperti gejala DBD dan penyakit lainnya, lalu apa bedanya gejala tersebut?
Jawaban sanggahan: Memang untuk memastikan penyakit ini tanpa di bantu pemeriksaan penunjang, rasanya sulit. Oleh karena itu disini penting nya kewaspadaan dari masyarakat terutama musim
seperti ini, punya gejala demam yg tinggi di Sertai nyeri, kencingnya berkurang. Jadi saya kira sudah harus pemeriksaan. Jangan tunggu sampai parah baru diadakan tindakan pemeriksaan.Pemeriksaan
penunjang bisa di lakukan dengan cara:(1) mendeteksi Leptospira secara langsung menggunakan mikroskop lapangan gelap atau mendeteksi bakteri Leptospira dengan membiakkan; (2) mendeteksi gen
spesifik Leptospira menggunakan PCR; (3) mendeteksi antibodi terhadap Leptospira secara serologis menggunakan metode MAT, ELISA, RIA, IHA, dll. Semua metode ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
3. Salah satu cara dalam pengendalian vektor tikus adalah dengan pengendalian kimiawi yaitu
dengan menggunakan rodentisida (racun tikus). Apakah pengendalian dengan cara ini bisa diterapkan
pada pengendalian tikus yang berada di dalam rumah/ tikus rumah mengingat bahaya dari zat racun
tersebut?(Safira, Kelompok 1)
Jawab :Redentisida adalah salah satu pengendalian vektor tikus yang menjadi alternatif paling akhir
yang dianjurkan, karena sifatnya yang sangat berbahaya. Jadi kami menyarankan untuk pengendalian
di rumah tangga yg paling utama adalah pengendalian fisik. Jika memang pengendalian fisik memang
tidak bisa, maka dilakukan pengendalian kimia
4. Menurut kalian apakah cara yang paling utama untuk mencegah penularan penyakit leptospirosis
adalah dengan menghilangkan hewan yang sudah sakit dan pembawa leptospirosis? (Salsa,
Kelompok 5)
Jawab :Saya tidak tahu apakah semua tikus mengandung Leptospirosis, atau hanya beberapa, tetapi
baiknya tikus yg berada di sekitar kita, segera di hilangkan dan lakukan pengendalian. Karena tikus
kan vektor pembawa oenyay, yg tentunya mengakibatkan zoonosis