BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Pelabuhan laut dan udara merupakan pintu gerbang lalu-lintas barang, orang dan alat
transportasi, baik dari dalam maupun luar negeri. Seiring dengan meningkatnya arus
pariwisata, perdagangan, migrasi dan teknologi maka kemungkinan terjadinya
penularan penyakit melalui alat transportasi semakin besar. Penularan penyakit dapat
disebabkan oleh binatang maupun vector pembawa penyakit yang terbawa oleh alat
transportasi maupun oleh vektor yang telah ada di pelabuhan laut atau udara. Serangga
yang termasuk vektor penyakit antara lain nyamuk, lalat, pinjal, kecoa, dan tungau. Salah
satu tugas pokok dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dalam mencegah masuk-
keluarnya penyakit dari atau ke luar negeri adalah melalui Pengendalian Resiko
Lingkungan (PRL) di pelabuhan dan alat transportasi. Upaya ini dilakukan untuk
memutuskan mata rantai penularan penyakit serta meminimalisasi dampak resiko
lingkungan terhadap masyarakat. Usaha-usaha pengendalian PRL di pelabuhan meliputi
sanitasi lingkungan dan pemberantasan vektor dan binatang penular penyakit.
Penyakit bersumber rodensia yang disebabkan oleh berbagai agen penyakit seperti
virus, rickettsia, bakteri, protozoa, dan cacing dapat ditularkan kepada manusia
(Zoonosis) secara langsung, melalui feses, urin dan ludah atau gigitan rodensia dan
pinjal, melalui gigitan vektor ektoparasit tikus dan mencit (kutu, pinjal, caplak,tugau).
B. Dasar Hukum
1. UU No 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan
2. UU No 36 tahun 2009 ttg Kesehatan
3. PP No 40 tahun 1991 ttg penanggulangan Wabah Penyakit Menular
4. PP No 61 tahun 2009 ttg Kepelabuhanan
5. Kepmenkes No. 431 tahun 2007 ttg Pedoman Teknis Pengendalian Risiko Kesling
di Pelabuhan/Bandara/PLBD Dalam Rangka Karantina Kesehatan.
6. Permenkes No 356 tahun 2008 ttg SOTK KKP Permenkes No 2348 tahun 2011
7. Permenkes No 50 tahun 2017 ttg Standar baku mutu kesehatan lingkungan dan
persyaratan kesehatan untuk vector dan BPP serta Pengendaliannya.
8. Permenkes No 1501 tahun 2010 ttg Jenis Penyakit Menular tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya
9. Permenkes No 34 tahun 2013 ttg Tindakan Hapus Tikus dan Hapus Serangga
10. IHR tahun 2005
11. Surat Tugas No.KP.03.04/3/840/2023
Vektor berasal dari bahasa latin yaitu vehere yang mempunyai arti pembawa
(agent). Pengertian vektor adalah golongan arthropoda atau binatang yang tidak
bertulang belakang lainnya (avertebrata) yang dapat memindahkan penyakit dari sumber
(reservoir) ke pejamu. Vektor mungkin hanya membawa unsur penyebab penyakit secara
mekanik dengan cara menempatkan mikroorganisme penyebab pada kaki atau bagian
tubuh lainnya, sehingga unsur penyebab tidak mengalami perubahan selama berada
pada vektor. Namun, vektor membawa unsur penebab biologis, yang mengalami
perubahan atau berkembang biak dalam tubuh vektor sebelum dipindahkan ke pejamu
potensial.
Vektor yang diambil dalam pembahasan ini adalah pinjal atau dikenal dengan
kutu loncat (fleas) yang terdapat pada tikus. Pinjal merupakan salah satu parasit yang
pada umumnya banyak dijumpai pada kucing atau anjing. Pinjal berukuran kecil dengan
panjang 1,5-3,3 mm dan bergerak cepat, berwarna gelap. Pinjal ini merupakan serangga
bersayap dengan bagian mulut seperti tabung yang digunakan untuk menghisap darah
host. Kaki pinjal berukuran panjang, sepasang kaki belakang digunakan untuk melompat,
tubuh bersifat lateral dikompresi yang memudahkan untuk bergerak diantara rambut atau
bulu tubuh inang. Kulit tubuhnya keras, ditutupi banyak bulu dan duri pendek, dimana bulu
dan duri berfungsi untuk memudahkan bergerak.
Tikus dan mencit merupakan reservoir berbagai macam penyakit yang
disebabkan oleh berbagai agen penyakit dan menularkan kepada manusia seperti pes,
salmonellosis, leptospirosis, murine typus (demam tikus) dll.
Penyakit tersebut dapat digolongkandalam emerging diseases yang penting dan
perlu untuk lebih diperhatikan dengan meningkatnya populasi global, mobilitas penduduk,
mudahnya transportasi domestik dan mancanegara, perubahan teknologi kesehatan dan
produksi makanan, perubahan pola hidup/ tingkah laku manusia, pengembangan daerah
baru sebagai hunian manusia dan munculnya patogen baru akibat mutasi dan
sebagainya. Secara alami umumnya penyakit-penyakit ini terpelihara di alam, dalam
tubuh mamalia kecil liar dan secara insidentil ditularkan kepada manusia, binatang ternak
dan binatang peliharaan (pets)
Dampak yang diakibatkan penyakit tersebut ringan sampai berat, bahkan
beberapa jenis penyakit sangat mematikan baik bagi manusia maupun binatang ternak
dan binatang peliharaan.
Di dunia telah tercatat 31 jenis penyakit bersumber tikus yang disebabkan oleh
cacing, 28 jenis penyakit disebabkan oleh virus, 26 penyakit yang disebabkan oleh
bakteri, 14 jenis penyakit oleh protozoa, 8 jenis penyakit disebabkan oleh ricketsia, 4 jenis
penyakit yang disebabkan oleh jamur dan 1 jenis penyakit yang disebabkan cacing
Acanthocephala (Weber, 1982)
Beberapa penyakit yang ditularkan melalui tikus, pernah dilaporkan secara klinis dan
serologis pada manusia dan binatang rodensia resevoir di Indonesia dapat dilihat pada
tabel berikut :
PENYEBAB
PENYAKIT PENYAKIT VEKTOR CARA PENULARAN
Pes Bakteri Pinjal Melalui gigitan
Yersinia Pestis
Murine typhus Rickettsia Tugau Melalui sisa hancuran
Mooseri trombikulid tubuh pinjal terinfeksi
lewat luka akibat garukan
Scrub typhus Rickettsia Tugau Melalui gigitan tungau
Tsutsugamushi trombikulid
Spotted fever Rickettsia Caplak Melalui gigitan caplak
group rickettsiae Conorii
Leptospirosis Bakteri - Melalui selaput lender
Leptospira spp atau luka dikulit bila
terpapar oleh air yang
tercemar dgn urin tikus
Salmonelosis Bakteri, - Melalui gigitan tikus atau
Salmonella spp pencemaran makanan
Demam gigitan Bakteri, Spirillum - Melalui luka gigitan tikus
tikus atau Streptobacillus
Trichinosis Cacing, Trichinella - Tidak langsung dengan
Spiralis cara memakan hewan
pemakan tikus
Angiostongiliasis Cacing, - Dengan cara memakan
Angiostrongilus sejenis keong yang
menjadi inang perantara
penyakit ini
Demam berdarah Virus, - Melalui udara yang
korea Hantavirus spp tercemar feses, urine
atau ludah tikus yang
infektif
Pinjal tikus oriental (Xenopsylla cheopis) merupakan parasit dari hewan pengerat,
terutama dari genus Rattus, dan merupakan dasar vektor untuk penyakit pes dan murine
tifus. Hal ini terjadi ketika pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi, dan kemudian
menginfeksi menggigit manusia. Pinjal tikus oriental ini terkenal memberikan kontribusi
bagi black death.
Siklus hidup pinjal terdiri dari empat tahapan yaitu:
1. Tahap telur
Kutu betina dapat bertelur 50 telur perhari di hewan peliharaan dan selama
hidupnya dapat bertelur sampai 1.500 telur. Telur kutu ini tidak lengket, sehingga
mudah jatuh dan dapat menetas dalam dua atau lima hari.
2. Tahap larva
Setelah menetas, larva akan menghindar dari sinar ke daerah yang gelap
di sekitar rumah dan makan kotoran kutu loncat. Larva akan tumbuh, ganti kulit dua
kali dan membuat kepompong yang selanjutnya tumbuh menjadi pupa.
3. Tahap pupa
Lama tahap pupa ini rata-rata 8 sampai 9 hari, tergantung dari kondisi
cuaca, ledakan populasi, dan sebagainya.
4. Tahap dewasa
Kutu loncat dewasa keluar dari kepompongnya ketika merasa hangat,
getaran, dan karbondioksida yang menandakan ada host di sekitarnya. Setelah
loncat ke host, selanjutnya kutu dewasa akan kawin dan memulai siklus baru. Siklus
secara keseluruhan dapat dipendek secepatnya sampai 3 – 4 minggu. Umur rata-
rata pinjal sekitar 6 minggu, namun pada kondisi tertentu dapat berumur 1 tahun.
Pinjal betina dapat bertelur sebanyak 20 – 28 per-hari.
Jenis-jenis Pinjal
1. Nosopsyllus fasciatus
Nosopsyllus fasciatus memiliki tubuh memanjang, panjangnya 3 hingga
4 mm. Memiliki pronotal ctenidium dengan 18-20 duri tapi tidak memiliki ctenidium
genal. Pinjal tikus utara memiliki mata dan sederet tiga setae di bawah kepala.
Kedua jenis kelamin memiliki tuberkulum menonjol di bagian depan kepala. Tulang
paha belakang memiliki 3-4 bulu pada permukaan bagian dalam.
2. Xenopsylla cheopis
Secara umum memiliki ciri-ciri antara lain tidak bersayap, kaki sangat kuat
dan panjang (berguna untuk meloncat), mempunyai mata tunggal, segmentasi tubuh
tidak jelas, ukuran + 1,5-3,3 mm, kepala membulat dan tidak ada comb, tetapi
memiliki ocular bristle.
Indeks Pinjal
Kepadatan pinjal pada tubuh tikus disebut Indeks Umum Pinjal, yaitu cara untuk
mengetahui kepadatan investasi rata-rata dari pinjal yang ditemukan dibagi jumlah
total tikus yang tertangkap. Untuk standart keamanan indeks, lebih dari satu
merupakan potensi semakin rendah untuk penyakit pes. Indeks umum pinjal dihitung
dengan rumus berikut:
IUP = JP
JT
Keterangan:
IUP : indeks umum pinjal
JP : jumlah total semua jenis pinjal yang diperoleh dari tikus
JT : jumlah total tikus yang tertangkap
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jumlah 40 0 0 0 0
PEMBUAT LAPORAN
No Nama / NIP Pangkat / Gol Jabatan TTD