Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

KEGIATAN SURVEY FAKTOR RISIKO PENYAKIT PES


DI WILAYAH PELABUHAN WILKER AMPANA

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS III POSO


WILAYAH KERJA AMPANA
OKTOBER 2023
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS III POSO
WILAYAH KERJA AMPANA
Jalan Yos Sudarso No.30 Poso 94616
Telephone (0452) 21540, Faximile : (0452) 324932, Email: poso kkp@yahoo.co.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Pelabuhan laut dan udara merupakan pintu gerbang lalu-lintas barang, orang dan alat
transportasi, baik dari dalam maupun luar negeri. Seiring dengan meningkatnya arus
pariwisata, perdagangan, migrasi dan teknologi maka kemungkinan terjadinya
penularan penyakit melalui alat transportasi semakin besar. Penularan penyakit dapat
disebabkan oleh binatang maupun vector pembawa penyakit yang terbawa oleh alat
transportasi maupun oleh vektor yang telah ada di pelabuhan laut atau udara. Serangga
yang termasuk vektor penyakit antara lain nyamuk, lalat, pinjal, kecoa, dan tungau. Salah
satu tugas pokok dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dalam mencegah masuk-
keluarnya penyakit dari atau ke luar negeri adalah melalui Pengendalian Resiko
Lingkungan (PRL) di pelabuhan dan alat transportasi. Upaya ini dilakukan untuk
memutuskan mata rantai penularan penyakit serta meminimalisasi dampak resiko
lingkungan terhadap masyarakat. Usaha-usaha pengendalian PRL di pelabuhan meliputi
sanitasi lingkungan dan pemberantasan vektor dan binatang penular penyakit.
Penyakit bersumber rodensia yang disebabkan oleh berbagai agen penyakit seperti
virus, rickettsia, bakteri, protozoa, dan cacing dapat ditularkan kepada manusia
(Zoonosis) secara langsung, melalui feses, urin dan ludah atau gigitan rodensia dan
pinjal, melalui gigitan vektor ektoparasit tikus dan mencit (kutu, pinjal, caplak,tugau).
B. Dasar Hukum
1. UU No 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan
2. UU No 36 tahun 2009 ttg Kesehatan
3. PP No 40 tahun 1991 ttg penanggulangan Wabah Penyakit Menular
4. PP No 61 tahun 2009 ttg Kepelabuhanan
5. Kepmenkes No. 431 tahun 2007 ttg Pedoman Teknis Pengendalian Risiko Kesling
di Pelabuhan/Bandara/PLBD Dalam Rangka Karantina Kesehatan.
6. Permenkes No 356 tahun 2008 ttg SOTK KKP  Permenkes No 2348 tahun 2011
7. Permenkes No 50 tahun 2017 ttg Standar baku mutu kesehatan lingkungan dan
persyaratan kesehatan untuk vector dan BPP serta Pengendaliannya.
8. Permenkes No 1501 tahun 2010 ttg Jenis Penyakit Menular tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya
9. Permenkes No 34 tahun 2013 ttg Tindakan Hapus Tikus dan Hapus Serangga
10. IHR tahun 2005
11. Surat Tugas No.KP.03.04/3/840/2023

C. Maksud Dilaksanakannya Kegiatan


Tikus dapat menimbulkan permasalahan dalam kehidupan manusia baik langsung maupun
tidak langsung.
Berbagai gangguandan kerugian yang diakibatkan oleh tikus antara lain adalah :
1. Menimbulkan kerugian ekonomi karena tikus memakan bahan-bahan makanan yang
ditimbulkan manusia.
2. Menimbulkan kerusakan pada perabot rumah tangga dan juga kerusakan pada
bangunan atau gudang penyimpanan bahan makanan.
3. Dibidang kesehatan tikus berperan sebagai tuan rumah perantara beberapa jenis
penyakit yang dikenal sebagai rodent Borne diseases.seperti penyakit pes,
leptospirosis, Scrub typhys, murine typhus, Rat bite fever.
Oleh karena itu untuk mencegah penularan penyakit yang ditimbulkan oleh tikus perlu
dilakukan survey dan Pengamatan kondisi lingkungan tempat perindukan tikus.
BAB II
DASAR TEORI

Vektor berasal dari bahasa latin yaitu vehere yang mempunyai arti pembawa
(agent). Pengertian vektor adalah golongan arthropoda atau binatang yang tidak
bertulang belakang lainnya (avertebrata) yang dapat memindahkan penyakit dari sumber
(reservoir) ke pejamu. Vektor mungkin hanya membawa unsur penyebab penyakit secara
mekanik dengan cara menempatkan mikroorganisme penyebab pada kaki atau bagian
tubuh lainnya, sehingga unsur penyebab tidak mengalami perubahan selama berada
pada vektor. Namun, vektor membawa unsur penebab biologis, yang mengalami
perubahan atau berkembang biak dalam tubuh vektor sebelum dipindahkan ke pejamu
potensial.
Vektor yang diambil dalam pembahasan ini adalah pinjal atau dikenal dengan
kutu loncat (fleas) yang terdapat pada tikus. Pinjal merupakan salah satu parasit yang
pada umumnya banyak dijumpai pada kucing atau anjing. Pinjal berukuran kecil dengan
panjang 1,5-3,3 mm dan bergerak cepat, berwarna gelap. Pinjal ini merupakan serangga
bersayap dengan bagian mulut seperti tabung yang digunakan untuk menghisap darah
host. Kaki pinjal berukuran panjang, sepasang kaki belakang digunakan untuk melompat,
tubuh bersifat lateral dikompresi yang memudahkan untuk bergerak diantara rambut atau
bulu tubuh inang. Kulit tubuhnya keras, ditutupi banyak bulu dan duri pendek, dimana bulu
dan duri berfungsi untuk memudahkan bergerak.
Tikus dan mencit merupakan reservoir berbagai macam penyakit yang
disebabkan oleh berbagai agen penyakit dan menularkan kepada manusia seperti pes,
salmonellosis, leptospirosis, murine typus (demam tikus) dll.
Penyakit tersebut dapat digolongkandalam emerging diseases yang penting dan
perlu untuk lebih diperhatikan dengan meningkatnya populasi global, mobilitas penduduk,
mudahnya transportasi domestik dan mancanegara, perubahan teknologi kesehatan dan
produksi makanan, perubahan pola hidup/ tingkah laku manusia, pengembangan daerah
baru sebagai hunian manusia dan munculnya patogen baru akibat mutasi dan
sebagainya. Secara alami umumnya penyakit-penyakit ini terpelihara di alam, dalam
tubuh mamalia kecil liar dan secara insidentil ditularkan kepada manusia, binatang ternak
dan binatang peliharaan (pets)
Dampak yang diakibatkan penyakit tersebut ringan sampai berat, bahkan
beberapa jenis penyakit sangat mematikan baik bagi manusia maupun binatang ternak
dan binatang peliharaan.
Di dunia telah tercatat 31 jenis penyakit bersumber tikus yang disebabkan oleh
cacing, 28 jenis penyakit disebabkan oleh virus, 26 penyakit yang disebabkan oleh
bakteri, 14 jenis penyakit oleh protozoa, 8 jenis penyakit disebabkan oleh ricketsia, 4 jenis
penyakit yang disebabkan oleh jamur dan 1 jenis penyakit yang disebabkan cacing
Acanthocephala (Weber, 1982)
Beberapa penyakit yang ditularkan melalui tikus, pernah dilaporkan secara klinis dan
serologis pada manusia dan binatang rodensia resevoir di Indonesia dapat dilihat pada
tabel berikut :
PENYEBAB
PENYAKIT PENYAKIT VEKTOR CARA PENULARAN
Pes Bakteri Pinjal Melalui gigitan
Yersinia Pestis
Murine typhus Rickettsia Tugau Melalui sisa hancuran
Mooseri trombikulid tubuh pinjal terinfeksi
lewat luka akibat garukan
Scrub typhus Rickettsia Tugau Melalui gigitan tungau
Tsutsugamushi trombikulid
Spotted fever Rickettsia Caplak Melalui gigitan caplak
group rickettsiae Conorii
Leptospirosis Bakteri - Melalui selaput lender
Leptospira spp atau luka dikulit bila
terpapar oleh air yang
tercemar dgn urin tikus
Salmonelosis Bakteri, - Melalui gigitan tikus atau
Salmonella spp pencemaran makanan
Demam gigitan Bakteri, Spirillum - Melalui luka gigitan tikus
tikus atau Streptobacillus
Trichinosis Cacing, Trichinella - Tidak langsung dengan
Spiralis cara memakan hewan
pemakan tikus
Angiostongiliasis Cacing, - Dengan cara memakan
Angiostrongilus sejenis keong yang
menjadi inang perantara
penyakit ini
Demam berdarah Virus, - Melalui udara yang
korea Hantavirus spp tercemar feses, urine
atau ludah tikus yang
infektif
Pinjal tikus oriental (Xenopsylla cheopis) merupakan parasit dari hewan pengerat,
terutama dari genus Rattus, dan merupakan dasar vektor untuk penyakit pes dan murine
tifus. Hal ini terjadi ketika pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi, dan kemudian
menginfeksi menggigit manusia. Pinjal tikus oriental ini terkenal memberikan kontribusi
bagi black death.
Siklus hidup pinjal terdiri dari empat tahapan yaitu:
1. Tahap telur
Kutu betina dapat bertelur 50 telur perhari di hewan peliharaan dan selama
hidupnya dapat bertelur sampai 1.500 telur. Telur kutu ini tidak lengket, sehingga
mudah jatuh dan dapat menetas dalam dua atau lima hari.
2. Tahap larva
Setelah menetas, larva akan menghindar dari sinar ke daerah yang gelap
di sekitar rumah dan makan kotoran kutu loncat. Larva akan tumbuh, ganti kulit dua
kali dan membuat kepompong yang selanjutnya tumbuh menjadi pupa.
3. Tahap pupa
Lama tahap pupa ini rata-rata 8 sampai 9 hari, tergantung dari kondisi
cuaca, ledakan populasi, dan sebagainya.

4. Tahap dewasa
Kutu loncat dewasa keluar dari kepompongnya ketika merasa hangat,
getaran, dan karbondioksida yang menandakan ada host di sekitarnya. Setelah
loncat ke host, selanjutnya kutu dewasa akan kawin dan memulai siklus baru. Siklus
secara keseluruhan dapat dipendek secepatnya sampai 3 – 4 minggu. Umur rata-
rata pinjal sekitar 6 minggu, namun pada kondisi tertentu dapat berumur 1 tahun.
Pinjal betina dapat bertelur sebanyak 20 – 28 per-hari.
Jenis-jenis Pinjal

1. Nosopsyllus fasciatus
Nosopsyllus fasciatus memiliki tubuh memanjang, panjangnya 3 hingga
4 mm. Memiliki pronotal ctenidium dengan 18-20 duri tapi tidak memiliki ctenidium
genal. Pinjal tikus utara memiliki mata dan sederet tiga setae di bawah kepala.
Kedua jenis kelamin memiliki tuberkulum menonjol di bagian depan kepala. Tulang
paha belakang memiliki 3-4 bulu pada permukaan bagian dalam.
2. Xenopsylla cheopis
Secara umum memiliki ciri-ciri antara lain tidak bersayap, kaki sangat kuat
dan panjang (berguna untuk meloncat), mempunyai mata tunggal, segmentasi tubuh
tidak jelas, ukuran + 1,5-3,3 mm, kepala membulat dan tidak ada comb, tetapi
memiliki ocular bristle.

Penyakit yang Ditimbulkan Pinjal


Penyakit yang diakibatkan oleh pinjal yang menginfeksi manusia antara lain:
1. Pes
Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent.
Kuman pes yang ada pada tikus sakit dapat ditularkan ke hewan lain atau manusia,
apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes, dan
kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan lain atau manusia dengan cara melalui
gigitan.
2. Murine typus, yang dipindahkan dari tikus ke manusia.

Indeks Pinjal
Kepadatan pinjal pada tubuh tikus disebut Indeks Umum Pinjal, yaitu cara untuk
mengetahui kepadatan investasi rata-rata dari pinjal yang ditemukan dibagi jumlah
total tikus yang tertangkap. Untuk standart keamanan indeks, lebih dari satu
merupakan potensi semakin rendah untuk penyakit pes. Indeks umum pinjal dihitung
dengan rumus berikut:
IUP = JP
JT
Keterangan:
IUP : indeks umum pinjal
JP : jumlah total semua jenis pinjal yang diperoleh dari tikus
JT : jumlah total tikus yang tertangkap

Tikus Sebagai Rodent


Rodent adalah hewan pengerat yang memiliki gigi depan selalu tumbuh dan
biasanya pada manusia bisa menyebabkan penyakit dan dapat digunakan sebagai
hewan percobaan. Pada pembahasan ini, yang dimasukkan menjadi rodent adalah
tikus.
Tikus adalah jenis binatang pengerat yang perkembangbiakannya sangat
cepat. Tikus bisa hidup antara 3 – 4 tahun. Umumnya umur 1,5 – 5 bulan, tikus siap
kawin. Seekor tikus betina bisa beranak antara 6 – 8 ekor dan yang hidup bisa 5 – 6
ekor. Masa kehamilan tikus berkisar ± 21 hari dan dalam 1 tahun bisa sampai 4 kali
melahirkan.
Jenis-jenis Tikus
Ada beberapa jenis tikus di lingkungan pemukiman antara lain Rattus-rattus
(tikus atap), Rattus norvegicus (tikus got) dan Rattus tanezumi (tikus rumah)
(Zumrotus, 2007 ). Identifikasi tikus berdasarkan jenis kelamin, warna badan&ekor,
panjang tikus seluruhnya (TL), panjang ekor (T), panjang kaki belakang (HF), lebar
telinga (E), dan jumlah puting susu (M).
1. Rattus-rattus
Tikus atap pada umumnya bersarang di dalam rumah, gedung-gedung tinggi
dan disekitar pelabuhan. Tikus ini memiliki kemampuan memanjat dan menyeberangi
kabel-kabel yang menghubung bangunan yang satu dengan yang lainnya.
Tikus atap memliki moncong runcing, dengan telinga dan mata yang besar.
Berat tikus atap mencapai 150- 250 gram. Panjang tubuhnya mencapai 15- 22 cm.
panjang ekor tikus atap melebihi panjang tubuhnya, yaitu mencapai 18- 25 cm. Warna
bulunya abu- abu kehitaman, dengan bentuk kotoran ramping, panjangnya mencapai
1,2 cm dan ujung kotoran tersebut berbentuk runcing. Usia hidupnya 9- 24 bulan.
Tikus atap mencapai dewasa 2-3 bulan setelah dilahirkan. Jumlah anak per
kelahirannya antara 6-10 ekor. Kelahiran dalam satu tahun mencapai 6 kali.
Jangkauan tikus atap antara 15- 30 meter, dan bisa menembus lubang 1,2 cm
2. Rattus norvegicus (Tikus Got)
Tikus ini sangat cepat penyebarannya, dan paling merusak secara ekonomi.
Biasanya menyerang gudang, pabrik, supermarket, gedung dan lain-lain. Tikus ini
biasanya bersarang di lubang- lubang saluran atau got, dibawah bangunan, dibawah
timbunan sampah dan lain-lain. Hewan ini tergolong omnivora yang memakan semua
makanan manusia dan hewan. Tikus got sangat bergantung pada makanan dan air.
Karakteristik tikus got antara lain memiliki moncong yang tumpul, telinga dan
mata kecil. Berat tikus dewasa antara 200-500 gram. Tikus got memiliki panjang tubuh
19-25 cm, sedangkan panjang ekornya antara 15-22 cm. Warna bulu tikus got coklat
tua dibagian atas, dan coklat muda dibagian bawah. Bentuk kotoran dari tikus got
adalah kapsul dengan ukuran 2 cm. Usia hidupnya 5-12 bulan, bahkan hingga 3 tahun.
Tikus got mencapai dewasa 2- 3 bulan setelah dilahirkan. Jumlah anak per kelhirannya
antara 8- 12 ekor. Kelahiran dalam satu tahun mencapai tujuh kali. Jangkauan tikus
got antara 15- 30 meter, dan bisa menembus lubang 1,2 cm.
3. Rattus tanezumi (Tikus rumah)
Tekstur rambut agak kasar dan lebih mengkilap dari tikus riol (Rattus
norvegicus), bentuk hidung kerucut, hidung runcing, badan kecil, bentuk badan
silindris, warna badan bagian atas dan bawah coklat kelabu, warna ekor bagian atas
dan bawah coklat gelap. Tikus ini memiliki berat badan 60-300 gram, panjang kepala
dan badan 100-210 mm, panjang ekor 120-250 mm (lebih dari panjang kepala dan
badan), panjang dari ujung hidung sampai ujung ekor 220-460, panjang telapak kaki
belakang 30-37 mm, lebar telinga 19-23 mm. Tikus betina mempunyai 10 puting susu,
3 pasang di pektoral dan 2 pasang di inguinal (3+2=10). Tikus ini terdapat di gudang
makanan, pemukiman manusia terutama di langit-langit rumah. Tikus ini sangat pandai
memanjat.
4. Mus musculus (Mencit rumah)
Mencit rumah biasanya bersarang di dinding kayu, lemari, gudang makanan,
furniture dan dilubang-lubang. Tikus ini lebih teliti dan selalu menyelidiki dan tikus ini
sangat baik dalam meloncat, memanjat dan berenang.
Mencit rumah memiliki moncong yang runcing, dengan telinga yang besar dan mata
kecil. Berat dewasa dari tikus rumah mencapai 50-150 gram. Panjang tubuhnya yaitu
6-10 cm ssedangkan panjang ekornya antara 7,5 cm- 10 cm. Warna bulunya coklat
muda atau abu- abu muda. Kotoran mencit rumah berbentuk runcing, dengna ukuran
0,3-0,6 cm. Usia hidupnya antara 9-12 bulan. Berubah menjadi dewasa dalam waktu
1,5 bulan. Jumlah anak per kelahirannya antara 6-7 ekor, dengan kelahiran 8-10 kali
dalam satu tahun. Mencit ruah bisa menembus lubang 0,6 cm.
Penyakit yang Ditimbulkan Tikus
Tikus berperan sebagai perantara berbagai jenis penyakit yang dikenal dengan
Rodent Borne Disease. Penyakit yang tergolong dalam rodent borne disease adalah
penyakit pes, leptospirosis, scrup thypus, murine typhus, ratbite fever.
Angka Kepadatan Tikus
Angka kepadatan tikus adalah metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah
populasi tikus yang ada serta dampaknya pada penularan penyakit. Penangkapan
yang dilakukan pada tikus untuk diketahui pinjal yang ada dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh hewan rodent.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN SURVEY FAKTOR RISIKO PENYAKIT PES
A. Waktu dan Tanggal Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan selama 4 hari Mulai tanggal 06 s/d 09 Oktober 2023 dan
dilakukan pada siang hari
B. Tempat
Kegiatan dilakukan di daerah perimeter,perimeter merupakan wilayah darat
Pelabuhan laut Ampana yang harus bebas penyakit menular, binatang dan vektor penular
C. Alat dan Bahan
1. ATK 2. Alat Pelindung Diri 3. Perangkap Tikus 4. Karung/Kantong Plastik 5. Sisir Tikus
6. Penggaris 7. Mikroskop 8. Umpan Tikus 9. Cloroform 10. Kapas
D. Kegiatan
Hasil Survei Tikus dan Pinjal sbb :
Pencatatan / Registrasi Penangkapan Tikus
Lokasi
pemasangan Jml Jenis Tikus tertangkap
Tgl Lokasi Perangkap perangka Umpan Ket.
Perimeter Buffer p R.r R.n Mm Lain-
area Area ( buah ) lain

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

06/10/2023 Ampana √ √ 10 Ikan 0 0 0 0 Tidak


Ada
07/10/2023 Ampana √ √ 10 Ikan 0 0 0 0 Tikus
Yang
08/10/2023 Ampana √ √ 10 Ikan 0 0 0 0 Tertang-
Kap
09/10/2023 Ampana √ √ 10 Ikan 0 0 0 0

Jumlah 40 0 0 0 0

Pengamatan Keadaan / Kondisi Lingkungan


Kondisi Lingkungan pada saat dilaksanakan kegiatan
a. Tidak Terdapat sisa-sisa makanan sekitar countainer dan Penyimpanan sampah
tertutup sehingga tikus tidak mudah untuk bersarang.
b. Tempat penyimpanan barang di gudang tersusun dengan rapi sehingga tidak
terdapat sisa makanan sebagai sumber makanan bagi tikus .
c. Dekat dengan pemukiman penduduk pesisir pantai
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Selama 4 hari pemasangan perangkap dengan jumlah sebanyak 40 buah
perangkap tidak ada tikus yang tertangkap, nilai success trap sebesar 0 %.
B. Saran/Rekomendasi
a. Penyimpanan sampah hendaknya cukup untuk menampung seluruh sampah
yang dihasilkan selama satu hari, sehingga tidak dijadikan tempat tikus
bersarang.
b. Penyimpanan barang digudang dengan cara yang benar dapat mengurangi
tempat persembunyian dan sumber makanan bagi tikus.
c. Cara Pembuangan sampah dengan penimbunan sanitar (sanitary landfiell) dapat
menghambat perkembangan populasi tikus.
C. Penutup
Demikian laporan kegiatan ini untuk dapat menjadi bahan acuan dalam
perencanaan program survey faktor risiko penyakit PES terutama di Kantor
Kesehatan Pelabuhan Wilker Ampana dan diharapkan kegiatan ini berjalan lebih
baik kedepannya.
Ampana,10 Oktober 2023

PEMBUAT LAPORAN
No Nama / NIP Pangkat / Gol Jabatan TTD

1 Rajab, A.Md.Kes Penata Muda Kepala Wilker

NIP 196607251989031002 Tk. I/ IIIb (Pelaksana)


2. Sitti R. Musa, SKM Penata Epidemiolog Ahli
Muda
NIP 198410282008012012 Tk. I / IIId

3. Iskandar, AM.d.Kes.,SPd.I Penata Pelaksana

NIP. 196805261990031004 Tk. I / IIId


DOKUMENTASI

KEGIATAN SURVEY FAKTOR RISIKO PENYAKIT PES


DI WILAYAH KERJA AMPANA
PADA BULAN OKTOBER 2023

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

KANTOR KESEHATANPELABUHAN KELAS III POSO


Lampiran 1
Foto Dokumentasi Kegiatan
Survei Faktor Risiko Penyakit Pes
Bulan Oktober 2023

Anda mungkin juga menyukai