Anda di halaman 1dari 49

Bakteri pada sistem kardiovaskuler dan

limfa
• Anindita Ratnawati Aditya (0906531172)
• Henny Puspita Siagian (0906531443)
• Sheila Noor Aisyah (0906531840)
• Zakiah Khairiati Lubis (0906531903)
Yersinia pestis
Yersinia pestis adalah bakteri penyebab penyakit
pes/plague. Pes merupakan salah satu penyakit yang
hebat dan sangat menular dengan angka kematian
yang tinggi yang ditularkan lewat tikus (yang digigit
pinjal yang terinfeksi). Ada 2 jenis penyakit pes : Pes
kelenjar (bubonic plague) yang terjadi akibat gigitan
binatang pengerat yang terinfeksi, Pes paru-paru
terjadi akibat penularan dari manusia ke manusia lain
melalui tetesan ludah yang terhirup oleh udara
pernafasan. Pengobatan diberikan streptomycin dan
pencegahannya antara lain mengkaratinakan
penderita, pemberian tetracycline profilaksis pada
orang yang akan berdekatan dengan penderita.
Yersinia pestis
Gambaran umum
Pes menyebabkan penyakit pada binatang
pengerat liar terutama tikus (yang ditularkan
oleh pinjal/kutu), pes merupakan salah satu
penyakit yang hebat dan sangat menular
dengan angka kematian yang tinggi.
Identifikasi dan Morfologi

Y. pestis adalah bakteri batang gram negative yang terlihat mencolok


dengan pewarnaan Wayson. Organisme ini tidak motil dan tumbuh
sebagai anaerob fakultatif di beberapa media bakteriologi. Pertumbuhan
lebih cepat bila berada pada media yang mengandung darah atau cairan
jaringan dalam suhu 300C. Pada kultur darah dimana suhunya 370C,
koloninya akan semakain mengecil dalam waktu 24 jam. Inokulum virulen
yang diturunkan dari jaringan yang terinfeksi menghasilkan koloni yang
berwarna abu-abu dan kental, namun bila dipindahkan dalam media
laboratorium koloni tersebut berubah menjai irregular dan kasar.
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria, bagian: gamma proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriacheae
Genus : Yersinia
Spesies : Yersinia pestis
Gejala Klinik
Sesudah digigit pinjal, kuman akan bermigrasi ke kelenjar getah bening
setempat, memasuki aliran darah, lalu berkembang biak pada limpa, hati dan
paru-paru. Tiba-tiba timbul demam, konyungtivitas dan pembengkakan
kelenjar getah bening setempat (bubo), ketiga gejala ini adalah ciri khas
gejala dini penyakit. Setelah itu timbul rasa lesu, mual, nyeri pada tungkai
dan punggung lalu terjadi kolaps vaskuler dengan cepat disertai koagulasi
intravaskuler yang menyebar dan perdarahan dibawah kulit di seluruh tubuh
(pes hitam atau black plague) yang merupakan gejala khas penyakit ini.
Pes kelenjar (bubonic plague) yang terjadi akibat gigitan binatang
pengerat yang terinfeksi, penderita meninggal dalam 3 sampai 5 hari.
Pes paru-paru terjadi akibat penularan dari manusia ke manusia lain
melalui tetesan ludah yang terhirup oleh udara pernafasan, penderita
meninggal dalam waktu 2 hari.
Yersinia pestis berkembang biak secara intraseluler pada monosit dan hal
ini dapat dilihat pada smear darah juga berkembang biak di luar sel. Paling
sedikit ada 5 jenis antigen yang menjadi dasar sifat virulensi.
Penderita infeksi Bubonic Plague Pinjal yang terinfeksi Yersinia pestis
Pengobatan
Perlu segera diberikan streptomycin intravena
karena penyakit segera berkembangbiak
sangat cepat (infeksi paru-paru tidak dapat
diobati lagi 12 sampai 15 jam setelah gejala).
Obat alternatifnya adalah Tetracycline yang
dikombinasi dengan streptomycin. Pes
kelenjar yang tidak diobati akan fatal pada
50% sampai 75% kasus, sedang pes paru-paru
fatal jika tidak diobati segera. Lalu karatinakan
penderita.
Pencegahan
Berikan tetracycline profilaksis pada orang yang akan
berdekatan dengan penderita dalam 7 hari terakhir.
Dalam 90% kasus pes di dunia terdapat di asia
Tenggara, hanya sedikit kasus sampar/pes kelenjar
terdapat di Amerika serikat bagian barat daya. Vaksin
hanya efektif terhadap pes kelenjar, terjadi kekebalan
dalam jangka pendek, berikan vaksin ini pada
pelancong yang akan pergi ke daerah endemik dan
pada orang yang memiliki resiko tinggi terinfeksi
(vaksin formalin-killed). Mengisolasi pasien yang
dicurigai terinfeksi pes/plague dan memberantas
hewan-hewan yang terinfeksi plague agar tidak
menularkan penyakit pada manusia.
Rickettsia
• Gambaran Umum
Rickettsia adalah genus bakteri gram-negatif. Rickettsia bersifat parasit intraselular obligat,
dan dapat menyebabkan penyakit Rickettsia.
Metode perkembangan Rickettsia dalam embrio ayam ditemukan oleh 
Ernest William Goodpasture dan koleganya di Universitas Vanderbilt pada tahun 1930-an.
Penyemprotan insektisida DDT ke tubuh prajurit untuk membunuharthropoda pembawa
penyakit Rickettsia.
Penyakit Rickettsia atau tifus adalah berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri
 familia Rickettsiae.Penyakit ini disebarkan oleh arthropoda, khususnya kutu, tungau, dan caplak
.Tiga jenis typhus utama adalah tifus epidemik, tifus endemik, dan tifus belukar.Jenis lain tifus yang
juga sering ditemukan adalah penyakit Brill-Zinsser, yang merupakan tifus epidemik yang muncul
kembali setelah bertahun-tahun sembuh.Tifus epidemik dan penyakit Brill-Zinsser disebabkan oleh
bakteri Rickettsia prowazekii.Tifus epidemik disebarkan oleh kutu badan.Tifus endemik disebabkan
oleh bakteri Rickettsia typhi, yang disebarkan oleh kutu.Tifus belukar disebabkan oleh bakteri 
Rickettsia tsutsugamushi (dahulu bernama Orientia tsutsugamushi), dan disebarkan oleh tungau
dan caplak.Jenis tifus lainnya antara lain demam berbintik gunung Rocky, Rickettsialpox, demam
Boutonneuse, tifus caplak Siberia, tifus caplak Australia, dan demam berbintik Oriental.
klasifikasi
• Filum:Proteobacteria
• Kelas:Alpha Proteobacteria
• Ordo:Rickettsiales
• Famili:Rickettsiaceae
• Genus:Rickettsia
PENULARAN

Rickettsiosis ditularkan lewat gigitan serangga pada


kulit, hanya pada Q fever yang ditularkan lewat udara
( air borne ), sehingga pada penyakit ini tidak ditemukan
kelainan kulit. Beberapa jenis mamalia dan arthropoda
merupakan hospes alam untuk Rickettsia, bahkan
arthropoda dapat bertindak sebagai vektor dan reservoir.
Infeksi pada manusia hanya bersifat insidentil, kecuali
pada tifus epidemik yang vektor utamanya kutu manusia
juga, yaitu Pediculus vestimenti. Penyakit demam semak
(scrub tiphus) dapat dijumpai di pelbagai tempat di
Indonesia. Larva tungau trombiculid merupakan vektor
utama pada penyakit demam semak, sedangkan tikus
rumah atau tikus ladang bertindak sebagai reservoirnya.
Gambar arthropoda
GAMBARAN KLINIK
Semua infeksi Rickettsia ditandai dengan adanya
demam, sakit kepala, malaise, lesu, kelainan di
kulit( skin rash), pembesaran limfa dan hati, hanya
pada Q fever tidak disertai adanya kelainan kulit.
Kadang-kadang disertai dengan adanya pendarahan
di bawah kulit. Pada kasus-kasus yang berat dapat
dijumpai gejala stupor, delirium, dan bahkan shock
atau bercak-bercak gangren di kulit atau jaringan
subkutan. Mortalitasnya sangat variabel, mulai
kurang dari 1% sampai setinggi 90%. Setelah
sembuh pada umumnya timbul kekebalan. Masa
tunas antara 1 sampai 4 minggu.
diagnosa
• Darah diinokulasikan pada marmot, tikus atau telur bertunas. Pada
marmot jantan akan dijumpai gejala-gejala yang khas yaitu berupa
demam, pembengkakan pada skrotum, nekrosis, pendarahan, dan
akhirnya binatang tersebut mati. Jika darah penderita baru diambil
setelah minggu pertama sakit, maka inokulasi harus dikerjakan dengan
bahan gerusan bekuan darah yang sedapat mungkin tidak mengandung
serum, karena di dalam serum sudah terdapat antibodi yang dapat
mengurangi infektivitas kuman. Isolasi primer dalam kantong kuning telur
bertunas hasilnya kurang memuaskan. Pada tikus percobaan, kuman
dapat ditemukan dalam eksudat peritonium.
• Biopsi kulit penderita yang dikerjakan diantara hari keempat dan
kedelapan setelah sakit, akan menunjukkan adanya Rickettsia jika
dilakukan pemeriksaan imunofluorosensi. Selain itu serum pada penderita
dapat diperiksa secara serologik dengan reaksi Weil-Felix,
imunofluorosensi atau komplemen fiksasi. Dua reaksi yang terakhir selalu
positif pada semua jenis rickettsiosis.
PENGOBATAN
Tetrasiklin dan kloramfenikol merupakan obat pilihan. Sulfomida
merupakan kontraindikasi. Untuk mencegah relaps, pengobatan tetap
diteruskan selama 3-5 hari setelah suhu penderita normal. Antibiotika
menekan pertumbuhan kuman. Penyembuhan tergantung kepada
mekanisme kekebalan penderita yang pada umumnya memerlukan
waktu dua minggu untuk dapat mencapai suatu tingkat yang mampu
menekan kuman. Jika pengobatan dimulai ketika hari keenam sakit,
maka imunitasnya akan berkembang seperti dalam keadaan tanpa
pengobatan dan tidak terjadi relaps. Sebaliknya jika antibiotika
diberikan pada awal dari penyakitnya dan hanya diberikan pada jangka
pendek, maka mekanisme kekebalannya kurang cukup mendapat
rangsangan, sehingga dapat menjadi relaps. Relaps dapat dicegah
dengan memberikan pengobatan yang cukup efektif selama lebih dari
10 hari.
PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan memutuskan rantai infeksi, menjaga
kebersihan lingkungan dan diri sendiri, dan imunisasi atau pemberian antibiotik.
• Pemutusan rantai infeksi
Rantai infeksi dapat diputus dengan membasmi tuma dengan
insektisida.
• Menjaga kebersihan
Menjaga kebersihan baik dari lingkungan maupun diri sendiri,
misalnya jangan membiarkan banyak pakaian kotor yang tergantung
di kamar karena dapat dijadikan sarang tuma, lalu menggunakan
obat gosok untuk mencegah gigitan arthopoda
• Imunisasi
Imunisasi aktif dilakukan dengan menyuntikkan antigen yang dibuat
dari kantong kuning telur embrio ayam yang terinfeksi/ dari biakan
sel yang diolah dengan formalin.
Pada umumnya rickettsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan
dan pengeringan atau oleh bahan-bahan bakterisid.
Bacillus anthracis
Bacillus anthracis meupakan bakteri pathogen penyebab penyakit anthraks. Penyakit
ini biasanya menyerang hewan ternak maupun manusia yang kontak dengan hewan
yang sudah terinfeksi. Bacillus anthracis merupakan bakteri berbentuk batang,
berukuran 1,6 μm, tidak mempunyai alat gerak atau motil, merupakan bakteri gram
positif dan bersifat aerob. Bacillus anthracis memiliki dua tahap dalam siklus hidupnya
yaitu fase vegetatif dan spora. Dalam mempertahankan siklus hidupnya Bacillus
anthracis membentuk dua sistem pertahanan yaitu spora dan kapsul. Dalam
menginfeksi sel inangnya spora anthrax mengeluarkan 2 racun yaitu, edema toxin dan
lethal toxin. Penyebaran spora anthrax dapat melalui kontak langsung/melalui kulit,
melalui saluran pernpasan, dan melalui per oral atau saluran pencernaan, hal ini dapat
menyebabkan macam-macam penyakit anthrax,seperti anthrax kulit, anthrax saluran
pernapasan, anthrax saluran pencernaan dan dapat sampai ke otak yang disebut
anthrax otak/meningitis. Penyakit antharax yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis
dapat dicegah dengan vaksin anthrax dan dapat diobati dengan berbagai macam
antibiotika.
Morfologi dan klasifikasi
Ciri-ciri :
• Berbentuk batang lurus
• Ukuran 1,6μm
• Merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob
• Bersifat Patogen
• Tidak tahan terhadap suhu tinggi
• Mempunyai kemampuan membentuk spora
• Tidak mempunyai alat gerak (motil)
• Berkapsul dan tahan asam
• Dinding sel bakteri merupakan polisakarida somatik yang terdiri dari N-asetilglukosamin
dan D-galaktosa
• eksotoksin kompleks yang terdiri atas Protective Ag (PA), Lethal Factor (LF), dan Edema
Factor (EF)
Klasifikasi
• Kingdom : Bacteria
• Filum : Firmicutes
• Kelas : Bacilli
• Ordo : Bacillales
• Famili : Bacillaceae
• Genus : Bacillus
• Spesies : Bacillus anthracis
Siklus hidup
Siklus hidup anthrax terdiri atas dua fase, yaitu fase vegetatif dan fase spora.
􀂙 Fase Vegetatif
Berbentuk batang, berukuran panjang 1-8 mikrometer, lebar 1-1,5 mikrometer. Jika spora antraks
memasuki tubuh inang (manusia atau hewan memamah biak) atau keadaan lingkungan yang
memungkinkan spora segera berubah menjadi bentuk vegetatif, kemudian memasuki fase
berkembang biak. Sebelum inangnya mati, sejumlah besar bentuk vegetatif bakteri antraks
memenuhi darah. Bentuk vegetatif biasa keluar dari dalam tubuh melalui pendarahan di hidung,
mulut, anus, atau pendarahan lainnya. Ketika inangnya mati dan oksigen tidak tersedia lagi di
darah bentuk vegetatif itu memasuki fase tertidur (dorman/tidak aktif). Jika kemudian dalam fase
tertidur itu berkontak dengan oksigen di udara bebas, bakteri antraks membentuk spora
(prosesnya disebut sporulasi). Bentuk vegetatif juga dapat terbawa oleh nyamuk atau serangga
pengisap darah yang menggigit korban yang berada pada fase akhir. Bisa juga terbawa serangga
yang memakan bangkai korban. Serangga ini kemudian dapat menularkan bakteri itu ke inang
lainnya, hingga menyebabkan antraks kulit.
􀂙 Fase Spora
Berbentuk seperti bola golf, berukuran 1-1,5 mikrometer. Selama fase ini bakteri dalam keadaan
tidak aktif (dorman), menunggu hingga dapat berubah kembali menjadi bentuk vegetatif dan
memasuki inangnya. Hal ini dapat terjadi karena daya tahan spora antraks yang tinggi untuk
melewati kondisi tak ramah--termasuk panas, radiasi ultraviolet dan ionisasi, tekanan tinggi, dan
sterilisasi dengan senyawa kimia. Hal itu terjadi ketika spora menempel pada kulit inang yang
terluka, termakan, atau--karena ukurannya yang sangat kecil--terhirup. Begitu spora antraks
memasuki tubuh inang, spora itu berubah ke bentuk vegetatif.
Patogenitas antraks
Pada hewan, yang menjadi tempat masuknya kuman adalah mulut
dan saluran cerna. Adapun pada manusia, masuknya spora lewat
kulit yang luka (antraks kulit), membran mukosa (antraks
gastrointestinal), atau lewat inhalasi ke paru-paru (antraks
pernafasan). Spora tumbuh pada jaringan tempat masuknya
mengakibatkan edema gelatinosa dan kongesti. Basil menyebar
melalui saluran getah bening ke dalam aliran darah, kemudian
menuju ke jaringan, terjadilah sepsis yang dapat berakibat
kematian.

Pada antraks inhalasi, spora Bacillus anthracis dari debu wol,


rambut atau kulit terhirup, terfagosit di paru-paru, kemudian
menuju ke limfe mediastinum dimana terjadi germinasi, diikuti
dengan produksi toksin dan menimbulkan mediastinum
haemorrhagic dan sepsis yang berakibat fatal.
Mekanisme infeksi
Sel masuk ke dalam tubuh dalam bentuk spora, spora kemudian
diserang oleh sistem kekebalan tubuh, dalam sistem kekebalan
tubuh, spora aktif dan mulai berkembang biak dan menghasilkan
dua buah racun, yaitu : Edema Toxin meupakan racun yang
menyebabkan makrofag tidak dapat melakukan fagositosis pada
bakteri dan Lethal Toxin merupakan racun yang memaksa makrofag
mensekresikan TNF-alpha dan interleukin-1-beta yang
menyebabkan septic shock dan akhirnya kematian, selain itu racun
ini dapat menyebabkan bocornya pembuluh darah. Racun yang
dihasilkan oleh Bacillus anthracis mengandung 3 macam protein,
yaitu : antigen pelindung, faktor edema, dan faktor mematikan.
Racun memasuki sel tubuh saat antigen pelindung berikatan
dengan faktor edema dan faktor mematikan membentuk kompleks,
kompleks lalu berikatan dengan reseptor dan diendositosis. Di
dalam sel faktor edema dan faktor mematikan lepas dari
endositosis.
Penyakit yang ditimbulkan
Penyakit yang ditimbulkan oleh Bacillus anthracis yaitu
anthraks kulit, anthraks saluran pencernaan, anthraks
saluran pernapasan, dan dapat sampai ke otak yang
disebut anthraks otak atau meningitis. Anthraks kulit
terjadi karena disebabkan infeksi pada kulit sehingga
spora Bacillus anthracis dapat masuk melalui kulit.
Anthraks saluran pencernaan yang disebabkan karena
spora Bacillus anthracis yang tebawa oleh makanan
yang telah terinfeksi dan sampai ke saluran
pencernaan. Anthraks saluran pencernaan yang
disebabkan karena spora Bacillus anthracis yang
terhirup.
penyebaran
Hampir semua hewan berdarah panas bisa
terkena penyakit antraks. Di Indonesia, penyakit
ini sering dijumpai pada kerbau, sapi, kambing,
domba, kuda, dan babi. Dari segi epidemiologi
bacillus anthracis ini menyukai tanah berkapur
dan tanah yang bersifat basa (alkalis). Umumnya
antraks menyerang hewan pada musim kering
(kemarau), dimana rumput sangat langka,
sehingga sering terjadi pada ternak (terutama
kuda) tertular lewat makan rumput yang tercabut
sampai akarnya. Lewat akar rumput inilah bisa
terbawa pula spora dari antraks.
Penularan penyakit
Anthrax merupakan penyakit zoonis yang menyerang sapi,
domba, kuda, dan lain-lain bahkan dapat menyerang
manusia. Pada umumnya ada 3 cara penularan penyakit
anthrax ke manusia, yaitu :
• Kontak langsung dengan bibit penyakit yang ada di
tanah/rumput, hewan yang sakit, maupun bahan-bahan yang
berasal dari hewan yang sakit seperti kulit, daging, tulang dan
darah.
• Bibit penyakit terhirup orang yang mengerjakan bulu hewan
(domba dll) pada waktu mensortir. Penyakit dapat ditularkan
melalui pernapasan bila seseorang menghirup spora Antraks.
• Memakan daging hewan yang sakit atau produk asal hewan
seperti dendeng, abon dll.
• Anthrax Kulit
Gejala
􀀹 Biasanya terjadi pada permukaan lengan atau tangan sering diikuti pada wajah dan leher.
􀀹 Papul pruritik timbul 1-7 hari setelah masuknya organisme atau spora lewat luka. Pada awalnya menyerupai
gigitan serangga. Papul dengan cepat berkembang menjadi vesikel, kemudian pastul, dan akhirnya menjadi
ulkus nekrotik. Khas lesi berdiameter 1-3 cm dan memiliki eschar hitam di tengah.
􀀹 Kemudian timbul edema, limfangitis, limfadenopati dan gejala sistemik.
􀀹 Setelah 7-10 hari, eschar berkembang penuh, menjadi kering, lusen dan terpecah-pecah.

 
• Anthrax Saluran Pencernaan
o Gejala awal rasa sakit perut yang hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan dan suhu tubuh meningkat
o Konstipasi diikuti diarhe akut berdarah
o Hematemesis
o Toxemia
o Shock dan meninggal biasanya kurang dari 2 hari.

• Anthrax Saluran Pernapasan


o sangat jarang terjadi biasanya akibat dari perluasan antraks tipe kulit atau karena menghirup udara yang
mengandung spora antraks
o gejala awal ringan dan spesifik
o dimulai dengan lemah, lesu, subfebril, batuk non produktif (seperti tanda-tanda bronchitis)
o kemudian mendadak dispnoe, sianosis, stridor dan gangguan respirasi berat
o shock, meninggal biasanya dalam waktu 24 jam
Pengobatan
􀂃 Jenis Obat
Untuk mencegah penyakit anthrax dapt digunakan vaksin anthrax.
Anthrax dapat diobati dengan menggunakan antibiotik, seperti :
amoxicillin, Vanomycin, Ciprofloxacin, Doxicyline, Eritromycin, Penicillin,
Tetracycline, Streptomycine,Chloramphenicol
􀂃 Cara Penggunaan
􀀹 Anthrax kulit : Procaine penicilline 2 x 1,2 juta IU diberikan secara
intramuskuler (im) selama 5-7 hari. Atau
dengan Benzyl penicilline 250.000 IU secara im setiap 6 jam.
􀀹 Anthrax Saluran Pencernaan : Tetracycline 1 gram per hari
􀀹 Anthrax Saluran Pernapasan : Penicilline G 18-24 juta IU per hari IVFD,
ditambah dengan Streptomycine 1-2 gram. Selain antibiotika perlu
diberikan juga obat-obat symtomatis lain.
Perlu diperhatikan mengingat pilihan obat untuk Antraks adalah
penicilline, sehingga sebelum diberikan harus dilakukan skin test terlebih
dahulu. Bila penderita/tersangka hypersensitif terhadap penicilline dapat
diberikan tetracycline, chloramphenicol atau erytromycine.
Borrelia burgdorferi
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Prokaryotae
Filum: Spirochaetes
Kelas: Spirochaetes
Order: Spirochaetales
Genus: Borrelia
Spesies: B. burgdorferi
Nama binomial
Borrelia burgdorferi
• spesies bakteri Gram negatif
• dominan di Amerika Utara, tetapi juga ada di
Eropa
• agen penyakit Lyme
• adalah salah satu dari beberapa bakteri patogen
yang dapat bertahan hidup tanpa besi, setelah
diganti semua enzim besi-belerang yang cluster
dengan enzim yang menggunakan mangan,
sehingga menghindari masalah banyak bakteri
patogen hadapi dalam memperoleh besi
• burgdorferi Borrelia dapat menyebar ke seluruh
tubuh selama penyakit dan telah ditemukan di
kulit, jantung, sendi, sistem saraf perifer, dan
sistem saraf pusat
• B. burgdorferi disuntikkan ke dalam kulit oleh gigitan kutu Ixodes
terinfeksi. Kutu air liur, yang menyertai spirochete ke dalam kulit
selama proses menyusui, mengandung zat yang mengganggu respon
imun di tempat gigitan.
• ini menyediakan perlindungan lingkungan di mana spirochete dapat
membentuk infeksi. The spirochetes berkembang biak dan
bermigrasi ke luar dalam dermis. Host respon inflamasi terhadap
bakteri di kulit menyebabkan lesi karakteristik melingkar EM
• Namun neutrofil, yang diperlukan untuk menghilangkan spirochetes
dari kulit, gagal muncul dalam lesi EM berkembang. Hal ini
memungkinkan bakteri untuk bertahan hidup dan akhirnya
menyebar ke seluruh tubuh
• Dalam otak B. burgdorferi dapat menyebabkan astrocytes untuk
menjalani astrogliosis (proliferasi diikuti oleh apoptosis), yang dapat
berkontribusi untuk neurodysfunction
• Sebuah hipotesis berkembang adalah bahwa sekresi hormon stres
kronis akibat infeksi Borrelia dapat mengurangi efek
neurotransmiter, atau reseptor lain di otak oleh jalur pro-inflamasi
sel-mediated, sehingga mengarah pada dysregulation dari
neurohormones, khususnya glukokortikoid dan katekolamin,
hormon-hormon stres utama

Penyakit Lyme 
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh setidaknya tiga jenis bakteri yang
termasuk dalam genus Borrelia
• adalah penyebab utama penyakit Lyme di Amerika Serikat , sedangkan Borrelia afzelii
dan Borrelia garinii menyebabkan kebanyakan kasus Erop
• Borrelia ditularkan kepada manusia oleh gigitan kutu yang terinfeksi milik beberapa
spesies dari genus Ixodes ("kutu keras")
• gejala awal mungkin berupa demam, sakit kepala, kelelahan, depresi, dan ruam kulit
bundar karakteristik disebut eritema Migrans. Waktu tidak diobati, gejala kemudian
dapat melibatkan sendi, jantung, dan sistem saraf pusat. Dalam kebanyakan kasus,
infeksi dan gejala, dieliminasi dengan antibiotik, terutama jika penyakit diobati dini
• Lyme diklasifikasikan sebagai penyakit zoonosis, seperti yang ditularkan ke manusia
dari reservoir alami antara tikus oleh kutu yang pakan pada kedua set host
• kutu Hard-bertubuh dari genus Ixodes adalah vektor utama penyakit Lyme
• Sebagian besar infeksi disebabkan oleh kutu dalam tahap nymphal, karena mereka
sangat kecil dan mungkin feed untuk jangka waktu yang lama terdeteksi
• Kutu yang mengirimkan B. burgdorferi ke manusia juga dapat membawa dan
mengirimkan beberapa parasit lainnya seperti Theileria microti dan phagocytophilum
Anaplasma, yang menyebabkan penyakit dan anaplasmosis Babesiosis granulocytic
manusia (HGA), masing-masing
• ] Di antara pasien penyakit Lyme awal,. Tergantung pada lokasi mereka, 2-12% juga
akan memiliki HGA dan 2-40% akan memiliki Babesiosis
• Co-gejala infeksi mempersulit Lyme, terutama diagnosis dan pengobatan. Hal ini
mungkin bagi kutu untuk membawa dan mengirimkan salah satu co-infeksi dan tidak
Borrelia, membuat diagnosis sulit dan sering sukar dipahami.
Pengobatan
• Pengobatan
• Antibiotik merupakan pengobatan utama untuk penyakit Lyme; pengobatan
antibiotik yang paling tepat tergantung pada pasien dan tahap penyakit ini [2]
antibiotik pilihan adalah doksisiklin (pada dewasa)., Amoksisilin (pada anak-anak),
eritromisin (untuk wanita hamil ) dan ceftriaxone, dengan perawatan yang
berlangsung 14-28 hari. Alternatif pilihan yang cefuroxime dan cefotaxime..
Pengobatan wanita hamil adalah serupa, tetapi tetrasiklin tidak boleh digunakan.
Penyakit Lyme pada pasien hamil tidak dapat diobati dengan antibiotik pilihan
pertama, doxycycline , karena berpotensi berbahaya untuk janin. Sebaliknya,
eritromisin biasanya diberikan itu kurang efektif melawan penyakit tetapi tidak
berbahaya untuk janin.

Sebuah plasebo-terkontrol berbagai pusat studi klinis menunjukkan bahwa
3 minggu pengobatan dengan ceftriaxone intravena, diikuti oleh 100 hari
pengobatan dengan amoksisilin oral tidak memperbaiki gejala apapun lebih dari
hanya 3 minggu pengobatan dengan ceftriaxone. Para peneliti mencatat bahwa
hasilnya tidak harus dievaluasi setelah pengobatan antibiotik awal melainkan 6-12
bulan sesudahnya.
• Pencegahan

Kutu-kutu yang disebutkan di atas harus dihapus segera, sebagai
penghapusan dalam 36 jam bisa menurunkan harga transmisi untuk mendekati
nol. Pakaian pelindung termasuk topi dan kemeja lengan panjang dan celana
panjang yang terselip di kaus kaki atau sepatu. Pakaian berwarna terang membuat
centang lebih mudah terlihat sebelum melekatkan dirinya. Orang harus
menggunakan perawatan khusus dalam menangani dan membiarkan hewan
peliharaan di luar ruangan dalam rumah karena mereka bisa membawa kutu ke
dalam rumah. . Penurunan populasi rusa dapat dari waktu ke waktu membantu
mematahkan siklus reproduksi kutu rusa dan kemampuan mereka untuk
berkembang di daerah pinggiran dan pedesaan. Suatu pendekatan organik yang
tidak biasa untuk mengendalikan kutu dan pencegahan penyakit Lyme adalah
melibatkan penggunaan Ayam Guinea peliharaan. Ayam Guinea adalah konsumen
rakus serangga dan araknida dan memiliki kesukaan khusus untuk
kutu.Menggunakan Localized dari Ayam Guinea peliharaan dapat mengurangi
ketergantungan pada metode pengendalian hama-kimia.
•  
Manajemen hewan hospes
• Lyme dapat dicegah di tingkat regional dengan mengurangi populasi kutu
rusa yang bergantung pada keberhasilan reproduksi. Ini telah ditunjukkan dalam
komunitas Monhegan, Maine dan Mumford Cove, Connecticut. Ixodes scapularis
tergantung pada rusa berekor putih untuk reproduksi sukses. Sebagai contoh, di
Amerika Serikat, disarankan bahwa dengan mengurangi populasi rusa ke tingkat 8
sampai 10 per mil persegi rusa (dari tingkat saat ini 60 atau lebih per mil persegi di
daerah negara dengan tingkat tertinggi penyakit Lyme ), jumlah kutu dapat dibawa
ke tingkat terlalu rendah untuk menyebarkan penyakit Lyme dan tick-borne lain .
Namun, seperti penurunan drastis mungkin tidak praktis di banyak daerah.
Brucella melitensis
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Bakteri
Filum : Bakteri
Kelas : Bakteri Alpha
Order : Rhizobiales
Keluarga : Brucellaceae
Genus : Brucella
Spesies : B. melitensis

Karakteristik
•Bakteri gram negatif,kecil,ramping, tidak memiliki flagel maupun kapsul.
•Nama penyakit: Coccobacillus brucellosis
•Menyerang domba, sapi, terutama kambing dan bersifat zoonosis
•Pada hewan menyebabkan sterilisasi, mastitis, epipimitis, dan aborsi.
•Pada manusia menyebabkan demam malta.
• Epidemiologi

Kuman Brucella tersebar di seluruh dunia


terutama di negara mediterania seperti Asia dan
Amerika Latin.
B. melitensis dapat hidup di dalam tanah
yang lembab selama 72 hari, di dalam susu 17
hari dan dalam air laut 25 hari. Berdasarkan hal
ini penyebaran kuman pada ternak/manusia
mungkin sekali terjadi.  
Penularan
Secara langsung: Kontak dengan jaringan
terinfeksi oleh dokter hewan, peternak, pemerah
susu, dan pekerja laboratorium.
Secara tidak langsung : Melalui produk
binatang seperti susu, keju dan daging yang
kurang matang. Penularan antar manusia jarang
sekali terjadi.

Kuman dapat masuk melalui kulit yang


rusak, masuk ke saluran limfe dan nodus
limfatikus, menyebar ke hati, limfa, sumsum
tulang, dan jaringan lainnya. Kuman juga
dapat masuk ke dalam darah. Kuman-kuman
yang terdapat di dalam sel akan terlindung
dari antibodi dan antibiotika. Masa inkubasi
penyakit ini paling singkat 3 hari tetapi
kadang-kadang mencapai beberapa bulan.
•Gejala
Diawali dengan septisemia lalu mengarah ke demam undulant dengan
penekanan pada rasa sakit otot, berkeringat (sering kali dengan
karakeristik bau jerami basah) dan arthralgia bermigrasi dan mialgia.
Juga disertai kelemahan, anemia, sakit kepala, depresi dan rasa sakit otot
dan tubuh.  

 Dalam tes darah, ditemukan adanya karakteristik leukopenia dan


anemia, beberapa elevasi AST dan ALT dan kepositifan dari Rose Bengal
klasik dan reaksi Huddleson. Kompleks ini, setidaknya di Portugal, yang
dikenal sebagai demam Malta. Selama episode demam Malta,
melitococcemia (kehadiran brucellae dalam darah) biasanya dapat
ditemukan melalui kultur darah.

Lamanya penyakit ini bisa bervariasi dari beberapa minggu untuk


berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Jika tidak diobati, penyakit
ini bisa mengarah ke focalizations atau menjadi kronis. Fokalisasi
brucellosis biasanya terjadi di tulang dan sendi dan tulang belakang
lumbar spondylodiscitis disertai oleh sacroiliitis sebagai karakteristik
utamanya. Orkitis juga sering pada pria.
•Diagnosis
Isolasi organisme patogen dari darah atau kultur biopsi dan harus
diinkubasi 4-6 minggu. Kultur menimbulkan risiko bagi pekerja
laboratorium karena infektifitasnya tinggi . Brucella identik dengan
mekanisme metabolismenya yang unik dan juga kehadiran antigen di
permukaan.
Metode standar yaitu dengan mereaksikan agglutinin menggunakan
reaksi Gruber Widal. Dalam kasus yang meragukan, rekasi pengikatan
komplemen dengan tes Coombs secara langsung dapat digunakan untuk
memperoleh diagnosis serologik. Namun demikian tes ELISA lebih sensitif
daripada tes agglutinin yaitu menggunakan protein sitoplasma sebagai
antigen.
 Perubahan Radiologic dalam tulang yang terinfeksi: Pedro
Pons(erosi istimewa dari sudut Antero-superior vertebra lumbar) dan
osteophytosis ditandai akan spondilitis brucellic. Gejala sisa penyakit ini
sangat beragam dan mungkin meliputi hepatitis granulomatosa, arthritis,
spondilitis, anemia, leukopenia, trombositopenia, meningitis, uveitis,
neuritis optik, endokarditis dan gangguan berbagai saraf yang dikenal
sebagai neurobrucellosis.
•Pengobatan
Antibiotik seperti tetrasiklin, rifampisin dan streptomisin dan gentamisin
aminoglikosida efektif terhadap bakteri Brucella. Namun, penggunaan lebih dari
satu antibiotik yang diperlukan selama beberapa minggu, karena bakteri mengeram
di dalam sel. Perlakuan standar untuk orang dewasa adalah suntikan harian
intramuskular streptomisin 1 g selama 14 hari dan doksisiklin oral 100 mg dua kali
sehari selama 45 hari (bersamaan).Gentamisin 5 mg / kg secara injeksi
intramuskular sekali sehari selama 7 hari adalah pengganti yang diterima saat
streptomisin tidak tersedia atau sulit untuk mendapatkan rejimen lain yang banyak
digunakan.

Adalah doksisiklin ditambah rifampisin dua kali sehari selama minimal 6


minggu. Rejimen ini memiliki keuntungan dari administrasi oral. Sebuah terapi
tripel doxycycline, bersama-sama dengan rifampisin dan kotri telah berhasil
digunakan untuk mengobati neurobrucellosis. Doxycycline mampu melewati
sawar darah-otak, tetapi membutuhkan penambahan dua obat lain untuk mencegah
kambuh. Dan terapi ciprofloxacin co-kotri dikaitkan dengan tingkat kambuh yang
sangat tinggi . Dalam operasi endokarditis brucellic diperlukan untuk hasil yang
optimal. Bahkan dengan terapi antibrucellic optimal kambuh masih terjadi pada 5-
10 persen dari pasien dengan demam Malta.  Percobaan telah menunjukkan bahwa
cotrimoxazol dan rifampisin adalah kedua obat aman untuk digunak an dalam
perlakuan terhadap wanita hamil yang telah brucellosis.
• Pencegahan
Cara utama pencegahan brucellosis adalah dengan
menggunakan kebersihan teliti dalam memproduksi
produk susu mentah, atau dengan proses pasteurisasi
semua susu yang dapat dicerna oleh manusia, baik dalam
bentuk tak berubah atau sebagai turunan, seperti keju.
Cara lain adalah dengan imunisasi aktif pada binatang
sebagai sumber infeksi dengan vaksinasi. Strain kuman
yang digunakan dalam pembuatan vaksin ini adalah B.
abortus strain 19 yang sudah dilemahkan untuk sapi dan
B. melitensis strain Rev I untuk biri-biri dan kambing.
Imunisasi aktif pada manusia terhadap infeksi Brucella
masih bersifat eksperimental.

Anda mungkin juga menyukai