Anda di halaman 1dari 5

DEMAM TIFUS BERCAK WABAH ATAU

1. Definisi
Tifus merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri
yang ditularkan oleh kutu. Namanya berasal dari bahasa Yunani yaitu typhos, yang berarti
berasap atau malas, menggambarkan keadaan pikiran mereka yang terkena dampak dari
tifus. Rickettsia adalah endemik di host binatang pengerat, termasuk tikus, dan menyebar
ke manusia melalui tungau, kutu dan caplak. Vektor Arthropoda tumbuh subur dalam
kondisi kebersihan yang buruk, seperti yang ditemukan di penjara atau kamp-kamp
pengungsi, di antara para tunawisma, atau sampai pertengahan abad ke-20, pada tentara
di lapangan.
2. Epidemiologi
Gambaran pertama tifus itu mungkin ditemukan pada tahun 1083 di sebuah biara
dekat Salerno, Italia. Sebelum vaksin dikembangkan dalam Perang Dunia II, tifus
merupakan penyakit yang berbahaya bagi manusia dan telah bertanggung jawab untuk
sejumlah epidemi sepanjang sejarah. Selama tahun kedua Perang Peloponnesia (430 SM),
negara-kota Athena di Yunani kuno dilanda epidemi dahsyat, yang dikenal sebagai Wabah
Athena, yang menewaskan antara lain, Pericles dan dua putra sulungnya, kemudian
wabah kembali lagi, pada tahun 429 SM dan pada musim dingin tahun 427/6 SM.
Epidemi terjadi di seluruh Eropa dari abad 16 hingga ke abad 19, dan terjadi selama
Perang Saudara Inggris, Perang Tiga Puluh Tahun dan Perang Napoleon. Ketika
Napoleon mundur dari Moskow pada tahun 1812, lebih banyak tentara Perancis
meninggal karena tifus daripada dibunuh oleh tentara Rusia. Sebuah epidemi besar terjadi
di Irlandia antara 1816-1819, dan pada akhir 1830-an. Epidemi tifus besar lain juga
terjadi selama Bencana Kelaparan Besar Irlandia antara tahun 1846 dan 1849.
Di Amerika, sebuah epidemi tifus membunuh putra Franklin Pierce di Concord,
New Hampshire pada 1843 dan juga menyerang Philadelphia pada tahun 1837. Beberapa
epidemi terjadi di Baltimore, Memphis dan Washington DC antara 1865 dan 1873.
Selama Perang Dunia I tifus menyebabkan tiga juta kematian di Rusia bahkan lebih
banyak lagi di Polandia dan Rumania. Kematian umumnya antara 10 sampai 40 persen
dari orang yang terinfeksi, dan penyakit tifus merupakan penyebab utama kematian bagi
mereka yang merawat si sakit. Setelah perkembangan vaksin selama Perang Dunia II,
epidemi hanya terjadi di Eropa Timur, Timur Tengah dan sebagian Afrika.

Penyakit ini ditemukan terutama didaerah dingin dengan sanitasi yang jelek dan
kepadatan kutu sebagai vektor sangat tinggi. Wabah yang besar dapat terjadi pada waktu
terjadi peperangan dan pada saat terjadi kelaparan. Fokus-fokus endemis ditemukan
tersebar didaerah pegunungan Mexico, Amerika tengah dan selatan, Afrika bagian tengah
dan timur dan dibeberapa negara di Asia. Di AS KLB tifus yang ditularkan oleh kutu
terakhir dilaporkan terjadi pada tahun 1921. Rickettsia ini ditemukan sebagai penyakit
zoonosis pada tupai terbang (Glaucomys volans). Secara serologis terbukti bahwa
manusia tertulari dari sumber ini kemungkinan melalui gigitan kutu tupai terbang.
Kelompok kasus di AS dilaporkan dari Indiana, California, Illinois, Ohio, Tennesse dan
West Virginia.

Demam Tifus Wabahi Yang ditularkan oleh kutu ICD-9 080; ICD-10 A75.0
(Louseborne typhus,Typhus exanthematicus, Demam tifus klasik)
1. Identifikasi
Penyakit yang disebabkan oleh rickettsia dengan gejala klinis yang sangat
bervariasi.
Penyakit kadangkala muncul mendadak ditandai dengan sakit kepala, menggigil,
lelah,
demam dan sakit disekujur tubuh. Timbul bercak dikulit berbentuk makuler pada
hari
kelima dan keenam, mulai muncul pada badan bagian atas kemudian menyerbu
keseluruh
tubuh, namun penyebaran bercak ini tidak mengenai muka, telapak tangan dan
telapak
kaki. Muncul gejala toksemia yang jelas dan penyakit berakhir dengan perbaikan
yang
cepat setelah 2 minggu demam.
CFR meningkat dengan meningkatnya umur berkisar antara 10 40% jika tidak
diobati
dengan pengobatan yang tepat. Gejala klinis ringan tanpa bercak dikullit dapat
terjadi
pada penderita anak-anak atau pada orang yang sebelumnya sudah mendapatkan
imunisasi. Penyakit ini dapat menyerang kembali setelah sebelumnya pernah
terserang
untuk pertama kalinya (Dikenal dengan penyakit Brill Zinsser, ICD-9 081.1; ICD-10
A75.1); gejala klinis penyakit ini lebih ringan, jarang terjadi komplikasi, CFRnya
rendah.
Pemeriksaan laboratorium yang biasanya digunakan untuk konfirmasi diagnosis
adalah tes

IF, namun prosedur pemeriksaan ini tidak dapat membedakan antara tifus yang
ditularkan
oleh kutu dengan tifus murine (ICD-9 081.0; ICD-10 A75.2), kecuali sera yang akan
dipakai untuk tes IF ini sebelumnya diserap dulu dengan antigen rickettsia terkait.
Metode
diagnostik lain yang dipakai adalah EIA, PCR, pengecatan jaringan dengan metode
immunohistochemical, pemeriksaan CF dengan group specific, atau washed type
specific
rickettsial antigen, atau dengan tes netralisasi toksin. Pemeriksaan antibodi
biasanya
memberi hasil positif pada minggu kedua. Pada penyakit akut antibodi yang
ditemukan
adalah IgM dan pada penyakit Brill-Zinsser adalah IgG.
2. Penyebab penyakit: Rickettsia prowazekii.
3. Penyebaran penyakit
4. Reservoir: Manusia berperan sebagai reservoir dan berperan dalam
mempertahankan
siklus penularan pada periode antar wabah. Walaupun tupai terbang bukan sebagai
sumber
utama penularan namun beberapa kejadian sporadis dikaitkan dengan binatang ini.
564
5. Cara-cara penularan
Kutu badan, Pediculus humanus corporis yang mengisap darah penderita akut akan
terkena infeksi kemudian dapat menularkan kepada orang lain. Penderita penyakit
BillZinsser dapat menginfeksi kutu dan dapat berperan sebagai fokus terjadinya KLB
didaerah dimana densitas kutu tinggi. Kutu yang terinfeksi akan mengeluarkan
rickettsia
melalui kotorannya, biasanya kutu ini mengeluarkan kotoran pada saat mereka
menghisap
darah. Orang terkena infeksi oleh karena secara tidak sengaja menggosok kulitnya
yang
terkena kotoran kutu atau terinfeksi karena membunuh kutu yang sedang
menghisap
darah. Rickettsia masuk melalui luka gigitan kutu atau melalui abrasi kulit. Inhalasi
udara
yang mengandung pertikel kotoran kutu yang terinfeksi dapat juga menyebabkan
infeksi.
Penularan oleh tupai terbang diduga karena gigitan kutu binatang tersebut, namun
hal ini
belum dibuktikan kebenarannya.
6. Masa inkubasi: Antara 1 2 minggu rata-rata 12 hari.
7. Masa penularan: Penyakit ini tidak ditularkan langsung dari orang ke orang.
Penderita
dapat menularkan penyakit kepada kutu yang menghisap darah mereka pada saat
penderita
mengalami demam dan sekitar 2 3 hari setelah suhu badan kembali normal. Kutu

yang
terinfeksi akan mengeluarkan rickettsia dalam kotorannya 2 6 hari setelah
menghisap
darah. Kutu dapat segera menjadi infektif jika pada saat sedang menggigit orang
lain kutu
tersebut dibunuh. Kutu biasanya mati 2 minggu setelah terinfeksi dan rickettsia
dapat
bertahan dalam tubuh kutu yang mati sampai berminggu-minggu.
8. Kerentanan dan kekebalan: Semua orang rentan terhadap penyakit ini. Satu
serangan
dapat menimbulkan kekebalan yang dapat bertahan lama.
9. Cara-cara pemberantasan
A. Upaya pencegahan
1). Di daerah yang penduduknya hidup dalam lingkungan dimana densitas kutunya
tinggi, taburkan bubuk insektisida yang punya efek residual pada pakaian dan pada
tubuh orang yang diduga mengandung kutu. Lakukan dengan interval yang tepat.
Insektisida yang dipakai hendaknya jenis yang efektif untuk membunuh kutu
setempat.
2). Perbaiki kondisi kesehatan lingkungan dengan fasilitas air yang mencukupi untuk
mencuci pakaian dan mandi.
3). Lakukan tindakan profilaktik terhadap mereka yang tinggal didaerah risiko tinggi
dengan menaburkan insektisida yang mempunyai efek residual pada pakaian atau
dengan cara impregnasi.
B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar
1). Laporan kepada institusi kesehatan setempat: Demam tifus yang ditularkan oleh
kutu sesuai dengan anjuran WHO merupakan penyakit yang wajib dilaporkan,
Kelas 1A (lihat tentang laporan penyakit menular)
2). Isolasi: Tindakan isolasi tidak perlu dilakukan kalau sudah dilakukan upaya
pemberantasan kutu dengan benar yaitu terhadap pasien, pakaian, lingkungan
tempat tinggal dan terhadap kontak.
565
3). Disinfeksi serentak: Taburkan bubuk insektisida pada pakaian dan tempat tidur
penderita dan kontak. Cucilah pakaian dan sprei yang digunakan oleh penderita.
Kutu cenderung menjauhi suhu tubuh yang tinggi dan suhu tubuh yang dingin,
mereka cenderung mencari tubuh yang ditutupi pakaian dengan suhu normal (lihat
bab 9A1, diatas).
4). Karantina: Mereka yang tubuhnya mengandung kutu dan terpajan dengan
penderita tifus harus dikarantina selama 15 hari setelah badannya ditaburi dengan
insektisida dengan efek residual.
5). Penanganan kontak: Semua kontak harus diamati terus menerus selama 2
minggu.
6). Investivigasi kontak dan sumber infeksi: segala upaya harus dilakukan untuk
melacak sumber penularan.
7). Pengobatan spesifik: Pada saat KLB pemberian doksisiklin dosis tunggal 200mg
biasanya sudah cukup untuk menyembuhkan penderita. Pemberian tetrasiklin atau
kloramfenikol dengan dosis awal 2 3 gram diikuti dengan dosis 1 2 gram/hari
dibagi dalam 4 dosis sampai penderita tidak demam lagi (biasanya 2 hari)

ditambah 1 hari. Jika mendapatkan penderita yang diduga tifus dengan penyakit
berat, segera lakukan pengobatan tanpa harus menunggu konfirmasi hasil
laboratorium.
C. Upaya penanggulangan wabah
Upaya yang dilakukan secara cepat menanggulangi KLB tifus adalah dengan cara
menaburkan insektisida dengan efek residual terhadap seluruh kontak. Jika disuatu
daerah diketahui bahwa penyebaran kutu sangat luas maka lakukan tindakan
penaburan insektisida dengan efek residual secara sistematik terhadap seluruh
anggota
masyarakat. Pemberian pengobatan yang tepat terhadap penderita membantu
mencegah penyebaran penyakit.
D. Implikasi bencana
Ditempat penampungan pengungsi, ditempat dimana orang banyak berkumpul
dapat
terjadi KLB tifus jika didaerah tersebut adalah daerah endemis dengan densitas kutu
yang tinggi.
E. Pengukuran Internasional
1). Negara yang terjangkit demam tifus yang ditularkan kutu di daerah yang tadinya
tidak ada kasus, wajib melaporkan kepada WHO secepat mungkin.
2). Wisatawan mancanegara: Tidak satupun negara didunia yang mewajibkan para
wisatawan untuk mendapatkan imunisasi sebelum memasuki negara tersebut.
3). Tifus yang ditularkan oleh kutu termasuk didalam grafik penyakit dibawah
Surveilans WHO. Manfaatkan pusat pusat kerjasama WHO.

Anda mungkin juga menyukai