Anda di halaman 1dari 26

TUGAS BIOETIKA

SENJATA BIOLOGIS
Disusun Oleh:

Delva Rahmadini ( 17032134 )


Neva Dwinanda Putri ( 17032066 )
Vina Irene Sinurat ( 17032176 )
Pengertian senjata biologis

Senjata biologis (Biological Weapon) adalah


senjata yang menggunakan patogen (bakteri,
virus, atau organisme penghasil penyakit lainnya)
sebagai alat pembunuh atau melukai. . Dalam
pengertian yang lebih luas, senjata biologi tidak
hanya berupa organisme patogen, tetapi juga
toksin berbahaya yang dihasilkan oleh organisme
tertentu. Dalam kenyataannya, senjata biologi
tidak hanya menyerang manusia, tetapi juga
hewan dan tanaman
Bioterorisme
didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan terror yang
menggunakan bahan – bahan biologis sebagai senjatannya.
Bioterrorisme ada sejak abad ke-12, yang menggunakan
panah yang ujungnya mengandung darah beracun. Pada abad
ke-18, selimut pasien penderita cacar digunakan untuk senjata
perang Prancis-India. Bioteroisme sudah ada sejak abad ke-12,
yang menggunakan panah yang ujungnya mengandung darah
beracun. Disusul pada abad ke-18, elimut pasien penderita
cacar dipakai untuk senjata pada perang Perancis-India.
Senjata bilogi semakin berkembang saat pecah perang Dunia
II, Jerman mulai mengembangkan antraks, glander, kolera dan
jamur putih sebagai senjata biologi.
Secara umum, senjata Biologis memiliki 3 bentuk
yaitu :

• Racun yang dimasukkan kedalam makanan


atau minuman.
• Menggunakan mikroorganisme, toksin atau
binatang baik yang masih hidup
ataupun yang sudah mati.
• Menggunakan struktur yang diinokulasi secara
biologi
Bahaya Penggunaan Senjata Biologis

• Menimbulkan efek kehancuran secara massa


• Menggunakkan agen hayati seperti virus atau bakteri
dan sebagainya), karena senjata biologis
menggunakan agen hayati seperti virus dan bakteri,
jumlahnya cenderung bertambah dengan
munculnya berbagai macam penyakit infeksi fatal
• Dapat direkayasa secara bioteknologi sehinggan tahan
terhadap antibiotika, lebih mematikan, stabil dalam
penyimpanan dan sebagainya
• Menyebabkan infeksi dan penyakit yang sangat
berbahaya
Jenis Mikroorganisme Dalam Senjata
Biologi
Jenis mikrooranisme yang digunakan dalam senjata
biologis adalah,
• Virus Chimera
• Rice Blast
• Anthrax
• Virus Nipah
• Toksin Botulinum
• Smallpox
• Rinderpest
• Virus Ebola
• Plague
Anthrax

Penyakit antraks yang disebabkan oleh bakteri


Bacillus anthracis merupakan penyakit zoonosis
yang memiliki daya rusak tinggi dan mematikan
berbagai ternak (sapi, kerbau, domba kambing,
dan burung unta) maupun manusia. Inkubasi
penyakit akibat menghirup spora antraks sangat
singkat yaitu hanya dalam waktu tiga hari,
setelah itu korban akan meninggal karena infeksi
akibat spora tersebut.
Toksin B. Anthracis terdiri atas 3 protein, yaitu:
• Protective Agen (PA)
• Edema Faktor (EF)
• Lethal Faktor (LF)

Protein PA akan terbelah menjadi dua fragmen


oleh enzim protease yang diserang. Fragmen PA
besar akan mengikat membrane sel yang akan
dirusak dan menjadikan dirinya reseptor bagi dua
protein lain (EF dan LF) untuk dapat masuk kedalam
sel, EF akan menyebabkan kematian sel, tetapi
mekanismenya belum diketahui.
Jenis-Jenis Penyakit Anthrax
• Cutaneous anthrax . Yaitu penyakit anthtrax yang menyerang
jaringan kulit.
• Gastrointestinal anthrax. Yaitu penyakit anthrax yang
menyerang perut akibat memakan makanan yang
terkontaminasi bakteri anthrax.
• Inhalational anthrax. Yaitu penyakit anthrax yang menyerang
saluran pernapasan akibat menghirup spora bakteri anthrax.
• Oropharyngeal anthrax. Yaitu penyakit anthrax yang
menyerang tenggorokan akibat memakan makanan yang
terkontaminasi bakteri anthrax.
Dari keempat jenis penyakit anthrax di atas, Inhalational
anthrax adalah jenis yang paling mematikan dan cutaneous
anthrax adalah yang paling banyak terjadi.
Gejala Penyakit Anthrax Pada Manusia
• Cutaneous anthrax. Gejalanya berupa benjolan yang awalnya kecil
dan kemudian membesar. Benjolan ini bisa sangat gatal. Masa
inkubasinya (masa yang dibutuhkan dari sejak masuk hingga
menjadi penyakit) adalah sekitar 5 -7 hari. Lalu, benjolan menjadi
terisi cairan dengan diameter 1-3 cm. Lama-kelamaan, benjolan
berair ini akan membentuk luka seperti lecet dengan bagian
pinggiran yang kemerah-merahan. Di hari ke-7 hingga ke-10 terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening; sakit kepala; dan demam.
• Inhalational anthrax. Gejalanya pertama muncul di hri ke-1 sampai
hari ke-7. Akan tetapi menghilang setelah 60 hari. Gejala yang
terjadi pada inhalational anthrax biasa adalah berupa flu, sakit
tenggorokan, demam, dan sakit otot. Adapun untuk inhalational
anthrax yang tidak biasa (membahayakan), gejala bisa ditambah
dengan sesak napas dan demam tinggi. Kematian bisa terjadi dalam
24-36 jam setelah gejala berkembang.
• Gastrointestinal anthrax. Gejala terjadi di hari ke-
1 sampai ke-6 yang berupa kerusakan/borok
lambung; borok lidah dan tonsil; sakit
tenggorokan; hilang selera makan; muntah-
muntah; dan demam. Gejala ini bisa ditambah
dengan sakit bagian perut; muntah darah; dan
berak darah. Dalam 2 hingga 4 hari; cairan akan
mengisi rongga perut. Kematian akan terjadi di
hari ke-2 sampai hari ke-5
• Oropharyngeal anthrax. Gejala yang terjadi
berupa demam; pembengkakan kelenjar getah
bening di leher; sakit tenggorokan yang berat;
susah menelan; serta sakit lambung dan lidah.
Pencegahan Penyakit Anthrax
hindari kontak dengan hewan atau manusia yang
sudah terjangkit anthrax, belilah daging dari rumah
potong hewan yang resmi, masaklah daging dengan
sempurna, hindari menyentuh cairan dari luka
anthrax, melaporkan secepat mungkin bila ada
masyarakat yang terjangkit anthrax.Bagi peternak
atau pemilik hewan ternak, upayakan untuk
menvaksinka hewan ternaknya. Dengan Pemberian
SC ,untuk hewan besar 1 ml dan untuk hewan kecil
0,5 ml.Vaksin ini memiliki daya pengebalannya
tinggi berlangsung selama satu tahun.
Pengobatan Penyakit Anthrax
Pengobatan pada orang dewasa dilakukan secara
intravena selama 60 hari kemudian segera diganti
peroral jika pasien sudah stabil. Dosisnya adalah
sebagai berikut :
• Siprofloksasin 400mg IV setiap 12 jam atau
• Doksisklin 100mg IV setiap 12 jam atau
• Penesilin G 4 juta unit setiap 4 jam
• Alternatif antibiotik lain seperti :
gentamisin,erithromisin,klorampenikol,tetrasiklin.
Pengobatan untuk anak – anak ( umur < 12 tahun) hampir sama,
hanya dosisnya saja yang berbeda yaitu:
• Siprofloksasin 10 – 15 mg/Kg BB IV tiap 12 jam atau
• Penisilin50.000 unit/kg BB IV tiap 6 jam atau
• Doksisiklin 2,2 mg/kg BB IV tiap 12 jam
• Pengobatan menggunakan dosis dewasa , apabila berat badan
>45 kgdan umur >8 tahun.
Virus Ebola

Virus ebola adalah anggota dari keluarga virus


filoviridae, virus dalam keluarga,yang disebut
Filoviruses, menyebabkan demam berdarah yang
parah pada manusia dan primata. Demam berdarah
ditandai dengan demam tinggi, pendarahan internal,
hipotensi dan shock. Ada Lima jenis yang dikenal dari
virus ebola, yaituebola-zaire, ebola-sudan, ebola-ivory
coast, ebola-bundibugyo dan ebolareston.
Penularan Virus Ebola
• Virus Ebola menginfeksi subjek melalui kontak dengan cairan tubuh
atau sekret dari pasien yang terinfeksi dan didistribusikan melalui
sirkulasi. melalui lecet di kulit selama perawatan pasien, ritual
penguburan dan mungkin kontak dengan daging secara terinfeksi,
atau di permukaan mukosa.Terkadang jarum suntik merupakan rute
utama dari eksposur kerja.
• Target awal dari replikasi adalah sel-sel retikuloendotelial, dengan
replikasi tinggi dalam beberapa tipe sel di dalam hati, paru-paru
dan limpa.
• Sel Dendritic, makrofag dan endotelium tampaknya rentan
terhadap efek cytopathic produk gen virus Ebola in vitro dan
mungkin in vivo melalui gangguan jalur sinyal seluler dipengaruhi
oleh mengikat, fagositosis serapan virus atau keduanya. Kerusakan
tidak langsung juga dapat ditimbulkan oleh faktor-faktor yang
beredar seperti faktor tumor nekrosis dan oksida nitrat
Gejala Klinik Virus Ebola

Masa inkubasi infeksi virus ebola antara 2 – 21


hari. Penyakit ditandai dengan gejalan yang
timbul secara memdadak dan cepat berupa
demam, malaise, sakit otot, sakit kepala dan
inflamasi pada faaring. Setelah 6 hari dilanjutkan
dengan muntah dan diare berdarah, pendarahan
dan ruam maculopapular.
Pencegahan Virus Ebola
• Hindari daerah yang diketahui sebagai pusat awal
wabah terjadi.
• Cuci tangan sesering mungkin.
• Hindari daging hewan liar di dan dari negara
berkembang.
• Hindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi.
• Ikuti prosedur pengendalian infeksi.
• Jangan sembarangan menangani mayat korban
ebola.
Pengobatan Virus Ebola
Terapi dengan obat-obatan dapat dengan
menggunakan dengan menggunakan nucleoside
analogue inhibitors of the cell encoded enzyme S-
adenosylhomocysteine hydrolase (SAH). Respon
pengobatan tergantung dosis. Dosis 0,7 mg/kg yang
diberikan setiap 8 jam pada hari 0 sampai 1 terjadinya
infeksi dapat mencegah kematian. Bila obat baru
diberikan pada hari kedua maka 90% kematian dapat
dicegah.
Virus Nipah

Virus Nipah merupakan suatu virus ribonucleic


acid (RNA), termasuk dalam kelompok
paramyxovirus dan genera morbili virus. Virus
Nipah mempunyai kemiripan dengan virus
Hendra sehingga virus ini pada tahap awal
disebut sebagai Hendra-like virus, dan juga
disebut sebagai equine morbili virus.
Penyebaran
Virus Nipah hidup di dalam tubuh dari kelelawar jenis kalong
atau Pteropus sp. Meski hidup di dalam tubuh kalong, virus
Nipah berada pada kondisi tidur dan tidak membunuh kelelawar.
Virus nipah baru menyebar saat kelelawar stres akibat
perubahan ekosistemnya. Pada kondisi ini, virus bisa jadi aktif
dan masuk ke saluran ekskresi dan juga kelenjar liur. Setelah
virus aktif, kotoran dari kelelawar yang jatuh akan berisi virus
Nipah. Hal senada juga terjadi pada buah-buahan yang dimakan
oleh kelelawar
Gejala Klinis
Masa inkubasi infeksi virus Nipah umumnya 3-14 hari (2 hari-
bulan), meskipun terdapat laporan pasien yang menyebutkan
kontak dengan babi yang sakit 11 tahun sebelumnya. Beberapa
pasien dengan infeksi virus Nipah bersifat asimtomatik atau
ringan, namun umumnya gejala awal seperti influenza berupa
sakit kepala atau pusing yang diikuti dengan demam, sakit
kepala, nyeri menelan, mialgia, muntah, dan batuk tidak
produktif namun dapat diikuti gejala ensefalitis yang disertai
gejala neurologik seperti drowsiness, mengantuk, kejang, koma,
bahkan bisa juga segmental mioklonus.
Pengobatan Virus Nipah
Tidak terdapat terapi definitif untuk infeksi virus Nipah.
Obat antivirus ribavirin menunjukkan aktivitas in vitro
tetapi hasil penggunaannya pada pasien tidak
memberikan jawaban yang pasti bahwa penggunaan
obat ini bermanfaat. Pemberian dosis tinggi obat ini
secara intravena banyak disertai efek samping yang
berat sehingga pemberiannya harus diamati dengan
baik. Pada beberapa kasus di Singapura dipergunakan
pengobatan empiris dengan asiklovir dan seftriakson.
Pencegahan Virus Nipah

Pencegahan Upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain


ialah menghindari kontak (terutama saliva) dengan hewan atau
pasien yang terinfeksi atau menggunakan alat serta pakaian
pelindung yang sesuai bila kontak ini tak dapat dihindari. Tidak
ada vaksin untuk virus Nipah sampai saat ini, namun uji coba
yang menggunakan protein Hendra virus pada monyet hijau di
Afrika menunjukkan adanya proteksi terhadap virus Nipah.12
Deteksi dini kasus merupakan kunci usaha pencegahan untuk
menghindari penyebaran lebih lanjut
Undang – undang Yang Mengatur
Senjata Biologis
• Undang-Undang untuk Pelaksanaan Konvensi Senjata Biologi dan
Racun 1972 dan Ketentuan Terkait dalam Resolusi 1540 [TAHUN]
Dewan Keamanan PBB.
• Di Indonesia termuat pada :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018


TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME
• Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
• “Pasal 5”
• Tindak Pidana Terorisme yang diatur dalam Undang-Undang ini
harus dianggap bukan tindak pidana politik, dan dapat diekstradisi
atau dimintakan bantuan timbal balik sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani,Yanti, Elfira,Henny.2015.Penyakit Virus Ebola. Indonesian Juornal of Pathology
AND Medical Laboratory.Vol 21 No 2

Dewan Redaksi Hamparan Dunia Ilmu. 2008. Penyakit Anthrax. Jakarta: Tiara Pustaka

Isselbacher, K. J , et al. 1995. Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Kedokteran EGC

Khoiriyah,Umatul. 2005. Antraks Pulmoner dan Bioterorisme Pulmonary Anthrax dan Bioterism. Jurnal Mutiara
Medika. Vol. 5 No. 2

Prawirahartono, Slamet. 2008. Cara Penyakit Anthrax. Jakarta : Bumi Aksara

Rampengan, H.Novie. 2016. Virus Nipah. Jurnal Biomedik (JBM). Vol 8 No 5

Robertson,Kardena, et al. Kualitatif Nipah Virus Di Indonesia (Qualitative Risk Analysis for Nipah Virus in Indonesia).
Jurnal Buletin Veteriner.Vol XXVI No 24

Tamsil,Gumilar, Nugraha & Wikandari, Merista.2005. Strategic Contexy Indonesia Dalam


Mengantisipasi Ancaman Senjata Biologis Anthrax

Sugiyanto,Purwati Indah. 2016. Pengembangan Model Matematika SIRD (Susceptibles- Infected-Recovery-Deaths)


Pada Penyebaran Virus Ebola. Jurnal Fourier.Vol 5 No 1

Witarto, Arief, B. 2002. Bahaya Senjata Biologi. Jurnal Nature. No 323 Vol 1017-1018

Anda mungkin juga menyukai