Anda di halaman 1dari 8

Budidaya Perairan September 2014 Vol. 2 No.

3: 76 - 83

Identifikasi Parasit pada Ikan Kerapu Sunu, Plectropomus leopardus

(Identification of Parasites in Grouper, Plectropomus leopardus)

Kristian Sauyai1, Sammy N.J. Longdong2, Magdalena E.F. Kolopita2


1
) Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan FPIK Unsrat Manado
2
) Staf pengajar pada Program Studi Budidaya Perairan FPIK Unsrat Manado
Email: sammy_longdong@gmail.com

Abstract

This research aimed to identify, analyze and determine the prevalence rate and
dominance index of parasites on grouper (Plectropomus leopardus) landed at Bahu Beach.
The number of samples used was 20 fishes measuring 230,68-490,10 g in weight and 24-29
cm in length. Ectoparasites were observer in mucus, fin, and gill while endoparasites were
observed in peritoneal cavity and intestine of fish. Parasites invested grouper were
Lernaeocera branchialis, Unitubulotestis sardae Acanthochondria cornuta, Mirasidium
Schistosomatium douthiti, Argulus sp and Gnathia maxillaris. All the parasites were found in
fish gill and only one species in the mucus. Prevalence rate of parasites was 40%. Based on
parasite species, prevalence rate of Unitubulotestis sardae was 20%, Acanthochondria
cornuta 10%, Gnathia maxillaries 10%, Lernaeocera branchilia 5%, Mirasidium
Schistosomatium douthiti 5% and Argulus sp 5%. Parasites infected grouper dominated by
three species namely Unitubulotestis sardae, Acanthochondria cornuta, and Gnathia
maxillaris in which all the species were dominant in the gill.

Keywords : Parasite, Plectropomus leopardus, prevalence rate, dominance index

PENDAHULUAN Berdasarkan masalah tersebut, penelitian


ini bertujuan untuk mengidentifikasi,
Parasit adalah organisme yang menganalisis dan menentukan tingkat
hidupnya tergantung pada organisme lain prevalensi serta menentukan indeks
dan memiliki hubungan timbal balik dominasi parasit pada ikan Kerapu Sunu
dengan organisme yang ditumpanginya. (Plectropomus leopardus) yang didaratkan
Organisme tempat parasit hidup di pesisir pantai Bahu. Pemeriksaan dan
dinamakan inang yang berperan sebagai pengamatan parasit pada ikan sampel
tempat nutrien, tempat hidup dan tinggal. dilakukan di laboratorium Patologi dan
Parasit pada ikan adalah parasit yang Klinik Penyakit Ikan FPIK Unsrat.
hidup di tubuh ikan dan menjadikan ikan
sebagai inang (Noble and Noble, 1989). METODE PENELITIAN

Potensi ikan kerapu untuk kegiatan Alat dan Bahan


budidaya sangat terbuka, untuk itu Alat-alat yang digunakan dalam
informasi keberadaan parasit pada ikan pelaksanaan penelitian ini adalah kantong
tersebut sangat dibutuhkan, mengingat plastik, cawan petri, penggaris, timbangan
parasit merupakan salah satu pembatas analitik, sikat halus, gelas objek, pipet,
dalam keberhasilan suatu usaha budidaya. pisau bedah, gunting, papan bedah, pinset,
76
Budidaya Perairan September 2014 Vol. 2 No. 3: 76 - 83

mikroskop kamera dan botol sampel. dimasukkan ke dalam cawan petri yang
Sedangkan bahan yang digunakan adalah sudah berisi air, kemudian cairan yang
ikan Kerapu, larutan AFA (Alkohol berada dalam cawan petri diamati di
Formalin Asetic acid), aquades, dan bawah mikroskop. Parasit yang ditemukan
Formalin 40% . dipindahkan ke gelas objek selanjutnya
diamati di bawah mikroskop yang
Teknik Pengambilan dan Penanganan dilengkapi dengan kamera.
Sampel
Sampel diambil sebanyak 20 ekor Pemeriksaan pada insang
dengan kisaran berat 230,68 - 490,10 gram Pemeriksaan parasit pada insang
dan ukuran panjang 24-29 cm. Sebelum dilakukan dengan cara menegeluarkan
pemeriksaan parasit, sampel terlebih insang dengan menggunakan pinset dan
diukur panjangnya dengan penggaris dan gunting, kemudian dipindahkan pada
ditimbang beratnya dengan menggunakan cawan petri yang sudah berisi air, setiap
timbangan analitik. Setelah itu dilakukan lembaran insang dikerok selanjutnya
pemotongan dan pembedahan pada bagian diamati di bawah mikroskop. Parasit yang
tubuh ikan untuk pemeriksaan parasit. ditemukan dipindahkan ke gelas objek
selanjutnya diamati di bawah mikroskop
Cara Pemeriksaan Parasit pada Ikan yang dilengkapi dengan kamera.
Pemeriksaan parasit pada ikan,
parasit dilakukan dengan menggunakan Pemeriksaan pada Usus
teknik yang dianjurkan oleh Fernando dkk Pemeriksaan parasit pada usus
(1972) dan Trimariani dkk (1995). dilakukan dengan cara, usus diletakkan
dalam cawan petri yang berisi air
Pemeriksaan pada lendir kemudian dilakukan pengerikan pada
Untuk pemeriksaan parasit pada bagian dinding usus untuk mengeluarkan
lendir dilakukan dengan cara menyikat isi kotoran dalam usus, selanjutnya cairan
permukaan tubuh ikan dengan sikat halus tersebut diaduk dan diamati di bawah
secara perlahan-lahan, kemudian mikroskop. Parasit yang ditemukan
mencelupkan sikat tersebut pada air di dipindahkan ke gelas objek selanjutnya
dalam cawan petri, selanjutnya diaduk dan diamati di bawah mikroskop yang
cairan tersebut diperiksa di bawah dilengkapi dengan kamera.
mikroskop. Parasit yang ditemukan
dipindahkan ke gelas objek selanjutnya
Pengumpulan Data
diamati di bawah mikroskop yang Identifikasi
dilengkapi dengan kamera. Untuk menentukan jenis-jenis
parasit digunakan buku-buku identifikasi
Pemeriksaan pada sirip seperti Fernando dkk, 1972; Grabda, 1991;
Pemeriksaan parasit pada sirip Noble dan Noble (1989); Koesharyani, dkk
dilakukan pada sirip punggung, sirip dada, (2001).
sirip perut, sirip anal dan sirip ekor dengan
menggunakan lup dan untuk setiap jari-jari Tingkat Prevalensi
sirip dipisahkan dengan pinset. Setiap Tingkat prevalensi parasit pada
bagian sirip tersebut dipotong lalu ikan Kerapu sunu dihitung berdasarkan

77
Budidaya Perairan September 2014 Vol. 2 No. 3: 76 - 83

cara Fernando dkk., dalam Oroh (2001) Gnathia maxillaris. Parasit yang
yaitu: ditemukan disajikan pada Gambar 1.

Tingkat prevalensi (%) = n/N x 100

Dimana : n = Jumlah ikan yang terinfeksi


parasit
N = Jumlah sampel yang diamati

Indeks Dominasi
Untuk mengetahui indeks
dominasi setiap spesies parasit terhadap
habitat tubuh ikan yang diamati
digunakan indeks dominasi menurut
Odum (1983) yaitu:

Indeks dominasi (c) =

Dimana, ni = jumlah individu tiap spesies


parasit Gambar 1. Jumlah total jenis-jenis parasit pada
N = jumlah total seluruh ikan Kerapu Sunu (Plectropomus leopardus)
individu parasit
Lernaeocera branchialis
Analisis Data Jenis parasit ini biasanya
Data yang diperoleh selanjutnya ditemukan melekat pada insang ikan laut
dianalisis secara deskriptif melalui dan tubuhnya yang mengembung
penampilan angka, gambar maupun berbentuk ‘S‘dan berwarna merah darah
grafik/histogram dan tabel agar dapat sehingga kelihatan lebih mirip dengan
memberikan keterangan dan gambaran cacing daripada krustasea. Setelah suatu
tentang suatu keadaan atau masalah. periode pertumbuhan hidup bebas menjadi
parasit pada insang ikan, maka nauplius ini
HASIL DAN PEMBAHASAN berubah menjadi stadium melewati
beberapa fase hingga terbentuk seperti
Jenis Parasit kopepoda (Noble and Noble, 1989).
Hasil identifikasi menunjukkan
bahwa jenis parasit yang terdapat pada Parasit Lernaeocera branchialis
ikan Kerapu Sunu yang didaratkan di ditemukan pada sampel ikan pada organ
pesisir pantai Bahu adalah Lernaeocera insang yaitu 1 ekor parasit. Berdasarkan
branchialis, Unitubulotestis sardae, pengamatan mikroskop parasit ini
Acanthochondria cornuta, Mirasidium ditemukan dalam bentuknya yang telah
Schistosomatium douthiti, Argulus sp dan melewati beberapa fase memasuki stadium

78
Budidaya Perairan September 2014 Vol. 2 No. 3: 76 - 83

3, sehingga terlihat seperti kopepoda Acanthochondria cornuta


dengan ukuran panjang tubuh 2,309 mm, Parasit Acanthochondria cornuta
lebar tubuh 1,338 mm, dan menyerang ditemukan menyerang organ insang pada 2
ikan pada organ insang. sampel ikan yaitu pada sampel 3 (1
parasit) dan sampel 16 (3 parasit).
Berdasarkan pengamatan mikroskop,
parasit ini berwarna bening dan terdapat
kantong telur pada bagian tengah.
memiliki ukuran panjang tubuh 1,547 mm.
Kebanyakan kopepoda ini hidup bebas
tetapi ada juga yang hidup menjadi parasit
seperti kelompok-kelompok parasit
lainnya, namun memiliki kebiasaan yang
berbeda. Pada bagian kepala parasit ini
Gambar 2. Lernaeocera branchialis 100x terdapat sepasang antena yang berfungsi
sebagai sepasang capit yang kuat dan
Unitubulotestis sardae dapat digunakan untuk menempel pada
Unitubulotestis sardae merupakan tubuh inangnya (Moller and Kiel, 1986).
parasit jenis cacing yang termasuk dalam Pada bagian lehernya terdapat 2 pasang
golongan atau kelas cestoidea. kaki dan pada bagian tubuhnya terdapat
Berdasarkan pengamatan mikroskop, sepasang kantung telur (untaian telur) yang
parasit ini ditemukan pada lendir dan biasanya sangat mencolok, dan pada
organ insang dalam beberapa ukuran bagian genita abdomen terdapat tonjolon
yaitu 1,367 – 5,228 mm dengan warna posterior (Noble and Noble, 1989).
parasit kemerahan. Menurut Noble and
Noble (1989), cacing ini termasuk dalam
kelas cestoidea. Cestoidea merupakan
cacing pita pipih. Segmen-segmen
tubuhnya disebut proglotida. Kepala
cacing pita merupakan suatu alat yang
berfungsi untuk menempel pada inang
disebut skoleks yang dilengkapi dengan
kait-kait, organ pengisap. Jenis organ
pengisap pada parasit ini disebut botria.
Gambar 4. Acanthochondria cornuta (100 x)

Pada umumnya parasit yang


berasal dari kelas krustasea menempel
pada kulit ikan, sirip dan juga dapat
ditemukan pada insang (Faisal dan Imam,
1990 ; Grabda, 1991). Larva kopepoda ini
biasanya melewati enam stadium nauplius
(yang tiga terakhir biasanya disebut
Gambar 3. Unitubulotestis sardae (100 x) “metanauplius”), dan lima stadium

79
Budidaya Perairan September 2014 Vol. 2 No. 3: 76 - 83

kopepoda. Perkembangan nauplius parasit permukaan tubuh siput di daerah mantel,


ini dipersingkat. Setelah memasuki “kaki’, kepala atau tentakel.
stadium satu kopepoda, Acanthochondria
cornuta sudah menjadi parasit dan terus
akan menempel pada inang seumur
hidupnya (Moller and Kiel 1986).

Ukuran tubuh parasit betina jauh


lebih besar dibandingkan yang jantan
(Moller and Kiel, 1986). Parasit ini akan
mati setelah kawin karena bagi spesies ini
satu kali kopulasi nampaknya cukup untuk
membuahi yang betina seumur hidupnya.
Gambar 5 Schistosomatium douthiti (100 x)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
parasit Acanthochondria cornuta yang Menurut beberapa peneliti,
menempel pada ikan semuanya adalah mirasidia menyelidiki dengan ujung
betina (Noble and Noble, 1989). anteriornya dengan mencoba memberi ke
dalam hampir semua objek, termasuk
Mirasidium Schistosomatium douthiti
Berdasarkan hasil pengamatan beberapa spesies siput yang tidak cocok
mikroskop, parasit ini memiliki bentuk dan hewan hewan lain misalnya planaria.
tubuh seperti V dengan ukuran 1,525 mm Parasit parasit ini tetap mencoba
dan pada bagian kepala terdapat alat memasuki hospes yang tidak cocok atau
pengait yang berfungsi untuk menempel bagian-bagian siput yang tidak sesuai
pada inang. Parasit ini ditemukan pada misalnya kulit siput sampai mati
organ insang. Menurut Nobel and Nobel kepayahan. Di dalam siput mirasidium
(1989), masuknya mirasidia ke dalam segera menjadi sebuah kantong yang
hospes siput adalah secara aktif dimana dinamakan sporasista. Sel sel germinal
anggota-anggota familia Heterophydae, yang melapisi dinding bagian dalam
Opisthorchiidae, Branchilaimidae dan sporasista akan berkemnang menjadi
Plagirchiidae biasanya dimakan oleh rediae yang masak lalu dikeluarkan dari
siput, baik siput air darat atau kadang- lubang peranakan atau dibebaskan dengan
kadang oleh moluska berkatup dua. pecahnya sporokista. Tiap tiap sel
Mirasidium keluar dari telur di dalam usus germinal di dalam suatu rediae
siput. Berhubungan dengan siput senang berkembang menjadi suatu serkaria.
makan tinja maka terdapat kesempatan Serkaria juga dibebaskan lewat lubang
luas untuk tertelannya telur cacing daun ke peranakan atau dengan pecahnya radia
dalam usus siput. Apabila telur berukuran tesebut. Serkaria meninggalkan siput dan
tanggung atau besar seperti pada biasanya berkembang menjadi
Schistosomatidae, Fasciolidae, dan metaserkariae yang mengsista di dalam
Troglotrematidae. maka akan menetas hospes antara kedua. Bibby dan Rees
didalam air atau lembab dan mirasidium dalam Noble and Noble (1989)
tersebut harus menemukan spesies siput menyatakan bahwa beberapa
yang cocok. Mirasidium ini menembus metaserkaria tetap infektif di dalam
hospes tersebut sampai beberapa tahun

80
Budidaya Perairan September 2014 Vol. 2 No. 3: 76 - 83

maka akan menunjukkan metaserkaria dapat ditemukan dalam plankton atau di


yang berkembang di dalam ikan sebagai dalam lumpur yang dikeruk dari dasar.
inang, makan dan merugikan hospesnya. Perbedaan morfologi di antara larva jantan
dewasa dan betina dewasa sedemikian
Argulus sp mencolok sehingga masing-masing tipe
Argulus sp mempunyai sepasang semula digambarkan sebagai genus yang
alat pengisap yang berbentuk seperti berbeda. Bentuk dewasa famili ini tidak
mangkuk yang terletak pada maksila kedua makan, mereka tidak memiliki mulut dan
dan sebuah spina racun disebelah depan anus, tetapi larva melekatkan diri pada
probosis. Baik yang jantan maupun yang kulit dan insang ikan dan menghisap darah
betina memerlukan darah sebagai sekenyang-kenyangnya. Setelah tiga fase
makanannya,. Parasit ini berpegang pada larva, masing-masing dipisahkan dengan
kulit serta insang dan tampaknya hanya suatu penyilihan, maka tercapailah stadium
sedikit mempunyai pilihan terhadap dewasa. Ganthia jantan menggunakan
hospes (Noble and Noble, 1989). mandibulanya yang kuat untuk menggali
Berdasarkan pengamatan mikroskop, lubang pada lumpur di daerah pasang
parasit ini memiliki ukuran panjang 1,223 surut, dan kedalaman lubang ini yang
mm. jantan dan betina membenamkan diri
untuk mengakhiri kehidupan mereka
sendiri-sendiri (Noble and Noble, 1989).

Gambar 6. Argulus sp (100 x)

Gnathia maxillaries
Gnathia maxillaris merupakan
7. Parasit Gnathia maxillaries (100 x)
salah satu spesies dari famili Gnathiidae
dan termasuk isopoda yang tergolong Tingkat prevalensi
parasit temporer. Parasit ini tidak seperti Dari hasil penelitian ditemukan
familia-familia lain bersifat parasit dalam bahwa parasit Unitubulotestis sardae
bentuk dewasanya, gnathia ini bersifat memiliki tingkat prevalensi tertinggi yaitu
parasit dalam bentuk larva, sedangkan 20 %, diikuti oleh parasit Acanthochondria
pada stadia dewasa hidup berenang bebas. cornuta (10%), dan Gnathia maxillaries
Parasit ini hidup pada insang tetapi dapat (10 %), Lernaeocera branchialis (5 %),
juga ditemui pada sirip-sirip, kulit dan Mirasidium Schistosomatium douthiti (5%)
rongga mulut (Noble and Noble, 1989 ; dan Argulus sp (5%).
Grabda, 1991). Larva Gnathia ini adalah
penghuni temporer pada ikan dan semata-
mata mengisap darah. Gnathia dewasa
81
Budidaya Perairan September 2014 Vol. 2 No. 3: 76 - 83

Hasil penelitian menunjukkan spesies parasit terdapat tiga spesies yang


bahwa dari 20 sampel ikan yang diamati, mendominasi tubuh ikan Kerapu Sunu.
8 ekor di antaranya terserang parasit.
Dengan demikian tingkat prevalensi secara KESIMPULAN
keseluruhan pada ikan Kerapu Sunu adalah
1. Terindentifikasi enam spesis parasit
40 %. Faisal dan Imam (1990) menyatakan
pada Kerapu Sunu yaitu Larnaeocera
bahwa tingkat prevalensi 80 % dengan
branchialis, Unitubulotestis sardae,
jumlah rata-rata 10 ekor parasit
Acanthochondria cornuta, Mirasidium
monogenea per ikan baru dikatakan tinggi.
Schistosomatium douthiti, Argulus
Dimana infeksi parasit dapat
sp. dan Gnathia maxillaris.
mengakibatkan kerusakan bahkan
2. Tingkat prevalensi parasit secara
kematian dari ikan. Dalam penelitian ini,
keseluruhan pada ikan Kerapu Sunu
jumlah parasit yang menyerang tubuh ikan
adalah 40 %. Tingkat prevalensi
Kerapu Sunu adalah 1- 4 per individu,
parasit menurut spesies pada ikan
sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat
Kerapu Sunu berturut-turut adalah
prevalensi parasit pada ikan Kerapu Sunu
Unitubulotestis sardae (20 %),
masih sangat normal.
Acanthochondria cornuta (10%), dan
Gnathia maxillaries (10 %),
Menurut Tiku (2001) dan Kuhon
Lernaeocera branchialis (5 %),
(2003), dari hasil penelitian mereka hanya
Mirasidium Schistosomatium douthiti
menemukan 1-2 parasit per ekor ikan.
(5%) dan Argulus sp (5%).
Parasit dapat hidup secara alami di
3. Terdapat tiga spesies parasit yang
perairan dan hidup bersama ikan sejauh
mendominasi organ tubuh ikan Kerapu
tidak terjadi interaksi yang tidak serasi
Sunu yaitu Unitubulotestis sardae,
antara 3 faktor yaitu ikan, jasad penyebab
Acanthochondria cornuta dan Gnathia
penyakit dan kondisi lingkungan hidupnya.
maxillaries.
(Zonneveld dkk,. 1991).
DAFTAR PUSTAKA
Indeks Dominasi
Berdasarkan nilai indeks dominasi Faisal M, Imam EH. 1990. Microcothyle
diperoleh hasil bahwa ikan Kerapu Sunu chryophrii (monogenea
diserang oleh 6 jenis parasit yaitu olyopisthotyela), a pathogen for
Unitubulotestis sardae dengan tingkat cultur and wild gilthead seabream,
spaurs aurata dalam Pathology in
dominasi 0,22 diikuti Acanthochondria
Marine Science (Perkins, F.O.
cornuta (0,05), Gnathia maxillaris (0,01), Cheng, T.C. Eds). Academic Press
Larnaeocera branchialis (0,003), Inc. London. 121 pg.
Mirasidium Schistosomatium douthiti Fernando CH, Furtado JL, Gussev AV,
(0,003), dan Argulus sp (0,003). Hanek G, Kakonnge SA. 1972.
Methods for Study of Fresh Water
Analisis menurut Simpson indeks Fish Parasiter. University of
menunjukkan bahwa nilai dari keenam Watelao. 76 pg.
spesies parasit yang ditemukan pada ikan Grabda J. 1991. Marine Fish Parasitology.
kerapu adalah 0,460. Dari nilai-nilai PWN- Polish Scientific Publishers
tersebut diketahui bahwa dari keenam Warszawa.
82
Budidaya Perairan September 2014 Vol. 2 No. 3: 76 - 83

Koesharyani ID, Roza K, Mahardika F, Oroh GM. 2001. Parasit pada Ikan Kerapu
Zafran, Yuasa K. (2001). Manual (Epinephelus sp) yang tertangkap
For FishDisease Diagnosis-II. di perairan Teluk Manado. Skripsi.
Marine Fish and Crustacean FPIK Unsrat. Manado.
Disease in Indonesia. Gondol Tiku A. 2001. Identifikasi, Indeks
Research Institute For Mariculture Dominasi Tingkat Prevalensi dan
and Japan Internasional ooperation Tingkat Kesukaan Parasit pada
Agency. 48 pg Ikan Kakap (Lutjanus sp). Skripsi.
Kuhon MCh. 2003. Identifikasi, indeks Universitas Sam Ratulangi.
dominasi tingkat prevalensi dan Fakultas Perikanan dan Ilmu
tingkat kesukaan parasit pada ikan Kelautan. Program Studi Budidaya
kerapu (Epinephelus sp.) yang Perairan. Manado. 31 hal.
tertangkap di perairan Likupang Trimariani A, Sarono A, Widodo, Tahib
dan ditampung di PT. Alfa Kerapu N, Hariyanto S, Nofianti W,
Nusantara. Skripsi. Universitas Wardhani S, Setyaningsih. 1995.
Sam Ratulangi. Fakultas Perikanan Petunjuk Teknis Perlakuan
dan Ilmu Kelautan. Program Studi Pencegaahan Penyakit Ikan
Budidaya Perairan. Manado. 44 Golongan Parsit dan jamur.
hal. Kerjasama Pusat Karantina
Moller H, Kiel A. 1986. Diseases and Pertaniandan Fakultas Pertaniian
Parasites of Marine Fishes. Stenn Jurusan Perikanan Universitas
Wantenberg. Institut Fur Padjajaran. Bandung.
Meereskunde Dusternbrooker, Zonneveld NE, Huisman A, Boon JH.
FRG 1991. Prisip Prisip Budidaya Ikan.
Noble ER, Noble GA. 1989. Parasitologi. PT Gramedia Pustaka Umum.
Biologi parasit hewan. Edisi Jakart
kelima. Diterjemahkan oleh
drh.Wardiarto. Editor Prof.Dr.
Noerhajati Soeripto. Gajah Mada
University Press.
Odum HP. 1983. Ekologi Sistem. Gajah
Mada University Press.
Yogyakarta. 617 hal.

83

Anda mungkin juga menyukai