LAPORAN KOASISTENSI
DIVISI PARASITOLOGI VETERINER
17 Juli – 5 Agustus 2023
Disusun oleh:
Sandria Prima Kristianto, S. KH. (161229176)
Siti Nur Lailatul Mutmainnah, S. KH. (161229177)
Organisme yang hidup dalam tubuh organisme lain yang lebih besar (induk semang,
inang atau hospes) untuk mendapatkan makanan disebut dengan parasit. Indonesiamerupakan
daerah tropis sebagai tempat yang sangat menguntungkan bagi perkembangan parasit sehingga
kasus infeksi parasit pada hewan atau satwa di Indonesia cukup tinggi.
Parasit yang hidup pada hewan dapat dibagi menjadi dua golongan, ektoparasit dan
endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya pada permukaan tubuh bagian luar atau
bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan dunia luar dari hospes seperti kulit, rongga
telinga, bulu, ekor dan mata (golongan arthropoda). Sedangkan Endoparasit adalah parasit yang
hidupnya di dalam jaringan atau organisme bagian dalam hospes seperti berbagai jenis
Protozoa adalah suatu organisme seluler yang mempunyai sifat eukariotik, tidak
mempunyai bagian dinding sel, heterotrof dan juga bisa melakukan pergerakan (motil).
Protozoa dapat bergerak dengan memanfaatkan alat geraknya yaitu pseudopodia (kaki semu),
silia (rambut getar), dan flagela (bulu cambuk). Protozoa mempunyai peranan penting bagi
peternakan karena dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar karena penyakit
protozoa dapat menular. Dalam hal ini penyakit protozoa yang ditemukan adalah penyakit
protozoa darah unggas yang disebabkan oleh Haemoproteus dan Plasmodium, pada saluran
cerna adalah Trichomonas dan golongan cilliata. Pada protozoa darah mamalia yang ditemukan
disebabkan oleh anaplasma serta dalam saluran pencernaan yang disebabkan oleh Eimeria,
Helmintiasis pada umumnya tidak menyebabkan kematian, tetapi pada hewan muda
anemia, nafsu makan dan kemampuan kerja menurun, penurunan berat badan dan
produktivitas hewan. Infeksi cacing dengan intensitas ringan sampai sedang tidak selalu
menampakkan gejala klinis yang nyata, sedangkan infeksi yang berat dapat menyebabkan
gangguan pencernaan seperti kerusakan organ dalam. Dalam hal ini helmint yang ditemukan
dan yang akan dibahas dalam laporan ini terdiri dari beberapa kelas yaitu Nematoda, Cestoda,
dan Trematoda.
1.2 Tujuan
b. Dapat mengidentifikasi parasit penyebab penyakit pada hewan dengan mengetahui jenis
dan morfologi, siklus hidup, dan kepentingan dari parasit yang didapatkan.
1.3 Manfaat
a. Mahasiswa mampu dan terampil dalam pemeriksaan sampel dari kasus helminthiasis,
• Potassium Bicromat/Kalium
• Saringan bikromat
• Saluran pencernaan ayam dan
• Object glass burung
• Mikroskop
2.3.2 Pengumpulan sampel
Sampel dikumpulkan dari tempat yang berbeda yaitu Peternakan Kaliwaron, Pasar
Keputran, Pasar Krangkah, Pasar Pacarkeling, Kebun Binatang Surabaya, Rumah Potong
Hewan Pegirian, Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas Airlangga, Ranch kuda
Emporium Kenjeran, hewan peliharaan mahasiswa kelompok, peternakan warga sekitar, dan
rumah warga sekitar, peternakan warga di Kabupaten Nganjuk dan Blitar.
a. Bedah saluran pencernaan untuk menemukan cacing
Pada pemeriksaan parasit cacing yang terdapat dalam saluran pencernaan dilakukan
pembedahan terhadap saluran cerna ayam, anjing, sapi, ikan hias dan tikus got.
Cara kerja :
1. pisah dan keluarkan saluran pencernaan mulai dari esofagus sampai anus
2. lakukan pembedahan pada organ-organ dalam.
3. buka usus mulai dari usus halus sampai anus menggunakan gunting
4. lakukan kerokan (scrapping) menggunakan scalpel untuk mencari kemungkinan adanya
scolex cacing pita atau coccidia, terutama bila terdapat peradangan/mukosa hiperemis.
5. indentifikasi masing-masing cacing yang diperoleh kemudian memasukan sebagian ke
dalam botol yang berisi larutan NaCl dan sebagian lagi kedalam larutan formalin 10%.
6. beri label berisi informasi: Nama cacing, Habitat, Hospes, dan Kolektor.
b. Pembuatan preparat permanen pewarnaan Semichen-Acetic carmine
1. Fiksasi cacing diantara 2 gelas objek, kedua ujung gelas objek diikat menggunakan tali
rafia.
2. Masukkan gelas objek yang telah berisi cacing ke dalam alkohlo gliserin 5% selama 24
jam.
3. Masukkan ke dalam alkohol 70% selama 5 menit.
4. Pindahkan gelas objek ke dalam larutan carmine, biarkan selama ± 8 jam, tergantung
ketebalan kutikula cacing.
5. Lepas cacing dari fiksasi dan masukkan ke dalam alkohol asam selama 2 menit.
6. Pindahkan ke dalam larutan alkohol basa, rendam selama 20 menit.
7. Lakukan dehidrasi bertingkat dalam alkohol 70%, 85%, 95% masing-masing selama 5
menit.
8. Mounting dalam larutan Hung’s I selama 20 menit.
9. Ambil cacing dari larutan Hung’s I letakkan pada gelas objek, teteskan larutan Hung’s II
secukupnya di atas cacing tersebut, tutup dengan cover glass.
10. Keringkan preparat permanen dalam inkubator bersuhu 37oC selama 24jam, simpan pada
suhu ruang untuk pendinginan.
c. Pemeriksaan Telur Cacing
1. Pemeriksaan Feses dengan metode natif atau sederhana
Ambil feses sedikit dengan menggunakan ujung gelas pengaduk dan dioleskan padaobject
glass selanjutnya tambahkan satu atau dua tetes air lalu ratakan dan tutup dengan coverglass.
Periksa dengan mikroskop pembesaran 100x dan 400x.
2. Pemeriksaan feses dengan metode sedimentasi
Masukkan feses ke dalam gelas plastik lalu tambahkan air dengan perbandingan 1:10.
Feses dan air diaduk sampai rata kemudian disaring, hasil saringan dimasukkan ke dalam
tabung sentrifus selanjutnya disentrifus selama 3 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Selesai
disentrifus supernatan dibuang sedangkan endapannya ditambahkan air lagi seperti tahap
sebelumnya kemudian disentrifus selama 3 menit dengan kecepatan 1500 rpm, proses diulang
sebanyak 3 kali atau sampai supernatan jernih, lalu supernatan dibuang hingga sisa sedikit dan
diaduk. Endapan diambil 1 tetes dengan pipet dan diletakkan pada object glass kemudian
ditutup dengan cover glass. Periksa dengan mikroskop pembesaran 100x dan 400x.
3. Pemeriksaan feses dengan metode apung
Masukkan feses ke dalam gelas plastik lalu tambahkan air dengan perbandingan 1:10.
Feses dan air diaduk sampai rata lalu disaring, masukkan hasil saringan ke dalam tabung
sentrifus selama 3 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Selesai disentrifus supernatan dibuang
lalu endapannya ditambahkan air lagi seperti tahap sebelumnya, sentrifus lagi selama 3 menit
dengan kecepatan 1500 rpm, proses diulang sampai supernatan jernih, setelah jernih supernatan
dibuang dan endapannya ditambah dengan larutan gula jenuh sampai + 2 cm dari mulut tabung,
aduk dengan gelas pengaduk, kemudian sentrifus dengan kecepatan 1500 rpm selama 3 menit.
Tambahkan larutan gula jenuh sedikit demi sedikit menggunakan pipet Pasteur sampai
permukaan cairan cembung. Letakkan cover glass pada permukaan tabung tersebut selama 5
menit kemudian cover glass diangkat dan diletakkan di atas object glass, periksa dengan
mikroskop pembesaran 100x dan 400x.
2.4. Metode untuk Pemeriksaan Protozoa
2.4.1. Alat dan Bahan
Alat Bahan
• Sentrifuge • Ether
• Pinset • Aquadest
• Pipet • Giemsa
• Pengaduk • Methanol
• Mikroskop • Darah
• Kertas label
• Pot plastic
2.4.2. Pengumpulan sampel
Sampel dikumpulkan dari tempat yang berbeda yaitu Pasar Bratang, Pasar Kaliwaron,
Pasar Keputran, Kebun Binatang Surabaya, Rumah Potong Hewan Pegirian, Rumah Sakit
Hewan Pendidikan Universitas Airlangga, Emporium Kenjeran, peternakan warga sekitar,
kandang hewan coba, dan rumah warga sekitar.
2.4.3. Pemeriksaan Protozoa pada feses
• Pemeriksaan protozoa pada feses dengan teknik natif
a. Ambil feses sedikit kemudian letakkaan pada gelas objek
b. Tambahkan 1-2 tetes air dan tutup dengan cover glass
c. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x sampai 400x
d. Untuk membuat kontras antara parasit dengan kotoran lain bisa ditambahkan larutan
eosin atau lugol.
• Pemeriksaan protozoa pada feses dengan teknik apung
a. Larutkan feses dengan air dengan perbandingan feses dan air 1:10.
b. Saring larutan feses tersebut dengan saringan.
c. Masukkan filtrat di dalam tabung sentrifus dan melakukan sentrifugasi dengan kecepatan
1500 rpm selama 5-10 menit.
d. Buang supernatan dan tambahkan air sama banyak seperti filtrat tadi.
e. Ulangi lagi proses sentrifugasi sampai supernatan jernih.
f. Buang supernatan dan tambahkan larutan gula jenuh sampai + 2 cm dari mulut tabung
dan campurkan dengan membolak-balikkan tabung.
g. Sentrifugasi lagi dengan kecepatan yang sama dan cara yang sama dengan sebelumnya.
h. Tambahkan larutan gula jenuh sampai permukaan tabung sentrifus cembung kemudian
tutup tabung dengan cover glass, biarkan selama 5 menit.
i. Ambil cover glass, letakkan di atas object glass kemudian periksa dengan mikroskop
perbesaran 400x.
• Pemeriksaan Pengamatan Hasil Sporulasi
a. Sampel feses yang positif mengandung ookista koksidia digerus, ditambahkan air dan
disaring dan filtrat ditambahkan kalium bikromat 2,5 % dengan perbandingan 1:1
b. Suspensi dimasukkan dalam cawan petri, cawan dibiarkan terbuka atau sedikit tertutup
c. Setiap 1-6 jam larutan feses diperiksa untuk menentukan waktu sporulasi
d. Setelah semua ookista sudah mengalami sporulasi, suspensi disimpan dalam keadaan
tertutup rapat.
2.4.4. Teknik pembuatan ulas darah tipis
a. Siapkan object glass A dan B
b. Teteskan satu tetes darah pada object glass A pada salah satu sisi ujungnya kemudian salah
satu ujung menyentuhkan sisi object glass B pada tetesan darah tersebut sampai sepanjang
sisi tersebut terbasahi darah
c. Letakkan object glass A pada meja dan memegang dengan jari telunjuk berada di tengah
dan ibu jari beserta jari manis di sisi object glass
d. Buat salah satu sisi dari object glass B yang terbasahi darah bersudut 30-40º dengan object
glass A kemudian dorong ke depan untuk membuat ulasan darah dengan catatan ulasan
harus cepat dan tidak boleh berhenti
Keringkan hasil ulasan dan kemudian periksa dengan mikroskop perbesaran 1000x dengan
minyak emersi
2.4.5. Teknik pewarnaan ulas darah giemsa
a. Ulas darah tipis yang sudah kering dillakukan fiksasi dengan methanol selama 3-5 menit.
b. Masukkan ulasan darah pada larutan giemsa 20% selama 30 menit.
c. Ambil object glass dan mencuci dengan air mengalir (air kran) dengan perlahan hingga
zat warna yang tersisa hilang.
d. Keringkan object glass dengan cara meletakkan object glass posisi berdiri.
e. Periksa dengan mikroskop perbesaran 400x-1000x
f. Tambahkan oil emersi untuk perbesaran 1000x.
2.4.6. Teknik gerusan organ
a. Ambil sedikit organ yang diperiksa
b. Gerus organ dengan mortar dan tetesi beberapa tetes larutan NaCl fisiologis.
c. Letakkan gerusan yang sudah hancur pada object glass kemudian tutup
dengan coverglass.
d. Periksa dengan mikroskop perbesaran 400x
2.4.7. Swab kerongkongan unggas (Diagnosa Trichomoniasis)
a. Menyiapkan object glass dan cawan petri yang berisi NaCl fisiologis dan cotton bud.
b. Memegang unggas yang didiagnosa terinfeski Trichomoniasis dan buka
mulut lebar- lebar
c. Memasukkan cotton bud yang telah dibasahi NaCl fisiologis sampai ke
pangkal kerongkongan dan usapkan (swab)
d. Memasukkan hasil usapan ke cawan yang berisi NaCl fisiologis dan campur
sampai homogen.
e. Mengambil satu tetes dengan pipet pasteur dan meletakkan pada object
glass dan menutup dengan cover glass kemudian mengamati pada
mikroskop dengan perbesaran 100x-400x.
BAB III HASIL PEMERIKSAAN
3.1 Tabel Sampel Positif
Pemeriksaan
21. Kambing RPH Pegirian, Feses (apung) Mikroskopis Telur Trichuris ovis
Surabaya
88. Ikan koki Pasar Bratang scrapping sisik Mikroskopis Argulus sp.
ikan
Pronatal comb
Spermateca (Betina)
2. Ctenocephalides canis
Pronatal comb
Pronatal comb
Pronatal comb
Terdapat feston
Hypostome
Palp
Leg sucker
Antena
Kepala lancip
8. Damalinia ovis
Antena
9. Menopon gallinae
Forehead
Palpus maxilla
Antenna
Abdomen
Spinelike process
Kepala
Kaki
Abdomen
Abdomen 9 ruas
Antena
mulut
mata
tarsus
mata sayap
Abdominal segmen
sayap
mata
kaki
sayap
Vittae longitudinal
Lower squema
Abdomen
Head capsule
Mandible
Reddish patch
snout
Kepala
Sayap
Kaki
Mata
Thorax
Sayap
Abdomen
Thorax
Mata Sayap
antena
mata
scutum
sayap
Hyalin margin
Abdomen Prothorax
seta tarsal
Abdomen
Antena
Probocis
Sayap
Kepala
Thorax
Abdomen
sporoblast
Stadium kista
2. Taenia taeniaeformis
Posterior Anterior
Posterior
Anterior
Anterior
Posterior
4. Trichuris ovis
2 polar plug
2 polar plug
6. Fasciola gigantica
Posterior
anterior
7. Eurytrema pancreaticum
anterior
Posterior
8. Ascaris suum
9. Parascaris equorum
Polar plug
Polar plug
Anterior
Posterior
anterior
posterior
Gelombang : PPDH XL
Kelompok : Tandem 3 subkelompok 1
Otodectes cynotis
3. Kucing Harmoni Pet Serumen Mikroskopis
Care telinga
kucing
4 Sapi RPH Pegirian, Hati Makroskopis Fasciola gigantica
Surabaya
19 Juli
`16 Ikan Pasar Lalat Makroskopis Chrysomya bezziana 2023
. Kenjeran,
Surabaya
1 Agustus
68. Tikus Sukosalam Cacing Mikroskopis Taenia taeniaeformis 2023
69. Ayam Mojosari Ulas Mikroskopis Haemoproteus
Darah columbae
2 Agustus
73. Ayam Mojosari Feses Mikroskopis Tachygonetria sp. 2023
(natif)
3 Agustus
78. Iguana Kebun Feses Mikroskopis Oxyuris sp. 2023
Binatang (apung)
Surabaya
79. Unta Kebun Feses Mikroskopis Trichuris sp.
Binatang (natif)
Surabaya
5 Agustus
91. Cacing Solo Cacing Makroskopis Lumbricus rubellus 2023
Tanah
92. Kelinci Gresik Scrapping Mikroskopis Sarcoptes scabiei
kulit