Hanafi1*, Septilina Melati Sirait1, Yeni Dwiyanti A.2, Rr. Bella Ayunda W.N1
1
Politeknik AKA Bogor
Jl. Pangeran Sogiri No 283, Bogor, Indonesia
2
PT Biofarma (Persero)
Jl. Pasteur No. 28, Bandung, Indonesia
ABSTRAK
Radang tenggorokan sering kali disebabkan oleh bakteri. Pemeriksaan diawali dengan pengambilan
sampel melalui usap (swab) tenggorok dari seorang penderita radang tenggorokan kemudian dilakukan
identifikasi bakteri terhadapnya. Identifikasi yang dilakukan meliputi identifikasi makroskopis, mikroskopis,
uji biokimia dan uji tambahan sehingga diketahui spesies dari bakteri-bakteri penyebab radang tenggorok.
Hasil identifikasi bakteri dalam penelitian ini yaitu Staphylococcus aureus dan Enterobacter agglomerans
ABSTRACT
Strep throat is often caused by bacteria. This research began with sampling through swab (swab) throat of
someone with strep throat and then to identify the bacteria. Identification was conducted on the identification
of macroscopic, microscopic, biochemical tests and additional tests then the species of bacteria caused strep
throat can be known. The results of bacterial identification in this study are Staphylococcus aureus and
Enterobacter agglomerans
Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE
Preparasi Sampel
Bahan
Sampel usap (swab) tenggorok media agar-agar darah baru. Media agar-
dioleskan pada media agar-agar darah agar darah yang telah diinokulasikan bakteri
ose steril. Media diinkubasi dengan posisi suhu 35-37°C selama 24 jam sehingga
terbalik pada suhu 35-37°C selama 24 jam. didapatkan biakan murni pada media agar-
Setelah diinkubasi, diamati warna dan agar darah. Setelah diinkubasi, dilakukan :
MacConkey agar diambil dengan jarum 0,6 mL dan dikocok kuat. Selanjutnya
tusuk steril kemudian diinokulasikan pada biakan didiamkan lima hingga lima belas
MacConkey agar diambil dengan jarum urea lalu diinkubasi pada suhu 35-37°C
secara zig zag pada media miring TSIA - Uji Simmon Sitrat
lalu diinkubasi pada suhu 35-37°C selama Koloni merah muda pada media
24 jam. MacConkey agar diambil dengan jarum
tusuk steril kemudian diinokulasikan
- Uji merah metil
Koloni merah muda pada media secara zig zag pada media agar-agar miring
MacConkey agar diambil dengan jarum Simmon Sitrat lalu diinkubasi pada suhu
murni pada media agar-agar darah dapat senyawa asetilmetilkarbinol sebagai hasil dari
metabolisme karbohidrat yang ditandai
teridentifikasi adanya bakteri Gram positif
kokus. Menurut Waluyo (2008), bakteri dengan warna merah pada media setelah
media agar-agar darah yang dapat al. (1982) menyatakan bahwa koagulasi
hemolisin yakni suatu enzim yang dapat fagosit. Setelah dibandingkan dengan
Pada plasma darah normal yang koloni berwarna abu-abu pada media agar-
telah disuspensikan bakteri terlihat larutan agar darah maka dilakukan pengamatan
murni pada media MacConkey agar dapat Enterobacter yang lain memiliki uji
batang. Bakteri Gram negatif batang Pada uji merah metil, biakan media
ditunjukkan dengan adanya bakteri methyl red broth yang telah diinkubasi
ABSTRAK
Ektraksi cair-cair adalah metode untuk pemisahan logam menggunakan khelat. Kobalt dapat dipisahkan
dengan ditizon sebagai pengkhelat . Ekstraksi kobalt –ditizon maksimum pada pH 9. Gangguan ion besi (II)
dan besi (III) telah dipelajari dengan penambahan ke dalam contoh dengan variasi konsentrasi. Gangguan
besi (II) fluktuatif dan gangguan besi (III) pada ekstraksi ini menghasilkan absorbansi pada penambahan 4
ppm besi (III).
ABSTRACT
Liquid-liquid extraction is a method for separation metal ion using chelat. Cobalt ions can be separated
by using ditizon as chelating agent. Extraction of cobalt-ditizon was optimum at pH 9 . Influence of iron (II)
and iron (III) have been studied by addition to sample with variety of metal ion concentration. The influence
of the present iron (II) in the extraction cobalt-ditizon are fluctuative. The influence of iron (III) provide
optimum absorbance increase in addition of 4 ppm iron (III).
ekstraksi pemisahan ion kobalt dapat pemisah, labu ukur 100 mL, labu ukur 1 L,
dilakukan dengan pertukaran ion piala gelas, pipet volume, buret, gelas ukur
menggunakan zeolit (Zola et al., 2012). 50 mL, botol semprot, neraca analitik, dan
Absorbansi
pengkompleks ditizon pada pH 9 dengan 0.41
0.405
ektraktant kloroform. ditampilkan pada 0.4
0.395
Gambar 1. 0.39
0.385
0.450 y = 0.4336x - 0.0102 0 2 4 6
0.400 Ulangan
R² = 0.9951
0.350
0.300 Gambar 2. Grafik absorbansi kobalt 1 ppm
Absorbansi
0.250
0.200 Hasil pembacaan absorbansi
0.150 standar kobalt 1 ppm setelah diektraksi
0.100
dengan larutan buffer pH 9 dan ektraknya
0.050
0.000 setelah dipisahkan ditambahkan 10 mL
-0.050 0.00 0.50 1.00 1.50 larutan ditizon dalam kloroform tidak
ppm Kobalt
terlalu jauh perbedaannya yaitu antara
Gambar 1. Grafik hubungan antara konsentrasi
dengan absorbansi 0,3856-0,4157. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa perlakuan ektraksi dengan larutan
Pada Gambar 1 terlihat bahwa
buffer pH 9 masih dapat memberikan hasil
dengan kenaikan konsentrasi kobalt maka
yang baik.
terjadi kenaikan absorbansi. Larutan
kobalt dibuat dengan konsentrasi 0,20; Pengaruh Penambahan Fe (II) pada
Ektraksi Kobalt
0,4; 0,6; 0,8; 1,0 dan 1,2 yang masing-
Pengaruh adanya ion besi (II) pada
masing dikomplekskan dengan pereaksi
ekstraksi kobalt dilakukan dengan
ditizon dalam kloroform. Dari kurva uji
membuat sampel kobalt 1 ppm diekstraksi
linieritas diperoleh nilai R2 0,995 dan nilai
dengan ditizon pada fasa kloroform
korelasinya ® sebesar 0,991.
memberikan absorban yang berfluktuatif.
Pada penambahan Fe (II) 0,1 ppm
Absorbansi
0.2
0.418 lalu turun lagi menjadi 0,388 dengan
0.15
penambahan 0,4 dan terakhir naik lagi
0.1
dengan penambahan 0,5 ppm Fe(II) ppm
0.05
menjadi 0,419. Dari kurva tersebut terlihat
bahwa dalam penentuan kobalt dengan 0
0 0.2 0.4 0.6
ekstraksi menggunakan ditizon terjadi ppm Fe (III)
gangguan oleh ion Fe (II).
Gambar 4. Grafik pengaruh besi (III)
0.3
terhadap absorbansi kobalt 1
0.25 ppm
0.2
Absorbansi
Foliatini*
Politeknik AKA Bogor, Jl. P. Sogiri 283 Bogor, Indonesia
ABSTRAK
Nanokomposit Ag/alginat/MUA/dodekanatiol telah berhasil disintesis dengan cara memodifikasi
nanopartikel Ag/alginat dengan senyawa tiol (asam merkaptoundekanoat/MUA dan dodekanatiol).
Nanokomposit tersebut memiliki hidrofobisitas yang sedang dan dapat diaplikasikan ke dalam sistem emulsi
O/W. Karakterisasi nanokomposit maupun sistem emulsi dilakukan dengan metode spektrofotometri Uv-
Visible, turbidimetri, serta pengujian ukuran partikel. Volume nanokomposit, rasio volume nanopartikel:
pemodifikasi, dan pH sangat berperan terhadap kemampuan emulsifikasi nanokomposit tersebut.
Meningkatnya volume nanokomposit maupun pemodifikasi dapat meningkatkan kemampuan emulsifikasi
hingga batas tertentu. Emulsifikasi dapat berjalan secara efektif pada pH sedang (2 <pH < 8).
ABSTRACT
Ag/alginate/MUA/dodecanethiol nanocomposite was successfully synthesized by modification of
Ag/alginate nanoparticles using thiol-based compounds (mercaptoundecanoid acid/MUA and dodecanethiol).
The nanocomposites possesed moderate hydrophobicity and was capable to be applied as an emulsifier to
O/W emulsion system. The nanocomposites characterization was conducted by UV-Visible spectrophotometry,
turbidimetry, and particle size analysis. The volume of nanocomposites, volume ratio of nanoparticles :
modifier, and pH have high influence on the emulsification capability of the nanocomposites. The increase of
both nanocomposite and modifier volume were capable to increase of emulsification capability until a certain
value. Emulsification was effective at moderate pH (2 <pH < 8).
* Korespodensi.Tel: +62-8567653523
stabilitasnya.
E-mail: foliantini@gmail.com
Particle Size Analyzer (Malvern Zetasizer, pengaduk magnetik selama beberapa menit,
(IR-Prestige-21 Shimadzu), oven gelombang HCl atau NaOH. Variabel bebas yang
%T
80
tiol.
60
Pengujian konsentrasi dodekanatiol
menunjukkan bahwa pada konsentrasi
40
3500 3000 2500
dodekanatiol yang tinggi, tingkat bilangan gelombang (cm-1)
hidrofobisitas Ag/alginat sangat tinggi, 100
sehingga afinitas nanokomposit tersebut
dalam fasa minyak sangat besar. Hal ini 80
%T
diperlihatkan oleh berpindahnya partikel
60
Ag/alginat dari fasa air menuju fasa
minyak (dalam hal ini yaitu kloroform), 40
sehingga lapisan bawah menjadi berwarna 1800 1700 1600 1500 1400 1300 1200
bilangan gelombang (cm-1)
kecokelatan (Gambar 1).
100
80
%T
60
Gambar 1. Ag/alginat/dodekanatiol dengan
konsentrasi dodekanatiol 50%,
20%, 10%, 5%, dari kiri ke 40
1200 1000 800 600
kanan bilangan gelombang (cm-1)
Pergeseran panjang gelombang juga partikel. Ukuran partikel yang relatif besar
mengindikasikan terbentuknya partikel menguntungkan dalam stabilisasi emulsi,
berukuran besar / agregat, dan hal ini harus karena meningkatkan energi detachment,
dikonfirmasi dengan pengujian ukuran namun di sisi lain mempersulit penataan
absorbansi
(Tabel 3) menunjukkan bahwa kenaikan
ukuran partikel setelah modifikasi dengan 0.4
410
senyawa tiol tidak terlalu besar. Hal ini
0.2
menunjukkan bahwa nanokomposit
400 0
cenderung tidak mengalami agregasi. 5 10 15 20
volume nanokomposit (mL)
Aplikasi nanokomposit dalam sistem
emulsi O/W Gambar 5. Hubungan panjang gelombang
Variasi volume nanokomposit dan absorbansi dengan volume
nanokomposit
Karena nanokomposit berperan
sebagai penstabil emulsi, maka jumlah Spektra SPR untuk nanokomposit
% volume
400 60
bahwa puncak pada 348 nm yang terdapat
40
200
dalam spektrum nanokomposit Ag-
20
dodekanatiol merupakan kompleks
0 5 10 15 20 0 [Agm(SC12H25)n].
volume nanokomposit (mL)
1
Gambar 6. Hubungan antara ukuran 0.8 5-15 mL
partikel dengan volume
0.6
absorbansi
nanokomposit
0.4
Jika dilihat dari ukuran partikel,
0.2
semakin banyak volume nanokomposit
0
maka ukuran partikel cenderung meningkat 200 400 600 800
(Gambar 6). Ukuran partikel yang terbaca panjang gelombang (nm)
gelombang (nm)
hidrofobisitas hingga kadar tertentu dapat
selisih panjang
20
meningkatkan kemampuan emulsifikasi. 410
500
Gambar 9. Spektra SPR nanokomposit Ag/
turbiditas (NTU)
alginat/MUA/dodekanatiol
400 dalam sistem emulsi kloroform
dalam air pada berbagai rasio
300
Berdasarkan Gambar 9 terlihat
200 bahwa dengan meningkatnya volume
% jumlah
100 penstabil dengan tetesan minyak yang
distabilkan.
100
Untuk nanokomposit yang
90 mengandung gugus karboksilat, pada pH
1 2 3 4 5 6
tinggi karakteristik hidrofilisitas meningkat
Gambar 10. Hubungan antara ukuran partikel
sistem emulsi dengan rasio volume karena nanokomposit cenderung bermuatan
Ag:MUA:dodekanatiol negatif (yaitu dari gugus COO-). Pada nilai
Berdasarkan hal tersebut, dapat pH tertentu didapatkan sifat amfifilisitas
diasumsikan bahwa pada volume senyawa yang sesuai untuk stabilisasi emulsi.
pemodifikasi yang kecil, emulsifikasi Namun pH yang terlalu tinggi
belum berjalan dengan efektif. Pembuktian mengakibatkan berkurangnya tolakan
untuk hal ini dapat dilihat dari distribusi elektrostatik antar nanokomposit sehingga
ukuran partikel dilihat dari persen volume kestabilan emulsi menurun. Dengan
yang memperlihatkan adanya partikel demikian pengaturan pH merupakan hal
berukuran kecil (yaitu nanokomposit) pada yang sangat krusial karena menentukan
rasio 10 : 1 : 1. Hal ini menunjukkan kestabilan emulsi. Hal ini sesuai dengan
1500
Gambar 12. Hubungan turbiditas dengan 100
lebar puncak (nm)
pH emulsi
ukuran partikel /
80
1000
% volume
Candra Irawan*
Politeknik AKA Bogor.
Jalan Pangeran Sogiri No.283 Tanah Baru Bogor, Indonesia
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai reaksi eugenol dengan asam trikloroasetat dalam pelarut kloroform
dengan pengadukan selama 4 hari pada suhu kamar. Setelah rekristalisasi dalam etanol, didapatkan cairan
kental coklat.
Pemeriksaan dengan kromatograf gas-spektrometer massa menghasilkan ester dari asam trikloroasetat
(BM=179) dan polieugenol (BM-558).
ABSTRACT
Research on reactions of eugenol with trichloroacetic acid in chloroform medium have been conducted.
The mixture was stirred at room temperature for 4 days. Crystallization from ethanol gave brown oil as ayield
from the reaction of eugenol
Examination of Gas Chromatography-Mass Spectrometer and Infra Red spectrum of the product of
eugenol with trichloroacetic acid indicated the mixture of ester of trichloroacetic (M.W = 179) and
polyeugenol (M.W = 589).
PENDAHULUAN
eugenol. Irawan, C. (2015) telah
Eugenol merupakan komponen
melakukan penelitian tentang studi reaksi
utama minyak cengkeh (Guenther, 1950).
eugenol dengan alumunium klorida
Senyawa ini mempunyai beberapa gugus
menghasilkan campuran senyawa
fungsional, yaitu hidroksil, alil, dan eter
polieugenol, 1-(4-hidroksi-3-metoksifenil)
sehingga dimungkinkan untuk diubah
propana, dan senyawa 1-(4-hidroksi-3-
menjadi senyawa turunannya yang
metoksifenil)-2-kloro propan. Pada
mempunyai manfaat dan nilai ekonomis
penelitian ini dilakukan reaksi terhadap
yang lebih tinggi.
eugenol menggunakan asam trikloro asetat,
Ikatan rangkap dua pada gugus alil
sehingga dihasilkan turunan arilindan yang
senyawa eugenol dapat mengalami reaksi
diduga berperan penting sebagai zat aktif
adisi antara lain dengan halogen, hidrogen,
anti tumor (Al-Farhan et al., 1992).
dan hidrasi menghasilkan senyawa turunan
* Korespodensi.Tel: +62-2518650351
E-mail: Cha_chand1977@yahoo.com
CCl3 COOH p.a, CHCl3, larutan NaHCO3 Reaksi eugenol dengan asam trikloro
jenuh, Na2SO4 anhidrat, dan akuades. asetat menghasilkan larutan berwarna
merah merk Shimadzu FTIR-8201 PC, Gugus fungsional yang terdapat dalam
kromatograf gas spektrofotometer massa hasil reaksi disajikan dalam spektrum infra
Metode Penelitian
Reaksi Eugenol dengan Asam Trikloro
Asetat
Sebanyak 2 g eugenol dimasukkan
ke erlenmyer yang berisi 3,3 g asam
trikloro asetat dalam 24 mL kloroform
yang telah dilengkapi pengaduk magnet.
Gambar 1. Spektrum infra merah hasil
Larutan disimpan selama 4 hari pada suhu reaksi eugenol dengan asam
kamar sambil diaduk terus menerus. trikloro asetat
Hasil reaksi ditambahkan larutan Gambar 1 menunjukkan informasi
NaHCO3 jenuh sampai tidak terbentuk gas, sebagai berikut: serapan lebar dan kuat
kemudian dicuci dengan akuades sampai pada 3523,7 cm-1 merupakan serapan khas
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi aktivitas antimikrob dari senyawa bioaktif yang terkandung
dalam ekstrak etanol biji pepaya. Sampel biji pepaya diekstraksi dengan cara maserasi dengan pelarut
etanol, selanjutnya hasil ekstrak dipekatkan untuk digunakan sebagai contoh uji. Uji aktivitas antimikrob
(antibakteri dan antijamur) dengan metode Difusi Agar-agar, yaitu berdasarkan difusi senyawa bioaktif pada
lapisan media agar-agar yang telah mengandung mikrob dalam cawan petri. Mikrob akan dihambat
pertumbuhannya oleh difusi senyawa bioaktif, sehingga akan terlihat zona hambatan setelah masa inkubasi.
Zona hambatan tersebut dapat diukur dan dibandingkan dengan standar. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ekstrak etanol biji pepaya memiliki aktivitas antmikrob yang sangat kuat terhadap bakteri B. subtilis
dan memiliki aktivitas antimikrob rendah terhadap E. coli, tetapi tidak memiliki aktivitas antimikrob terhadap
jamur A. niger
Kata kunci : ekstrak etanol biji pepaya, aktivitas antimikrob, metode difusi agar-agar
ABSTRACT
This research aims to determine the potential antimicrobial activity of bioactive compounds contained in
the ethanol extract of papaya seeds . Papaya seed samples were extracted by maceration with ethanol , then
the extract was concentrated to be used as a test sample . Test of antimicrobial (antibacterial and antifungal)
activity using agar diffusion method , which is based on the diffusion of bioactive compounds in the layer agar
medium containing microbes already in a petri dish . Microbial growth will be inhibited by the diffusion of
bioactive compounds , so it will be visible zone of inhibition after the incubation period . The inhibition zone
can be measured and compared with the standard . The results showed that ethanol extracts of papaya seeds
have very strong antibacterial activity against B. subtilis and have low antibacterial activity against E. coli ,
but lacks antifungal activity against fungi A. niger
Key words: ethanol extract of papaya seeds, antimicrobial activity, agar diffusion method
daya aktivitas antimikrob dari ekstrak tahap: tahap pertama dilakukan pembuatan
etanol biji pepaya. Hal itu sekaligus sampel ekstrak kasar biji pepaya dan tahap
sebagai langkah untuk meningkatkan daya kedua dilakukan pengujian sampel. Pada
guna biji pepaya yang banyak dibuang tahap pertama, senyawa bioaktif
berwarna hitam dicuci dengan air sampai Sebanyak 0,5 mL biakan mikrob
terhindar dari pengaruh cahaya matahari media NA/PDA cair (suhu 45 oC-50oC),
lemari pengering pada temperatur ± 40oC, membeku. Setelah itu kertas cakram
etanol sampai jernih. Maserat yang Ampisilin (uji antibakteri) dan ketokonazol
evaporator pada temperatur tidak lebih pada suhu 37oC selama 24 jam (untuk
dari 40oC hingga diperoleh ekstrak kental bakteri) dan pada suhu 30 oC selama 3 x 24
cakram. Untuk uji antibakteri digunakan hasil ekstraksi biji pepaya dengan pelarut
(a) (b)
Gambar 2. Hasil penentuan daya antimikrob
Gambar 1. Perendaman (a) dan filtrat hasil ekstrak etanol biji pepaya
ekstraksi (b) dengan cara difusi cakram B.
subtilis (uji antibakteri)
Potensi Antimikrob Ekstrak Etanol Biji
Pepaya
Hasil uji antimikrob ekstrak etanol
biji pepaya dengan cara difusi cakram
dapat dilihat pada Tabel 1, Gambar 2 dan 3.
*Ampisilin untuk uji antibakteri dan memiliki ukuran yang lebih kecil daripada
ketokonazol untuk uji antijamur zona hambat standar dengan standar (3
mm). Berdasarkan pengelompokkan ukuran
Nunung Widijantie*
Politeknik AKA Bogor
Jalan Pangeran Sogiri No. 283 Tanah Baru, Bogor, Indonesia
ABSTRAK
Beberapa peneliti telah mempelajari bidang language learning differences dimana mereka menguraikan
studi pada beberapa bidang, seperti psikologi, kecerdasan, empiris, lingkungan, dan faktor lainnya.
Penelitian ini menganalisis hasil tingkatan pembelajaran berkomunikasi dalam bahasa Inggris pada 10
mahasiswa yang tidak pernah punya pengalaman hidup di lingkungan berbahasa Inggris. Mereka berada di
kelas yang sama dan mulai belajar bahasa Inggris pada tingkat yang sama. Namun, mereka memiliki hasil
yang berbeda dalam kemampuan bahasa Inggris sebagai bahasa asing mereka. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk menganalisis perbedaan tesebut yang terjadi pada peserta dalam kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Hal ini akan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi peserta
dalam memperoleh kemampuan bahasa Inggris dan bidang pembelajaran bahasa yang membuat para peserta
memiliki kemampuan yang berbeda. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data untuk mengukur
kemampuan berbahasa Inggris para peserta adalah program berkomunikasi dengan menyediakan beberapa
pertanyaan yang berfokus pada Budaya Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemahiran
pesertadalam berkomuikasi dalam bahasa Inggris disebabkan oleh: (1) Intelijen, (2) Stimulasi, (3) Motivasi,
dan (4) Fosilisasi.
ABSTRACT
Some researchers have studied the field of language learning differences in which they elaborate the
study on several fields, such as psychological, intelligent, empirical, environmental, and other factors. This
study analyzes the different results of English speaking learning on 10 college students who have never got
experience living in English speaking environment. They are at the same class and started to learn English at
the same level. However, they have different result in acquiring English as their foreign language. The
purpose of this descriptive study is to analyze the different proficiency level that occurs on the participants in
acquiring speaking in English. It will be related to the factors which influence the participants in acquiring
English and the areas of language learning that make the participants have different proficiency result. The
method which was used for collecting data to measure the participants‟ English proficiency was in speaking
program by providing several questions focusing on Indonesian Culture. The factors that influence the
participants to have different English Speaking Proficiency level are caused by: (1) Intelligence, (2)
Stimulation, (3) Motivation, and (4) Fossilization.
2. Speech is very slow and uneven except and colloquial speech to be expected of
Diperoleh data bahwa partisipan E dengan lancar dan tidak ada masalah pada
dengan total nilai 82, mendapat nilai paling vocabulary dan pemilihan kata (word
bagus dibandingkan kesembilan partisipan choice).
lainnya. Pronunciation ada pada level 5 Sebaliknya partisipan G mendapat
menunjukkan bahwa penguasaan nilai yang paling rendah, yaitu 33. Analisis
pronunciation cukup bagus dan tidak data menunjukkan Pronunciation ada pada
banyak mispronunciation. level 2, yang berarti banyak terjadi
Grammar dan vocabulary ada pada mispronunciation sehingga cukup sulit
level 5 menunjukkan bahwa tidak banyak untuk menyampaikan penjelasan dalam
kesalahan pada grammar, terutama Bahasa Inggris. Demikian pula dengan
penggunaan present tense, modal auxiliary, penguasaan grammar, vocabulary, fluency
dan pembentukan kalimat passif. dan comprehension ada pada level 2.
Fluency dan comprehension juga pada Kesalahan penggunaan grammar
level 5, menunjukkan penguasaan materi sering terjadi atau masih belum memahami
pada conversation sangat bagus sehingga penggunaan grammar secara tepat, dan
dapat menjelaskan dalam Bahasa Inggris tidak menguasai vocabulary dengan baik.
Hal tersebut mempengaruhi penguasaan
ABSTRAK
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) tidak dapat begitu saja dibuang ke lingkungan, tetapi
memerlukan pengolahan baik secara fisika, kimia, maupun biologi, sehingga menjadikannya tidak berbahaya
atau berkurang daya racunnya. Pada pengolahan limbah secara kimia, penambahan koagulan yang tepat
berfungsi untuk mendestabilisasi partikel koloid, sehingga pembentukan agregat yang lebih berat dapat
mempersingkat waktu pengendapan. Sementara pada pengolahan biologi, bahan-bahan organik dalam
limbah cair akan menurun seiring peningkatan waktu aerasi apabila dilakukan pada perbandingan rasio
limbah dengan lumpur aktif yang tepat pula. Penelitian bertujuan menentukan dosis optimum koagulan
dalam proses koagulasi-flokulasi dan menentukan rasio efektif pengolahan limbah melalui proses aerasi
terhadap efektifitas penurunan kadar amonia, kebutuhan oksigen kimia (KOK), karbon organik total (KOT)
dan Total Padatan Terlarut (TPT). Hasilnya menunjukkan, bahwa dosis optimum koagulan aluminium sulfat
adalah sebesar 3,0 gram untuk setiap 500mL, sedangkan pada aerasi, rasio efektif limbah dan lumpur aktif
adalah 1:5 selama 5 hari.
Kata kunci : limbah B3, alumunium sulfat, aerasi, KOK, KOT, TPT
ABSTRACT
Hazardous and toxic waste (B3 waste) can not simply be dumped into the environment, but requires
processing both in physics, chemistry or biology, making it harmless or decrease its toxic power. In the
processing of chemical waste, adding appropriate coagulant serves to destabilize the colloidal particles, thus
forming aggregates heavier can shorten the settling time. While the biological treatment, organic materials in
the wastewater will decrease over time increase the aeration if done in comparison with the ratio of waste
activated sludge is right anyway. The research aims to determine the optimum dose of coagulant in the
process of coagulation-flocculation and determine the ratio of effective wastewater treatment through
aeration process of the effectiveness of reduced levels of ammonia, chemical oxygen demand (COD), total
organic carbon (TOC) and Total Suspended Solid (TSS). The result showed that the optimum dose of
coagulant is aluminum sulfate at 3.0 grams per 500ml, while the aeration, the effective ratio of sewage and
activated sludge is 1: 5 for 5 days.
Key words: hazard and toxic waste,alumunium sulphat,aeration, COD, TOC, TSS
menjaga mikro flok yang terbentuk tidak dikalibrasi menggunakan larutan buffer pH
tanpa pengadukan untuk membiarkan flok ke gelas piala. Elektroda dibilas dengan
mengendap. Hasil yang diperoleh dipisahkan menggunakan akuades dan dilap hingga
dari endapan untuk diperiksa pH, kering lalu dicelupkan pada sampel yang
kekeruhan, amonia, TPT, KOK, dan KOT. akan dicek. Nilai pH yang tertera pada alat
dicatat.
Percobaan Utama
Berdasarkan percobaan utama akan Pengukuran Amonia
selanjutnya dicampurkan dengan lumpur 1000 mg, 100 mg, 10 mg, 1 mg, dan 0,1
Rasio penambahan limbah dan lumpur pengenceran dari larutan baku NH3-N.
aktif yang digunakan dapat dilihat pada Kalibrasi dilakukan dengan cara elektroda
dialirkan ke dalam gelas piala melalui tombol kalibrasi pada alat ditekan. Sampel
selama 9 hari dengan dilakukan analisa piala dan elektroda dicelupkan ke dalam
pH, amonia, TPT, KOK, dan KOT. larutan yang akan diukur. Selanjutnya
koagulan yang perlu ditambahkan dalam bakteri nitrifikasi antara 7,5-8,5 dan pada
dosis ini merupakan kondisi optimum, yang dilakukan selama 9 hari dapat dilihat
di atas ambang baku mutu. Oleh karena Tabel 5. Hasil pengamatan proses aerasi pada
rasio 1:3
itu, perlu dilakukan proses pengolahan
Hari Parameter Uji
tambahan untuk dapat menurunkan kadar ke pH TPT Amonia KOK KOT
tersebut. (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
0 7,99 5240 23,65 )
990 254,35
Penelitian Utama 1 8,14 5400 22,25 860 248,15
Penelitian utama dilakukan dengan 2 8,28 5260 13,65 620 129,7
3 8,26 5220 11,1 450 99,75
cara mengalirkan sejumlah udara ke dalam 4 8,29 5310 5,325 160 51,75
air limbah yang telah dicampur lumpur 5 8,09 5540 3,832 77 19,88
6 8,01 5520 1,772 60 18,82
aktif. Penelitian skala laboraturium ini 7 8,13 5590 0,82 53 17,24
merupakan gambaran di lapangan ketika 8 8,19 5820 0,6275 50 16,89
9 8,28 6070 0,13 29 9,273
dilakukan proses aerasi pada kolam SBR.
Pada Tabel 5 dapat dilihat, bahwa
Dengan tersedianya oksigen yang
aerasi tidak dapat menurunkan kadar TPT.
mencukupi selama proses biologi, maka
Pada hari ketujuh, kadar ammonia dapat
bakteri pada kolam SBR dapat bekerja
dibawah ambang baku mutu yaitu 1 mg/L
dengan optimal.
dengan hasil pengukuran sebesar 0,82
Senyawa amonia dalam air dapat
mg/L. Pada haari kelima kadar KOK dapat
diolah secara mikrobiologis oleh bakteri
dibawah ambang baku mutu yaitu 100
autotropik dan heterotropik melalui proses
mg/L dengan hsil pengukuran sebesar 77
nitrifikasi hingga membentuk nitrit dan
mg/L. Sementara untuk kadar KOT tidak
nitrat. Proses nitrifikasi ini berlangsung
disebutkan berapa ambang batas baku
dalam kondisi aerobik, sehingga
aerob berlangsung semakin baik, sehingga Margaretha, Rizka M,, Syaiful dan
Subroto. 2012. Pengaruh Kualitas
efektivitas pengolahan amonia, KOK dan
Air Baku Terhadap Dosis dan
KOT juga meningkat. Peningkatan Biaya Koagulan Aluminium
Sulfatdan Poly Aluminium
efektivitas pengolahan ini dapat terlihat
Chloride. Jurnal Teknik Kimia
jelas dalam grafik yang disajikan pada 18:21-30.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
Gambar 4.
2014. PP No. 101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
Jakarta
Setiyono. 2005. Potensi Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) di
Wilayah DKI Jakarta dan Strategi
Pengelolaannya. JAI 1:304-317.
Siregar, S. A. 2005. Instalasi Pengolahan
Air Limbah. Kanisius. Yogyakarta.
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan
Air Limbah. Universitas Indonesia
Gambar 4. Grafik Efektivitas Pengolahan Prees. Jakarta
pada Rasio 1:5
ABSTRAK
Terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan kinerja dosen yaitu materi perkuliahan (MP),
penyampaian materi (PM), pengelolaan kelas (PK) dan evaluasi pengajaran (EP). Untuk mengetahui
faktor/peubah yang paling berpengaruh terhadap penilaian dosen, maka dilakukan penelitian dengan
menggunakan analisis diskriminan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data hasil kuisioner penilaian mahasiswa AKA Bogor terhadap dosen yang mengajar pada semester gasal
tahun akademik 2011/2012 sampai semester gasal tahun akademik 2014/2015. Data diperoleh dari bagian
Sitem Penjaminan Mutu (SPM) Politeknik AKA Bogor. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa dari beberapa peubah penjelas yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap penilaian mahasiswa
terhadap dosen, terdapat satu faktor/peubah penjelas yang berpengaruh nyata yaitu penyampaian materi
(PM). Fungsi diskriminan yang diperoleh memberikan keakuratan 93,6%, sehingga model ini dapat
digunakan untuk memprediksi seseorang termasuk kategori puas atau tidak puas.
ABSTRACT
There are several factors related to the lecturers performance such as lecture material, (MP), material
delivery (PM), classroom management (PK) and teaching evaluation (EP). To determine the factors/variables
that most influence the assessment of lecturers, the research is conducted by using discriminant analysis. The
data used in this research is secondary data which is derived from student assessment questionnaire at
Polytechnic of AKA Bogor against the lecturers who teach in the odd semester of academic year 2011/2012
until the odd semester of academic year 2014/2015. Data is obtained from the Quality Assurance Management
(SPM) Polytechnic of AKA Bogor. Based on the results and discussion can be concluded that from some
explanatory variables that are expected to affect the assessment of students to lecturers, there is one
factor/explanatory variable which was significant, namely the material delivery (PM). Discriminant function
which is obtained provides 93,6% accuracy, so that these models can be used to predict a person categorized
satisfied or not satisfied.
Perkuliahan
Nilai Materi
4. Menghitung nilai uji F dan Wilk‟s 88.0
86.4 85.8 86.4
86.0 85.2
84.0 85.2
Lambda, untuk melihat perbedaan 82.0
80.0 81.9
peubah bebas pada setiap kelompok. 78.0
76.0
5. Menguji semua peubah, untuk 1 2 3 4 5 6 7
88.0 88.2
86.0 Pengelolaan Kelas
83.8
84.0 84.2
83.4 83.3 Rata-rata penilaian pengelolaan
Materi
82.0 82.3
80.0
78.0 78.8 kelas selama tujuh semester dapat dilihat
76.0
74.0 pada Gambar 3.
1 2 3 4 5 6 7
Semester 92.0
Nilai Pengelolaan
90.0 89.8
Gambar 2. Rata-rata nilai penyampaian materi 88.0
86.0 85.2 85.6
86.5
Kelas
84.0 83.9
Berdasarkan Gambar 2, penilaian 82.0
84.3
80.0
mahasiswa terhadap penyampaian materi 78.0 79.4
76.0
perkuliahan selama tujuh semester berada 74.0
1 2 3 4 5 6 7
pada rentang 78,8–88,2. Penilaian terendah
Semester
terjadi pada semester kelima dan penilaian
Gambar 3. Rata-rata nilai pengelolaan kelas
tertinggi terjadi pada semester kedua.
Berdasarkan Gambar 3, penilaian
Terdapat penurunan nilai dari semester dua
mahasiswa terhadap pengelolaan kelas
sampai semester lima. Hal ini bisa
selama tujuh semester berada pada rentang
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya
79,4–89,8. Penilaian terendah terjadi pada
kurangnya kesinambungan materi yang
semester kelima dan penilaian tertinggi
diberikan oleh dosen dalam tim
terjadi pada semester kedua. Terdapat
dikarenakan dalam satu mata kuliah bisa
penurunan nilai dari semester dua sampai
terdapat beberapa dosen yang mengajar.
semester lima. Hal ini bisa disebabkan oleh
Alasan lainnya adalah masih
beberapa hal diantaranya diantaranya
terdapat dosen yang kurang mampu
perkuliahan dilakukan tidak tepat waktu,
menyampaikan materi kuliah secara
terkadang dosen juga lupa memberi
sistematik serta contoh soal yang diberikan
informasi kepada mahasiswa jika tidak ada
kurang jelas. Selain dari faktor dosen,
perkuliahan atau terjadi perubahan jadwal,
mahasiswa yang menilai terkadang tidak
masih terdapat beberapa dosen yang belum
memperhatikan atau lupa bahwa dosen
menggunakan fasilitas pendukung seperti
sudah menyampaikan perkuliahan dengan
LCD, Video Player dan lain-lain sehingga
baik tetapi mahsiswa tidak paham terhadap
80.0 peragam
Pengajaran
77.0 77.9
78.0
75.0
Box's M 3,251
70.0 70.8 71.0
Approx. 3,108
65.0
df1 1
60.0 F
1 2 3 4 5 6 7 df2 1320,498
Semester Sig. 0,078
Gambar 4. Rata-rata nilai pengelolaan kelas
Berdasarkan Tabel 1, diperoleh
Berdasarkan Gambar 4, penilaian bahwa pada tingkat kepercayaan 95%,
mahasiswa terhadap pengelolaan kelas kelompok dengan kategori puas dan
selama tujuh semester berada pada rentang kelompok dengan kategori tidak puas
70,8-82,7. Penilaian terendah terjadi pada memiliki matriks ragam peragam yang
semester ketiga dan penilaian tertinggi tidak berbeda nyata. Hal ini diperlihatkan
terjadi pada semester ketujuh. Terdapat dari nilai signifikansi sebesar 0,078 yang
penurunan nilai dari semester dua ke lebih besar dari α=0,05. Asumsi kesamaan
semester tiga dan dari semester empat ke matriks ragam peragam terpenuhi.
semester lima. Hal ini bisa disebabkan oleh
Perbedaan Rata-rata Antar Kelompok
beberapa hal diantaranya masih terdapat
Uji asumsi perbedaan rata-rata
beberapa dosen yang tidak membahas hasil
antar kelompok menggunakan uji Wilk‟s
tugas, kuis dan ujian serta tidak
Lambda. Hasil uji asumsi perbedaan rata-
membagikan hasil tersebut kepada
rata antar kelompok adalah sebagai
mahasiswa. Penilaian mahasiswa terhadap
berikut :
evaluasi pengajaran masih termasuk
kategori puas (rata-rata di atas 70).
stepwise diperoleh bahwa hanya ada satu klasifikasi antara data asal dan prediksi
pembentukan fungsi diskriminan yaitu klasifikasi antara data asal dan prediksi :
peubah penyampaian materi (PM). Fungsi Tabel 6. Klasifikasi antara data asal dan
prediksi
diskriminan yang diperoleh yaitu :
Y = -15,041 + 0,181 PM Prediksi
KEPUASAN Tidak Total
Model diskriminan ini akan digunakan Puas
Puas
untuk menghasilkan skor diskriminan yang Tidak Puas 8 0 8
Jumlah
berfungsi untuk memprediksi Puas 15 210 225
Asal
pengklasifikasian suatu objek/responden Tidak Puas 100,0 0,0 100,0
Persentase
Puas 6,7 93,3 100,0
ke dalam kelompok. Untuk menentukan
93,6% sudah terklasifikasi dengan tepat
seseorang/responden masuk kategori puas
atau tidak puas, maka harus menghitung Tabel 6 menggambarkan tabulasi
skor diskriminan dan membandingkannya silang antara model awal dengan
dengan cutting score yang diperoleh dari pengklasifikasian model diskriminan. Dari
tabel berikut : tabel dapat dilihat terdapat 15 responden
Tabel 5. Fungsi sentroid kanonikal yang salah klasifikasi, yaitu 15 responden
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas dari ekstrak etanol biji pepaya menggunakan
metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Ekstrak dibuat dengan cara maserasi menggunakan pelarut
etanol. Uji toksisitas dilakukan dengan menggunakan larva udang Artemia salina Leach yang berumur 48
jam. Efek toksik ekstrak ditentukan dengan menghitung nilai LC50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ekstrak etanol biji pepaya bersifat sangat toksik, dengan nilai LC50 sebesar 2,27 ppm..
Kata kunci : ekstrak etanol biji pepaya, uji toksisitas, metode BSLT
ABSTRACT
The research to determine the toxicity of the ethanol extract of papaya seeds has been done using Brine
Shrimp Lethality Test ( BSLT). Extracts prepared by maceration using ethanol. Toxicity
was conducted for prawn larva Artemia salina Leach of 48 hours age. Toxic effects of the extract was
determined by the value of LC50 . The results showed that the ethanol extract of papaya seeds are highly toxic
, with LC50 values of 2.27 ppm.
Key words : ethanol extract of papaya seeds , toxicity tests , the BSLT method
larutan NaCl 1,5% yang mengandung ppm = angka hidup pada konsentrasi 1000
larva udang sebanyak 10-12 ekor dipipet, ppm, akumulasi hidup untuk konsentrasi
kemudian dimasukkan ke dalam wadah uji. 500 ppm = angka hidup pada konsentrasi
Ditambahkan larutan sampel yang akan 1000 ppm + angka hidup pada konsentrasi
diuji masing-masing sebanyak 100 μL, 500 ppm, akumulasi hidup untuk
dengan konsentrasi 10, 100, dan 1000 ppm. konsentrasi 200 ppm = angka hidup pada
Untuk setiap konsentrasi dilakukan 3 kali konsentrasi 1000 ppm + angka hidup pada
dihitung jumlah larva yang mati dan masih dengan cara: akumulasi mati dibagi
hidup dari tiap tabung. Angka mati jumlah akumulasi hidup dan mati (total)
dihitung dengan menjumlahkan larva yang dikali 100%. Grafik dibuat dengan log
Angka hidup dihitung dengan menjumlahkan mortalitas sebagai sumbu y. Nilai LC50
larva yang hidup dalam setiap konsentrasi merupakan konsentrasi zat menyebabkan
berikut: akumulasi mati untuk konsentrasi bx. Suatu zat dikatakan aktif atau toksik
10 ppm = angka mati pada konsentrasi bila nilai LC50 < 1000 ppm untuk ekstrak
tersebut, akumulasi mati untuk konsentrasi dan < 30 ppm untuk suatu senyawa.
1 10 10 0 0
100 7 3 25 2,31
1000 2 8 84,6
2 10 9 1 5,3
100 6 4 35,7 2,26
1000 3 7 80
Gambar 1. Hubungan konsentrasi dengan
mortalitas larva udang (Artemia
3 10 10 0 0 salina Leach) pada uji toksistas
100 6 4 33,3 2,24 ekstrak etanol biji pepaya
1000 2 8 85,7
Hasil penelitian Satriyasa &
Rata-rata LC50 2,27
Pangkahila (2010) menunjukkan bahwa
Tabel 1 menunjukkan bahwa fraksi heksan dan fraksi metanol ekstrak
ekstrak etanol biji pepaya memiliki rata- biji pepaya muda dapat menurunkan sel
rata nilai LC50 sebesar 2,27 ppm. Nilai spermatogonia A mencit jantan. Selain itu
tersebut menunjukkan konsentrasi ekstrak serbuk biji pepaya juga diketahui
etanol biji pepaya yang menyebabkan mempunyai daya bunuh terhadap A.
kematian 50%, yangdiperoleh dengan aegypti pada LC50 selama 24 jam (Utomo
memakai persamaan regresi linier Y = et al., 2010).
40,83X - 42,83 ( Gambar 1). Menurut KESIMPULAN
Meyer et al. (1982), suatu ekstrak dianggap Berdasarkan hasil uji toksisitas
toksik apabila memiliki nilai LC50 <1000 ekstrak etanol biji pepaya dengan metode
ppm, sedangkan untuk senyawa murni BSLT dapat disimpulkan bahwa ekstrak
dikatakan toksik apabila LC50 nya <200 etenol biji pepaya tergolong sangat toksik
ppm. Berdasarkan pernyatan tersebut, dengan nilai LC50 sebesar 2,27 ppm.
maka ekstrak etanol biji pepaya tergolong
DAFTAR PUSTAKA
toksik.
Alamtani.com. 2014. Panduan Teknis
Budidaya Pepaya. www.alamtani.com.
Meyer, B. N., N.R. Ferrigni, J.E. Putman,
L.B. Jacobsen, D.E. Nichol &
J.L.Melaughlin. 1982. Brine
Shrimp: A Vonvenient General
Bioassay for AvtivePlant