Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI VETERINER 1

Identifikasi Bakteri Kokus Gram Positif

Nama : Salma Amanda Dascha


NIM : 225130101111025
Kelas : 20222C
Kelompok : C4
Asisten : Nurul Luthfiana

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Mempelajari kelarutan molekul/senyawa polar dan non polar

1.2 Prinsip

1.2.1 Prinsip Pewarnaan Gram


Kemampuan dinding sel mengikat zat warna dasar (kristal violet) setelah pencucuian alcohol

1.2.2 Uji katalase

Specimen + Gelembung gas


2H2O 3% (katalase positif)

1.2.3 Uji koagulase (katalase negatif)


Streptococcus sp Aglutinasi
+ plasma darah (benang-benang
fibrin)

1.2.4 Uji optochin


Isolat bakteri Di inokulasikan ke Terlihat zona Positif
BAP hambat ≥ 14 mm Streptococcus
pneumoniae

1.2.5 Uji bacitracin

Inokulasi bakteri Di inokulasikan Zona inhibisi Positif


di BAP pada 37◦ C sekitar cakram Streptococcus
selama 24 jam pyogenesis

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
1. Pipet tetes
2. Mikroskop
3. Kertas penghisap

1.3.2 Bahan
1. Spesimen pus A dan B
2. H2O2 3%
3. Plasma darah
4. Media BAP
5. Media MSA

1.4 Langkah Kerja

1.4.1 Pewarnaan Gram

Preparat bakteri

Diberi zat warna kristal violet 1-2 tetes selama 2 menit

Dibilas dengan air mengalir

Ditetes dengan lugol 1-2 tetes selama 1 menit

Dibilas dengan air mengalir

Ditetesi dengan aceton alcohol sampai pewarna luntur

Dibilas dengan air mengalir

Ditetesi dengan zat warna safranin 1-2 tetes selama 2 menit

Dibilas dengan air mengalir

Dibiarkan kering atau dikeringkan dengan kertas penghisap

Diamati dengan mikroskop

Hasil

1.4.2 Uji Katalase

Perbenihan cair staphylococcus dan streptococcus

Diambil object glass lalu dibersihkan

Diteteskan beberapa ose perbenian cair ke object glass

Diteteskan H2O2 3% menggunakan pipet tetes

Diamati ada atau tidaknya bembenihan gelembung gas

Hasil
1.4.3 uji koagulase (slide)

Object glass

Dibersihkan dan diteteskan bakteri menggunakan ose

Ditetesi plasma darah

Dicampur dengan cara digoyang selama 5-10 detik

Diperhatikan bentuk aglutinasi (gumpalan-gumpalan)

Putih diantara cairan bening

Hasil

1.4.4 Uji MSA

MSA

Diinokulasikan satu ose bakteri staphylococcus pada media

Diinkubasikan pada suhu 37 celcius selama 24-48 jam

Hasil
1.4.5 Uji optochin dan Bacitracine
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil

1.
Pewarnaan gram

Hasil: bakteri berjajar rapi


namun ada yang
menggumpal. Biakan
streptococcus sp

2.
Uji katalase

hasil: tidak ada gelembung


(negative staphylococcus,
maka termasuk
streptococcus sp)
3. Uji koagulase

Dilakukan uji koagulase


untuk memastikan jenis dari
bakteri. Terdapat gumpalan
kecil yang menandakan
bakteri tersebut adalah
bakteri Streptococcus

4.
Media MSA

Hasil: bakteri Streptococcus


Aureus

5. Optochin dan Bacitrasin

HasiL: gagal karena discnya


tergeser selama inkubasi,
dan streak tidak sampai
ujung
6. Uji hemolisa media BAP

hasil: hemolisis alfa


(sebagian)

2.2 Pembahasan

2.2.1 Analisa Prosedur


2.2.1.1 Pewarnaan Gram
Pada praktikum kali ini, prosedut yang dilakukan yang dilakukan yaitu meneteskan 1-2
tetes kristal violet dan didiamkan selama 2 menit. Setelah 2 menit kemudian gelas objek
dibilas dengan aquades. Selanjutnya meneteskan 1-2 tetes lugol dan didiakan selama 1 menit.
Kemudian bilas kembali gelas objek dengan aquades. Setelah itu, teteskan aceton alcohol
hingga warna sebelumnya luntur, kemudian di bilas kembali dengan aquades. Selanjutnya,
ditetesi 1-1 tetes zat warna safranin dan didia,kan selama 2 menit, lalu bilas kembali dengan
aquades. Terakhir, keringkan preparat dan diamati pada mikroskop.

Menurut Nurhidayati dkk (2015), prosedur pewarnaan gram dilakukan dengan menetesi
specimen dengan larutan kristal ungu dan didiamkan selama 1 menit. Kemudian, specimen di
cuci menggunakan aquades, lalu di keringkan. Selanjutnya, specimen ditetesi dengan larutan
iodium dan dibiarkan selama 2 menit, lalu di cuci dengan aquades. Setelah itu, specimen
ditetesi kembali dengan larutan etanol 95% selama 30 detik lalu di cuci kembali dengan
aquades. Selanjutnya, specimen dikeringkan dan ditetesi dengan larutan safranin dan
didiamkan selama 30 detik. Kemudian specimen di cuci kembalu menggunakan aquades dan
diamati menggunakan mikroskop.

Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan literatur dengan praktikum, prosedur pewarnaan


gram sama.

2.2.1.2 Uji Katalase


Pada praktikum kali ini, prosedur uji katalase yang digunakan yaitu, membersihkan gelas
objek yang akan digunakan. Setelah itu, teteskan H2O2 pada gelas objek. Kemudian
diteteskan perbenihan bakteri yang akan di uji pada gelas objek. Amati ada tidaknya
pembentukan gelembung.
Menurut Khairunnisa dkk (2018), prosedur yang dilakukan yaitu dengan meneteskan
hidrogen peroksida (H2O2) 3 % pada gelas objek yang bersih. Biakkan dioleskan pada gelas
objek yang sudah ditetesi hidrogen peroksida dengan ose. Suspensi dicampur secara perlahan
menggunakan ose, hasil yang positif ditandai oleh terbentuknya gelembung-gelembung udara.

Berdasarkan praktikum dan literatur, prosedur yang dilakukan berbeda, karena saat
praktikum tidak menggunakan ose saat memberikan bakteri pada gelas objek.

2.2.1.3 Uji Koagulase


Pada praktikum, prosedur yang digunakan adalah meneteskan plasma darah diatas object
glass. Kemudian, diambil bakteri Straphylococcus dengan spuit, lalu disuntikkan diatas object
glass dan plasma darah. Kemudian ditunggu beberapa saat, dan diamati adanya gumpalan
yang terbentuk pada object glass.

Sedangkan menurut Dewi (2013), uji koagulase dilakukan dengan meneteskan aquades /
NACL Fisiologis steril dan diletakkan pada object glass. Kemudian di suspensikan dengan
bakteri yang akan di uji. Setelah itu, ditambahkan tetesan plasma pada object glass dan sedikit
di goyangkan.

Sehingga dapat disimpulkam berdasarkan praktikum dengan literatur, prosedur yang


dilakukan sama.

2.2.1.4 Media MSA


Pada praktikum prosedur yang digunakan yaitu dengan menanamkan isolat bakteri pada
bacitracine test. Kemudian diinkubasi, lalu diamati zona hambat yang ada pada sekitar
bakteri.

Menurut Astari (2021), isolat bakteri endofit dan bakteri uji sebelum dilakukan
pengujian, dilakukan peremajaan terlebih dahulu. Peremajaan ini bertujuan untuk
memperbarui biakan bakteri yang telah lama disimpan dilemari pendingin untuk mendapatkan
bakteri yang aktif. Peremajaan bakteri uji dilakukan pada media MSA (Mannitol salt agar).

Sehingga dapat disimpulkam berdasarkan praktikum dengan literatur, prosedur yang


dilakukan sama.

2.2.1.5 Uji Optochin dan Bacitracine

Pada praktikum prosedur uji OPtochin yang digunakan yaitu menggoreskan bakteri atau
koloni murni ke atas media. Setelah itu, di letakkan optochin ditengah-tengah inokukasi.
Kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 370C. Sedangakan menurut Saputro (2013),
prosedur yang dilakukan dalam uji optochin yaitu koloni murni yang ada pada media darah
diambil dan digoreskan pada media. Kemudian optochin diletakkan di tengah-tengah
inokulasi. Selanjutnya media di inkubasikan dengan suhu 370C selama 24 jam dalam 5%
CO2. Setelah itu, diamati zona hambatnya. Berdasarkan praktikum dan literatur, prosedur
yang dilakukan sudah sama.
Pada praktikum prosedur uji Bacitracine yang digunakan yaitu dengan menanamkan
isolat bakteri pada bacitracine test. Kemudian diinkubasi, lalu diamati zona hambat yang ada
pada sekitar bakteri. Sedangkan menurut Suardana (2016), prosedur yang digunakan adalah
menanam bakteri pada media agar darah. Kemudian, ditempatkan bacitracine disk pada media
dan dibiakkan pada incubator selama 24 jam dengan suhu 36-370C, lalu diamati zona hambat
yang terbentuk.

Sehingga dapat disimpulkam berdasarkan praktikum dengan literatur, prosedur yang


dilakukan telah sama.

2.2.1.6 Uji hemolisa media BAP


Berdasarkan praktikum, diawali dengan inokulasikan bakteri pada media BAP,
membagi 4 kuadran dan lakukan streak plate pada media BAP, setiap ujung streak masing-
masing dilanjutkan pada streak kuadran selanjutnya. Amati hemolisa yang terbentuk.

Menurut Suardana (2016), Pada tahapan ini, isolat asal swab mukosa hidung dan
tonsil dari babi ditanam di media nutrien agar miring dipindahkan ke media agar darah
dengan menggunakan öse steril yang disebar dengan menggoreskannya pada permukaan
agar. Biakan selanjutnya diinkubasi pada suhu 37°C selama 24-48 jam untuk melihat
kemampuan bakteri menyebabkan lisis pada sel darah merah.

Sehingga dapat disimpulkam berdasarkan praktikum dengan literatur, prosedur yang


dilakukan sama.
2.2.2 Analisa hasil
2.2.2.1 Pewarnaan Gram
Berdasarkan praktikum pada pewarnaan gram, didapatkan biakan bakteri
Streptococcus sp karena terlihat bentukan seperti berbaris namun ada yang menggumpal.

(Dok pribadi)
Menurut Nurhidayati dkk (2015), indikasi pewarnaannya yaitu bakteri gram positif
akan berwarna violet dan bakteri gram negatif akan berwarna merah. Dicatat dan difoto
bentuk dari sel bakteri tersebut apakah bulat (coccus), batang (basil), maupun bergelombang
(spiral).

Suardana (2016)
Sehingga dapat disimpulkan antara praktikum dan literatur telah sama, yakni bakteri
streptococcus bakteri gram positif sehingga berwarna violet, dan pada mikroskop terlihat
berbaris atau berjajar.

2.2.2.2 Uji Katalase

Berdasarkan praktikum, object glass tidak berbuih, sehingga dapat disimpulkan


biakan tersebut negative Staphylococcus, dan berupa biakan Streptococcus sp.
Menurut Khairunnisa (2018), hasil uji katalase pada penelitian ini menunjukan hasil
positif dengan terbentuknya gelembung gas ketika suspensi bakteri diberikan H2O2 3 % dan
ini menunjukan bahwa suspensi bakteri ini merupakan bakteri Staphylococcus aureus, karena
uji katalase merupakan uji yang dilakukan untuk membedakan spesies Staphylococcus sp.
dengan bakteri Streptococcus sp. yang juga merupakan bakteri yang dapat tumbuh pada
MSA.
Sehingga dapat disimpulkan hasil antara praktikum dan literatur telah sama, yakni
jika tidak berbuih maka termasuk Streptococcus.
2.2.2.3 Uji Koagulase
Berdasarkan praktikum, ditemukan adanya gumpalan. Maka bakteri tersebut ialah
bakteri Staphylococcus.

(Dok pribadi)

Menurut Dewi (2013) Reaksi koagulase positif sangat penting untuk membedakan S.
aureus dengan spesies staphylococcus yang lain. 9 isolat menunjukkan hasil yang positif
ditandai dengan adanya perubahan warna media setelah penambahan reagen. Acetyl-methyl-
carbinol adalah salah satu hasil produk pemecahan dextrose oleh enzim bakteri. Beberapa
organisme yang memfermentasi dextrose memproduksi substansi tersebut, sedangkan yang
lain tidak. Cara tersebut adalah salah satu cara untuk men-diferensiasi organisme.
Staphylococcus aureus menunjukkan hasil yang positif. Hasil yang positif akan merubah
warna kuning menjadi merah muda

(Dewi, 2013)
Sehingga dapat disimpulkan, adanya perbedaan hasil antara praktikum dan literatur,
pada praktikum hasil ditandai denga nada tidaknya gumpalan. Sedangkan pada literatur
ditandai dengan perubahan warna yang terjadi.

2.2.2.4 Media MSA


Berdasarkan praktikum, didapatkan hasil uji media MSA yakni bakteri
Staphylococcus aureus. Pada media MSA ditemukan warna kuning keemasan disekitar
bakteri pada semua kuadran.
Menurut Astari (2021), peremajaan bakteri uji dilakukan pada media MSA (Mannitol
salt agar) dan didapatkan hasil koloni yang berwarna putih kekuningan serta media berubah
menjadi kuning disebabkan karena kemampuan Staphylococcus aureus memfermentasikan
manitol menghasilkan asam. Produk asam yang dihasilkan inilah yang mengubah indikator
pH media MSA dari yang berwarna merah menjadi kuning.
Sehingga dapat disimpulkan, terdapat kesamaan hasil antara praktikum dan literatur,
yakni terkait perubahan warna.
2.2.2.5 Uji Optochin dan Bacitracine
Berdasarkan praktikum, tidak dapat ditemukan hasil uji karena gagal dikarenakan
Optochin disc dan Bacitracine disc telah bergeser dan menyatu.

(Dok pribadi)

Menurut Saputro (2013), hasil uji optochin dengan mengamati zona inhibisi yang
terbentuk, bila zona inhibisi memiliki diameter >14 mm menunjukkan positif S. pneumoniae.
Sedangkan menurut Suardana (2016), pada uji Bacitracine, isolat menunjukan adanya zona
hambat disekitar area kertas uji basitrasin dan menjurus pada identifikasi Streptococcus
pyogenes, sedangkan untuk isolat lainnya tidak menunjukan zona hambat di sekitar kertas uji
basitrasin dan diidentifikasi sebagai Streptococcus β-hemolitik non-pyogenes.

Pertumbuhan koloni Streptococcus pada uji basitrasin (Suardana, 2016)

Sehingga dapat disimpulkan, tidak bisa dibandingkan hasil antara praktikum dan
literatur karena hasil praktikum didapatkan gagal karena bacitrone dan optochin disc
bergeser.

2.2.2.6 Uji hemolisa media BAP


Berdasarkan praktikum, didapatkan hasil uji hemolisa media BAP yakni hemolisis
alfa atau hemolisis sebagian, karena berwarna coklat kehijauan.
Menurut Suardana (2016) ,Bakteri Streptococcus α hemolisis tampak terlihat
“greening” (kehijauan) disekitar koloni. Bakteri Streptococcus β hemolitik pada media agar
darah tampak lebih terang (kuning) dan lebih transparan. Bakteri Streptococcus γ-
hemolitisis pada media agar darah tidak terlihat perubahan warna dan hanya ditemukan 1
isolat.
Sehingga dapat disimpulkan, hasil antara praktikum dan literatur telah sama persis
yakni terkait perubahan warna.
2.2.3 Menjawab pertanyaan

1. Sebutkan uji-uji yang dapat menentukan patogenitas staphylococcus


Staphylococcus dapat bersifat patogen dan non patogen. Untuk mengetahui dan
membedakan bahwa bakteri tersebut patogen atau non patogen, dapat dilakukan uji
koagulase, uji katalase dan pembiakan Staphylococcus pada media MSA (Toelle &
Lenda, 2014).

2. Apa manfaat uji optochin dan Bacitracine


Menurut Saputro (2013), uji bacitracin bermanfaat untuk mengidentifikasi bakteri
Streptococcus yang dapat menggolongkan strain menjadi strain S. pyogenes dan S. non
pyogenes. Sedangkan menurut Suardana (2016), uji optochin bermanfaat untuk
membedakan antara bakteri Streptococcus pneuomoniae dengan Streptococcus viridians.

3. Sebutkan dan jelaskan uji yang dapat dilakukan untuk membedakan


staphylococcus dan streptococcus
Menurut Toelle & Lenda (2014), untuk identifikasi membedakan Staphylococcus sp.
dengan Streptococcus sp. adalah berdasarkan uji katalase. Uji katalase dilakukan dengan
mengambil sedikit koloni dari kultur murni PAD dan koloni diletakkan pada obyek glass
yang telah ditetesi H2O2. Hasil positif ditandai adanya gelembung udara untuk
membedakan Staphylococcus sp. dengan Streptococcus sp
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam mengidentifikasi bakteri coccus gram positif dapat dilakukan beberapa
perlakuan dan uji. Perlakuan pertama yaitu pewarnaan gram untuk mengetahui jenis bakteri
gram positif atau negative. Kemudian, uji katalase dilakukan untuk mengetahui perbedaan
jenis bakteri Streptococcus atau Staphylococcus. Selanjutnya uji kolagulase dilakukan untuk
mengetahui adanya enzim koagulase pada bakteri Streptococcus. Kemudian uji pada MSA
dilakukan untuk mengetahui pathogenesis bakteri Staphylococcus. Uji optochin dilakukan
untuk membedakan Streptococcus pneumonia dengan Streptococcus alpha hemalitik.
Kemudian, uji bacitrocine dilakukan untuk membedakan Streptococcus beta hemolitik dengan
non grup A bakteri S. pyogenes.

3.2 Saran
Saran untuk praktikum kedepannya diharapkan tidak salah pemberian intruksi, dan adanya
kejelasan jawaban terkait kapan dapat dilaksanakan Analisa hasil uji, selebihnya telah baik,
terimakasih kak.
DAFTAR PUSTAKA

Astari, S.,Rialita, A., Mahyarudin. 2021. Aktivitas Antibakteri Isolat Bakteri Endofit
Tanaman Kunyit (Curcuma longa L.) Terhadap Pertumbuann Staphylococcus aureus.
Jurnal Fitofarmaka Indonesia. 8(2): 9-16

Dewi, A. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus terhadap
Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Etawa Penderita Mastitis di
Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal Sain Veteriner. 31(2) 20-37

Khairunnisa, M., Helmi, T., Darmawi, Dewi, M.,Hamzah, A. 2018. Isolasi dan Identifikasi
Staphylococcus aureus Pada Ambing Kambing Peranakan Etawa. JIMVET. 2(4):
538-545

Nurhidayati, S., Faturrahman, Ghazali, M. 2015. DEteksi Bakteri Patogen yang Berasosiasi
dengan Kappaphycus alvarezii (Doty) Bergejala Penyakit Ice-Ice. Jurnal Sains
Teknologi dan Lingkungan. 1(2): 36-45

Saputro, A. 2013. Perbedaan Pola Kepekaan Terhadap Antibiotik pada Streptococcus


pneumoniae yang Mengkolonasi Nasofaring Balita. Jurnal Media Medika Muda.

Suardana, I., Dinarini, N.,Sukrama, I. 2021. Identifikasi Spesies Streptokokus β-Hemolisis


Hasil Isolasi dari Nasal dan Tonsil Babi dengan Uji Basitrasin. Buletin Veteriner
Udayana. Volume 13 No. 1: 27-33

Toelle, N., Lenda, V. 2014. Identifikasi dan Karakteristik Staphylococcus sp. Dan
Streptococcus sp. Dari Infeksi Ovarium Pada Ayam Petelur Komersial. Jurnal Ilmu
Ternak. 1(7): 32-37
LAMPIRAN ACC
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai